Saat mendengar nama Alisha, Riana ikut bergegas ke arah pintu. Darahnya seketika naik melihat menantu yang ia benci berdiri disana tanpa takut."Mau apa kau ke sini?" Riana bertanya dengan nada sinis, dadanya terlihat naik turun menahan segala desakan gejolak amarah yang ia rasakan saat bertemu kembali dengan Alisha.Gara-gara Alisha, hubungannya dengan Hendriawan mengalami perang dingin. Hendriawan bahkan memilih pergi dari rumah untuk menghindari ia dan Gea sekarang."Mau apa lagi kau dari kami? Mau mengacaukan hari tenang dan kebahagiaan baru kami di rumah ini, begitu?" Tanya Gea dengan berkacak pinggang.Alisha tersenyum miring melihat tingkah Gea, "Wah Gea, sekarang setelah menjadi istri Rean, tingkat percaya dirimu semakin bertambah. Kau bahkan melupakan nada bicara sopanmu padaku.”Gea mendengus keras. "Untuk apa lagi aku bersikap sopan padamu? Hubungan kekerabatan kita sudah usai. Aku tidak memiliki kewajiban untuk memanggilmu Kakak seperti biasa.”"Ah, kau benar, setelah semu
Rean mendesah panjang, namun kemudian ia menegakkan tubuhnya. "Baik, ada apa?""Sepertinya Robert Corporation menarik kerja samanya dengan kita.""Apa?" Kepala Rean terasa sakit mendengar ucapan Mona."Kenapa? Kenapa mereka ingin menarik kerja sama dengan kita?" tanya Rean berang."Mereka tidak menjelaskan secara spesifik, tapi mereka hanya berkata bahwa produk kita tidak memiliki kualisifikasi yang memenuhi untuk masuk pasar internasional.”Rean memijat kepalanya yang semakin pening mendengar penuturan Mona. Tidak bisa, ia tidak bisa kehilangan kerja sama ini.la sudah bekerja sangat keras untuk mencapai kesepakatan ini. Bagaimana bisa mereka membatalkannya setelah kesuksesannya di depan mata?"Aku akan pergi menemui Tuan Robert," Rean segera bangkit berdiri.la mengambil kunci mobilnya yang berada di atas meja kerjanya lalu bergegas pergi ke perusahaan Robert Corporation. Tuan Robert harus bisa menjelaskan alasannya membatalkan kerja sama ini."Kenapa aku tidak bisa menemuinya?" Rea
“Ah, brengsek kalian! Brengsek!” suara Alisha meledak seperti petir di langit yang kelam. Jemarinya mencengkeram erat setir mobil, sementara air matanya berjatuhan, membasahi pipinya yang telah lama kehilangan cahaya.Ia hanya ingin pergi. Pergi jauh dari segalanya—dari rasa sakit yang mengguncang setiap serat keberadaannya, dari bayangan kebahagiaan palsu yang kini tampak seperti lelucon kejam.Kehidupan rumah tangga yang selama ini ia banggakan, seolah mahkota berlian di kepala, runtuh menjadi debu oleh ulah pengkhianatan.Dan tidak sembarang pengkhianatan; yang menusuk hatinya adalah darah dagingnya sendiri, sepupunya selingkuh dan bermain gila dengan suaminya. Ini benar-benar menyakitkan!Akhirnya, mobil itu berhenti dengan derit menyakitkan di depan sebuah bar malam. Alisha turun, melemparkan kunci mobil kepada penjaga tanpa sepatah kata, dan melangkah masuk dengan langkah yang tegas namun rapuh.“Nona, Anda baik-baik saja? Sebenarnya Anda mau ke mana?” tanya seorang pria yang ti
