Bab 184. Berita Heboh di Pagi Buta
=========
Suasana di rumah Alisya di malam kejadian, saat Ardho menelepon wanita itu sebelum Dinda datang.
“Siapa yang nelpon, Sayang?” Deva menatap punggung Alisya. Wanita itu duduk di tepi ranjang besar mereka.
“Gak, tahu, nih, Mas. Nomor tak dikenal. Bentar, ya!” Alisya mengusap layar.
“Hallo!” sapa Alisya. Tapi tak ada jawaban dari si penelepon.
“Maaf, ini siapa?” tanya Alisya meninggikan suaranya. Tetap tak terdenagr jawaban.&nbs
Bab 185. Pernikahan Tiara Terancam Batal=========“Bagaimana keadaannya?” Dr. Robert menghampiri Dr. Ilham yang baru saja keluar dari ruang operasi. Pria itu tak masuk kerja hari ini. Sengaja dia mengambil cuti untuk persiapan pernikahannya. Esok adalah harinya. Namun, begitu mendapat telepon dari Alisya, pria itu buru-buru datang ke rumah sakit.“Dokter mengenalnya?” Dokter Ilham balik bertanya.“Ya, dia calon kakak ipar saya. Esok harusnya dia menikahkan adiknya dengan saya.”
Bab 186. Sumpah Dokter Robert==========“Maaf, Mbak. Kami sungguh-sungguh minta maaf. Kami merasa, jika sejak awal pernikahan ini sudah banyak onak dan duri, maka selamanya kelak, keluarga merek aakan diterpa masalah. Berarti mereka tidak serasi. Itu kepercayaan di keluarga kami. Jadi, untuk apa diteruskan. Tolong, agar Mbak bisa memaklumi!”“Baik, saya tahu sejak awal kalian memang tak menyukai Tiara, putri saya. Tak perlu mencari kambing hitam dan berbagai alasan. Putri saya memang bukan siapa-siapa, tak pantas mendampingi putra kalian yang sangat istimewa. Sangat tidak sepadan. Perlu kalian ketahui, kami
Bab 187. Pertengkaran Kecil Di Pagi Buta=========“Kalau sudah dijelasin Mama, kenapa Mas Robert masih ke sini?” Tiara menoleh. Kini mata mereka beradu. Jelas Tiara melihat ada keseriusan di mata kekasihnya. Tak ada keraguan di sana. Tetapi, Tiara bukan gadis penghayal. Tatapan penuh cinta itu, tak boleh dia harapkan lagi. Mata teduh itu bukan miliknya. Tiara menunduk kini. Menetralkan debar dengan buncah pedih di dada.“Ingin menegaskan sama kamu. Bahwa aku tak akan pernah mundur sejengkal pun Tiara!” Dr. Robert menyentuh dagu gadis itu, lalu menegakkan wajah yang tersaput mendung hingga berse
Bab 188. Watak Asli Deva===========“Ma-maksud Papa bukan seperti itu, aduh, papa salah ngomongnya, nih. Mama aja yang jelasin, ya! Tolong jelasin ke Tasya, Sayang!” Deva menoleh ke arah Alisya.Alisya menarik napas beberapa kali. Berusaha tetap setenang mungkin, meski hatinya kini bergejolak sesak. Cara Deva mendidik putrinya, tetap berdasarkan keangkuhan. Bibit keangkuhan itu dia tanamkan pula di hati putrinya. Sepertinya watak angkuh itu tak akan gampang lekang dari diri pria itu, bahkan akan dia wariskan pula pada anaknya. Rena bukan anak kandungnya, Deva menumbuhkan&nbs
Bab 189. Bulan Madu Alisya======Allah lah pemilik segala sesuatu di muka bumi ini. Tak ada yang melebihi kekuasaan Allah. Zat yang harus kita sembah, karena diri kita adalah milik-Nya. Kita harus akur, jangan sampai Allah mengambil Papa dan Mama, karena Allah marah. Itu yang Alisya tanamkan di hati kedua putrinya. Membujuk dan mendekati mereka dengan penuh kasih sayang.Tasya dan Rena mencoba memahami setiap kalimat yang diucapkan oleh Alisya. Keduanya saling menyesali diri, dan berjanji akan selalu saling menyayangi. Deva melihat perubahan kedua putrinya. Kini mereka terlihat sangat akur kembali. Itu berkat Alisya. Tetapi, masih ada yang m
