Suara Shimon mengaketkan kedua kembar yang sedang bermain petak umpet sampai memberantakan barang di sekitarnya."Aku akan bereskan sekarang juga," ucap Lilica dengan bibir mencebiknya. Sedangkan kembaran satu segera merapikan semua barang di lantai tanpa berani mengeluarkan suara sedikitpun. Ia tidak mau membuat abangnya marah karena hal sepele."Sana pergi sekolah," lanjut Lilica yang mendorong Shimon keluar dari ruang tamu.Tubuh shimon tidak bergerak. Kedua matanya menatapi bocak perempuan yang mengemaskan itu. Bocak yang mendorong tubuhnya sampai berwajah merah."Sana pergi," lanjut bocak perempuan itu yang masih berjuang keras untuk mengusir shimon dari ruang tamu."Aku sudah rapikan semua barang di lantai," seru Leo dengan suara nyaring.Shimon semakin mempertajam tatapan kedua matanya. Kedua kembar yang beda gender seketika menyusut ke belakang kakek Erick Stephen untuk meminta pertolongan."Lain kali aku melihat lantai penuh mainan tidak di rapikan, aku buang semuanya ke temp
"Jika bukan anda yang menolong aku di saat itu, Shimon pasti jadi yatim piatu dan bisa-bisa lebih di jual ke peradangan anak oleh mereka karena kesalahan aku. Aku hanya ingin Shimon hidup dengan tenang," ucap Adam Levine yang pamit dari hadapan Erick Stephen.Erick Stephen mengusap dagunya dengan sebelah alis mata naik. Ia tahu Shimon sudah mendengar semuanya sejak tadi."Tidak perlu bersembunyi, ayo keluar!" ucap Erick Stephen yang sudah tahu Shimon mengumping pembicaraan mereka berdua."Seperti biasa istingmu sangat kuat pak tua," cibir Shimon yang kesal dengan Erick Stephen yang selalu bisa tahu keberadaan dirinya yang setiap kali mencuri dengar pembicaraan."Itu karena kau tidak bisa menyembunyikan hawa di tubuh mu," balas Erick Stephen terkekeh renyah. Ia adalah mantan pembunuh profesional. Sehingga hal seperti ini merupakan makanan sehari-hari untuknya.Shimon berdecak kesal, tidak pernah satu kali pun ia menang melawan Erick Stephen."Aku tidak ingin kau terjun ke dunia seperti
"Mengapa kau tidak berdamai dengan masa lalu dan menjalani kehidupan sekarang?" ucap Ricky yang sengaja mengeluarkan pertanyaan bodoh untuk menyadarkan William Randolph.William Randolph mengusap wajahnya dengan kasar. Ingin sekali ia melakukan hal yang seperti di katakan oleh Ricky. Tapi perbuatan Adam Levine sungguh menimbulkan banyak permasalahan yang belum terselesaikan sampai sekarang. Sehingga ia ingin memberikan pelajaran kepada pria itu yang berani mengungkapkan fakta yang sebenarnya terjadi antara dirinya dengan Bella Saphira di depan Robert Randolph."Aku jadi kau, aku akan memilih untuk mengikuti kehidupan sekarang. Masa bodoh dengan masa lalu," lanjut Ricky dengan ucapannya.William Randolph terdiam sebentar, ia memikirkan apa yang di katakan oleh Ricky."Yang kau katakan memang benar," balas William Randolph yang merasa perkataan Ricky ada masuk akal kali ini. Ia harus mengakhiri semuanya dan memulai lembaran kehidupan baru.Mendapatkan keberadaan Adam Levine tidak akan m
