Pagi yang mendung, Kendra telah bangun semenjak tadi. Ia juga memerintahkan maid di rumah untuk datang ke apartemen dan memasak secara lengkap, sehingga ketika Drupadi dan Lexy bangun, semua sudah tersaji. Begitu selesai semua, Maid segera kembali ke kediaman keluarga Kendra.CklekKamar, dimana Drupadi tidur terbuka, menampilkan sosok gadis dengan gaya maskulin itu, melangkah keluar menuju arah dapur. Tapi langkahnya terhenti melihat Kendra yang sedang duduk santai sembari menyesap secangkir kopi."Sudah bangun ? apa masih sakit ?" Tanya Kendra lalu menepuk space kosong di sampingnya agar Drupadi duduk disitu.Drupadi duduk di samping Kendra yang segera mengambil air untuknya."Jangan seperti ini, aku tidak terbiasa," ucap Drupadi menerima gelas dari tangan Kendra dan segera meminumnya."Maka buatlah dirimu terbiasa, karena aku akan terus melakukannya," jawab Kendra yang merasa nyaman melihat Drupadi."Kenapa ? kamu suka padaku ?" Tanya Drupadi to the point. Mereka terbiasa dilatih t
Mereka tiba di kediaman keluarga Tanaka. Tampak Drupadi yang ragu untuk keluar dari dalam mobil."Keluarlah," ucap Kendra pada Drupadi yang masih diam."Semua akan baik-baik saja, please," pinta Kendra dengan lembut yang membuat Drupadi akhirnya mau keluar dari dalam mobil bersama Lexy.Kedua orang tua Kendra sudah menunggu, karena sebelum datang, Kendra sudah menelepon untuk bertemu karena ada hal yang ingin dibicarakan. Papanya membatalkan meeting dan Mamanya juga tidak jadi pergi untuk bertemu teman-temannya. Yuri juga dijemput lebih awal dari sekolah.Drupadi mengikuti langkah Kendra sambil menggenggam tangan Lexy.Meong ...!Suara kucing mengalihkan atensi Lexy yang melepaskan tangan Drupadi untuk mencari sumber suara. Tampak seorang gadis kecil seusia Lexy yang terlihat menggendong kucing cantik berbulu abu-abu yang lebat. Lexy berjalan mendekati gadis kecil tersebut, yang menatap Lexy tidak berkedip. Gadis kecil itu terlihat mengeluarkan air mata, tapi mengapa ia sendiri juga
Drupadi duduk di bar sambil menyesap Wine di tangannya. Tugasnya telah selesai beberapa jam yang lalu, yaitu Menghabisi seseorang yang berkhianat dengan tembakan jarak jauh. Tapi Ia masih belum ingin pulang, karena Lexy pasti tidak terlalu mencarinya, karena terlihat gadis kecil kembarannya itu membuat Lexy nyaman.“Kenapa melamun ?” Tanya kak Ari yang saat ini ikut duduk di samping Drupadi.Drupadi hanya mengangkat bahu dan tersenyum pada lelaki kemayu yang sudah dianggap seperti kakaknya tersebut.“Peluk aku kak Ari,” ucap Drupadi, yang tentu saja disambut dengan senang hati oleh Kak Ari. Tampak Kak Ari membelai sayang surai coklat milik Drupadi yang berada dalam pelukannya.“Ada masalah apa sayang … ?” Tanya kak Ari lembut. Tidak biasanya Drupadi seperti ini.“Lexy, aku menemukan keluarganya,” ucap Drupadi dengan suara bergetar, yang reflex membuat Kak Ari melepaskan pelukannya. Kak Ari tahu tentang Lexy dan bagaimana ia ditemukan. Karena panti asuhan yang merawat Lexy selama ini
