Di kamar yang cukup luas. Dua kali lipat dari kamar yang di tempati Ender dan Kara di bawah. Seorang pria berdiri tegap menghadap lukisan di dinding. Sedang kedua manik matanya yang tajam penuh kemarahan di sana. Rahangnya mengeras, menantikan kehadiran pria yang beberapa menit yang lalu dia suruh ke kamarnya. Ender Zaki AirJaya. Ayse duduk di sofa. Dengan kecemasan yang sangat kentara di mimik wajahnya. Dari tadi Ayse mencerna apa yang sebenarnya terjadi pada putranya. Dia jebak?Ayse menggeleng dengan pemikirannya. Dari apa yang mereka lihat tadi. Ender sama sekali tidak terlihat seperti di jebak. Dia yang menindih wanita itu. Dia,,Hah,Ayse mendesah. Ia tidak bisa berpikir apapun, tidak. Ia tidak mau berpikir apapun. Benar kata Javier. Mereka harus mendengarkan penjelasan Ender dulu. Tapi kemana bocah itu. Javier sudah menghubungi Refat dan sudah menyuruh kepala pengawal nya untuk mengurusi kamar di bawah. Lebih tepat, mengusir para awak media, wartawan dan juga. Orang orang
Selepas kepergian dua pria, yang bagi Kara belum mengetahui nama mereka. Tidak, tadi ia sudah tahu. Ender dan satu lagi kalau tidak salah Refat, mungkin. Kara menggeleng. Bukan itu yang penting sekarang. Kara membenamkan dirinya ke selimut. Menutupi wajahnya. Tadi begitu mendengar suara pintu tertutup dan suasana di sekitarnya sunyi. Kara membuka selimut dan duduk. 'Kacau sudah,' Desah Kara. 'Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa aku... Juga dia... Tadi,' Kara menggeleng sekaligus mendesah frustasi saat kejadian tadi ia ingat lagi. 'Ini di luar rencananya,''Ezra. Kemana pria itu!' Kara mencari letak keberadaan handphone nya. 'Dimana aku menaruhnya tadi ya?' Masih duduk di atas ranjang Kara mencari HP nya. Ckleck.Suata pintu terbuka. Mengalihkan perhatian Kara.Zara, mama dan juga papanya berhambur masuk ke dalam. Zara mendekat pertama ke Kara dan,"Kara! Ada apa in,,,"Plak,Satu tamparan keras mendarat di tulang pipi Kara. Sehingga sedikit membuat Kara harus meringis sakit.
"Aku tidak mau," Itu adalah suara bantahan dari Zara. Setelah beberapa menit semua yang berada di sana terdiam. Semua melihat Zara. Tidak terkecuali dengan Javier, Ayse bahkan Ender. Ender hanya melihat sesaat ke Zara. Tanpa ada pemikiran apapun. Sebelum kemudian pandangan nya turun ke bawah di sertai helaan tarikan nafasnya. Menatap kosong ke permandani di bawah kakinya. Sedang otaknya berpikir keras. Geram dan marah tentu saja. Seharusnya ini menjadi pernikahan yang kedepannya akan ada rumah tangga untuk hidupnya selama lamanya. Akan tetapi, malah menjadi pernikahan sesaat dan karna keterpaksaan. Zara. Selama ini banyak dari para gadis yang Ayse jodohkan untuknya. Namun, tidak ada salah satu dari mereka pun yang membuatnya tertarik. Lalu, kehadiran Zara hari itu. Di perjodohan itu, berhasil membuat dirinya tertarik akan wanita itu. Zara cantik sekaligus seksi. Meski tidak secantik dan seseksi gadis gadis yang pernah Ayse jodohkan untuknya. Tapi seperti yang ia katakan tadi. G
"Euhmmm Maaf, HP ku masi,,,"Trrttt,,,Suara ringtone handphone Kara menghentikan ucapan Ender dan Kara sontak melihat ke benda HP di tangannya, begitu juga Ender ikut melihat. Dengan sedikit ragu Kara memutuskan menerima panggilan masuk di HP nya. Soalnya sudah dari tadi ia menghubungi pria ini. Kara menyampingkan tubuhnya sedikit dan mengangkat panggilan. Setelah tadi sebentar melihat Ender. "Ya Kara! Tadi aku ada di luar dan HP di kamar. Apa terjadi sesuatu?" Suara Ezra yang terdengar khawatir.Ender mengerjap di sertai keningnya yang berkerut. Saat mendengar suara yang seperti nya ia kenali. Kara yang mengangkat panggilan karna terburu buru tidak sadar kalau dirinya memecat tombol perbesar suara.Panik, tentu saja. Kara cepat cepat menekan tombol perkecil suara lagi. "Nanti akan aku hubungi lagi,"Klik,Kara mematikan nya sepihak. Dan beralih melihat ke pria yang masih berdiri di hadapan pintu. "Eummm, tadi anda bilang apa ya?" Ia lebih ingin tahu kenapa pria itu ke sini. Pe
Ender menyeringai. "Ganti baju? Aku rasa sudah terlambat. Tidak membuat salah paham? Sayangnya aku sudah salah paham. Dan seperti yang aku katakan tadi. Aku menginginkan nya. Aku menginginkan pernikahan ini,"Kara melebarkan kedua matanya. Ia seketika menggeleng panik dan mendorong kuat tubuh Ender. "Tidak, kita harus bicarakan ini dulu." Ender yang merasa risih dan tidak suka dengan perlawanan Kara padanya. Sontak saja meraih kedua tangan Kara dan menaikkan nya ke atas kepala Zara dan mencekalnya di sana. Dengan menggunakan satu tangan. Sedang satu lagi dia biarkan bebas. "Biar aku beritahu padamu. Ketika aku menginginkan suatu hal. Maka dengan cara apapun aku akan mendapatkan nya. Begitu juga dengan mu sekarang," Desis Ender di telinga Kara. Yang seketika membuat bola mata Kara hampir meloncat keluar. 'Tidak, tidak, tidak.' Panik Kara. 'Ini sudah di luar jalur rencananya,'"Aku mohon lepas kan aku,""Sekarang kamu baru mengingat kekasihmu? Setelah apa yang kamu buat padaku?"
