Share

Bab 51. Sakit Jiwa!

Penulis: Lentera Jingga
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Brakk!!!

“Gracia!!!”

Robert dan Joana yang pagi itu tengah melakukan sarapan terkejut mendengar teriakan Max yang memanggil Gracia. Meninggalkan sarapan, mereka langsung menghampirinya.

“Max, ini ada apa?” Joana bertanya dengan nada bingung. Ada kecemasan dan ketakutan dalam dirinya, saat melihat wajah putra sambungnya yang terlihat emosi.

“Iya, Max. Ada apa? Pagi-pagi datang bukannya ucapin salam langsung dobrak pintu teriak-teriak begitu. Gak pantas tahu. Gak ada sopannya kamu tuh,” tegur Robert kemudian.

Max menatap keduanya dengan bengis. “Berkunjung ke rumah seorang pembunuh itu tidak perlu mengucapkan salam apalagi dengan tingkah sopan santun. Seharusnya aku langsung melayangkan bidikan senjata tajam, itu lebih baik.”

“Apa maksudmu, Max? Siapa yang jadi pembunuh!!” Joana semakin tidak mengerti. Menoleh ke arah sang suami penuh tanda tanya.

“Di mana putrimu?!!”

“Gracia.” Joana semakin ketar-ketir, hatinya diliputi tanda tanya, rasa gelisah yang berlebihan. Max datang mengataka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Belitan Obsesi Presdir Dingin    Bab 52. Terselip Kerinduan

    Max mengedarkan pandangannya menatap seluruh isi kamar Valerie yang begitu rapi, terutama meja rias. Ada peralatan make up dan skincare Valerie terlihat berjajar rapi di sana.Ranjang king size itu bahkan terlihat begitu rapi, tanpa ada jejak yang berserakan. Beralih ke walk in closed, ia menatap pakaian Valerie yang begitu rapi, tas-tas brand ternama tersusun rapi, begitu juga dengan aksesoris serta perhiasan mewah lainnya. Semua itu tidak memperlihatkan jika Valerie, akhirnya akan meninggalkan dirinya.Ia merasa sudah memperlakukan Valerie dengan begitu baik. Mencukupi segala kebutuhannya, tidak hanya sekedar nafkah lahir, bahkan nafkah batin pun ia berikan, meski pernikahan itu berawal dari rasa keterpaksaan. Tapi, ia mencoba menerima, menjalani rumah tangga seperti apa yang kerap sang asisten katakan. Tapi, kenapa Valerie memilih meninggalkan dirinya, meninggalkan semua apa yang telah ia berikan. Kenapa? Ada apa? Apa yang salah? Pertanyaan yang sama sekali tidak ia bisa ia temukan

  • Belitan Obsesi Presdir Dingin    Bab 53 - Kau Mau Lari Kemana?

    Beberapa jam sebelumnya...“Informasi apa yang kau dapatkan tentang istriku?” tanya Max to the point saat Jerry datang menghadapnya.“Saya mendapatkan laporan jika Nona Valerie berada di kota S.”“Informasi dari siapa? Bisa kau pastikan jika informasi itu akurat.”Jerry mengangguk antusias. “Ya. Anda tidak mungkin meragukan detektif informan kita kan, Tuan.”Max langsung berdiri dari tempatnya, dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku. Wajahnya terlihat datar dengan sorot mata yang dingin. “Buat orang itu terus mengawasi pergerakan Valerie. Kau siapkan jet pribadi. Aku sendiri yang akan menyeretnya pulang!”“Baik, Tuan.”**“Kau merindukannya, Vale?” tanya Zenata pelan.“Siapa?” sahut Valerie bertanya balik, tenggorokannya terasa tercekat.“Jangan berpura-pura tidak tidak tahu apa yang aku maksud. Kau bahkan tidak pernah dekat dengan pria manapun, selain suamimu.” Zenata justru ikut duduk di sisi Valerie. Bukannya menjawab Valerie justru menangis menjatuhkan kepalanya di pu