Nara, Mommy dari Yuki dan Yuri, akhirnya menginjakkan kaki di tanah air, setelah dijemput oleh Papanya. Nara sendiri heran dengan penjemputannya yang tiba-tiba. Papa sendiri tidak menjelaskan alasannya.Nara menatap rumah masa kecilnya. Rumah yang menyimpan kenangan manis, sekaligus trauma terbesar dalam hidupnya. Nara menghela nafas panjang dan menguatkan hatinya untuk melangkah masuk."Yuki, Mama kangen nak," bisik Nara sebelum memasuki rumah tersebut. Trauma terbesar kehilangan Yuki, masih membekas sampai saat ini. Ia depresi dan sempat kehilangan dirinya. Hingga Papanya terpaksa mengungsikannya ke luar negeri untuk menjauhkannya dari kenangan Yuki. Bersama suaminya yang selalu setia menemaninya. Baby ... are you oke ?" tanya Ezi pada Nara, Istrinya yang tersenyum dalam kesedihan."Mama ...." Gadis kecil yang tidak lain adalah Yuri, berlari kecil menyongsong kedatangan Mamanya. Ia sangat merindukan wanita terkasihnya ini. Tapi untuk tinggal di luar negeri bersama kedua orang tuan
Kendra menyapa Istri dari Devan dan memberi salam. Devan menatap Drupadi dan Milan secara bergantian. Milan yang peka, segera berdiri, menggeser kursi untuk diduduki oleh Kendra. diikuti Drupadi yang sedikit bergeser. "Ada perlu apa Tuan Muda keluarga Tanaka menyapa saya ?" Tanya Devan berbasa-basi setelah sejenak mengingat siapa yang saat ini menyapanya."Saya hanya ingin meminjam Bodyguard anda sebentar saja, satu hari saja. Adiknya saat ini sedang sakit dan menunggunya untuk pulang."Bodyguard ? siapa maksudmu ?" Tanya Devan belum paham."Dru," ucap Kendra yang membuat Drupadi terlihat gelisah.Bukan Devan yang kaget, tapi Arini, Istri dari Devan yang terlihat kaget sambil menatap ke arah Drupadi."Kamu punya adik ?" Tanya Arini yang selalu tidak tega jika itu masalah anak.Drupadi mengangguk."Dia sakit apa ?" Tanya Arini cepat pada Kendra."Sakit kangen," jawab Kendra seadanya yang malah membuat Drupadi menunduk karena hatinya mulai sedih.Arini menatap tajam pada Drupadi yang
Pagi yang dingin, menyisakan tetesan embun yang membasahi dedaunan. Suara kicau burung terdengar merdu.Tampak Lexy yang sedang memeluk Drupadi erat. Bocah tampan itu bangun lebih pagi karena tidak ingin kehilangan Drupadi lagi. Ia takut jika terlambat bangun, kakaknya itu akan menghilang lagi.Sedangkan Yuri juga ikut bangun lebih pagi karena takut Lexy akan pergi mengikuti Drupadi.Drupadi mengajak dua anak manis tersebut untuk berlari pagi di halaman rumah yang sangat luas tersebut. Bukan tanpa alasan Drupadi bangun sepagi ini. Ia akan bicara pada Lexy, jika ia akan pergi untuk bekerja selama beberapa bulan. Seperti saat dirinya harus pergi ke luar negeri. Kali ini, Drupadi harus lebih hati-hati dalam menyampaikan , karena Lexy sudah makin besar. Anak itu sudah tidak ingin berpisah terlalu lama dengan dirinya."Sayang ...," Panggil Dru pada Lexy yang sedang berlari mengejar Yuri. Lexy segera menghampiri Drupadi."Hmmm ... suka disini ?" Tanya Drupadi membuka kata, yang dibalas an
Sore hari, tampak Drupadi yang sedang menemani Lexy duduk di taman tanpa Yuri. Drupadi sengaja mengajak Lexy untuk berbicara berdua saja. Drupadi ingin menasehati Lexy, agar anak itu mau dekat dengan Nara."Lexy sayang ... kakak boleh pergi enggak ? kakak ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Kalau enggak kerja, bagaimana bayar uang sekolahnya Lexy. Disini ada Yuri, yang temani Lexy main. Ada Mama Nara yang sayang Lexy, Om Kendra dan yang lainnya," ucap Drupadi mencoba masuk ke dalam