"Jika bukan anda yang menolong aku di saat itu, Shimon pasti jadi yatim piatu dan bisa-bisa lebih di jual ke peradangan anak oleh mereka karena kesalahan aku. Aku hanya ingin Shimon hidup dengan tenang," ucap Adam Levine yang pamit dari hadapan Erick Stephen.Erick Stephen mengusap dagunya dengan sebelah alis mata naik. Ia tahu Shimon sudah mendengar semuanya sejak tadi."Tidak perlu bersembunyi, ayo keluar!" ucap Erick Stephen yang sudah tahu Shimon mengumping pembicaraan mereka berdua."Seperti biasa istingmu sangat kuat pak tua," cibir Shimon yang kesal dengan Erick Stephen yang selalu bisa tahu keberadaan dirinya yang setiap kali mencuri dengar pembicaraan."Itu karena kau tidak bisa menyembunyikan hawa di tubuh mu," balas Erick Stephen terkekeh renyah. Ia adalah mantan pembunuh profesional. Sehingga hal seperti ini merupakan makanan sehari-hari untuknya.Shimon berdecak kesal, tidak pernah satu kali pun ia menang melawan Erick Stephen."Aku tidak ingin kau terjun ke dunia seperti
"Mengapa kau tidak berdamai dengan masa lalu dan menjalani kehidupan sekarang?" ucap Ricky yang sengaja mengeluarkan pertanyaan bodoh untuk menyadarkan William Randolph.William Randolph mengusap wajahnya dengan kasar. Ingin sekali ia melakukan hal yang seperti di katakan oleh Ricky. Tapi perbuatan Adam Levine sungguh menimbulkan banyak permasalahan yang belum terselesaikan sampai sekarang. Sehingga ia ingin memberikan pelajaran kepada pria itu yang berani mengungkapkan fakta yang sebenarnya terjadi antara dirinya dengan Bella Saphira di depan Robert Randolph."Aku jadi kau, aku akan memilih untuk mengikuti kehidupan sekarang. Masa bodoh dengan masa lalu," lanjut Ricky dengan ucapannya.William Randolph terdiam sebentar, ia memikirkan apa yang di katakan oleh Ricky."Yang kau katakan memang benar," balas William Randolph yang merasa perkataan Ricky ada masuk akal kali ini. Ia harus mengakhiri semuanya dan memulai lembaran kehidupan baru.Mendapatkan keberadaan Adam Levine tidak akan m
Melihat Bella Saphira melamun dalam waktu yang cukup lama dengan tangan memegang boneka hello Kitty. Adam Levine mendekati Bella Saphira. "Kamu melamun lagi?" tanya Adam Levine dengan nada perhatian. Pertanyaan Adam Levine membuyarkan lamunan Bella. Ia melihat ke arah Adam Levine, kemudian menunjukkan boneka hello Kitty di tangan. "Menurut mu Lilica suka tidak dengan boneka ini?" dusta Bella yang menyembunyikan lamunan di balik pertanyaan. Kedua mata Adam Levine melihat boneka hello Kitty di tangan Bella, kemudian ia menahan tawa. "Jadi kau diam sejenak tadi dengan wajah bodoh karena memikirkan ini?" balas Adam Levine yang masih menahan tawanya. "Aku serius," seru Bella Saphira yang kesal melihat sikap Adam Levine yang suka bercanda "Aku rasa lebih baik memberikan boneka Barbie untuk Lilica daripada boneka ini," saran Adam Levine. Bella merasa apa yang di katakan oleh Adam Levine ada benarnya. Ia meletakkan boneka tersebut. Kemudian mengambil satu pasang boneka Barbie di rak ya
Di taman, Lilica memakan cake stoberi sembari berceloteh soal tekstur dan rasa yang tidak sesuai dengan penampilan.Sikap Lilica yang seperti itu sungguh membuat Leo pusing tujuh keliling.Sedangkan Erick Stephen hanya bisa ketawa. Ia memangku Lilica di atas pangkuan. Kemudian menatapi wajah lucu dan chubby Lilica yang terlihat tidak mirip dengan Bella maupun Leo."Kek coba di makan, aku yakin rasanya aneh dari yang lain. Biasanya tidak seperti ini," ucap Lilica yang menyuapi Erick Stephen untuk makan cake stoberi tersebut.Erick Stephen yang tidak suka makanan manis, ia hanya bisa pasrah kali ini demi kebahagiaan cucu."Lumayan enak," balas Erick Stephen yang asli tidak mengerti citra rasa sebuah cake. Sehingga asal menebak rasa cake yang Nia makan sekarang ini."Bukan lumayan lagi, tapi parah. Masa stoberi asam seperti ini," seru Lilica dengan kritikan soal rasa cake stoberi tersebut.Leo yang sudah habis kesabaran. Ia mulai melirik Lilica dengan tatapan tajam."Celoteh saja terus,