Neuro tahu persis apa arti dari kata-kata itu. Ia tidak perlu penjelasan lebih lanjut. Dengan gerakan yang penuh naluri, ia menyingkap rok wanita itu, membiarkan kain itu melayang ke udara sebelum mendarat entah di mana.Namun, ketika ia hendak menanggalkan pakaian itu sepenuhnya, tangannya dihentikan oleh jemari lentik wanita itu.“Lakukan seperti ini saja. Aku… sudah tidak tahan,” ucapnya, dengan nada lembut yang penuh getaran, seperti alunan biola yang menyayat hati.Neuro mendesah, setengah kecewa, setengah terpesona. Ia menginginkan lebih, tetapi ia tidak ingin merusak suasana panas yang kini seperti bara api yang membakar di antara mereka.Ia menurut, membiarkan dirinya menjelajah, membiarkan tubuhnya mencari tempat di mana ia bisa menambatkan seluruh hasrat yang telah lama ia tahan.Ketika akhirnya ia menemukan tempat berlabuh, Neuro menggeram rendah, suara yang dalam dan penuh gairah.Gadis di bawahnya memekik pelan, suaranya seperti simfoni malam yang hanya bisa dinikmati sek
“Kau terlambat. Haruskah kau terlambat di hari penting ini, Neuro?”Suara dingin itu memotong suasana seperti pedang tipis yang menusuk tanpa ampun. Neuro menghentikan langkahnya, napasnya tercekat sejenak sebelum perlahan ia membalikkan tubuhnya.Suara itu, tegas dan penuh nada mengejek, datang dari arah Daniel, kakak keduanya, yang kini berdiri dengan tangan terlipat, menatapnya dengan tatapan penuh kebencian yang telah ia kenal sejak kecil.Astaga! Apa lagi ini?Neuro menarik napas panjang, menahan rasa malas yang mulai menguasai pikirannya. Hubungannya dengan Daniel selalu buruk—tidak, lebih dari buruk.Sejak ia ingat, Daniel memperlakukannya seolah ia adalah noda yang tak diinginkan di kehidupan keluarga mereka.“Kenapa aku harus peduli pada hari penting ini?” batinnya, meskipun ia tahu ia tidak bisa melontarkan itu secara langsung.Daniel, seperti biasanya, berdiri dengan postur arogan yang mencerminkan kepribadiannya yang keras. “Kebahagiaanku lenyap sejak kau lahir,” itulah ma
"Ya pernah, kami bertemu satu kali,"Rean segera mengalihkan tatapannya ke arah Alisha, meminta penjelasan sedangkan Alisha hanya berdiri dengan bingung, sama sekali tidak ingat pernah melihat pria bernama Neuro ini.la menggeleng memberikan jawabannya kepada Rean. Tatapan mata Neuro memang terlihat tidak asing, tapi dimana ia pernah melihatnya?"Istri Anda tidak akan ingat, kami hanya tidak sengaja berpapasan. Sepertinya dia sangat setia dengan pasangannya. Dia tidak menoleh bahkan ketika saya menyapanya lembut,"Alisha dapat merasakan lengan Rean yang menyentuh bahunya terasa makin kuat.la menatap wajah Rean yang mengeras, kecemburuan pria itu selalu berlebihan, "Kenapa Anda menyapa istri saya?" Tanya Rean dingin.Neuro yang sepertinya tidak menyadari tatapan dingin Rean hanya mengangkat bahunya santai, "Hanya ingin saja karena istri Anda sangat cantik, saya tidak tahu jika dia sudah menikah,"Alisha yang mulai merasakan ketegangan dari arah sampingnya tiba-tiba mengangkat suara, "
Neuro tersenyum menyeringai saat ingatan Alisha mulai terbuka ketika ia menyebutkan bar malam itu. la mencondongkan wajahnya ke arah Alisha lalu berbisik pelan, "Ya itu aku, aku selingkuhan tampanmu, Sayang.""Tidak mungkin!" Alisha bergumam tidak jelas saat mendengar ucapan Neuro.la tidak menyangka jika pria yang pernah bermalam dengannya adalah Neuro Edenvile, putera bungsu Tuan Robert.Alisha memijat kepalanya yang terasa berputar, kenapa ia harus dipertemukan kembali dengan pria itu sekarang?"Akhirnya sekarang kau ingat.” Neuro tersenyum tenang sementara Alisha menatapnya cemas, "Bagaimana kau bisa setenang itu setelah meninggalkanku pagi itu, Nona? Aku merasa sangat sedih," sambung Neuro lagi ringan.Seringaian Neuro di wajah tampannya terlihat sangat menyebalkan di mata Alisha. Hah, pantas saja netra biru Neuro terlihat tidak asing, ternyata dia adalah pria malam itu.Meski Alisha merasa lega karena ternyata ia tidak tidur dengan seorang pria dengan tampang asal, tapi ia tidak
