Share

2 // Surat Kaleng

Author: Black Aurora
last update Last Updated: 2023-10-05 21:51:59

"Halo."

"Halo, Mika. Apa acaranya sudah selesai?"

Mika tersenyum saat mendengar suara familier yang menyapanya lembut melalui sambungan telepon selular.

"Ya, ini baru saja selesai dan sekarang aku sedang bersiap untuk pulang. "

"Lalu bagaimana tadi? Semuanya lancar? Apa ada kendala?"

"Syukurlah semuanya aman, Van. Sekarang hanya bisa berdoa saja semoga besok Dazzle mendapatkan ulasan positif dari media dan publik."

"That's great, Mika. Aku senang sekali mendengarnya. Aku sangat yakin Dazzle akan mendapat pujian. Kamu sudah bekerja sangat keras, dan gaun hasil rancanganmu juga sangat indah," puji Ervan sembari menghela napas berat sesudahnya.

"Aku menyesal sekali tidak bisa hadir di sana untuk menemani kamu. Maaf ya?"

Mika tertawa kecil. "Tidak masalah, Van. Tidak usah dipikirkan. Oh iya, gimana perkembangan kasusnya? Sudah ada titik terang?"

Selanjutnya Mika mendengar Ervan yang bercerita tentang kasus suap di sebuah Departemen Pemerintahan yang sedang ia tangani tuntutannya.

Sebenarnya ia tidak mengerti sebagian besar hal-hal mengenai hukum, namun Mika tetap mendengarkan Ervan dengan penuh perhatian sembari sesekali menanggapinya. Ervan adalah tipe pria yang ceria, penuh semangat dan pekerja keras.

Mika bertemu dengan Ervan Dewandaru di sebuah acara reuni SMU-nya, dan Ervan adalah kakak kelas Mika.

Berita perceraian antara Mika dan Rafka telah menjadi hot topic yang sangat santer di kalangan almamaternya, bahkan tak sedikit yang mencibir Mika di acara reuni itu karena rumah tangganya yang hanya bertahan setahun.

Ervan mendekatinya selama acara berlangsung hingga akhirnya pria itu berhasil juga mengajak Mika berbicara, meskipun awalnya wanita itu terlihat enggan.

Ervan yang periang dan ramah mampu membuat Mika sedikit mengendurkan benteng dirinya yang terbentuk karena sifatnya yang introvert. Dan benteng itu pun bahkan semakin tinggi setelah perceraiannya.

Mika hanya sangat bersyukur karena penyebab utama Rafka menceraikan dirinya tidak diketahui oleh wartawan dan publik, sehingga nama baiknya pun tidak hancur.

Rafka hanya menggunakan 'ketidakcocokan' sebagai alasannya untuk menggugat cerai dirinya.

Entahlah, Mika mengira bahwa mungkin ada campur tangan Rafka untuk meredam berita memalukan tentang mantan istrinya yang kepergok satu ranjang dengan lelaki lain tidak menjadi santapan masyarakat.

Tidak, Mika tidak pernah mengira kalau Rafka melakukan itu untuk dirinya.

Tapi Mika yakin bahwa alasannya adalah karena pria itu tidak ingin reputasi perusahaan e-commerce Shootingstar milik Rafka ikut terkena imbas dari berita itu.

Mika masih asyik bertelepon dengan tunangannya itu sambil berjalan menuju ke bagian parkiran basement, menuju ke posisi dimana mobilnya terparkir.

"Van, aku sudah sampai di mobil," ucap Mika sembari membuka pintu mobilnya. "Sudah dulu ya? Nanti sesampainya di apartemen, aku telepon kamu."

"Okay. Hati-hati di jalan, Mika. Aku akan tungguin telepon dari kamu."

"Iya. Kamu juga jangan bekerja terus, ini sudah larut malam, Van. Istirahat ya?"

"Okay, Sayang. Karena calon istriku yang meminta, kalau begitu pekerjaanku akan dilanjutkan besok saja," gurau Ervan sembari terkekeh pelan, merasa senang karena mendapatkan perhatian dari Mika.

Mika pun ikut tersenyum mendengarnya. Tidak terasa waktu begitu cepat berlalu, dan pernikahannya dengan Ervan akan dilaksanakan dalam tiga bulan. Meskipun waktunya sebentar lagi, namun semua persiapan hampir rampung sekitar 80%.

Lagipula, Mika meminta pesta yang sederhana saja mengingat ini adalah pernikahan kedua bagi wanita itu meskipun yang pertama untuk Ervan.

Cukup dilaksanakan di KUA, lalu syukuran kecil-kecilan di rumah Ervan dengan mengundang keluarga dan beberapa kolega terdekat saja.

Syukurlah baik Ervan maupun keluarga lelaki itu mau mengerti dirinya, yang merasa tak pantas untuk menghamburkan uang calon suaminya untuk hal yang tidak terlalu perlu.

Ervan adalah seorang PNS yang berprofesi sebagai Jaksa Penyidik di Kantor Kejaksaan Negeri.

Dan meskipun calon suaminya itu memiliki gaji dan tunjangan kelas tertinggi, tetap saja Ervan masih harus membiayai ibu dan adiknya yang masih kuliah, terutama setelah ayahnya meninggal dunia.

Selain itu Mika juga merasa malu dan rendah diri karena dirinya yang seorang janda cerai, sangat berbanding terbalik dengan Ervan yang belum pernah menikah, memiliki karir cemerlang dan juga tampan.

