Beranda / CEO / Belenggu Hati / Malam 3 Kara

Share

Malam 3 Kara

Refat kembali ke dek kapal di mana Ender berada di sana beberapa detik yang lalu.

Namun, sesampainya Refat di sana. Refat tidak menemukan keberadaan Ender.

Berbalik. Refat memutuskan mencari ke tempat lain.

"Apa dia ke kamarnya? Tapi ini masih terlalu awal. Acara nya saja belum di mulai." Oceh Refat sembari menuruni anak tangga.

"Tunggu," Refat menghentikan langkahnya. Saat sudah di bawah tangga.

Kepala Refat menengok ke kiri lalu ke kanannya.

"Dia tidak mengejar Ezra kan? ..." Refat bertanya ke dirinya sendiri. Sedang raut wajah sedikit panik.

Refat memijit keningnya yang sama sekali tidak sakit.

"Dan jika iya. Aku harus segera berada di sana. Tapi mereka dimana?" Refat celingak-celinguk sembari melangkah meninggalkan tempat itu.

Brukhhh,

Ezra melepaskan tubuh Ender ke ranjang di hadapannya. Ralat, yang benar. Ezra melempar sedikit membanting tubuh Ender ke ranjang yang berada di hadapannya. Tepat di depan lutut kakinya.

"Aku tanya sekali lagi Kara! Kamu benar akan melakukan sejauh ini?"

Kara yang lagi merapikan ranjang di bawahnya. Menoleh melihat Ezra.

"Ya. Kalau pekerjaan mu sudah beres, keluarlah. Dan terima kasih sudah menolong ku."

Ezra menarik nafas kasar dan melepasnya lelah. Ia berkacak pinggang melihat Kara.

"Aku peringatkan Kara! Ini masih belum terlambat untuk kamu mundur. Pria ini bukan pria sembarangan yang bisa kamu jadiin alat. Bisa bisa kam..."

"Keluarlah Ezra! Aku sudah cukup mendengar nasehat mu hari ini. Keputusan ku sudah bulat. Dan aku tidak akan mundur. Aku akan melihat raut wajah mereka semua yang terkejut dan setelah nya aku akan tertawa bahagia," suara dingin Kara di ikuti dengan raut wajah Kara yang picik akan kelicikan otaknya.

Detik selanjutnya. Kara mendengus keji.

"Lihat saja. Aku akan membuat mereka berteriak murka. "

Ezra melihat dan menatap wajah Kara. Raut wajah nya terlihat sedih sekaligus pilu. Perasaannya campur aduk. Ia mau memeluk gadisnya dan mengatakan padanya untuk melupakan semuanya.

Tapi siapa dia. Ia hanya seorang pria yang hanya mencintainya. Tanpa mendapatkan cinta balasan.

Ezra mendesah dan Melihat ke bawah.

"Ketahuilah selalu Kara. Aku selalu menyayangi mu dan akan selalu mencintaimu meskipun kamu tidak suka,"

Kara seketika menghentikan aktivitas nya yang sedang merapikan bantal. Ia menoleh melihat Refat.

"Keluarlah. Dari sekarang aku akan urus semua sendiri. Aku yakin mama dan papa mu. Lagi mencari dan menunggu mu di bawah," usir halus Kara ke Ezra sembari dirinya bangkit berdiri dan menarik tubuh Ender.

Pria yang sama sekali belum ia ketahui namanya. Namun dia adalah, calon suami sepupunya.

Ezra yang melihat itu. Dengan jengkel melangkah maju dan naik ke ranjang.

Mengambil alih pekerjaan Kara, yang sedang menarik tubuh Ender agar berada di bantal yang sudah ia siapkan.

Dan detik selanjutnya.

Kepala Ender sudah terbanting ke bantal.

'berat juga ni anak, makan apa sih dia!' keluh Ezra dalam hati sembari menatap melihat Ender.

Ezra menepuk-nepuk kedua tangannya dan turun dari ranjang.

"Sudah bereskan? Apa ada yang perlu aku bantu lagi?"

Kara yang masih terkejut dengan sikap Ezra yang tiba-tiba tadi. Menoleh melihat Ezra dengan rasa terkejut nya yang belum hilang.

"Ya-sudah-terima kasih," jawab Kara yang nyaris bergumam.