"Kau harus datang atau aku akan memberitahu suamimu!"Alisha kembali berbalik, memberikan tatapan sengitnya saat mendengar teriakan Neuro. la melirik ke arah sekeliling dengan panik Pria itu! Bagaimana jika ada yang mendengar pembicaraan mereka?Kemarahan Alisha semakin bertambah saat melihat Neuro hanya tersenyum menyeringai. Neuro sepertinya menikmati waktu dimana ia merasa dipermainkan.Alisha memilih kembali melanjutkan langkah lebar sambil merutuk dalam hatinya, menyumpahi Neuro setengah mati, "Dasar pria gila!"Alisha segera mencari keberadaan Rean, mereka harus pergi dari sini sebelum Neuro kembali membuat ulah.Namun saat langkahnya baru mencapai beberapa langkah, Alisha terhenti saat melihat Gea yang tengah tersenyum dengan Rean.Mereka tertawa lalu terlibat pembicaraan seru dengan rekan kerja Rean yang lain. Tangan Alisha terkepal, baru ditinggalkan beberapa menit saja, Rean dan Gea sudah terlihat bersama di sana."Wah, wah sepertinya selingkuhanmu mulai mengambil alih suami
Rean mendesah panjang, namun kemudian ia menegakkan tubuhnya. "Baik, ada apa?""Sepertinya Robert Corporation menarik kerja samanya dengan kita.""Apa?" Kepala Rean terasa sakit mendengar ucapan Mona."Kenapa? Kenapa mereka ingin menarik kerja sama dengan kita?" tanya Rean berang."Mereka tidak menjelaskan secara spesifik, tapi mereka hanya berkata bahwa produk kita tidak memiliki kualisifikasi yang memenuhi untuk masuk pasar internasional.”Rean memijat kepalanya yang semakin pening mendengar penuturan Mona. Tidak bisa, ia tidak bisa kehilangan kerja sama ini.la sudah bekerja sangat keras untuk mencapai kesepakatan ini. Bagaimana bisa mereka membatalkannya setelah kesuksesannya di depan mata?"Aku akan pergi menemui Tuan Robert," Rean segera bangkit berdiri.la mengambil kunci mobilnya yang berada di atas meja kerjanya lalu bergegas pergi ke perusahaan Robert Corporation. Tuan Robert harus bisa menjelaskan alasannya membatalkan kerja sama ini."Kenapa aku tidak bisa menemuinya?" Rea
Saat mendengar nama Alisha, Riana ikut bergegas ke arah pintu. Darahnya seketika naik melihat menantu yang ia benci berdiri disana tanpa takut."Mau apa kau ke sini?" Riana bertanya dengan nada sinis, dadanya terlihat naik turun menahan segala desakan gejolak amarah yang ia rasakan saat bertemu kembali dengan Alisha.Gara-gara Alisha, hubungannya dengan Hendriawan mengalami perang dingin. Hendriawan bahkan memilih pergi dari rumah untuk menghindari ia dan Gea sekarang."Mau apa lagi kau dari kami? Mau mengacaukan hari tenang dan kebahagiaan baru kami di rumah ini, begitu?" Tanya Gea dengan berkacak pinggang.Alisha tersenyum miring melihat tingkah Gea, "Wah Gea, sekarang setelah menjadi istri Rean, tingkat percaya dirimu semakin bertambah. Kau bahkan melupakan nada bicara sopanmu padaku.”Gea mendengus keras. "Untuk apa lagi aku bersikap sopan padamu? Hubungan kekerabatan kita sudah usai. Aku tidak memiliki kewajiban untuk memanggilmu Kakak seperti biasa.”"Ah, kau benar, setelah semu
