Bab 178. Tamparan Alisya Buat Intan
=========
“Jadi udah jelas, kan, apa yang Ante sering bilang sama Rena! Papa Deva itu bukan papa yang baik. Dia jahat, dia mau mencuri Mama Rena. Mau ambil Mama Rena, mau dia jadiin mama buat Tasya aja. Papa Rena itu sebenarnya adalah Papa Fajar. Orangnya baik, tapi udah dijahatin sama Papa Deva, makanya masuk penjara.”
Alisya kaget. Darah langsung menggelegak, seperti naik sampai ke ubun-ubun. Jadi ini yang telah dilakukan Intan selama ini. Kenapa? Setelah aku tampung dia selama ini? Susah senang dia tak pernah aku lalaikan. Ternyata dia musuh dalam selimut. Duri di dalam rumah tanggaku. Oke, duri ini harus kucabut, dan kubuang ke jalanan! Emosi kia
Bab 179. Buah Jatuh Tak Jauh Dari Pohonnya=========“Intan! Apa lagi yang kamu tunggu! Keluar sekarang!” Alisya berteriak kencang. Wanita itu tak lagi bisa mengontrol emosi yang membakar. Tak bisa menahan amarah, meski Rena semakin ketakutan.“Ok, aku keluar!” Gadis itu buru-buru mengeluarkan tas besar dari dalam lemari pakaian. Memasukkan baju-bajunya secara asal. Lalu meraih sebuah map dari dalam laci lemari. Rena tetap menangis sambil mencengkram ujung baju Intan. Itu membuat gerakan Intan sedikit terhalang.“Ada apa ini?
Bab 180. Aisyah Menyelamatkan Rena==========Intan dengan tubuh Rena yang tetap terseret tak mau lepas, kini sudah berada di teras rumah, diirngi dengan seluruh keluaga besar yang kebingungan untuk membujuk bocah itu. Bik Warsih berlari-lari menuju pintu gerbang. Sebuah mobil berwarna putih memasuki halaman rumah besar itu. Berhenti persis di samping mobil Raja.Seorang gadis berbusana syar’i keluar dari dalam mobil. Dua buah boneka besar dia peluk. Boneka yang masih berbungkus plastik transfaran. Boneka yang hampir sebesar tubuh Rena. Bocah kecil yang tengah berteriak histeris itu tiba-tiba menghentikan tangisnya. Mata kecil
Bab 181. Ardho Keluar Dari Penjara==========“Ok, terima kasih infonya! Ingat, begitu pernikahan adiknya selesai, kembalikan dia ke dalam penjara!”“Siaaap, Pak!”Para Bodyguard Deva kembali fokus mengintai situasi di rumah Rika. Sang Narapidana di sambut hangat oleh Dr. Robert, calon adik iparnya.“Selamat datang, Mas!”Dr. Robert menyalam calon kakak iparnya.“Terima kasih. Dr. Robert, kan? Senang bisa bertemu. Terima kasih akhirnya adikku mau mengakhiri masa lajangnya. Padahal usianya sudah lebih dari cukup, teman komp
Bab 182. Obat Perangsang Di Dalam Minuman========“Maaf, Din. Aku mau bicara, penting.”Suara pria sangat berwibawa. Tak ada kesan kalau dia sedang butuh sesuatu, tetapi sebaliknya Dindalah yang seolah butuh dia.“Bicara apa? Sepertinya gak ada yang penting, gugatan ceraiku sudah di pengadian, kamu tunggu aja panggilan sidangnya. Toh, kamu sudha keuar dari penjara. Jadi orang-orang tak akan menuduhku lagi sebagai perempuan egois, yang menuntut cerai karena suami di penjara. Sekarang tidak ada lagi alasan yang memberatkan aku. Tetapi, selamat, ya. Akhirnya kamu bebas. Sudah, aku matikan telponnya,” ujar Dinda tetap ketus.