Ezra menarik nafasnya. Berkacak pinggang menatap ke Ender yang tertidur di ranjang.

Melihat ke selimut di bawah kaki Ender. Ezra maju kembali untuk menyelimuti Ender. Di karenakan suhu kamar juga yang cukup dingin.

Gerakan nya terhenti saat dirinya teringat sesuatu.

"Untuk rencana mu sukses. Bukankah kamu harus membuka semua pakaiannya juga!"

Kara mengangguk. Tentu saja itu ya kan.

Ezra menarik nafas kembali.

"Baiklah, biar aku yang lakukan. Kamu berbaliklah atau kamu bisa masuk ke kamar mandi sebentar. Jika sudah selesai, aku akan memanggil mu. Ingat Kara! Kamu hanya perlu berbaring tanpa melihat apapun dari pria ini,"

Kara ikut menarik nafas di sertai menatap jengkel ke Ezra.

Lagian siapa yang mau lihat sih. Tadinya ia berpikir jika tidak di bantu Ezra. Ia akan membukanya sendiri. Dengan cara mematikan lampu. Dan melepaskan pakaian pria yang sama sekali tidak ia kenali ini.

"Aku akan tetap di sini. Dan, terima kasih Ezra! Sudah membantuku. Padahal kamu bisa pergi," Ujar Kara yang sudah membalikkan badannya membelangi ranjang.

Ezra menghentikan gerakan tangannya yang sedang melepaskan kancing baju Ender. Dan melihat Kara.

"Sudah aku katakan Kara. Aku mencintai mu dan inilah cinta ku. Membantu mu meskipun ini hal gila. Kamu tidak membiarkan ku membawa mu pergi dan membuat mu melupakan semuanya. Aku hanya punya pilihan ini,"

Mendengar ucapan Ezra. Kara hanya bisa tersenyum kecil dengan helaan nafasnya.

"Iya! Kamu sudah gila. Membantu wanita yang kamu sukai untuk tidur dengan pria lain."

"Ralat Kara! Kalian hanya berbaring tanpa melakukan apapun itu,"Jengkel Ezra.

Di tambah pria itu adalah pria ini. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi pria ini ketika dia sudah sadar nanti. Di nikahi atau apapun itu. Ia masih harus bersyukur untuk itu. Tapi bagaimana sebaliknya. Pria ini adalah Pria kejam berdarah dingin. Yang harus di hindari oleh siapapun itu jika mau membuat masalah dengannya. Ku rasa Mereka harus berpikir puluhan kali untuk itu.

Di ball room lantai 2 kapal pesiar.

Kepala Refat celingak celinguk mencari keberadaan Ender. Tapi dia tidak menemukan nya. Sudah setiap sisi kapal ia mencari. Tapi keberadaan pria itu masih tidak terlibat oleh matanya. Bahkan ia sudah ke kamar Pria itu. Yang ada hanya lah kamar kosong tanpa jejak penghuninya.

'Apa pria itu pindah kamar?'

Refat kembali menggeleng dengan pikirannya. Dia tidak mungkin melakukan itu. Dia pria yang jika sudah memilih suatu hal. Maka akan tetap pada pilihannya itu sampai akhir. Dan sebaliknya, jika dia tidak mengginginkan suatu hal dan malah mendapatkan nya. Dia akan mencampakkannya begitu saja. Tanpa peduli perasaan siapapun itu. Bahkan orang yang melahirkannya sekalipun. Dia pria dingin.

"Refat!" Suara halus nan merdu masuk ke gendang telinga Refat memecahkan konsentrasi nya.

Ia menoleh melihat ke yang punya suara.

Seorang wanita cantik berkulit putih dan memiliki mata yang membuat iri setiap wanita. Dan sialnya, di umurnya yang tidak bisa di katakan muda dan tidak bisa di katakan tua juga. Dia masih tetap menawan.

"Tante! Ada yang bisa Refat bantu?" Tanyanya sopan dengan senyum ramah ia pancarkan ke wanita ini. Yang tidak lain adalah ibu dari pria yang sedang ia cari keberadaan nya.

Ayse Airjaya. Istri dari konglomerat tampan yang ketampanan nya melebihi para aktor dan model. Javier Zaki AirJaya.