Netra Alisha melebar mendengar ucapan Neuro. Sebelum Alisha dapat mencegahnya, Neuro sudah merangsek masuk ke dalam kamar mandi."Aku benar-benar hanya akan mandi, depresiku tidak mungkin muncul lagi pagi ini," kilah Alisha sambil mengibaskan tangan mengusir Neuro."Tidak mau!” Neuro bersikeras lalu menghampiri Alisha.Alisha menelan ludah, lagi-lagi godaan tubuh polos Neuro kembali menggodanya, membuat hormon dopaminnya naik seketika. Sial.Netra Alisha mengerjap tidak ingin semakin larut dalam godaan indah itu. la memutuskan mendorong tubuh Neuro untuk menjauh, namun perbandingan kekuatan yang cukup jauh diantara mereka membuat tubuh mereka malah semakin menempel. Shit!Alisha merutuk saat tonjolan-tonjolan di dada Neuro menyentuh kulitnya yang basah."Nona...."Suara serak yang terdengar dari mulut Neuro membuat Alisha kembali merasakan gelenyar aneh di tubuhnya.Alisha hanya bisa menunduk, mengalihkan pandangannya kemana pun asal jangan ke arah Neuro.Dalam hati ia kembali merutuk
Neuro bangkit, membuka lemarinya lalu mencari-cari sesuatu yang bisa Alisha pakai. Neuro menemukan kemeja putih yang sepertinya akan cocok di badan Alisha yang mungil lalu menariknya keluar.la kembali menghampiri Alisha yang kini terduduk diam. Neuro mulai membuka resleting gaun Alisha. Gerakan tangannya tiba-tiba terhenti saat Alisha mengecup bibirnya lembut.Netra Neuro melebar sempurna saat bibir gadis itu mulai menyapu area bibirnya beberapa kali.Neuro mulai mengatur pemikirannya lagi, memberikan pengarahan pada tubuhnya agar membuat gadis itu merasa nyaman.Neuro mulai mengikuti permainan yang Alisha lakukan. Namun, permainan kali ini Neuro membuat ritmenya lebih lembut dan teratur agar kenyamanan Alisha tidak terusik.Tidak banyak yang bisa mereka katakan, hanya sorot mata yang berbicara betapa dalamnya perasaan yang tengah Neuro salurkan.Alisha harus tahu bahwa ia sungguh-sungguh dalam setiap tindakannya, ia sungguh-sungguh akan mengangkat gadis itu ke dasar melupakan seluru
"Kau tidak keberatan jika aku membawamu ke sini?" tanya Neuro saat mereka telah sampai di depan pintu apartemennya.Alisha terlihat mengangguk lemah. Tatapan nanar dan raut wajah putus asanya tidak juga berubah sejak mereka meninggalkan area pesta pernikahan.Alisha terlihat seperti mayat hidup yang berjalan tak tahu arah. Raganya mungkin ada disini, namun jiwanya melayang entah kemana.Neuro hanya bisa mendesah melihat pemandangan menyakitkan ini. Kesakitan Alisha hari ini pasti terlalu berat untuk gadis itu terima.Alisha berubah menjadi sangat pendiam, dia bahkan tidak protes saat Neuro mengajaknya ke apartemen pribadinya. Atau mungkin Alisha bahkan tidak sadar kemana Neuro sudah membawanya.Melihat keadaan Alisha yang kacau seperti ini membuat Neuro tidak bisa meninggalkan gadis itu sendirian.Dengan keadaannya yang seperti ini, Alisha pasti tidak akan pergi ke rumah Tante Evelyn karena tidak ingin membuatnya khawatir.Neuro memilih hal ini karena ini satu-satunya cara ia bisa mem
Tubuh Gea bergetar. Bibirnya ingin mengatakan sesuatu, ingin membela diri, tetapi tidak ada suara yang keluar.Matanya memanas, penglihatannya mulai kabur oleh air mata yang menggenang. Ini bukan yang ia bayangkan. Ini bukan pernikahan yang ia impikan.Melihat Gea menangis dan Rean yang terluka, Riana segera pasang badan. Ia maju selangkah, berdiri di antara suami dan anaknya. Matanya menyala dengan perlawanan."Pa, cukup!" suaranya menggema, berusaha menandingi kemarahan Hendriawan."Apa Papa tahu semua ini tidak akan terjadi jika Alisha tidak menyebarluaskan video itu? Mama yakin, ini pasti ada sangkut pautnya dengan Alisha! Seharusnya Papa menyalahkan Alisha, bukan Rean atau Gea! Mereka hanya menikah!"Hendriawan mendengus sinis. "Mama benar-benar buta dengan kebencian Mama sendiri," katanya dengan suara dingin yang mampu membekukan darah."Ini tidak akan terjadi jika Rean menjaga kesetiaannya. Dan lebih dari itu, ini tidak akan terjadi jika Mama tidak ikut campur dalam urusan anak