Bab 183. Menuntaskan Hasrat Beriring Dendam===========Ardho kembali dari belakang dengan dua gelas minuman di tangannya. Teh manis hangat untuk Dinda, dan kopi buat dirinya.“Silahkan diminum!” ucapnya menyerahkan gelas untuk Dinda.“Makasih, Mas!” Dinda menerima gelas itu. Menyeruput beberapa teguk, lalu meletakkannya kembali di atas meja.“Jadi, kita mulai saja, ya! Pertama dulu masalah gugatan kamu, aku setuju. Aku tak akan menahan perceraian kita. Karena itu yang terbaik buat kita, iya, kan?” Ardho me
Bab 184. Berita Heboh di Pagi Buta=========Suasana di rumah Alisya di malam kejadian, saat Ardho menelepon wanita itu sebelum Dinda datang.“Siapa yang nelpon, Sayang?” Deva menatap punggung Alisya. Wanita itu duduk di tepi ranjang besar mereka.“Gak, tahu, nih, Mas. Nomor tak dikenal. Bentar, ya!” Alisya mengusap layar.“Hallo!” sapa Alisya. Tapi tak ada jawaban dari si penelepon.“Maaf, ini siapa?” tanya Alisya meninggikan suaranya. Tetap tak terdenagr jawaban.&nbs
Bab 185. Pernikahan Tiara Terancam Batal=========“Bagaimana keadaannya?” Dr. Robert menghampiri Dr. Ilham yang baru saja keluar dari ruang operasi. Pria itu tak masuk kerja hari ini. Sengaja dia mengambil cuti untuk persiapan pernikahannya. Esok adalah harinya. Namun, begitu mendapat telepon dari Alisya, pria itu buru-buru datang ke rumah sakit.“Dokter mengenalnya?” Dokter Ilham balik bertanya.“Ya, dia calon kakak ipar saya. Esok harusnya dia menikahkan adiknya dengan saya.”
Bab 186. Sumpah Dokter Robert==========“Maaf, Mbak. Kami sungguh-sungguh minta maaf. Kami merasa, jika sejak awal pernikahan ini sudah banyak onak dan duri, maka selamanya kelak, keluarga merek aakan diterpa masalah. Berarti mereka tidak serasi. Itu kepercayaan di keluarga kami. Jadi, untuk apa diteruskan. Tolong, agar Mbak bisa memaklumi!”“Baik, saya tahu sejak awal kalian memang tak menyukai Tiara, putri saya. Tak perlu mencari kambing hitam dan berbagai alasan. Putri saya memang bukan siapa-siapa, tak pantas mendampingi putra kalian yang sangat istimewa. Sangat tidak sepadan. Perlu kalian ketahui, kami
Bab 210. Para Benalu Bertaubat (Tamat)=============“Yang itu? Sepertinya itu Tante Niken sama siapa, ya, Ma? Ada dua oom oom juga.”“Kita ke sana, yuk Sayang! Biar nampak jelas.”Keduanya mempercepat langkah. Jarak beberapa meter, mereka berhenti. Alisya menahan langkah Tasya, dengan mencengkram lengan gadis kecil itu. Keduanya melongo menatap pemandangan yang mengejutkan di depan mereka. Supir peribadi Niken yang telah lama menghilang, kini ada di sana.Nanar mata Alisya menatap seorang pria satunya. Lelaki kurus, seolah tingggal kulit pembungkus tulang. Mata cekung&nb
Bab 209. Culik Aku, Mas!========“Kasihan Intan, Mas.”“Bagaimana dengan aku? Aku juga sudah berjuang melupakan kamu, tapi tetap gak bisa, gimana?”“Mas?”“Ya?”“Aku bingung!”“Kenapa bingung?”“Masih gak percaya dengan ucapan Intan tadi. Gak mungkin Mama setega itu sama kamu!”“Nyatanya seperti itu, Non! Bu Alina menyerahkan selembar cek untukku, agar aku pergi meningalkan kamu. Tapi aku tolak, karena cintaku tak ternila
Bab 208. Bukan Pagar Makan Tanaman=========“Stop! Stop! Kubilang stop! Kumohon berhenti! Jangan ikuti aku!” Niken berteriak.“Ok, kami berhenti. Tapi, kamu juga berhenti, Ken! Kenapa? Kenapa kamu mau pergi, setelah sekian lama kita tak berjumpa? Ok, aku pernah salah, aku pernah khilaf. Tapi, Mas Deva sudah memaafkan aku. Aku juga sudah menyasali perbuatanku. Aku sudah insyaf, Ken! Mas Deva dan Kak Alisya saja mau memaafkan kesalahanku, kenapa kamu tidak? Padahal kita udah sahabatan sejak kuliah semester satu. Empat tahun bukan waktu singkat untuk membina suatu hungan persahabatan, Niken!” Intan kini berurai air mata.“Sahab
