Share

Ada Tamu Penting

Penulis: Suhadii90
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-21 18:59:26

Setibanya di Perusahaan Joy Deluxe, Neuro melangkah masuk seperti seorang penakluk yang baru saja tiba di tanah musuh.

Nama belakangnya, Edenvile, adalah kunci emas yang membuka pintu-pintu yang biasanya terkunci rapat.

Semua mata memandangnya, beberapa dengan rasa ingin tahu, yang lain dengan rasa kagum.

Tanpa ragu, Neuro langsung menuju ruangan Rean. Ia hampir tidak memberi waktu bagi resepsionis untuk memperkenalkan kedatangannya.

Langkahnya tegas, tiap hentakan sepatu di lantai marmer terdengar seperti ketukan palu penghakiman.

Pintu ruangan Rean terbuka, dan pria itu mendongak dari meja kerjanya dengan ekspresi kaget yang tidak bisa ia sembunyikan.

Alisnya berkerut samar, menunjukkan kebingungan yang perlahan berubah menjadi kewaspadaan.

"Anda?" tanya Rean, suaranya terdengar datar namun penuh pertanyaan.

Neuro hanya tersenyum tipis, senyum yang tidak menjawab namun malah mengundang lebih banyak pertanyaan.

"Neuro Edenvile, jika Anda lupa," ujarnya, nada suaranya seperti angin se
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Jangan Mengelak Lagi!

    Alisha mendengus, suara kecil itu terdengar seperti geraman hewan buas yang sedang terkunci di kandang. Tatapannya tajam, seolah mampu menembus tembok tebal yang memisahkannya dari Rean dan Neuro."Mona," katanya pelan namun penuh ancaman. "Apa kamu ingin ini menjadi masalah? Apa kamu ingin aku bilang pada Rean bahwa kamu baru saja mengusir istri bosnya?"Mona terdiam. Wajahnya memucat, dan ia menunduk dengan gemetar. "Tidak, Bu," jawabnya lemah."Kalau begitu, minggir!"Tanpa menunggu, Alisha mendorong tubuh Mona ke samping dan membuka pintu ruangan Rean dengan keras, hampir seperti pintu itu adalah musuh yang harus ia kalahkan."Sayang?" Rean yang sedang berbicara dengan Neuro mendongak dengan kaget. Wajahnya penuh dengan pertanyaan, sementara tatapan dingin Alisha hanya fokus pada Neuro."Wah, diskusi kita jadi lebih menyenangkan karena Nona Alisha sudah ada di sini," ucap Neuro dengan nada santai, seolah keberadaan Alisha hanyalah tambahan yang menyegarkan suasana.Alisha menatap

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Aku akan Membantumu

    Tubuh Alisha melemas mendengar ucapan Rean. Apa ini? pikirnya, dadanya terasa seperti diremas oleh tangan tak terlihat.Bukankah tadi Rean baik-baik saja? Kenapa nada suaranya kini terdengar seperti melodi pahit yang mengingatkan pada malam kelam itu?Ia meremas tangannya dengan kuat, jari-jarinya hampir menusuk telapak tangan yang basah oleh keringat dingin. Sudahlah, sandiwara ini memang harus berakhir. Pikirannya terus memutar kemungkinan terburuk.Pernikahan yang selama ini ia pertahankan bagai istana pasir kini terasa runtuh, tak mampu melawan gelombang.Alisha hanya bisa menyayangkan satu hal: pembalasan dendam yang telah ia susun rapi harus berakhir sekarang juga.Bayangan masa depan buruk menyergapnya, seperti angin dingin yang merayap di kulit. Jika mereka bercerai, ia bisa melihat dengan jelas Rean dan Gea berdiri bersama, tersenyum penuh kemenangan, mengolok-oloknya tanpa belas kasihan."Sial," gumamnya pelan, lebih kepada dirinya sendiri.Alisha menghela napas panjang, men

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Keputusan Gila

    Neuro tertawa kecil, sebuah suara rendah yang menggema seperti gema di lorong gelap. Ia menyandarkan tubuhnya ke kursi, lalu menatap Alisha dengan tatapan yang sulit dibaca.“Bagaimana jika kubilang bahwa kau membuatku tertarik?”Alisha mendengus keras, matanya melotot tajam. “Apa begini caramu menggoda para wanita bodoh itu untuk tidur denganmu?” tanyanya sinis, suaranya menggigit seperti belati yang menyayat daging.Neuro masih mempertahankan senyumnya, senyum itu seperti jaring laba-laba yang penuh dengan kelicikan, siap menangkap mangsanya kapan saja."Tapi dalam kasus ini, kau yang menarikku ke tempat tidur, Nona. Apa ingatanmu masih bermasalah?" ucapnya dengan nada menggoda, seperti racun yang dibalut madu.Alisha merutuk dalam hati, mengumpati betapa lincahnya lidah Neuro Edenvile dalam memutarbalikkan fakta.Ia benci setiap kata yang keluar dari mulut pria itu, benci setiap detik yang ia habiskan untuk mendengarkan kebohongan dan ejekan Neuro.'Kenapa aku harus berurusan denga

