Tidak berapa lama, mobil yang dikemudikan oleh Kendra tiba di tempat yang disebutkan oleh Drupadi.Ia bergegas masuk ke dalam. Tatapannya membola melihat gadis maskulin itu tengah bertarung melawan seorang laki-laki kekar dengan tato di sekujur tubuhnya.Alice juga ikut masuk,tapi ia segera memegang kuat lengan Kendra, ketika melihat beberapa pasang mata yang menatapnya lapar."Ken ... ayo pulang, aku takut," cicit Alice yang makin mempererat pegangannya pada lengan Kendra, yang malah fokus menatap ke depan. Melihat betapa lincahnya Drupadi menghadapi lawan dengan tubuh yang lebih besar darinya.Wooooooo !Sorak-sorai terdengar, saat Drupadi terkena pukulan cukup keras, hingga membuatnya terbanting. Saat itu kedua netranya melihat kehadiran Kendra. Drupadi lalu mengangkat tangannya. "Berhenti sebentar ! aku minta diganti oleh sahabatku," ucap Drupadi lalu meludahkan darah dari mulutnya. Drupadi melangkah ke arah Kendra.Mendekatkan bibirnya pada telinga Kendra, dibawah tatapan tidak
Drupadi menemui Yuki setelah Kendra merasa baikan. Tentu saja saat ia tiba di kediaman keluarga Tanaka,Yuki sudah tidur nyenyak. Sedangkan Kendra kembali ke kamarnya sendiri untuk mendapat pengobatan.Drupadi menatap Yuki dan mengusap lembut rambut bocah tampan yang begitu dikasihinya itu. Ia sudah mengambil keputusan untuk tidak menunggu Yuki bangun dan melihatnya lagi. Ia akan pergi, dan Yuki akan mulai terbiasa dengan ketidakhadirannya. Sakit yang dialami Yuki saat kehilangan dirinya hanya berlaku sebentar saja. Cinta dan kasih sayang dari keluarga aslinya, akan membuat bocah tampan yang dinamainya lexy itu akan segera melupakannya.Setelah puas menatap Yuki, lalu mencium keningnya, Drupadi segera keluar kamar dan menuju kamar Kendra. Masuk ke dalam kamar Kendra tanpa mengetuknya. Tampak Kendra yang belum tidur, dan sedang bersandar pada kepala ranjang. Luka-luka Kendra sudah diobati dan mendapat perawatan yang baik."Belum tidur ?" Tanya Drupadi yang dibalas gelengan Kendra.Dru
Kendra bertemu Drupadi di tempat yang sudah disebutkan oleh Devan.Tampak Drupadi dengan wajah marah menatap ke arah Kendra. "Bagaimana Lexy bisa pergi dari rumah ? bagaimana kalian menjaganya !" Marah Drupadi sambil menarik kerah baju Kendra dengan kuat. Sedangkan Kendra hanya membiarkan apa yang ingin dilakukan oleh Drupadi padanya. Menghajar hingga babak-belur misalnya."Dia merindukanmu, dan anak itu kabur, tentunya karena ingin mencarimu. Aku sudah bilang dari awal, jika itu tidak akan mudah bagi Yuki untuk melupakanmu begitu saja. Ikatan kalian sangat kuat. Kamu yang menyelamatkannya !" Kendra juga tidak mau kalah, tapi dengan tekanan suara yang lebih rendah namun tegas. Kendra ingin Drupadi sadar jika tidak mudah bagi Yuki ditinggalkan tanpa kata. Anak itu begitu menyayangi Drupadi. Bagi Yuki atau Lexy, hanya Drupadi keluarga yang dimilikinya. Walau ia merasa nyaman di kediaman keluarga besar Tanaka, tapi itu tidak akan sama tanpa kehadiran Drupadi."Apa kau mau, Yuki membenci