Bab 190. Rencana Pernikahan Di Rumah Sakit========Tiara tak menolak kali ini. Di dalam kebimbangan, gadis itu mengikuti saran itu. Melakukan ibadah salat Duha di sana.Terucap untaian doa-doa dari mulutnya. Begitu lirih hingga menitikkan air mata.“Mungkin, tak ada gadis lain semalang diriku, Ya Tuhan. Di detik-detik menjelang akad pernikahan, semua masalah datang. Mas Ardho yang akan menggantikan tugas Papa untuk menikahkan aku, tiba-tiba menghadapi masalah pelik rumah tangganya sendiri. Bahkan dia terkapar tak berdaya kini. Papaku, juga sama. Dia yang memang suda
Bab 191. Permintaan Deva Saat Di Kamar Hotel==========“Mas?” Kembali Alisya meremas jemari Deva dengan makin kencang.“Maaf, Mbak. Suami saya memang kurang suka travelling sistem paket seperti ini. Dia terbiasa bebas gitu. Paket bulan madu ini adalah hadiah dari keluarga besar kami. Gak enak kalau gak kami terima. Mohon maklum, ya, Mbak!”“Oh, begitu? Pantes, Bapak ini sepertinya gak suka, ngelihat jadwal kita. Itu bagian dari pelayanan kita, kok, Mbak? Ya, sudah, kalau memang gak mau ke Jimbaran, boleh kok, nanti langsung ch
Bab 192. Serasa Malam Pertama Lagi (21+)===========“Itu, Mas! Udah aku sediain, kok!” Alisya menunjuk pakaian yang tadi sudah dia keluarkan dari dalam koper. Lalu bergerak cepat menuju kamar mandi, setelah menyambar gaun miliknya sendiri.Deva tahu apa yang dirasakan wanitanya. Tersenyum simpul dia meletakan tubuhnya di atas ranjang. Meraih ponsel lalu mulai mnegutak-atik benda itu sambil bersandar di bagian kepala ranjang. Masih hanya mengenakan handuk berwarna biru langit, Deva sengaja menunggu.Alisya keluar dari kamar mandi sudah dengan gaun lengkap. Tersentak wa
Bab 210. Para Benalu Bertaubat (Tamat)=============“Yang itu? Sepertinya itu Tante Niken sama siapa, ya, Ma? Ada dua oom oom juga.”“Kita ke sana, yuk Sayang! Biar nampak jelas.”Keduanya mempercepat langkah. Jarak beberapa meter, mereka berhenti. Alisya menahan langkah Tasya, dengan mencengkram lengan gadis kecil itu. Keduanya melongo menatap pemandangan yang mengejutkan di depan mereka. Supir peribadi Niken yang telah lama menghilang, kini ada di sana.Nanar mata Alisya menatap seorang pria satunya. Lelaki kurus, seolah tingggal kulit pembungkus tulang. Mata cekung&nb
Bab 209. Culik Aku, Mas!========“Kasihan Intan, Mas.”“Bagaimana dengan aku? Aku juga sudah berjuang melupakan kamu, tapi tetap gak bisa, gimana?”“Mas?”“Ya?”“Aku bingung!”“Kenapa bingung?”“Masih gak percaya dengan ucapan Intan tadi. Gak mungkin Mama setega itu sama kamu!”“Nyatanya seperti itu, Non! Bu Alina menyerahkan selembar cek untukku, agar aku pergi meningalkan kamu. Tapi aku tolak, karena cintaku tak ternila
Bab 208. Bukan Pagar Makan Tanaman=========“Stop! Stop! Kubilang stop! Kumohon berhenti! Jangan ikuti aku!” Niken berteriak.“Ok, kami berhenti. Tapi, kamu juga berhenti, Ken! Kenapa? Kenapa kamu mau pergi, setelah sekian lama kita tak berjumpa? Ok, aku pernah salah, aku pernah khilaf. Tapi, Mas Deva sudah memaafkan aku. Aku juga sudah menyasali perbuatanku. Aku sudah insyaf, Ken! Mas Deva dan Kak Alisya saja mau memaafkan kesalahanku, kenapa kamu tidak? Padahal kita udah sahabatan sejak kuliah semester satu. Empat tahun bukan waktu singkat untuk membina suatu hungan persahabatan, Niken!” Intan kini berurai air mata.“Sahab