Tapi saat mengetahui apapun yang ia lakukan. Pernikahan akan tetap terjadi. Ia jadi mengurung kannya. Lagian, ketika ia berpikir lagi. Ia tidak mau membawa Ezra lebih dalam lagi ke urusannya ini. Dari sini, biar ia sendiri yang mengatasinya. Meskipun akan banyak duri dan belokan di dalam sana. Ia akan melalui dan mencoba. Ia sangat tahu. Pernikahan ini bukanlah suatu hubungan selama lamanya. Pernikahan ini hanya untuk menjaga nama baik keluarga.Jika di sebut ia yang rugi di sini, tidak. Ia sangat untung di sini. Di tambah, meski awal rencananya tidak seperti yang ia harapkan. Akan tetapi, masih seperti yang ia inginkan. Yaitu pernikahan Zara dan lelaki ini batal. Meski ia sendiri jadi tumbalnya. Lagian, ia juga harus membayar atau kekacauan yang ia perbuat. Ya, keluarga itu tidak salah apa apa. Apalagi Pria di hadapannya saat ini. Ia menjadi korban atas pembalasan pada Zara. Jadi, meski pernikahan ini singkat. Ia tidak apa apa. Kara menarik nafas. Lelah melihat Ender yang tidak ku
"Cari tahu siapa wanita itu. Selain dia sepupu dari Zara," Suara Javier yang sedang berbicara dengan bawahannya.Mereka sekarang berada di satu ruangan di lantai 2 di sisi ballroom. Karna berita dan kekacauan yang di timbulkan oleh Ender. Ballroom yang tadinya ramai di sertai musik yang mengiringi acara. Sekarang terdiam sunyi dengan para tamu yang entah kemana. Bisa di katakan, semuanya kacau. Bahkan ada para klien dan kolega bisnis mereka yang langsung balik meninggal kan kapal. "Tuan!" Seorang pria yang baru datang menunduk sopan. Javier dan Ayse yang sedang duduk sofa menaikkan tatapan menatap pria tersebut. "Ya, katakanlah." Perintah Javier. "Saya melihat Tuan muda Ender turun ke lantai 1 Tuan,"Javier dan Ayse tersentak terkejut.Ternyata pria bersetelan tersebut adalah. Pria yang di tugaskan mengawal dan melapor tentang Ender. Dan Pria ini sudah di tugaskan jauh jauh hari sebelum kejadian malam ini. Mungkin sudah sekitar 3 tahun. Sebelum kejadian Tuan muda Ender menghilan
"Refat! Kau sudah di sini! Bagaimana dengan penghulunya, beliau bersedia?" Javier bangkit dari duduknya mendekat ke Refat dan memeluk Refat sejenak layaknya putranya sebelum berdiri di hadapan Refat. Menunggu kabar yang di bawa Refat. "Tentu saja beliau bersedia paman! Jika pun tidak bersedia saya akan memaksanya ikut,"Javier mengangguk angguk mengerti. "Lagian ini hanya beda jadwal yang sudah di tentukan. Seharusnya pernikahan terjadi 2 minggu lagi. Ini malah terjadi tiba tiba, aku harap beliaunya tidak terkejut,"Refat tertawa geli. "Awalnya tentu terkejut paman. Bahkan bapak penghulunya mengira hamil duluan,"Javier tersentak dan sebentar melebarkan kedua matanya sebelum kemudian suara Refat menenangkan ke khawatiran nya. Dengan wajah yang masih di hias senyum sejabis tertawa. Refat berucap,"Saya sudah jelaskan apa yang terjadi paman! Meskipun tidak semuanya,"Javier menghela nafas sembari tertawa. "Memang tidak salah, aku menyuruh mu ke sana Refat! Kamu selalu bisa di andal