Drupadi memulai tugasnya sebagai Bodyguard Kendra. Ia hanya harus mengawal kemanapun Kendra pergi. Seperti permintaannya, tidak ada yang tahu jika dia adalah seorang perempuan. Selain itu ada perjanjian tambahan jika Drupadi dan Kendra tidak akan ikut campur urusan masing-masing kecuali itu dalam ranah tugas.Yuki sangat bahagia dengan kehadiran Drupadi di rumah. Tapi Drupadi juga meminta syarat pada Yuki."Kamu harus selalu bersama Mamamu, karena kakak disini untuk bekerja," pinta Drupadi yang disanggupi oleh Yuki. Drupadi berharap, dengan cara itu, Yuki bisa lebih dekat dengan kedua orang tuanya. Jadi selama enam bulan, ia akan berupaya membuat Yuki benar-benar bisa dekat dengan keluarga aslinya.Malam ini, tampak Drupadi yang mengawal Kendra untuk menghadiri jamuan makan malam dari rekan bisnis. Drupadi mengenakan jas formal, yang menampilkan aura maskulin yang manis. Kendra terus saja menatap Drupadi saat hendak berangkat dan saat mereka masuk ke dalam ruang jamuan. Tapi tatapan
"Hmmm ....," Desah Kendra pelan masih menatap ke arah Drupadi."Apa yang terjadi ?" Tanya Kendra terbata sambil menggaruk lehernya dan melepaskan kemejanya. Jas miliknya sudah lepas sewaktu di bar Kak Ari."Apa yang kamu rasakan ?" Tanya Drupadi masih belum beranjak dari tempatnya berdiri."Panas dan juga, aku menginginkan sesuatu," ucap Kendra terbata, berusaha menguasai nafsu yang saat ini mengikatnya.Tiba-tiba Kendra bangkit dari posisinya, dan berjalan cepat ke arah Drupadi, yang tidak melawan saat bos nya itu, memeluknya dengan sangat erat."Aku .... aku menginginkanmu, tapi .... aku tidak ingin itu menyakitimu," bisik Kendra menahan keinginan gairah yang saat ini menguasai dirinya dengan sangat kuat. Kendra melepaskan pelukannya, menatap dalam Drupadi, lalu tanpa aba-aba mencium bibirnya dan melumatnya penuh gairah. Setelahnya, ia kembali memeluk Drupadi yang masih diam, membiarkan apa yang ingin Kendra lakukan. Jika Kendra bertindak melampaui batas, barulah ia bertindak.Kend
Berdiri disana, Damian yang menatap tajam ke arah Drupadi dan juga Kendra. Tapi, walau menatap tajam, tetap saja ia melemparkan senyum yang teramat manis untuk Drupadi. Damian berjalan ke arah bandar, membisikkan sesuatu yang dibalas anggukan.Bandar terlihat berjalan ke arah Drupadi dan membisikkan sesuatu. Kedua mata Drupadi seketika melotot. "Katakan padanya, bos ku tidak ingin bertarung, demikian hal nya dengan diriku. Aku akan bertarung dengan yang lain !" ucap Drupadi tegas, pada pria botak dengan tato di leher tersebut."Ada apa ?" Kendra yang mendengar kalimat Bos ku disebut tampak tertarik.Drupadi tidak ingin mengatakan apapun. Tapi Bandar pertarungan liar tersebut, malah menyampaikan tantangan Damian pada Kendra. Bugh !Drupadi langsung melayangkan bogem mentah pada si botak bertato, yang hanya tersenyum senang pada amukan Drupadi. Hanya saja ia takut untuk membalas, dia tahu siapa Drupadi."Dru ... !" Kendra cepat menarik Drupadi yang hendak menghajar si botak lagi."Ke
Drupadi benar-benar kewalahan menghadapi serangan hanya bersama supir saja. Sedangkan Bodyguard Damian yang tadi menaiki kuda besi milik Drupadi, sudah menghilang mencari keberadaan Damian."Kita bisa mati konyol kalau seperti ini !" Ucap Supir Damian yang juga merupakan bodyguard terlatih."Terus bertahan hingga mereka keluar dari persembunyian, kita harus mengulur waktu hingga bantuan datang," ucap Drupadi pada si supir yang mengangguk mengiyakan , walau tidak mengenal baik Drupadi. Sementara