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Kemarahan Alisha

    Alisha menekuk wajahnya, semburat lelah tampak di matanya yang redup. Ia baru saja selesai bertemu dengan Neuro, pria dengan senyum penuh teka-teki dan sikap yang tak pernah berhenti memprovokasi.Entah bagaimana kelanjutan kesepakatan ini nanti, pikirnya, kepalanya serasa dihantam oleh gelombang pasang pikiran yang berputar tanpa henti. Aku sudah cukup lelah menghadapi pria gila itu hari ini, desahnya dalam hati.Dengan gerakan lesu, bahunya merosot ke sandaran kursi ruang kerjanya. Pikirannya berkelana, mengulang semua kekacauan yang terjadi akhir-akhir ini.Perselingkuhan Rean adalah pukulan pertama, dan kini Neuro Edenvile hadir sebagai badai berikutnya, menghancurkan apa pun yang tersisa dari kewarasanku.Sebuah denyut tajam menjalari kepalanya, seolah-olah otaknya ingin memberontak terhadap semua ini."Kau harus lihat pekerjaan selingkuhanmu itu!"Alisha mendongak, matanya yang lelah bertemu dengan sosok Jeselyn yang berdiri di ambang pintu dengan ekspresi tak sabar.Beberapa pr

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Mengadukan pada Rean

    "Aku tidak mengerti, Kak. Sungguh, Kak Jeselyn tidak berkata apa-apa padaku tadi, Kak. Sepertinya Kakak salah paham. Dari awal Kak Jeselyn memang terlihat tidak suka sejak aku pindah ke sini. Hiks!" ucapnya, suara tangisnya terdengar seperti nada-nada patah yang dipaksakan, menggantung di udara dengan kejanggalan yang mencolok.Alisha memijit pelipisnya, rasa sakit yang menekan di kepalanya kini terasa seperti badai kecil yang bergemuruh.Di luar dugaan, Gea malah menyalahkan Jeselyn atas kesalahan yang jelas-jelas ia buat sendiri. Apakah ini cara Gea bertahan di dunia ini?Dengan menampilkan kepolosan yang dibuat-buat, meneteskan air mata palsu untuk memanipulasi orang-orang di sekitarnya?Tentu saja, Alisha tidak termakan oleh sandiwara itu. Ia mengenal Jeselyn hampir seumur hidupnya.Jeselyn bukan tipe orang yang akan bertindak sepicik itu hanya karena ketidaksukaan. Sedangkan Gea... Gea adalah cerita lain.Gadis ini telah menunjukkan wajahnya yang sebenarnya, berlapis-lapis sepert

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Playing Victim

    Rean mengangkat alisnya saat layar ponselnya menampilkan nama Gea. Sebuah panggilan di tengah jam kerja.Ia mendecak keras, perasaan kesal menguap seketika. Apa sebenarnya yang dipikirkan Gea? Panggilan seperti ini terlalu berisiko.Apakah gadis itu tidak khawatir perselingkuhan mereka terbongkar begitu saja di depan Alisha?Rean menekan tanda hijau dengan gerakan cepat, nyaris kasar. Sebelum amarahnya tumpah, ia ingin tahu alasan Gea mengganggunya di saat yang tidak tepat seperti ini."Apa kamu sudah gila? Kenapa menelepon di jam seperti ini? Alisha pasti..."Kalimatnya terputus tiba-tiba. Di seberang sana, suara isak tangis pecah, menyeruak melalui ponsel seperti belati yang menusuk langsung ke dadanya.Napas Rean tercekat; suara itu, tangisan itu—lemah dan penuh luka—menghantam benteng emosinya. Rasa bersalah dan simpati mengalir deras, melunturkan kemarahannya."Ada apa, Gea? Kenapa kamu menangis?" tanyanya, nadanya berangsur menjadi lembut, hampir seperti belaian.Gea terisak di