  • Belitan Obsesi Presdir Dingin    Bab 54. Mengganti Anakku

    Max memilih untuk tidak menanggapi ucapan Valerie. Matanya beralih menatap pengawal yang sejak tadi mengikutinya. “Katakan pada Jerry untuk memberi pelajaran pada Zenata karena telah berkomplot untuk menipu diriku. Berani sekali dia membantu istriku melarikan diri!”“Baik, Tuan.”“Max kau gila.”“Diamlah!” bentak Max.“Tapi, kau keterlaluan dia itu sahabatku satu-satunya. Aku yang memintanya untuk membantuku, untuk lepas dari iblis jahanam seperti dirimu,” kata Valerie dengan frontal. Max tidak peduli, tetap melangkahkan kakinya menuju mobil, Valerie terus meronta. “Lepaskan! Kau tidak boleh menyakiti sahabatku, Max.”“Maka menurutlah jika kau tidak ingin nyawa sahabatmu itu melayang!” kecam Max yang berhasil membuat Valerie diam. Memudahkan langkah Max membawanya masuk ke dalam mobil yang telah ia sewa dari penginapan. “Jalan!”“Tidak! Aku ingin keluar. Aku tidak mau pulang!” Valerie kembali memberontak memukul-mukul kaca mobil. “Aku mau bertemu Zenata.”“Pukulkan saja kepalamu di je

  • Belitan Obsesi Presdir Dingin    Bab 55. Apa Kurangku?

    Max menatap wajah polos Valerie yang masih terpejam tenang usai kepergian dokter yang memeriksanya. Lagi-lagi tangan wanita itu tertancap jarum infus. Max menghela napas berat mengingat penuturan dokter.“Mengingat riwayatnya yang baru saja mengalami keguguran, sebenarnya kondisi fisiknya lemah. Ditambah tekanan batin yang cukup membuat Nona stress, hingga ia bisa jatuh pingsan."Max mengusap wajahnya dengan gerakan kasar, mengingat serangkaian penjelasan dokter tadi. “Aku tidak peduli sekalipun kau tertekan. Bagiku apa yang sudah menjadi milikku tidak boleh pergi dan tidak akan pernah aku lepaskan. Akan aku pertahankan apapun caranya!!” desis Max menatap wajah polos Valerie dengan jengkel. Kemudian beranjak dari tempat duduknya keluar dari kamarnya. Matanya mendapati sahabat istrinya tengah duduk di sofa menatap dirinya dengan kesal. “Tuan Max. Kau apakan sahabatku?” tanyanya setengah menuding kesal.“Bukan urusanmu.”“Hei, Valerie itu sahabatku. Apapun yang menjadi masalahnya menja

  • Belitan Obsesi Presdir Dingin    Bab 56. Ikat Saja Kakinya

    Sepanjang perjalanan dari penginapan, bandara, hingga di dalam pesawat Valerie tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya diam sesekali memejamkan kedua matanya. Max pun hanya mendiamkan dirinya, sama sekali tidak ada niat mengajaknya bicara. Bahkan sejak tadi yang memberi arahan saat masuk ke dalam pesawat itu justru Jerry. Rasanya Valerie ingin menangis, tapi ia terlalu takut jika Max akan semakin murka padanya. Ia masih ingat jika perkataan Max yang tidak menyukai orang lemah.Ia membenci sikap arogan suaminya. Tapi, di satu sisi ia pun merindukannya. Ia ingin bertemu dan memeluk suaminya. Tapi, bukan dalam keadaan seperti ini. Ia membayangkan akan bertemu suaminya nanti lima tahun ke depan, saat ia sudah sukses, menjadi perempuan yang tangguh. Hingga Max tidak akan meremehkan dirinya. Seperti dalam sebuah novel yang sering ia baca, semua itu terasa indah. Tapi, kenyataannya tidak sesuai ekspektasi. Rencana hanyalah sebuah rencana. Max datang menggagalkan segalanya. Bahkan ia merasa Max ja