"Kemana anak itu," batin William Randolph yang gusar. Ia berlari sana sini untuk mencari keberadaan anak tersebut. Anak yang mirip dengan dirinya. "Kau di mana nak," gumam William Randolph dengan suara sedih. Ia sungguh menyesal akan tindakan bodohnya di masa lalu. Bayang-bayang wajah anak itu masih menghantui hati William Randolph sejak pertama kali ia melihat anak itu. William Randolph sangat yakin, anak tersebut adalah anaknya. *** Erick Stephen yang pulang ke rumah dengan mengendong Lilica yang sudah tidur lelap dan Leo yang terkantuk-kantuk. "Tahu pulang juga?" seru Bella dengan kedua tangan bersedekap di dada. Pasalnya saat ia pulang ke rumah tidak ada satupun orang di rumah. Erick Stephen memperlihatkan senyum tidak berdosa. "Aku ajak cucu menghadiri pesta teman lama," balas Erick Stephen yang menyerahkan Lilica ke arah Bella. Tapi keburu di sambut oleh Simon yang entah keluar dari mana. "Simon!?'' pekik Erick Stephen dan Bella secara bersamaan. "Daripada kalian berdua
Di depan kamar Robert Randolph yang merupakan kamar super VVIP. William Randolph mengedor-ngedor pintu secara kuat berulang kali.Robert Randolph yang hendak tidur, ia terpaksa meminta Anton Bachrul untuk membuka pintu untuk melihat apa maunya William Randolph yang tengah malam seperti orang gila.Anton Bachrul segera membuka pintu kamar atas perintah Robert Randolph. Belum sempat ia bertanya, tubuhnya sudah terpental jauh oleh dorongan William Randolph.William Randolph segera berlari masuk ke dalam kamar, kemudian meminta Anton Bachrul untuk membawa ayahnya ke arah kamarnya.Robert Randolph mengerutkan keningnya, tentu saja ia tidak mau kemana-mana lagi malam ini."Aku punya sesuatu untuk kamu lihat Dad," seru William Randolph yang terlihat panik, gusar dan segala perasaan bercampur aduk di dalam hati."Tidak mau, aku mau tidur," tolak Robert Randolph yang tidak ada niat untuk pergi keluar dari dalam kamar apapun yang terjadi.William Randolph tidak kehabisan akal, ia memilih memapa
William Randolph tertawa terpingkal-pingkal atas apa yang di katakan oleh Ricky barusan. "Pria playboy seperti mu tidak akan laku," balas William Randolph dengan sindirannya yang tidak kalah tajam dengan apa yang di katakan oleh Ricky barusan. "Setidaknya aku tidak menanam benih di luar dan tidak bertanggung jawab atas nasib benih tersebut," cibir Ricky yang berhasil menghentikan tawa William Randolph. William Randolph malas berdebat lagi dengan Ricky. Kini ia mengikuti Ricky masuk ke dalam restoran mewah dengan menghela nafas panjang. "Apakah tidak ada tempat lain selain di sini?" protes William Randolph yang tidak suka dengan dekor restoran tersebut. Ricky menarik kursi, kemudian duduk dengan santai. "Makan di sini paling enak," balas Ricky yang membuka buku berisi menu makanan dari makanan Asia hingga ke makan seafood. William Randolph yang sudah sarapan pagi, ia tidak ada niat untuk mengoder makanan selain minuman. Di arah lain James Arthur dan cintya duduk bersama. Keduany
*** Malam hari. Adam Levine berpakaian rapi untuk menemani Bella pergi ke pameran perhiasan. "Jaga rumah dan jangan buat keributan!" perintah Adam Levine kepada kedua kembar yang sedang bermain dengan Erick Stephen di ruang tamu. Lilica langsung berhenti bermain, kemudian berdiri dengan sebelah tangan memegang boneka. "Padahal aku mau ikut Daddy pergi," protes Lilica dengan mencebikkan bibir mungilnya. Saat Adam Levine akan bersuara. Ia tetiba di kagetkan oleh Shimon yang pulang dengan pakaian kotor dan rambut acak-acakan. "Permainan kali ini kalah," ucap Shimon yang masuk ke dalam rumah dengan wajah lesu. Lilica yang awalnya protes mau ikut. Kini mendadak tidak jadi protes lagi. "Kak Shimon," pekik Lilica yang mengejar langkah kaki Shimon ke atas Anak tangga. "Tunggu aku kak Shimon," ujar Lilica yang masih mengejar langkah kaki Shimon yang berjalan lebih cepat dari biasanya. Adam Levine mengerutkan keningnya, ia heran dengan permainan apa yang di mainkan oleh Shimon belakan