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Telah Bermain Api

    Rean mendesah kasar, tangannya secara refleks mengusap wajahnya dengan gerakan lelah. Baru saja ia merasa sedikit tenang setelah bertemu Gea, kini Alisha kembali memperkeruh suasana hatinya."Suami baru tiba, kenapa sudah mengajak untuk berdebat? Bukankah seorang istri yang baik seharusnya mempersiapkan keperluan suaminya saat ini?" balasnya dengan nada dingin, matanya menatap lurus ke arah Alisha.Alisha bersedekap di depan dada, sorot matanya tajam seperti duri mawar yang menyakitkan."Aku sudah melakukan semuanya. Kamu bisa mengeceknya jika penasaran. Makanan, pakaian, juga air hangat sudah tersedia.“Tapi karena kamu lagi-lagi pulang terlambat, makanan dan air hangat itu sudah dingin. Sebenarnya kamu ke mana?" tanyanya dengan nada curiga yang mencuat seperti panah yang mengarah langsung ke hati Rean.Biasanya, tatapan penuh intimidasi dari Alisha akan membuat Rean terdiam. Tapi tidak kali ini. Ia menghela napas panjang, tatapannya mencerminkan rasa lelah bercampur kejengkelan yang

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Aku Memang Melakukannya

    Sementara itu, Gea melangkah masuk ke kantor dengan senyum lebar yang menghiasi wajahnya, senyum yang menyiratkan kemenangan kecilnya.Hari ini begitu indah. pikirnya. Rean telah mengabari bahwa ia menasihati Alisha atas sikap kasarnya kemarin. Bahkan, Rean berkata akan selalu menjadi benteng pelindungku.Hatinya terasa melayang, seperti kupu-kupu yang bebas menari di tengah taman bunga. Aku selangkah lebih maju menuju tujuanku, pikirnya sambil melirik ke arah ruangan Alisha.Ruang kaca itu memperlihatkan sosok Alisha yang tenggelam di balik tumpukan file di mejanya.Gea tersenyum kecil. Lihatlah, wanita itu berusaha terlihat baik-baik saja, padahal badai sedang melanda rumah tangganya.Namun, senyumnya menghilang saat Vania dan Jesselyn menghampiri mejanya dengan langkah cepat."Saya harus mengambil semua berkasnya, Bu?" tanya Vania, matanya menunjuk ke arah meja Gea.Gea mengerutkan kening, kebingungan. Ada apa ini sebenarnya?Jesselyn, dengan nada datar namun tegas, mengangguk. "Ya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23

Bab terbaru

  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Harus Meminta Maaf

    Neuro kemudian mengalihkan pandangannya kepada Alisha, ekspresinya berubah lebih lembut, hampir... menyesal."Saya juga ingin meminta maaf kepada Nona Alisha beserta keluarganya yang telah merasa terganggu akibat pemberitaan ini," ucapnya dengan nada penuh ketulusan.Alisha menundukkan kepalanya sedikit, memberikan jawaban diam untuk Neuro. Namun, ada sesuatu dalam dirinya yang mendesak untuk berbicara.Ia melirik Neuro sekilas, memberi isyarat dengan matanya. Neuro, yang tampaknya sudah memahami keinginannya, menyerahkan pengeras suara dengan anggukan halus.Alisha menarik napas panjang, membiarkan udara dingin memenuhi paru-parunya sebelum menghembuskannya dalam satu hembusan kasar."Sekali lagi, saya tekankan bahwa saya tidak berselingkuh dengan Tuan Neuro Edenvile. Terima kasih," ucapnya tegas, suaranya tak bergetar sedikit pun.Tanpa membuang waktu, mereka turun dari podium. Kerumunan wartawan langsung bergerak maju, melontarkan berbagai pertanyaan dengan suara-suara yang beradu

  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Konferensi Pers

    Pagi datang dengan cahaya yang terlalu tajam, menusuk kelopak matanya yang masih berat. Layar ponselnya berkedip, memantulkan cahaya redup ke langit-langit kamarnya yang sepi. Suara yang teramat familiar memenuhi ruang sunyi."Kau mengirimkan pesan padaku tengah malam kemarin, Nona? Kenapa? Apa kau merindukanku?"Alisha mengangguk kecil, meski tahu Neuro tak akan melihatnya. Suaranya yang penuh antusiasme membuat pagi ini terasa kurang menyakitkan.Ia terkekeh pelan, seperti angin yang menyentuh dedaunan dengan lembut. "Bagaimana menurutmu?""Kau ingin aku menjemputmu sekarang? Kita bisa ke tempat konferensi pers bersama-sama."Alisha menatap langit biru di balik jendela kaca, perasaan aneh menggelitik hatinya. "Tidak perlu, aku bisa..."Tut... Tut... Tut...Alisnya bertaut, menatap layar ponselnya yang kini hanya menampilkan panggilan berakhir. Apa? Neuro memutus panggilan mereka begitu saja? Tanpa sepatah kata pun?Alisha mengangkat bahu. Mungkin ini pertanda bahwa badai yang lebih