Melihat Bella Saphira melamun dalam waktu yang cukup lama dengan tangan memegang boneka hello Kitty. Adam Levine mendekati Bella Saphira. "Kamu melamun lagi?" tanya Adam Levine dengan nada perhatian. Pertanyaan Adam Levine membuyarkan lamunan Bella. Ia melihat ke arah Adam Levine, kemudian menunjukkan boneka hello Kitty di tangan. "Menurut mu Lilica suka tidak dengan boneka ini?" dusta Bella yang menyembunyikan lamunan di balik pertanyaan. Kedua mata Adam Levine melihat boneka hello Kitty di tangan Bella, kemudian ia menahan tawa. "Jadi kau diam sejenak tadi dengan wajah bodoh karena memikirkan ini?" balas Adam Levine yang masih menahan tawanya. "Aku serius," seru Bella Saphira yang kesal melihat sikap Adam Levine yang suka bercanda "Aku rasa lebih baik memberikan boneka Barbie untuk Lilica daripada boneka ini," saran Adam Levine. Bella merasa apa yang di katakan oleh Adam Levine ada benarnya. Ia meletakkan boneka tersebut. Kemudian mengambil satu pasang boneka Barbie di rak ya
Di taman, Lilica memakan cake stoberi sembari berceloteh soal tekstur dan rasa yang tidak sesuai dengan penampilan.Sikap Lilica yang seperti itu sungguh membuat Leo pusing tujuh keliling.Sedangkan Erick Stephen hanya bisa ketawa. Ia memangku Lilica di atas pangkuan. Kemudian menatapi wajah lucu dan chubby Lilica yang terlihat tidak mirip dengan Bella maupun Leo."Kek coba di makan, aku yakin rasanya aneh dari yang lain. Biasanya tidak seperti ini," ucap Lilica yang menyuapi Erick Stephen untuk makan cake stoberi tersebut.Erick Stephen yang tidak suka makanan manis, ia hanya bisa pasrah kali ini demi kebahagiaan cucu."Lumayan enak," balas Erick Stephen yang asli tidak mengerti citra rasa sebuah cake. Sehingga asal menebak rasa cake yang Nia makan sekarang ini."Bukan lumayan lagi, tapi parah. Masa stoberi asam seperti ini," seru Lilica dengan kritikan soal rasa cake stoberi tersebut.Leo yang sudah habis kesabaran. Ia mulai melirik Lilica dengan tatapan tajam."Celoteh saja terus,
"Kemana anak itu," batin William Randolph yang gusar. Ia berlari sana sini untuk mencari keberadaan anak tersebut. Anak yang mirip dengan dirinya. "Kau di mana nak," gumam William Randolph dengan suara sedih. Ia sungguh menyesal akan tindakan bodohnya di masa lalu. Bayang-bayang wajah anak itu masih menghantui hati William Randolph sejak pertama kali ia melihat anak itu. William Randolph sangat yakin, anak tersebut adalah anaknya. *** Erick Stephen yang pulang ke rumah dengan mengendong Lilica yang sudah tidur lelap dan Leo yang terkantuk-kantuk. "Tahu pulang juga?" seru Bella dengan kedua tangan bersedekap di dada. Pasalnya saat ia pulang ke rumah tidak ada satupun orang di rumah. Erick Stephen memperlihatkan senyum tidak berdosa. "Aku ajak cucu menghadiri pesta teman lama," balas Erick Stephen yang menyerahkan Lilica ke arah Bella. Tapi keburu di sambut oleh Simon yang entah keluar dari mana. "Simon!?'' pekik Erick Stephen dan Bella secara bersamaan. "Daripada kalian berdua
Di depan kamar Robert Randolph yang merupakan kamar super VVIP. William Randolph mengedor-ngedor pintu secara kuat berulang kali.Robert Randolph yang hendak tidur, ia terpaksa meminta Anton Bachrul untuk membuka pintu untuk melihat apa maunya William Randolph yang tengah malam seperti orang gila.Anton Bachrul segera membuka pintu kamar atas perintah Robert Randolph. Belum sempat ia bertanya, tubuhnya sudah terpental jauh oleh dorongan William Randolph.William Randolph segera berlari masuk ke dalam kamar, kemudian meminta Anton Bachrul untuk membawa ayahnya ke arah kamarnya.Robert Randolph mengerutkan keningnya, tentu saja ia tidak mau kemana-mana lagi malam ini."Aku punya sesuatu untuk kamu lihat Dad," seru William Randolph yang terlihat panik, gusar dan segala perasaan bercampur aduk di dalam hati."Tidak mau, aku mau tidur," tolak Robert Randolph yang tidak ada niat untuk pergi keluar dari dalam kamar apapun yang terjadi.William Randolph tidak kehabisan akal, ia memilih memapa