itu, Damian yang membawa Zia untuk kabur, tampak terluka di bagian lengan. Tidak sengaja ia terkena serempetan timah panas saat berlari dan menggunakan tubuhnya sebagai tameng untuk menyelamatkan Zia."Sial !" Maki Damian, karena ia tidak pernah menyelamatkan seseorang hingga terluka seperti ini. Tapi membiarkan wanita cantik yang berada di sampingnya ini terluka, malah akan membuat Drupadi membencinya.Darah segar mengalir dari lengan Damian, yang saat ini bersembunyi dari kejaran dua orang m
Sementara Itu, Drupadi yang terluka, telah kembali ke kediaman keluarga Tanaka. Kedatangannya disambut Kendra dengan raut khawatir. Walau sedang sakit, nyatanya Kendra mengkhawatirkan Drupadi yang tidak kunjung kembali, sehingga sedari tadi mondar-mandir bak gasing, tidak peduli pada lukanya sendiri yang masih terasa nyeri. Begitu melihat Drupadi rasanya bak menang lotere."Apa yang terjadi ?" Tanya Kendra pada Drupadi yang terlihat tenang, tapi menahan sakit pada punggungnya."Kami diserang, tapi Dokter Zia sudah aman bersama Damian," ucap Drupadi, lalu tiba-tiba terjatuh dan dengan sigap ditahan oleh Kendra sambil meringis menahan sakitnya yang belum sembuh.Drupadi terlalu lelah, dengan perkelahian tadi. Dan juga rasa sakit pada punggungnya makin menjadi-jadi.Kendra memapah Drupadi menuju kamar milik bodyguardnya tersebut. Membantu Drupadi untuk duduk, tapi tidak bisa bersandar, karena punggungnya masih terasa sangat sakit.Beruntung saja, kedua orang tua, kakak serta keponakanny
Setelah sadar, Kendra segera mengejar Drupadi. Tapi cewek androgini tersebut sudah tidak kelihatan. Kendra kembali ke ruangannya, duduk kembali dan merenungi tiap ucapan Drupadi. Tidak ingin mempercayai, tapi kedua mata Drupadi tidak menunjukkan kebohongan.Apakah ia harus menyerah dan tidak mengejar Drupadi lagi ? Karena rintangan restu yang akan dihadapi dua kali lipat lebih sulit.Bukan tidak mungkin, kedua orang tuanya akan mencarikan pendamping hidup untuknya. Seperti hal nya Nara, yang menikah dengan Ezi kareja perjodohan. Tapi hal baiknya adalah, Nara pada akhirnya jatuh cinta pada Suaminya tersebut. Tapi ini Drupadi, Bodyguard dengan latar belakang keluarga yang belum diketahui. Ditambah pengakuan tentang Drupadi yang tidak bisa hamil, akan makin mempersulit jalannya untuk mendapat restu.Kendra duduk diam, memijat keningnya yang terasa pening.Drupadi PovAku pergi, setelah mengatakan kebenaran yang harus Kendra ketahui, sebelum ia melangkah lebih jauh untuk meminta hatiku.
Memejamkan mata tanpa melihat yang terkasih, itu sangat sulit. Demikianlah yang sedang dialami Kendra.Akhirnya ia memutuskan untuk ke kamar Drupadi. Tanpa perlu mengetuk, ia hendak membukanya. Tapi sayang, pintu tertutup rapat. Akhirnya Kendra mencoba mengetuk pintu kamar Drupadi.Toook ... Toook !"Dru ...," panggil Kendra sambil mengetuk pintu kamar bodyguard spesial di hatinya tersebut. Tapi sayang, tidak ada jawaban dari dalam. Akhirnya Kendra kembali ke kamarnya. Tapi rasanya tetap saja gelisah karena belum melihat dan mendengar suara Drupadi. Kena pelet apa kamu,Kendra ?Beda Kendra beda juga yang sedang melanda Drupadi. Tampak Drupadi yang sedang duduk di atas ranjang. Ketukan dan panggilan dari Kendra tadi, sengaja tidak dipedulikannya. Hatinya sedang kacau balau.Kendra mulai bucin akut, dan Drupadi takut jatuh cinta. Ingin rasanya pergi jauh, agar bisa menjaga hati, walau itu pasti mulai terasa sulit. Tapi, jika ia pergi sekarang, dalam keadaan mencurigai seseorang san