  • Belitan Obsesi Presdir Dingin    Bab 57. Dasar Iblis Galak

    “Kau ini kenapa sih marah-marah terus. Pantas saja cepat tua!” seloroh Valerie membuat Max melotot ke arahnya. “Kau...”“Diamlah. Simpan omelanmu itu untuk nanti. Aku pusing mendengarkannya.” Valerie mengibaskan tangannya berlalu masuk masuk ke walk in closed, meninggalkan Max yang masih berdecak jengkel. Bisa-bisanya Valerie justru marah terhadapnya. Karena menurut dirinya di sana yang salah itu Valerie berani sekali kabur darinya. Tapi, kenapa sekarang posisinya jadi berbalik. Dengan dress berwarna toska Valerie kembali keluar dari walk in closed, masih dengan memegang handuk, ia melewati Max begitu saja, kemudian mengambil sisir untuk merapikan rambut basahnya. Tanpa disangka Max langsung menarik handuk di tangan Valerie dengan paksa.“Max kamu mau ngapain?” pekik Valerie terkejut. “Kamu mau mandi? Kan di dalam ada handuk lainnya. Yang masih kering, baru malah.”“Diamlah! Duduk di sini.” Max memaksa Valerie untuk duduk di kursi rias.“Max kamu...”“Diamlah, aku cuma mau mengerin

  • Belitan Obsesi Presdir Dingin    Bab 58. Kamu Lakban Saja Mulutnya

    Valerie duduk tercenung selama makan malam berlangsung, ia tidak mengeluarkan sepatah kata apapun. Ia nikmati makannya dalam diam, sesekali hanya mengaduk-aduknya. Hal itu tidak lepas dari tatapan Max dan juga Jerry. Jerry berpikir mungkin karena kondisi tubuh istri tuannya memang belum membaik, sementara Max menghela napas panjang karena mengetahui penyebab perubahan sikap istrinya. “Mana ponsel yang tadi aku minta?” tanya Max pada asistennya. Ini adalah kasus yang langka, biasanya tidak menyukai momen makanan malam yang berisik karena harus adu obrolan di meja makan. Tapi, melihat sikap istrinya ia merasa tidak tahan.“Oh iya sebentar.” Jerry beranjak dari tempatnya, membuat Valerie mengangkat wajahnya menatap suaminya sesaat, sebelum kemudian langsung membuang pandangannya saat tatapannya saling bertemu. ‘Dia ini kenapa sih. Semenjak pulang dari kaburnya jadi gampang ngambek. Kemarin waktu masih hamil tidak sampai seperti ini. Jangan-jangan dia mau balas dendam lagi.’Tak bersela

  • Belitan Obsesi Presdir Dingin    Bab 59. Perubahan Sikap Joana

    Keesokan harinya setelah Max berangkat ke kantor. Valerie memilih duduk santai di gazebo rumahnya sambil membaca buku. Sebenarnya ia bosan, tapi Max belum memperbolehkan dirinya untuk keluar dengan alasan kesehatan. Tumben sekali suaminya itu perhatian, dan lebih banyak bicara dari sebelumnya. Meski nada bicaranya tetap tegas, dingin dan menyebalkan. Tapi, sejauh ini ia pun mulai paham watak suaminya, yang dingin, keras dan tidak bisa suka di bantah. Max memang tidak bisa menunjukkan sikap bucinnya seperti kebanyakan pasangan pada umumnya. Tapi, sejauh ini ia mengerti dan memahami perhatiannya. Contohnya saja tentang ponsel miliknya yang telah dirusak. Max langsung menggantinya, tanpa mengubah isinya. “Nona...” Seorang pelayan datang menghampiri dirinya, membuat Valerie pun gegas menutup bukunya. “Ada apa?”“Di ruang ada Nyonya Joana berkunjung. Dia ingin bertemu dengan Anda.”“Sama siapa?”“Sendiri, Nona.”“Baik. Aku akan kesana.” Valerie beranjak dari tempat duduknya dengan peras

Bab terbaru

  • Belitan Obsesi Presdir Dingin    Bab 115. Finally Story of Belitan Obsesi Presdir Dingin