hati Lexy.Anak itu duduk sambil memeluk pinggang Drupadi."Habis pulang kerja, balik lagi kesini kan ? Opa nya Yuri, selesai pulang kerja balik lagi ke rumah. Kalau kakak mengapa tidak begitu ?" Tanya Lexy dengan polos. Drupadi menarik nafas panjang. Benar-benar foto copy Om nya, batin Drupadi tersenyum. Menghadapi Lexy seperti hal nya menghadapi Kendra dengan sifat keras kepala dan rasa ingin tahu yang sangat besar."Kalau Opa nya Yuri kan seorang Bos, kalau kakak itu anak buahnya Bos, jadi enggak bis
Tidak berapa lama, mobil yang dikemudikan oleh Kendra tiba di tempat yang disebutkan oleh Drupadi.Ia bergegas masuk ke dalam. Tatapannya membola melihat gadis maskulin itu tengah bertarung melawan seorang laki-laki kekar dengan tato di sekujur tubuhnya.Alice juga ikut masuk,tapi ia segera memegang kuat lengan Kendra, ketika melihat beberapa pasang mata yang menatapnya lapar."Ken ... ayo pulang, aku takut," cicit Alice yang makin mempererat pegangannya pada lengan Kendra, yang malah fokus menatap ke depan. Melihat betapa lincahnya Drupadi menghadapi lawan dengan tubuh yang lebih besar darinya.Wooooooo !Sorak-sorai terdengar, saat Drupadi terkena pukulan cukup keras, hingga membuatnya terbanting. Saat itu kedua netranya melihat kehadiran Kendra. Drupadi lalu mengangkat tangannya. "Berhenti sebentar ! aku minta diganti oleh sahabatku," ucap Drupadi lalu meludahkan darah dari mulutnya. Drupadi melangkah ke arah Kendra.Mendekatkan bibirnya pada telinga Kendra, dibawah tatapan tidak
Setelah sadar, Kendra segera mengejar Drupadi. Tapi cewek androgini tersebut sudah tidak kelihatan. Kendra kembali ke ruangannya, duduk kembali dan merenungi tiap ucapan Drupadi. Tidak ingin mempercayai, tapi kedua mata Drupadi tidak menunjukkan kebohongan.Apakah ia harus menyerah dan tidak mengejar Drupadi lagi ? Karena rintangan restu yang akan dihadapi dua kali lipat lebih sulit.Bukan tidak mungkin, kedua orang tuanya akan mencarikan pendamping hidup untuknya. Seperti hal nya Nara, yang menikah dengan Ezi kareja perjodohan. Tapi hal baiknya adalah, Nara pada akhirnya jatuh cinta pada Suaminya tersebut. Tapi ini Drupadi, Bodyguard dengan latar belakang keluarga yang belum diketahui. Ditambah pengakuan tentang Drupadi yang tidak bisa hamil, akan makin mempersulit jalannya untuk mendapat restu.Kendra duduk diam, memijat keningnya yang terasa pening.Drupadi PovAku pergi, setelah mengatakan kebenaran yang harus Kendra ketahui, sebelum ia melangkah lebih jauh untuk meminta hatiku.
Memejamkan mata tanpa melihat yang terkasih, itu sangat sulit. Demikianlah yang sedang dialami Kendra.Akhirnya ia memutuskan untuk ke kamar Drupadi. Tanpa perlu mengetuk, ia hendak membukanya. Tapi sayang, pintu tertutup rapat. Akhirnya Kendra mencoba mengetuk pintu kamar Drupadi.Toook ... Toook !"Dru ...," panggil Kendra sambil mengetuk pintu kamar bodyguard spesial di hatinya tersebut. Tapi sayang, tidak ada jawaban dari dalam. Akhirnya Kendra kembali ke kamarnya. Tapi rasanya tetap saja gelisah karena belum melihat dan mendengar suara Drupadi. Kena pelet apa kamu,Kendra ?Beda Kendra beda juga yang sedang melanda Drupadi. Tampak Drupadi yang sedang duduk di atas ranjang. Ketukan dan panggilan dari Kendra tadi, sengaja tidak dipedulikannya. Hatinya sedang kacau balau.Kendra mulai bucin akut, dan Drupadi takut jatuh cinta. Ingin rasanya pergi jauh, agar bisa menjaga hati, walau itu pasti mulai terasa sulit. Tapi, jika ia pergi sekarang, dalam keadaan mencurigai seseorang san