"Mama dan Pak Dokter ... jangan memaksa, kak Dru tidak suka kalau ada yang melihat badannya. Badan kakak banyak bekas luka." Ucapan Yuki sepertinya manjur untuk menyelamatkan Drupadi dari kekepoan Nara dan juga Dokter Tristan.Nara tidak bisa membantah perkataan Yuki. Anaknya ini kalau bicara datar dan juga dingin, persis sekali seperti Drupadi. "Baiklah." Dokter Tristan mengalah dan hanya mengobati wajah dan juga lengan Drupadi saja.Tampak Drupadi yang menatap ke arah Yuki dan tersenyum pada adik kesayangannya tersebut. Ahh ... jika seperti ini, bagaimana dia bisa jauh dari adiknya ini. Yuki sangat melindunginya, walau itu hanya perlindungan kecil.Dokter Tristan pamit setelah mengobati Kendra. Nara mengantar ke depan. Saat Nara mengantar Dokter Tristan, tampak Aretha yang masuk ke dalam kamar Kendra."Kendra ... kamu kenapa ? luka lagi ? bodyguard kamu ini sangat tidak becus menjaga kamu !" ucap Aretha judes, sambil memeluk Kendra yang tidak siap akan pelukan itu, sehingga tidak
"Kakak berisik," ucap Kendra sambil tersenyum pada Nara yang terlihat hendak mengeluarkan taring. "Ayah !" pekik Yuki dan yuri bersamaan melihat siapa yang baru keluar dari kamar Drupadi.Yuki sedikit mengerutkan keningnya melihat Kendra yang keluar dari kamar Drupadi. Tapi pertanyaan itu akan ditanyakan nya nanti pada sang kakak.Sedangkan Nara terlihat menatap Drupadi yang hanya bersikap biasa saja. Datar tanpa perlu takut, toh Nara tahunya Dru adalah seorang pria. Jadi tidak ada masalah bukan, jika Kendra tidur di kamarnya. "Hi ... anak-anak Ayah," ucap Kendra lalu menggendong kedua keponakannya,yang pastinya sangat berat."Uhh ... Ayah masih bau banget." Yuri menutup hidungnya, karena memang Kendra baru bangun dan belum mencuci muka.Kendra menurunkan Yuki dan Yuri lalu beralih pada kakaknya."Semalam tidur di sini ?" tanya Nara yang dibalas anggukan Kendra. Sepertinya bucin Kendra tingkat akut. Dia sudah tidak peduli lagi bagaimana tanggapan kakaknya mengetahui dirinya yang ber
Langit masih sedikit gelap dan sepi saat Kendra dan Drupadi tiba di rumah. Tapi sebentar lagi hampir masuk pagi.Para maid sudah sibuk di dapur, tapi tidak dengan keluarga Kendra yang pasti masih terlelap tidur.Drupadi membangunkan Kendra yang perlahan mengerjap, membuka netranya."Bangunlah, kita sudah sampai," ucap Drupadi yang membuat Kendra segera bangun dari posisi tidur tidak nyamannya, tapi sedikit ada rasa nyaman karena elusan lembut pada rambutnya.Drupadi mengucapkan terimakasih pada saudaranya sebelum keluar dari mobil.Kendra segera masuk ke dalam rumah bersama Drupadi yang menuntunnya. Bukan sekali ini Kendra terluka. Berkali-kali pria di sampingnya ini terluka saat bersamanya."Jangan kembali ke kamarmu, aku tidak bisa tidur kalau kamu kembali ke kamarmu sekarang," ucap Kendra menahan tangan Drupadi yang hendak pergi setelah membantunya masuk ke dalam kamar.Drupadi menepis tangan Kendra."Auch ... tanganku terluka, semua luka." Kendra mulai lagi dengan gaya lebay nya.