    Lima tahun kemudian...Sebuah mobil hitam mengkilat datang dari arah jalanan, masuk ke dalam dan berhenti tepat di pintu masuk utama. Pintu belakang langsung terbuka secara otomatis.“Hati-hati sayang.”“Yes, Daddy.” Kedua bocah kecil yang masih mengenakan seragam sekolah itu langsung turun dari mobil dan diikuti oleh salah satu pengasuhnya. Max yang berada di sisi kursi kemudi pun langsung menyusulnya. Bibirnya melengkung membentuk senyuman melihat anak-anaknya terlihat begitu ceria saat pulang sekolah. Dante telah memasuki kelas satu sekolah dasar. Sementara Sena masih menduduki TK. Max merasa kehidupannya semakin bahagia. “Jangan lari...”“Mommy.... Mommy....” Mereka berteriak memanggil Mommy-nya. Ya seperti biasa saat pertama kali masuk rumah yang mereka cari pasti ibu kandungnya. “Berisik sekali ini bocah!” celetuk Dante.“Kamu juga. Ngapain ikut-ikutan teriak. Aku kan sedang manggil Mommy-ku."“Mommyku!"“Aku....”“Isshh kalian ini kenapa berisik sekali.” Perempuan hamil yang

  • Belitan Obsesi Presdir Dingin    Bab 114. Lasena Nathania Anderson

    Sembilan bulan kemudian...Seorang penjaga membukakan pintu gerbang saat sebuah mobil hitam mewah mengkilat datang dari arah jalanan. Ia pun mengangguk hormat pada sang majikan yang duduk di bagian kursi belakang kemudi.Mobil berhenti tepat di pintu masuk utama. Seorang pelayan berseragam biru muda datang menyongsong menyambut kedatangannya.“Selamat sore, Tuan?” sapanya penuh hormat.Max hanya menganggukkan kepalanya. Ia menyerahkan tas hitam yang baru saja ia ambil dari dalam mobil pada pelayan itu. “Bagaimana keadaan istri saya?" tanyanya sambil melangkah masuk dan tangannya bergerak untuk mengendurkan dasinya yang terasa mencekik lehernya.“Nyonya sudah baikan, Tuan.”“Oh. Sedang apa dia?” tanya Max karena biasanya Valerie paling antusias menyambutnya pulang begitu mendengar mobilnya tiba.“Nyonya sedang berada di taman belakang bersama Nyonya Zenata dan Tuan kecil.”Max hanya mengangguk dan berbelok ke pintu samping di mana istrinya berada. Dua hari tidak bertemu istrinya ia te

  • Belitan Obsesi Presdir Dingin    Bab 113. Akibat Lupa Pengaman

    “Selamat ya Tuan. Nyonya Valerie positif mengandung.”Ucapan Dokter membuat keduanya pun terkejut. “Ha—hamil?”“Iya Tuan, Nyonya." Dokter Elia menunjukkan hasil tes pack di tangannya. “Dari hasil tes pack ini menunjukkan garis dua menunjukkan jika istri Anda positif hamil. Dan untuk mengetahui lebih lanjutnya, sebaiknya kita lakukan USG.”Valerie menurut, dan ia berbaring di atas brankar. Max berdiri persis di sisi istrinya, di mana dokter mulai mengoleskan gel bening di perutnya, dan melanjutkan ke tahap selanjutnya. “Nah ini bayinya Nyonya masih sebentuk kacang ya. Memasuki 6 Minggu ya, Nyonya.”Setelah mendengarkan penjelasan dari dokter dan mendapatkan beberapa vitamin. Keduanya pun langsung berpamitan pulang. “Aku masih tidak menyangka loh. Kok kamu hamil ya?"Valerie memutar bola matanya jengah. “Yaz jelas bisalah. Orang aku punya suami. Kamu tidak ingat kalau aku tidak tidak kontrasepsi setelah melahirkan Dante, dan kamupun tidak mau pakai pengaman katanya tidak enak!”“Tapi,