  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Akan Menggunakanmu

    "Alisha!"Suara Riana menggelegar dari seberang telepon, mengguncang malam yang seharusnya tenang. Alisha tersentak, jantungnya berdetak tak beraturan.Matanya mengerjap dalam gelap, mencoba memahami apakah ini kenyataan atau sekadar mimpi buruk yang lain.Kilasan cahaya dari layar ponselnya menusuk kelopak matanya yang masih berat. Waktu menunjukkan pukul satu pagi.Dengan gerakan lamban, ia memijat pelipisnya yang berdenyut hebat. Kepalanya terasa bagai dihantam ribuan jarum tajam.Tuhan, ia baru saja terlelap setengah jam lalu setelah larut dalam kekacauan pikirannya, namun kini tidur pun tak sudi berpihak padanya."Ya, Ma? Mama baik?" sapanya, berusaha menjaga suaranya tetap stabil. Ada kelelahan, ada kejengkelan yang ia tahan sekuat tenaga.Namun, bukannya jawaban, yang ia terima justru tajamnya suara penuh kebencian dari Riana."Tidak usah berbasa-basi dengan Mama!"Nada itu menusuk seperti belati dingin yang mengiris kulitnya. Alisha menutup mata sejenak, menarik napas dalam se

  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Menemani Tidurmu

    Suara di ujung telepon membuat Rean terlonjak. Seketika kantuknya buyar, jantungnya berdegup lebih cepat. Ia mengerjapkan matanya dengan susah payah. Suara ini..."Ma...?"Riana. Ibundanya.Ia menegakkan tubuhnya perlahan, kepalanya berdenyut nyeri akibat alkohol yang masih mengalir dalam sistemnya.Pantas saja ada yang meneleponnya di tengah malam seperti ini—di Amerika, waktu masih menunjukkan pukul satu siang."Ma, apa Mama lupa kalau di sini sudah hampir tengah malam?" keluhnya setengah kesal, suaranya serak akibat kantuk yang masih menggantung.Di seberang sana, Riana terdengar mendesah berat. "Ya, Mama tahu. Tapi ini penting," tukasnya terburu-buru, nada suaranya terdengar tegang.Rean menarik napas panjang, tangannya terangkat untuk memijat pelipisnya yang berdenyut. Efek dari alkohol masih begitu kuat di tubuhnya, membuat kepalanya berputar.Saat perlahan-lahan kesadarannya kembali, ia menyadari sesuatu—ia tak lagi terbaring di lantai. Kini, tubuhnya berada di sofa ruang tamu.

  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Menghubungi Sang Mama

    Jadi, pria ini hancur karena berita perselingkuhan Alisha dengan Neuro? Matanya menatap wajah Rean dengan perasaan yang tak menentu. Ada sesuatu yang mencubit hatinya, sesuatu yang menyakitkan, sesuatu yang membuat dadanya terasa sesak. Apa ini? Apa Rean masih mencintai Alisha hingga ia begitu terpukul seperti ini?"Sudahlah, Kak. Tidak usah dipikirkan, aku ada untukmu," ujar Gea, suaranya sarat dengan keyakinan yang dipaksakan.Rean mengerjap, lalu terkekeh kecil, seolah baru menyadari keberadaan Gea. "Ah... Gea! Benar, kau Gea!""Ya, aku. Tidak usah bersedih karena Kak Lisha. Aku ada untukmu, Kak Rean. Aku yang akan selalu menemanimu," lanjut Gea, suaranya bergetar oleh sesuatu yang lebih dalam dari sekadar simpati.Helaan napas panjang terdengar dari mulut Rean, pria itu mengangkat tangannya, menyentuh wajah Gea dengan kelembutan yang membuat dada Gea bergejolak. Jemari hangat itu membelai pipinya, namun di balik sentuhan itu, Gea bisa merasakan kehampaan."Kenapa kita harus bert