"Mama dan Pak Dokter ... jangan memaksa, kak Dru tidak suka kalau ada yang melihat badannya. Badan kakak banyak bekas luka." Ucapan Yuki sepertinya manjur untuk menyelamatkan Drupadi dari kekepoan Nara dan juga Dokter Tristan.Nara tidak bisa membantah perkataan Yuki. Anaknya ini kalau bicara datar dan juga dingin, persis sekali seperti Drupadi. "Baiklah." Dokter Tristan mengalah dan hanya mengobati wajah dan juga lengan Drupadi saja.Tampak Drupadi yang menatap ke arah Yuki dan tersenyum pada adik kesayangannya tersebut. Ahh ... jika seperti ini, bagaimana dia bisa jauh dari adiknya ini. Yuki sangat melindunginya, walau itu hanya perlindungan kecil.Dokter Tristan pamit setelah mengobati Kendra. Nara mengantar ke depan. Saat Nara mengantar Dokter Tristan, tampak Aretha yang masuk ke dalam kamar Kendra."Kendra ... kamu kenapa ? luka lagi ? bodyguard kamu ini sangat tidak becus menjaga kamu !" ucap Aretha judes, sambil memeluk Kendra yang tidak siap akan pelukan itu, sehingga tidak
"Kakak berisik," ucap Kendra sambil tersenyum pada Nara yang terlihat hendak mengeluarkan taring. "Ayah !" pekik Yuki dan yuri bersamaan melihat siapa yang baru keluar dari kamar Drupadi.Yuki sedikit mengerutkan keningnya melihat Kendra yang keluar dari kamar Drupadi. Tapi pertanyaan itu akan ditanyakan nya nanti pada sang kakak.Sedangkan Nara terlihat menatap Drupadi yang hanya bersikap biasa saja. Datar tanpa perlu takut, toh Nara tahunya Dru adalah seorang pria. Jadi tidak ada masalah bukan, jika Kendra tidur di kamarnya. "Hi ... anak-anak Ayah," ucap Kendra lalu menggendong kedua keponakannya,yang pastinya sangat berat."Uhh ... Ayah masih bau banget." Yuri menutup hidungnya, karena memang Kendra baru bangun dan belum mencuci muka.Kendra menurunkan Yuki dan Yuri lalu beralih pada kakaknya."Semalam tidur di sini ?" tanya Nara yang dibalas anggukan Kendra. Sepertinya bucin Kendra tingkat akut. Dia sudah tidak peduli lagi bagaimana tanggapan kakaknya mengetahui dirinya yang ber
Langit masih sedikit gelap dan sepi saat Kendra dan Drupadi tiba di rumah. Tapi sebentar lagi hampir masuk pagi.Para maid sudah sibuk di dapur, tapi tidak dengan keluarga Kendra yang pasti masih terlelap tidur.Drupadi membangunkan Kendra yang perlahan mengerjap, membuka netranya."Bangunlah, kita sudah sampai," ucap Drupadi yang membuat Kendra segera bangun dari posisi tidur tidak nyamannya, tapi sedikit ada rasa nyaman karena elusan lembut pada rambutnya.Drupadi mengucapkan terimakasih pada saudaranya sebelum keluar dari mobil.Kendra segera masuk ke dalam rumah bersama Drupadi yang menuntunnya. Bukan sekali ini Kendra terluka. Berkali-kali pria di sampingnya ini terluka saat bersamanya."Jangan kembali ke kamarmu, aku tidak bisa tidur kalau kamu kembali ke kamarmu sekarang," ucap Kendra menahan tangan Drupadi yang hendak pergi setelah membantunya masuk ke dalam kamar.Drupadi menepis tangan Kendra."Auch ... tanganku terluka, semua luka." Kendra mulai lagi dengan gaya lebay nya.