  • Belitan Obsesi Presdir Dingin    Bab 112. Wedding Jerry dan Zenata

    Ballroom hotel bintang lima itu terlihat begitu ramai lalu lalang para tamu yang hadir memenuhi senterio. Para tamu yang hadir terlihat berkelas dan mewah.Para tamu menatap takjub pada dekorasi pernikahan yang terlihat begitu mewah. Meja bundar dan kursi berpelitur mengkilap, dilapisi kain satin yang berjajar rapi. Meja ditutup taplak meja linen putih, dengan rangkaian mawar putih di setiap permukaannya. Di posisi kanan dan kiri terlihat berbagai hidangan yang tersaji dengan meja yang menempel ketat di dinding. Terlihat lampu kristal menggantung tinggi di langit-langit yang megah.Di atas panggung pelaminan yang mewah bernuansa emas, banyak bunga mawar putih, serta ada semacam dekorasi kaca dengan air mengalir ditimpa cahaya lembut. Jerry terlihat begitu tampan dalam balutan pakaian pengantin yang berwarna senada dengan gaun yang Zenata kenakan.Segalanya berjalan dengan lancar. Beberapa jam yang lalu keduanya telah melangsungkan acara janji suci pernikahan yang di bacakan langsung

  • Belitan Obsesi Presdir Dingin    Bab 111. Gara-gara Kotak Makan

    Layaknya anak muda yang tengah kasmaran. Jerry dan Zenata tiada hari tanpa jumpa. Di sela-sela aktivitasnya mengurus rencana pernikahannya. Keduanya masih selalu menyempatkan untuk bertemu. Bahkan tidak segan Zenata kerap datang meski hanya sekedar mengantarkan makanan padanya. Max yang mengetahui hal itu merasa geli. Jerry — seorang pria yang ia ketahui anti terhadap perempuan. Bisa-bisanya tiba-tiba bertekuk lutut pada seorang perempuan. Ah, ia lupa bagaimana dengan dirinya. Ia yang dulu hidup hanya demi sebuah ambisi pun kini mulai terasa berwarna, karena adanya Valerie dalam kehidupannya. Apalagi saat ini ada Dante di antara mereka. “Jerry, berkas yang aku butuhkan untuk—” Max yang baru saja membuka pintu ruangan asistennya itu tidak dapat melanjutkan ucapannya, saat melihat aktivitas asistennya bersama calon istrinya. “Sorry...” lanjutnya dan berlalu pergi.“Astaga...” Zenata yang sudah tersadar langsung buru-buru beranjak dari pangkuan Jerry. Demi Tuhan ia tidak sengaja, tadi

  • Belitan Obsesi Presdir Dingin    Bab 110. Ungkapan Cinta Max

    Seharusnya saat ini Valerie tengah menikmati masa-masa indahnya menjadi seorang ibu baru. Tapi, ia merasa aneh karena ASI-nya tidak keluar dengan deras, padahal dokter sudah memberikan vitamin. Hal itu membuat moodnya memburuk, ia sedih merasa menjadi ibu yang buruk bagi sang buah hati. Sore ini tiba-tiba Dante menangis dengan kencang. Ia sudah memberikan ASI padanya, tapi Dante tetap menangis, sepertinya ASI-nya tidak keluar, hingga menimbulkan bayi yang baru berusia lima hari itu kecewa. Dante terus menangis kencang, menggemparkan isi rumah. “Sabar sayang, sebentar. ASI mommy keluarnya belum lancar.” Valerie mencoba kembali menyusuinya, ia meringis merasakan gesekan bibir buah hatinya. Hal itu menimbulkan rasa perih dan sakit. Ia coba menahannya, tapi Dante kembali melepaskan pucuk dadanya dan menangis. Ia mencoba mencari cara agar ASI-nya kembali keluar, tapi tangisan Dante yang terdengar begitu kencang membuat kesabaran Valerie nyaris habis. “Dante, bekerja samalah dengan M