  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Mabuk

    Alisha segera mengalihkan pandangannya yang sedang betah menatap Neuro. Tidak, Alisha. Apa yang ia pikirkan? Mata pria itu terlalu berbahaya, bagaikan pusaran misterius yang bisa menyeretnya ke dalam ilusi manis yang tak seharusnya ia cicipi. Neuro berbuat baik padanya hanya karena sebuah keharusan, bukan karena ketulusan yang ingin ia percayai begitu saja.Melihatnya berjalan sempoyongan tadi pasti membuat hati kecil Neuro merasa iba. Alisha menggeleng kecil, mencoba mengusir pemikiran konyol bahwa Neuro menyukainya. Seperti yang sudah ia bilang, itu mustahil. Dia hanyalah wanita yang memiliki banyak permasalahan dalam hidupnya—badai yang tak kunjung reda, kepingan mozaik yang tak kunjung utuh."Bagaimana? Sudah lebih baik?" suara Neuro menyelinap ke dalam benaknya, seakan menariknya kembali dari lautan pikiran yang berkecamuk.Alisha segera menengadah, menatap Neuro yang kini tengah mengamati dirinya dengan mata penuh sorotan lembut."Ya, lumayan," balasnya ringan, meski hatinya m

  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Dia yang Selalu Ada

    Alisha terlihat mengerjap melihat Neuro ada di hadapannya. Matanya melebar sempurna, terlalu terkejut dengan kedatangan Neuro yang mendadak.Tatapan mereka bertaut, seperti pertemuan dua arus sungai yang bertubrukan dalam derasnya aliran takdir."Neuro? Sedang apa kau di sini?" tukasnya setengah berteriak.Tadinya aku ingin menemuimu dan membahas pekerjaan kita, tapi sepertinya saat ini bukan waktu yang tepat," ujar Neuro beralasan, suaranya setenang angin yang berbisik di antara dedaunan senja."Ya, aku merasa lelah hari ini, kau bisa kembali besok," balas Alisha lemah, suaranya bagai embusan napas terakhir sebelum malam menyelimuti dunia.Matanya berkabut, seolah menyimpan gelombang pasang yang siap meluluhlantakkan segala ketegaran."Apa kau ada masalah? Rean tadi menemuiku, apa dia juga ke sini?" Tanya Neuro dengan nada yang berpura-pura datar, meski matanya menyelidik tajam, mencari serpihan rahasia di wajah Alisha."Ya, dia ke sini. Aku benar-benar lelah hari ini, Neuro. Kurasa

  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Biar Kuantar!

    Jesselyn menatap sahabatnya dengan penuh pemahaman, tidak ada sedikit pun keberatan dalam tatapannya. "Baiklah, serahkan semua padaku. Pulang dan istirahatlah. Tapi, tanda tangani dulu berkas ini, setelah itu kau bisa pergi."Alisha mengangguk, merasa sedikit lebih tenang karena memiliki seseorang yang selalu mendukungnya. "Aku akan pulang setelah mempelajari dan menandatangani ini. Maaf jika aku merepotkanmu.""Tidak, tidak apa-apa. Take your time."Namun, meskipun Jesselyn berkata begitu, matanya tidak bisa menyembunyikan kekhawatiran yang terus mengendap di dalam benaknya.Alisha menghela napas panjang, lalu mulai membuka lembaran-lembaran berkas yang diberikan Jesselyn.Matanya menelusuri baris demi baris tulisan di atas kertas, namun pikirannya masih terus terbayang oleh peristiwa yang terjadi sebelumnya.Kata-kata Rean masih menggema di telinganya, seolah-olah menghujamnya berulang kali tanpa ampun.Setelah semua ini selesai, ia hanya ingin pulang. Berbaring. Dan melupakan segal

  • Belenggu Hasrat dan Obsesi CEO Tampan   Kau Wanita Kuat

    Suara Alisha meledak di dalam ruangan, menggema bagaikan gelegar petir di tengah langit kelam. Tangannya terangkat, telunjuknya lurus menuding ke arah pintu, seperti pedang yang menghunus jantung Rean.Matanya berkilat penuh luka dan kemarahan, suaranya pecah oleh kepedihan yang tak mampu lagi ia bendung.Rean berdiri terpaku sejenak, napasnya memburu, dadanya naik turun menahan gejolak emosinya sendiri.Rahangnya mengeras, matanya menyipit, namun bukan hanya karena amarah—ada sesuatu yang lain di sana, sesuatu yang ia sendiri tidak bisa pahami.Harga dirinya berteriak agar ia tetap di tempat, membalas kata-kata Alisha dengan lebih kejam lagi, namun entah mengapa, ia tahu bahwa tak ada gunanya.Dengan wajah yang merah padam, tangannya mengepal di sisi tubuhnya, dan dengan gerakan kasar, ia berbalik.Langkahnya menghentak lantai dengan keras, meninggalkan ruangan dengan sisa kemarahan yang masih membara.Begitu Rean menghilang di balik pintu, sesuatu dalam diri Alisha runtuh.Seluruh p

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status