William Randolph tertawa terpingkal-pingkal atas apa yang di katakan oleh Ricky barusan. "Pria playboy seperti mu tidak akan laku," balas William Randolph dengan sindirannya yang tidak kalah tajam dengan apa yang di katakan oleh Ricky barusan. "Setidaknya aku tidak menanam benih di luar dan tidak bertanggung jawab atas nasib benih tersebut," cibir Ricky yang berhasil menghentikan tawa William Randolph. William Randolph malas berdebat lagi dengan Ricky. Kini ia mengikuti Ricky masuk ke dalam restoran mewah dengan menghela nafas panjang. "Apakah tidak ada tempat lain selain di sini?" protes William Randolph yang tidak suka dengan dekor restoran tersebut. Ricky menarik kursi, kemudian duduk dengan santai. "Makan di sini paling enak," balas Ricky yang membuka buku berisi menu makanan dari makanan Asia hingga ke makan seafood. William Randolph yang sudah sarapan pagi, ia tidak ada niat untuk mengoder makanan selain minuman. Di arah lain James Arthur dan cintya duduk bersama. Keduany
Panggilan masuk itu berbunyi berulang kali. William Randolph yang sudah terkapar tidak sadar diri tidak menyadari bunyi ponsel yang tiada berhenti.Raisa Andriana yang sejak tadi menghubungi William Randolph. Wajah cantiknya kini terlihat menghitam setelah panggilan berpuluh-puluhan kali tidak di respon oleh William Randolph."Jangan bermimpi kau bisa kabur dari aku setelah mencampakkan aku seperti sampah," batin Raisa Andriana yang masih terobsesi kepada William Randolph serta kekayaan yang di miliki oleh William Randolph.Melihat hari sudah menunjukkan jam 5 pagi, Raisa Andriana memutuskan untuk makan sedikit di bandara untuk mengisi tenaga. Kemudian langsung pergi ke hotel mewah untuk istirahat.***Ujung mata Ricky menatapi kedua kembar yang keluar dari mobil mewah dan di temani oleh seorang pria yang tidak lain adalah Adam Levine."Daddy," seru kedua kembar yang nempel seperti prangko. Sebelum masuk ke dalam halaman sekolah."Belajar yang rajin," Adam Levine memeluk kedua kembar
Mendengar apa yang di katakan oleh pria tua di hadapannya, tawa Cindy semakin nyaring. Semua tamu yang hadir hanya bisa memandang satu sama lain. Mereka tanpa bersuara."Putri kata mu?" seru Cindy yang berusaha berdiri. Ia menatapi Bella dengan senyuman jahat, kemudian membuang ludah sebagai penghinaan.Erik Stephen mengerutkan dahi semakin dalam, ia tidak suka ada yang merusak acara ulang tahun kedua cucu kembar."Wanita jalang itu sudah tidur dengan banyak pria dan kini pria tua itu adalah simpan jalang itu," seru Cindy yang masih emosional dan ia tidak iklhas hidup Bella lebih baik dari dirinya.Bella yang kehabisan kesabaran, ia berjalan ke arah Cindy dengan menghadiahkan satu tamparan keras yang membuat semua tamu ternganga."Tutup mulut jahatmu, berani menghina ayah aku. Aku bersumpah kau tidak akan hidup dengan tenang."Apa yang di katakan oleh Bella mengaketkan semua tamu yang hadir. Termasuk Ricky dan Adam Leonard yang melihat Bella yang menjambak rambut pirang Cindy dengan