  • Belitan Obsesi Presdir Dingin    Bab 109. Syarat Zenata Untuk Jerry

    Centro Rest Star adalah sebuah restoran bintang lima yang terkenal dengan keindahan dan kelezatan makanannya di kota itu. Zenata pernah sekali masuk kesana, saat ia masih bekerja di catering di mana tempatnya bekerja di sewa khusus di restoran tersebut. Ia masih tidak percaya jika akan kembali memasuki restoran mewah tersebut. Otaknya berpikir merencanakan makanan apa saja yang akan ia nikmati di dalam sana. Tapi, detik berikutnya ia pun menggelengkan kepalanya, mengenyahkan isi pikirannya. Bukankah niatnya masuk hanya menemani Jerry, kenapa ia jadi berpikir ingin ikut makan. Padahal sebelumnya ia sudah terlanjur menolak. Kalau tiba-tiba ia ikut makan, bisa-bisa jadi bahan ejekan Jerry. Sudahkah, lebih baik ia diam setidaknya ia bisa menikmati kemewahan hotel tersebut. Barangkali masih bisa ber-selfie untuk mengabadikan momen tersebut.Kejutan menanti begitu ia tiba di pintu restoran seorang sekuriti memberikan sekuntum bunga mawar putih. Dengan bingung ia pun menerimanya, tapi terny

  • Belitan Obsesi Presdir Dingin    Bab 108. Like Son Like Mom

    Kedatangan Dante telah disambut antusias oleh penghuni rumah. Bahkan semua karyawan rumah Max dengan antusias telah menyiapkan kado untuk bayi mungil itu. “Aku ambil kursi roda dulu,” ujar Max menahan Valerie yang hendak turun dari mobil.“Buat apa?”“Buat kamulah.”Valerie melotot tidak percaya. “Aku bisa jalan.”“Enggak bisa. Aku sudah sediakan kursi roda buat kamu. Kamu kan baru lahirkan.”“Max aku hanya baru melahirkan bukan karena lumpuh. Aku masih bisa berjalan normal, kamu anggap aku lumpuh sampai diminta pakai kursi roda segala!” omel Valerie. “Ckk!! Udah diam. Kamu emang gak lumpuh tapi kan emang masih sakit habis melahirkan. Harusnya kamu itu bangga bukannya marah. Punya suami siaga begini,” sahut Max membuat Valerie memutar bola matanya jengah, lalu menurunkan kakinya berniat mengabaikan peringatan Max. Tapi, yang terjadi tiba-tiba tubuhnya melayang saat suaminya itu menggendongnya begitu saja.“Max. Lepasin..”“Gak!”“Turunkan aku. Aku masih jalan.”“Kamu keras kepala su

  • Belitan Obsesi Presdir Dingin    Bab 107. Dante Araujo Anderson

    “Buruan, Jerry!!” “Iya, Tuan.”“Kamu itu bisa nyetir apa tidak sih. Istriku sudah kesakitan, dari tadi bawa mobil jalannya seperti keong!!” omel Max. Padahal yang terjadi Jerry sudah membawa mobil itu dengan kecepatan maksimal. Hanya saja Max saja yang berlebihan, menganggap seolah-olah jalan raya itu miliknya. Tahu gitu tadi ia sarankan saja pakai mobil ambulance. Karena hanya dengan mobil ambulance lah yang bisa menyerobot jalan dengan mudah. “Saya sudah membawanya dengan kecepatan maksimal, Tuan.”“Halah bohong buktinya tidak sampai-sampai.” Max bersungut marah. Pakaiannya yang terlihat rapi kini menjadi acak-acakan karena setiap kontraksi itu datang, Valerie akan menarik dirinya entah itu dasinya, jasnya atau bahkan lengannya. Tak terhitung sudah berapa banyak cubitan yang Valerie berikan. Seketika Max merasa sedikit teraniaya. Ah seandainya bukan karena istrinya mau melahirkan buah hatinya, Max pasti akan mengomeli Valerie habis-habisan. “Kau mau..."“Aaa... Diam! Kau berisi

DMCA.com Protection Status