Drupadi dan Kendra diikat bersama di sebuah ruangan pengap dan juga gelap. "Ken .... kamu baik-baik saja ?" tanya Drupadi khawatir pada keselamatan Kendra."Aku baik-baik saja, kamu bagaimana. ?" tanya Kendra yang juga tidak kalah khawatirnya pada Drupadi. Apalagi lengan Drupadi masih terluka karena melindungi dirinya."Aku baik, tenanglah, semoga bantuan segera datang." Drupadi masih berharap, teman-temannya akan menemukan dirinya dan juga Kendra.Brak !Pintu ruangan terbuka, menampilkan para penculik yang menatap tajam ke arah Kendra dan Drupadi."Jika kalian hanya membutuhkan aku sebagai sandera, maka lepaskan temanku ini !" Teriak Kendra kesal ke arah penculik yang malah tertawa nyaring."Ini, tandatangani kertas ini, setelah itu kalian bisa bebas," ucap salah satu penculik yang berwajah lebih garang daripada teman-temannya."Apa ini ? aku tidak mungkin menandatangani kertas yang aku sendiri tidak tahu apa itu !" Kendra menolak untuk menandatangani kertas tersebut."Bugh !" Sat
Akhirnya setelah perjalanan yang cukup melelahkan, mereka tiba di kuil yang berada di perbukitan yang jauh dari pemukiman."Kamu capek ?" tanya Drupadi mengkhawatirkan Kendra."Selama sama kamu, capeknya hilang." Gombal Kendra, walau sebenarnya ia sangat capek. Tapi, demi menemani Drupadi, rasa lelah itu hilang. "Hadeh ... bagaimana aku bisa sebucin ini sama Drupadi,"batin Kendra sambil tersenyum.Tapi sayang, perjalanan jauh mereka harus menemui kesia-siaan, karena Biksu yang mereka cari, tidak ada di tempat. Beliau sedang pergi selama berbulan-bulan dan tidak bisa dipastikan kapan kembali.Drupadi duduk sambil menatap langit yang mulai gelap."Ayo kita kembali, apa kamu tidak merasa lapar ?" "Kamu lapar ?" Bukannya menjawab, Drupadi malah balik bertanya. Karena dia tahu, Kendra bertanya begitu bukan menanyakannya, tapi mengajaknya untuk makan. Kendra mengangguk malu-malu karena ketahuan menahan lapar."Ayo cari makan, setelah itu kita pulang." Drupadi tersenyum pada bos nya tersebu
"Ehmmm !" Satu deheman membuat Drupadi refleks mendorong Kendra."Eh Kakak !" Kendra menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dibawah tatapan mengintimidasi yang ditunjukkan oleh Nara."Kalian ?" tanya Nara dengan tatapan tajam.Drupadi tampak bingung, karena selama ini, Nara menganggap dirinya adalah seorang laki-laki. Jadi, pasti saat ini, Nara berpikir kemana-mana."Itu ... aku tadi mengucapkan terimakasih karena Dru memiliki rekaman saat Aretha mencoba menjebakku." Kendra akhirnya menceritakan masalah ancaman Aretha untuk mengalihkan tanda tanya besar yang saat ini bercokol di kepala Nara pada apa yang dilihat tadi. Nara tampak manggut-manggut sambil sesekali melirik ke arah pemuda yang telah menyelamatkan anaknya itu dengan tatapan menyelidik tapi disertai senyum manis. Nara selalu dan akan selalu merasa berhutang budi pada pemuda yang sekarang menjadi bodyguard adiknya itu. "Hmmm ... kamu harus hati-hati pada Aretha. Sejujurnya Kakak tidak menyukai tingkahnya. Atlana lebih sopan
Pagi sudah mulai beranjak siang. Tapi terlihat Kendra yang masih meringkuk nyaman. Ia malah menarik selimut agar menutupi tubuhnya. Tapi saat ingat sesuatu, Kendara segera bangun. Tentu saja mencari Drupadi. Tapi tidak ada sosok bodyguardnya itu di dalam kamar. Padahal, semalam ia tertidur dengan merebahkan kepala pada pangkuan Drupadi."Aish .... pergi kemana lagi dia ?" kesal Kendra lalu segera beranjak dari sofa, tempat ia tidur semalaman.Kendra keluar kamar untuk mencari sosok yang sangat dirindukannya itu.Tapi sampai mengobrak-abrik kamar Dru, juga tidak tampak batang hidungnya. Kendra benar-benar frustasi. Ia berjalan menuju tempat latihan dan juga taman belakang yang biasa digunakan Drupadi untuk berolahraga, juga nihil."Aku akan mengurungmu di kandang macan kalau ketemu !" monolog Kendra dengan hati yang sangat kesal sambil meremas rambutnya.Ia lalu kembali lagi ke kamar dan segera menghubungi bodyguardnya tersebut. Tapi nomor yang dihubungi tidak aktif. "Sial !" maki Ke