Ricky merasa apa yang dilakukan oleh Adam Levine sangat lucu."Pria sampah seperti kau hanya bisa berlindung di belakang wanita," cibir Ricky dalam hati dengan membalas tatapan ancaman dari Adam Levine.Keduanya terlihat saling memperingati satu sama lain. Ricky yang tidak ingin topeng aslinya terbongkar di depan umum, Ia segera mengikuti sang ayah ke tempat lain.Adam Leonard ingin mewancari Ricky secara detail. Tapi melihat Ricky menguap berapa kali dan memijit kepala, niatnya terundur.Untuk menutupi kecurigaan sang ayah, Ricky sengaja meminta air putih kepada salah satu pelayan yang berjalan lalu lalang."Kau kenapa?" tanya Adam Leonard yang melihat Ricky menelan satu pil obat.“Sakit kepala,” balas Ricky yang melemparkan bungkusan obat kepada Adam Leonard yang duduk di depan.Adam Leonard menatapi bungkusan obat di atas meja depan wajah dengan tidak senang.“Mengapa ada yang bau badan di pesta ini?” dusta Ricky yang menutup hidung dengan sapu tangan dan sebelah tangan memijit dahi
melihat sikap Erick Stephen yang posesif kepada gadis kecil itu. Emosi Roberth Randolph seketika mendidih. Ia merasa terkalahkan dalam hal untuk memiliki sesuatu.Robert Randolph berdiri dari tempat duduknya. Ia tidak ingin Erick Stephen memonopoli Lilica seorang diri.Tanpa kata-kata, Erick Stephen memilih untuk pergi dari hadapan Robert Randolph dengan tujuan menjauhkan Lilica dari Robert Randolph.Robert Randolph yang ingin melangkahkan kakinya, namun ia terhalang oleh Anton Bachrul."Jangan gegabah tuan," saran Anton Bachrul yang tidak ingin Robert Randolph kena masalah. Mengingat latar belakang Erick Stephen yang terkenal di dunia hitam."Apakah tuhan membalas apa yang aku lakukan di masa lalu dengan cara seperti ini," Robert Randolph berusaha menahan kesedihan, kemarahan dan ketakutan menjadi satu di dalam hati.Anton Bachrul tidak mengerti apa yang di katakan oleh Robert Randolph, ia segera membawa Robert Randolph untuk segera kembali ke rumah utama.Di rumah utama, Robert Rand
"Apa katamu tua Bangka," seru Cindy yang tidak terima atas kata-kata Deep Arthur yang merupakan ayah mertua. "Tidak sopan," Deep Arthur yang tidak tahan dengan sikap Cindy yang kian hari kian kurang kurang ajar. Ia langsung menyiramkan satu ember air ke arah Cindy. Cindy melap wajahnya yang basah, ia berdiri dari tempat duduk dengan wajah hitam. Rasa marah dan sesak bercampur jadi satu di dalam hati. "Tua Bangka sialan, aku berharap kau cepat masuk tanah." Cindy meraih tas mewah, ia berlari dari ruang tamu dengan emosi membara sembari mengumpat berulang kali. Sedangkan Anne Arthur berusaha mengejar Cindy dari arah belakang. "Sekalian saja kau ikut wanita mandul itu pergi, maka tidak perlu kembali lagi ke sini!" tegas Deep Arthur yang membanting ember ke lantai. Langkah kaki Anne Arthur terhenti, ia tidak berani mengejar langkah kaki Cindy lagi. Ketika sebuah suara berat berupa ancaman terdengar nyaring. "Aku heran kenapa James bisa menikahi wanita ini," seru Deep Arthur yang lup
"Aku kan bercanda, lagian Adam pasti akan marah besar. Jika tau aku bekerja," Bella tertawa pelan. Kemudian menarik Erick Stephen keluar dari rumah.Kerutan di dahi Erick Stephen terlihat semakin dalam ketika melihat tingkah Bella hari ini."Temani aku jalan-jalan! Kita sudah lama tidak berjalan bersama sebagai ayah dan anak," Bella sedikit memaksa kehendaknya kepada Erick Stephen untuk keluar dari dalam rumah.Erick Stephen yang tidak ingin Bella stres. Ia pun setuju akan permintaan Bella hari ini.Di mall, Bella melirik barang mewah keluaran terbaru."Aku mau tas ini," ucap Bella dan seorang wanita secara bersamaan.Wanita itu terlihat tidak suka ada yang mengincar barang yang ia sukai. Sedangkan Bella masa bodoh."Aku pikir siapa, ternyata kau Bella. Oops wanita jalang," Cindy sengaja menyindir Bella untuk membalas sakit hati di pameran perhiasan di Paris."Oh ada pelakor," balas Bella dengan tatapan menyindir. Ia pun melap jari-jari dengan tissue basah anti kuman di depan Cindy.T