Bab 207. Kejutan Buat Niken===========“Rena! Cepat, dong! Ke mana lagi, sih?” Niken memanggil keponakannya.“Bentan, Ante!” teriak gadis kecil berseragam sekolah taman kanak-kanak itu berlari menuju halaman belakang sekolah.“Rena! Ayo, dong! Kak Tasya nanti kelamaan nunggunya, lho!” Niken berusaha mengejar.Hampir setiap hari Rena menuju tempat itu. Rumah penjaga sekolah. Entah apa yang menarik perhatian Rena di sana. Biasanya Dadang yang mengantar dan menjemput Rena. Pak Dadang hanya akan menunggu saja di mobil, di dekat gerbang, tapi hari ini dia 
Bab 206. Permintaan Alisya===========“Lakukan sesuatu, Mas! Kamu mau Niken seperti itu terus?” pinta Alisya menuntut Deva.“Apa yang bisa kuperbuat, Sya?”Deva menoleh ke arah Alisya. Wanita yang masih berbaring itu menatapnya dengan serius. Deva mendekat. “Aku bisa apa, coba? Mencari Hendra lalu menikahkannya dengan Niken? Lalu apa yang akan terjadi dengan Mama? Belum lagi Papa. Kamu tahu resikonya sangat berat, bukan?”“Ya. Tapi aku tidak tega melihat Niken makin terpuruk seperti itu.”“Aku paham. Aku akan usahakan yang terbaik buat mereka. Jika mereka berjodoh, aku yakin mereka pasti akan bersatu juga. Seperti kita.”“Ya.”“Bedanya, kamu bisa
Bab 205. Niken memilih Menjadi Perawan Tua=======“Gimana, dong?” Aisyah memilin ujung jilbabnya.“Siapa yang suruh merajuk-rajuk segala. Dipaksa nikah sama Mama, bingung, kan?”“Mas Raja, sih. Suka banget buat Ai cemburu!”“Ai, aku baik sama Alisya, hanya sebatas adik kepada kakaknya, gak lebih! Tolong kamu paham, dong, Ai. Aku, sih, ok aja, disuruh nikahi kamu, sekarang, pun aku mau. Tapi, kamu? Belum mau, kan? Nah sekarang siapa yang gak serius dengan hubungan ini?”“Ai serius, Mas. A
Bab 204. Kejutan Putri Bungsu Haga Wibawa==========“Siapa bilang Non Niken tidak punya kekasih, Buk?”“Buktinya, lihat! Hari-hari di rumah saja. Cowok yang datang main ke rumah ini juga tidak pernah ada, kan? kasihan dia, sepertinya kesepian.”“Ibuk salah. Justru Non Niken setiap hari berbunga-bunga. Tapi, saya gak berani bilang siapa orangnya, ya, Buk, jangan paksa saya bicara, ya!”“Siapa? Kamu kenal, Srik?”“Jangan tanya, Buk! Ampun! Ya, Alloh, kanapa mulutku nyeplos, sih! Anggap Ibuk gak pernah dengar apa-
Bab 203. Alisya Hamil, Aisyah Cemburu==========“Iya. Aku akan belajar untuk berubah. Sabar, ya, Sayang! Aku pasti bisa, meski perlahan.” Deva mengelinjang. Sentuhan Alisya membuatnya kian mengawang. Nalurinya kian menghentak, saat tangan Alisya melepas lilitan handuk di pinggang.“Aku khawatir, Sya! Kalau beneran sudah ada calon bayi kita di rahim kamu, aku takut dia terganggu, Sayang!”“Kamu bisa pelan-pelan, kan, Mas!”“Hem, bisa. Terima kasih, Sayang!”Alisya membuktikan rasa hati yang sesungguhnya. Ungkapan cintanya yang begitu besar yang hanya untuk Deva. Tak ada&nb
Bab 202. Perhatian Raja Membakar Cemburu Deva=========“Tidak, kita ke Dokter spesialis kandungan saja, Sayang! bentar aku pakai baju, dulu, ya! Ops, kamu di situ aja, nanti aku gendong ke mobil. Jangan bergerak, Sayang! Tolong jangan gerak, ya!” titahnya seraya bangkit dan berjalan menuju lemari pakian.“Aku bisa jalan sendiri, Mas! Gak usah berlebihan, deh! Aku gak manja, kok. Seperti yang kamu mau. Kamu kan gak suka perempuan manja!”“Sya?” Deva menatap lembut wajah istrinya. Pria itu urung membuka pintu lemari.Ponsel Alisya berdering.&nbs