Bab 207. Kejutan Buat Niken===========“Rena! Cepat, dong! Ke mana lagi, sih?” Niken memanggil keponakannya.“Bentan, Ante!” teriak gadis kecil berseragam sekolah taman kanak-kanak itu berlari menuju halaman belakang sekolah.“Rena! Ayo, dong! Kak Tasya nanti kelamaan nunggunya, lho!” Niken berusaha mengejar.Hampir setiap hari Rena menuju tempat itu. Rumah penjaga sekolah. Entah apa yang menarik perhatian Rena di sana. Biasanya Dadang yang mengantar dan menjemput Rena. Pak Dadang hanya akan menunggu saja di mobil, di dekat gerbang, tapi hari ini dia 
Bab 206. Permintaan Alisya===========“Lakukan sesuatu, Mas! Kamu mau Niken seperti itu terus?” pinta Alisya menuntut Deva.“Apa yang bisa kuperbuat, Sya?”Deva menoleh ke arah Alisya. Wanita yang masih berbaring itu menatapnya dengan serius. Deva mendekat. “Aku bisa apa, coba? Mencari Hendra lalu menikahkannya dengan Niken? Lalu apa yang akan terjadi dengan Mama? Belum lagi Papa. Kamu tahu resikonya sangat berat, bukan?”“Ya. Tapi aku tidak tega melihat Niken makin terpuruk seperti itu.”“Aku paham. Aku akan usahakan yang terbaik buat mereka. Jika mereka berjodoh, aku yakin mereka pasti akan bersatu juga. Seperti kita.”“Ya.”“Bedanya, kamu bisa
Bab 205. Niken memilih Menjadi Perawan Tua=======“Gimana, dong?” Aisyah memilin ujung jilbabnya.“Siapa yang suruh merajuk-rajuk segala. Dipaksa nikah sama Mama, bingung, kan?”“Mas Raja, sih. Suka banget buat Ai cemburu!”“Ai, aku baik sama Alisya, hanya sebatas adik kepada kakaknya, gak lebih! Tolong kamu paham, dong, Ai. Aku, sih, ok aja, disuruh nikahi kamu, sekarang, pun aku mau. Tapi, kamu? Belum mau, kan? Nah sekarang siapa yang gak serius dengan hubungan ini?”“Ai serius, Mas. A
Bab 204. Kejutan Putri Bungsu Haga Wibawa==========“Siapa bilang Non Niken tidak punya kekasih, Buk?”“Buktinya, lihat! Hari-hari di rumah saja. Cowok yang datang main ke rumah ini juga tidak pernah ada, kan? kasihan dia, sepertinya kesepian.”“Ibuk salah. Justru Non Niken setiap hari berbunga-bunga. Tapi, saya gak berani bilang siapa orangnya, ya, Buk, jangan paksa saya bicara, ya!”“Siapa? Kamu kenal, Srik?”“Jangan tanya, Buk! Ampun! Ya, Alloh, kanapa mulutku nyeplos, sih! Anggap Ibuk gak pernah dengar apa-
Bab 203. Alisya Hamil, Aisyah Cemburu==========“Iya. Aku akan belajar untuk berubah. Sabar, ya, Sayang! Aku pasti bisa, meski perlahan.” Deva mengelinjang. Sentuhan Alisya membuatnya kian mengawang. Nalurinya kian menghentak, saat tangan Alisya melepas lilitan handuk di pinggang.“Aku khawatir, Sya! Kalau beneran sudah ada calon bayi kita di rahim kamu, aku takut dia terganggu, Sayang!”“Kamu bisa pelan-pelan, kan, Mas!”“Hem, bisa. Terima kasih, Sayang!”Alisya membuktikan rasa hati yang sesungguhnya. Ungkapan cintanya yang begitu besar yang hanya untuk Deva. Tak ada&nb
Bab 202. Perhatian Raja Membakar Cemburu Deva=========“Tidak, kita ke Dokter spesialis kandungan saja, Sayang! bentar aku pakai baju, dulu, ya! Ops, kamu di situ aja, nanti aku gendong ke mobil. Jangan bergerak, Sayang! Tolong jangan gerak, ya!” titahnya seraya bangkit dan berjalan menuju lemari pakian.“Aku bisa jalan sendiri, Mas! Gak usah berlebihan, deh! Aku gak manja, kok. Seperti yang kamu mau. Kamu kan gak suka perempuan manja!”“Sya?” Deva menatap lembut wajah istrinya. Pria itu urung membuka pintu lemari.Ponsel Alisya berdering.&nbs