Di salah satu ruangan, Adam Levine mendudukan kedua kembar. Ia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada kedua kembar."Mengapa kalian menagis, apa karena dad dan mom tidak ikut kalian pergi main ke pantai?" Adam Levine berusaha menghibur kedua kembar tersebut."Rumah kita terbakar habis," Shimon yang mengambil ahli untuk menjawab pertanyaan yang tidak bisa di jawab oleh kedua kembar yang masih sibuk menagis.Wajah Adam Levine memperlihatkan sedikit ketakutan, apa yang ia takutkan menjadi kenyataan."Itu hanya rumah sementara untuk di tempati, sekarang kita semua balik ke Italia. Liburan sudah selesai," timpal Erick Stephen yang ingin menjauhkan kedua kembar dari ayah biologis."Baiklah," kedua kembar menjawab perkataan Erick Stephen secara bersamaan. Karena mereka tahu keegoisan telah menyebabkan banyak hal terjadi. Sedangkan Adam Levine hanya bisa diam tanpa protes atau apapun.Shimon merasa semua ini tidak sederhana, ia yakin ada yang sengaja membakar rumah sebagai peringatan u
"Mau apa kau menghubungi aku," William Randolph menaikkan volume suara lebih tinggi dari biasanya saat berbicara dengan Ricky di balik ponsel."Dasar bodoh, apa yang kau lakukan di sana. Otak udangmu itu di pakai sedikit bisa tidak? Karena kebodohan mu itu telah menyebabkan banyak masalah di banyak pihak,"William Randolph menaikkan sebelah alisnya. Ia merasa semua ini pantas di dapatkan oleh para pecundang seperti Adam Levine dan Erick Stephen.Ricky yang di balik ponsel hanya menghela nafas panjang. Ia tidak bisa membantu banyak atas kebodohan yang di sebabkan oleh William Randolph.Seorang pria tua berdiri di hadapan Ricky. Ia menunjukkan sikap tidak senang.Sadar posisi dalam bahaya, Ricky memutuskan panggilan dengan William Randolph saat itu juga."Berapa kali aku katakan padamu untuk tidak berteman dengan bajingan itu yang bisa menghancurkan karir dan nama keluarga kita!" ucap pria tua itu yang tak lain adalah Adam Leonard.Ricky menghela nafas panjang, ia beralasan orang yang i
"Sial, terkutuk kau...." William Randolph melampiaskan kekesalan di dalam hati ke arah salah satu kaki meja. "Sial..sial.." tidak puas mengumpat, William Randolph membanting meja tersebut dengan sekuat tenaga untuk melampiaskan kekesalan di dalam hati yang masih ada api yang kebencian yang membara kian tinggi. Tidak puas melampiaskan kekesalannya itu, William Randolph memilih untuk keluar dari dalam rumah. Ia memutuskan untuk mencari Erick Stephen atau Adam Levine untuk membuat perhitungan karena selama ini berani menyembunyikan keberadaan Bella Saphira tanpa seizinnya. "Wanita sialan itu harus diberikan pelajaran berlipat-lipat dari sebelumnya," batin William Randolph yang masih penuh amarah kepada Adam Levine dan Erick Stephen. Sehingga melupakan nasehat Ricky. Pintu rumah di buka secara tiba-tiba oleh William Randolph. Seketika dahi William Randolph berkerut dalam saat melihat siapa yang ada di hadapannya. Wanita itu menampilkan senyuman manis dengan bagian dada yang hampir te