Drupadi dan Kendra diikat bersama di sebuah ruangan pengap dan juga gelap. "Ken .... kamu baik-baik saja ?" tanya Drupadi khawatir pada keselamatan Kendra."Aku baik-baik saja, kamu bagaimana. ?" tanya Kendra yang juga tidak kalah khawatirnya pada Drupadi. Apalagi lengan Drupadi masih terluka karena melindungi dirinya."Aku baik, tenanglah, semoga bantuan segera datang." Drupadi masih berharap, teman-temannya akan menemukan dirinya dan juga Kendra.Brak !Pintu ruangan terbuka, menampilkan para penculik yang menatap tajam ke arah Kendra dan Drupadi."Jika kalian hanya membutuhkan aku sebagai sandera, maka lepaskan temanku ini !" Teriak Kendra kesal ke arah penculik yang malah tertawa nyaring."Ini, tandatangani kertas ini, setelah itu kalian bisa bebas," ucap salah satu penculik yang berwajah lebih garang daripada teman-temannya."Apa ini ? aku tidak mungkin menandatangani kertas yang aku sendiri tidak tahu apa itu !" Kendra menolak untuk menandatangani kertas tersebut."Bugh !" Sat
Akhirnya setelah perjalanan yang cukup melelahkan, mereka tiba di kuil yang berada di perbukitan yang jauh dari pemukiman."Kamu capek ?" tanya Drupadi mengkhawatirkan Kendra."Selama sama kamu, capeknya hilang." Gombal Kendra, walau sebenarnya ia sangat capek. Tapi, demi menemani Drupadi, rasa lelah itu hilang. "Hadeh ... bagaimana aku bisa sebucin ini sama Drupadi,"batin Kendra sambil tersenyum.Tapi sayang, perjalanan jauh mereka harus menemui kesia-siaan, karena Biksu yang mereka cari, tidak ada di tempat. Beliau sedang pergi selama berbulan-bulan dan tidak bisa dipastikan kapan kembali.Drupadi duduk sambil menatap langit yang mulai gelap."Ayo kita kembali, apa kamu tidak merasa lapar ?" "Kamu lapar ?" Bukannya menjawab, Drupadi malah balik bertanya. Karena dia tahu, Kendra bertanya begitu bukan menanyakannya, tapi mengajaknya untuk makan. Kendra mengangguk malu-malu karena ketahuan menahan lapar."Ayo cari makan, setelah itu kita pulang." Drupadi tersenyum pada bos nya tersebu
"Ehmmm !" Satu deheman membuat Drupadi refleks mendorong Kendra."Eh Kakak !" Kendra menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dibawah tatapan mengintimidasi yang ditunjukkan oleh Nara."Kalian ?" tanya Nara dengan tatapan tajam.Drupadi tampak bingung, karena selama ini, Nara menganggap dirinya adalah seorang laki-laki. Jadi, pasti saat ini, Nara berpikir kemana-mana."Itu ... aku tadi mengucapkan terimakasih karena Dru memiliki rekaman saat Aretha mencoba menjebakku." Kendra akhirnya menceritakan masalah ancaman Aretha untuk mengalihkan tanda tanya besar yang saat ini bercokol di kepala Nara pada apa yang dilihat tadi. Nara tampak manggut-manggut sambil sesekali melirik ke arah pemuda yang telah menyelamatkan anaknya itu dengan tatapan menyelidik tapi disertai senyum manis. Nara selalu dan akan selalu merasa berhutang budi pada pemuda yang sekarang menjadi bodyguard adiknya itu. "Hmmm ... kamu harus hati-hati pada Aretha. Sejujurnya Kakak tidak menyukai tingkahnya. Atlana lebih sopan
Pagi sudah mulai beranjak siang. Tapi terlihat Kendra yang masih meringkuk nyaman. Ia malah menarik selimut agar menutupi tubuhnya. Tapi saat ingat sesuatu, Kendara segera bangun. Tentu saja mencari Drupadi. Tapi tidak ada sosok bodyguardnya itu di dalam kamar. Padahal, semalam ia tertidur dengan merebahkan kepala pada pangkuan Drupadi."Aish .... pergi kemana lagi dia ?" kesal Kendra lalu segera beranjak dari sofa, tempat ia tidur semalaman.Kendra keluar kamar untuk mencari sosok yang sangat dirindukannya itu.Tapi sampai mengobrak-abrik kamar Dru, juga tidak tampak batang hidungnya. Kendra benar-benar frustasi. Ia berjalan menuju tempat latihan dan juga taman belakang yang biasa digunakan Drupadi untuk berolahraga, juga nihil."Aku akan mengurungmu di kandang macan kalau ketemu !" monolog Kendra dengan hati yang sangat kesal sambil meremas rambutnya.Ia lalu kembali lagi ke kamar dan segera menghubungi bodyguardnya tersebut. Tapi nomor yang dihubungi tidak aktif. "Sial !" maki Ke