"Astaga, jadi kau menyalahkan aku atas semua perbuatanmu? Begitu, Gea?""Diam!"Rean dan Gea seketika berhenti lalu menatap Riana yang datang dengan wajah murka."Seharusnya kalian bahagia saat ini, kenapa malah berdebat dan saling melempar kesalahan?"Tangisan Gea membuncah, seketika ia berlari ke arah Riana lalu memeluknya erat."Seharusnya kamu tunjukkan kepada Alisha bahwa kamu bahagia dengan pilihanmu ini, Rean. Kenapa kamu malah memarahi Gea?""Tapi Ma, aku tidak mau kehilangan Alisha. Aku tidak rela melihatnya pergi dan berpaling kepada Neuro. Alisha itu istriku, dia adalah wanita yang paling aku cintai,""Dia sudah membuangmu, Rean. Sadarlah!" ucap Riana dengan penekanan yang kuat.Rean hanya bisa terduduk pasrah mendengar ucapan Riana. Ucapan ibunya memang benar—dia telah dibuang oleh Alisha.Dia telah menghina kita hari ini. Acara kita menjadi bahan perbincangan di sepanjang pesta, menjadi gunjingan di antara para tamu yang menatap kita dengan sorot mata penuh ejekan.Mama m
Air mata haru menggenang di sudut matanya. Ini adalah momen yang telah ia tunggu-tunggu. Tuhan telah menjawab doanya.Namun, kebahagiaan yang baru saja ia genggam seketika terhenti ketika sebuah suara menggelegar dari sudut ruangan."Kenapa kalian tidak mengundang istri pertama ke pernikahan ini? Wah, aku tidak menyangka jika suamiku telah berhasil direbut olehmu, Gea."Suasana di aula berubah seketika. Desas-desus memenuhi udara, membentuk gelombang kebingungan dan keterkejutan. Gea membeku di tempatnya.Matanya membelalak saat sosok yang dikenalnya berdiri di bawah panggung dengan senyum menantang.Alisha.Dengan gaun putih mewah yang membalut tubuhnya, serta wajahnya yang dipoles riasan lembut, ia terlihat tak kalah anggun.Para tamu yang awalnya terfokus pada Gea dan Rean kini mengalihkan perhatian mereka ke sosok Alisha, yang berdiri tegak dengan aura yang begitu kuat.Senyum yang ia layangkan bukan senyum bahagia, melainkan senyum penuh makna, seolah ia adalah badai yang siap me
Alisha mencoba mempertahankan raut wajah datarnya lalu mengembalikan ponsel Rean.Jemarinya yang ramping melayang sejenak sebelum benar-benar melepaskan benda itu, seakan ingin mengabadikan sensasi dingin logam di kulitnya—sebuah kemenangan kecil yang hanya ia sendiri yang tahu.Di dalam dada, sebuah kepuasan mekar, semanis racun yang perlahan-lahan menjalar ke seluruh tubuh. Ia telah berhasil memasang aplikasi pelacak tanpa dicurigai. Siapa sangka kecemburuan Rean terhadap Neuro justru menjadi senjatanya?"Kenapa kau diam saja? Bagaimana? Sekarang kau percaya perkataanku bahwa hubunganku dengan Gea sudah berakhir, bukan?" Suara Rean bergetar, mengandung harapan yang nyaris putus asa.Alisha menggeleng perlahan, seperti angin musim gugur yang dengan lembut menolak jatuhnya daun terakhir. "Tidak."Tatapan Rean menegang. Sejenak, mata itu memancarkan keputusasaan sebelum kembali tajam, mencoba membaca sesuatu di wajah Alisha. "Apa? Memangnya ada hal aneh di dalam ponselku itu?""Tidak a