Jadi jangan di tanyakan lagi bagaimana ketampanan seorang Ender Zaki AirJaya. Dia mewarisi keduanya.

"Tante dari tadi mencari keberadaan Ender. Apa kamu melihatnya Refat! Kepala tante sudah pusing mencari dia," Tanya Ayse lembut sedang kedua manik matanya menjelajah ball room. Di mana semua sudah ramai dan sudah berkumpul untuk acara puncak nanti.

Mendengar ujaran Ayse mami Ender, sahabat sekaligus juga atasan nya di perusahaan. Refat seketika khawatir. Dirinya kembali celingak celinguk dan kali ini mencari kursi yang bisa di duduki oleh wanita, yang umurnya bisa di bilang di antara 45 ke atas.

"Tante tunggu di sini sebentar. Saya akan membawakan Tante tempat duduk dan juga air. Sebentar Tante,"

Refat berniat melangkah. Namun terhenti karna Ayse memegang lengan Refat. Menghentikan langkah Refat.

"Tidak perlu Refat! Javier sudah menunggu Tante di atas. Kamu bisa bantu tante cariin Ender sebentar! Dan ketika bertemu nanti, suruh Ender ke atas. Temui tante dan Om,"

"Ah tentu saja tante. Refat akan mencari Ender, Ir sudah menjadi tugas Refat," Refat tidak mengungkapkan kalau sebenarnya dari dia juga sedang mencari Ender.

Tapi ada masalah apa ya.

"Apa semuanya baik baik saja Tante?"

Ayse mengangguk sembari menyungging senyum tipis.

"Ya, tentu saja baik baik saja. Semua akan baik baik saja. Asal Ender secepatnya di temukan,"

Refat mengeryit tidak mengerti.

"Maksud nya tante! Seperti nya ada yang tidak baik baik saja. Maaf jika saya lancang tante,"

Ayse yang mau berbalik menghentikan gerakannya. Ia melihat ke sekeliling sebentar. Sebelum kemudian menarik tangan Refat hingga sedikit menjauh dari keramaian.

Refat yang semakin di rundung rasa ingin tahu dan entah kenapa tiba tiba perasaan nya jadi tidak enak. Semakin membuat dirinya tidak tenang. Apalagi keberadaan Ender belum ia ketahui dimana.

"Kamu juga tahu kan! Di kapal ini. Bukan hanya ada kita atau calon mempelai Ender dan keluarganya. Akan tetapi banyak tamu lain yang hadir bahkan mungkin bisa ada yang tanpa di undang. Kamu juga tahu kan! Musuh Ender tidaklah sedikit di dunia kerjanya. Dan bawahan Javier tadi sudah menemukan satu orang yang di selundupkan ke sini. Dan 3 wanita,"

Refat melebarkan kedua matanya.

"Dalang tentu ada di kapal ini Refat. Tapi Javier tidak mau membuat kegaduhan. Jadinya dia mencari keberadaan Ender secara diam diam. Tapi dari beberapa menit yang lalu. Keberadaan Ender tidak di temukan. Karna itu Tante yang khawatir ikut turun tangan,"

Beberapa menit yang lalu. Ia jadi merasa bersalah. Soalnya tadi ia yang mengajak Ender untuk naik ke atas dan melihat pemandangan laut. Itu ia lakukan karna pria itu, Ender. Merasa risih dan tidak suka terlalu lama di ball room dengan melihat puluhan wajah manusia yang memakai topeng. Apalagi menunggu hingga beberapa jam ke depan sampai acara puncak di mulai.

"Eummm maaf tante sebelum nya. Tapi jika beberapa menit yang lalu, Ender ada bersama Refat di lantai 3. Di dek kapal, saya mengajak Ender mencari udara segar. Soal dia,,,"

Ucapan Refat terhenti karna Ayse memegang lengan nya.

"Tante mengerti Refat. Ender memang tidak terlalu suka berada di tempat seperti ini. Baiklah, lalu Ender di mana sekarang? Biar Tante yang ke sana, menemuinya." Ayse bergerak mau melihat putranya. Namun saat melihat ke belakang. Kedua alisnya menyatu.

"Apa tadi kamu juga sedang mencari Ender refat?"

Refat menarik nafas berat dengan pertanyaan Ayse.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status