Terkadang Mika pun tidak mengerti entah apa yang dilihat oleh Ervan pada dirinya, padahal ada begitu banyak gadis cantik yang juga menyukai calon suaminya itu.

Setelah berpamitan, akhirnya Mika menyudahi panggilan telepon itu.

Ia sedang sibuk memasukkan tas besar berisi beberapa contoh kain dan pernak-pernik busana ke bagian kursi penumpang depan, ketika pandangannya tiba-tiba tertumbuk pada sesuatu yang menempel di kaca bagian depan mobilnya.

Apa itu?

Mika cepat-cepat menaruh semua barangnya, lalu menutup pintu mobil. Kakinya melangkah menuju bagian depan mobil untuk memeriksa. Ternyata benda itu adalah sebuah amplop berwarna biru muda.

Mika meraihnya sambil melukis kernyitan mendalam di keningnya, terutama setelah membaca sebuah tulisan rapi di bagian depan amplop biru itu.

"UNTUK MIKAYLA CARISSA".

Meskipun merasa aneh, Mika tetap membuka amplopnya, lalu mengeluarkan secarik kertas putih dengan beberapa baris tulisan di dalamnya. Lalu membaca dalam hati.

"Aku telah berusaha untuk membunuh rasa cinta ini, namun dia kembali hadir lagi dan lagi. Semakin brutal, membisikkan kekal. Mimpiku adalah memilikimu, dan Dia yang berani merebutmu akan segera musnah, biru dan membeku."

Jemari lentik yang memegangi kertas itu kini terlihat gemetar. Dengan jantung yang berdegup kencang, Mika kembali mengulang untuk membaca huruf demi huruf yang membentuk puisi dengan kalimat dengan makna yang membuatnya merasa tidak nyaman.

Mika berharap bahwa ia salah baca, walaupun kemudian ternyata ia tidak salah sama sekali.

Siapa orang ini sebenarnya?? Mika ingin mengabaikan orang iseng yang mengirimnya surat tidak jelas ini, tapi entah kenapa seketika saja ia merasa merinding.

Wanita itu mengedarkan pandangan ke sekitarnya dengan takut-takut. Suasana area parkir di malam hari yang sepi ini semakin membuat Mika menyesali keputusannya sebelumnya yang tidak menggunakan jasa valet parking.

Ah, dasar surat kaleng sialan! Membuatnya jadi overthinking saja!

Mika berusaha menepis rasa cemas yang mulai menguasai pikirannya. 'Tidak apa-apa, Mika. Jangan takut hanya karena surat tidak jelas dari orang iseng', batinnya dalam hati membisikkan kata-kata yang menguatkan hati.

Namun wanita itu tidak menyadari bahwa di sudut area dari balik kegelapan, ada sosok gelap yang berdiri tak jauh dari Mika berdiri.

Diam, bersembunyi dan mengamati dengan lekat. Setiap gerakan Mika tak luput dari perhatiannya yang tanpa putus hanya tertuju kepada wanita itu.

"Kamu masih sangat cantik, Mika..." suara yang pelan itu pun berbisik, melebur dalam tiupan angin yang berhembus perlahan memasuki area parkir mobil.

Mika yang masih diam berdiri di tempatnya, tiba-tiba saja mendengar suara langkah kaki dari arah belakangnya.

Sontak saja wanita itu pun menoleh, namun maniknya melebar ketika ia menyadari bahwa... tak ada siapa pun di sana.

"Halo? Apa ada orang di sana??" Mika berucap dengan setengah berteriak ke arah ruang kosong yang gelap minim cahaya.

Namun pertanyaan Mika hanya dijawab oleh semilir angin malam yang berhembus dingin menerpa kulitnya, membuat Mika bergidik. Ia mengusap-usap lengan atasnya yang terekspos karena gaunnya yang tanpa lengan.

"Mungkin hanya perasaanku saja..." guman Mika pelan, setelah meyakini bahwa tak ada seorang pun di sana.

Saat ia hendak berjalan ke arah pintu mobil, tiba-tiba terdengar suara deru mesin serta lampu mobil yang terarah kepadanya.

Mika pun membalikkan badannya, dan mengernyit saat melihat sebuah Ferarri Stradale berwarna hitam mengkilat yang berhenti tepat di depan dan menghalangi mobilnya.

"Oh ya ampun~" Mika pun seketika mendesah lelah, saat melihat sosok jangkung dan atletis yang baru saja keluar dari kendaraan supercar itu.

"Rafka..." desis Mika pelan. Kenapa dia harus bertemu dengan mantan suami yang menyebalkan ini lagi, sih?!

"Hai, Mimi." Rafka tersenyum penuh arti, dengan sengaja mengucapkan panggilan sayangnya kepada Mika dahulu kala.

"Ck. Aku bukan Mimi-mu lagi!" Decak Mika sambil menyipitkan mata, meskipun sesungguhnya ia tak mampu meredakan desir halus di dalam dada.

Cara Rafka memanggilnya dengan suaranya yang dalam dan maskulin, telah nengingatkan Mika pada saat mereka sedang... bercinta. Sial.

Rafka tertawa kecil ketika melihat wajah cantik mantan istrinya yang merona. Ia memang sengaja memanggil Mika dengan sebutan mesra yang hanya ia ucapkan di momen-momen intim mereka berdua.

Pria itu melipat kedua tangan di dada, memandangi Mika. "Ini sudah sangat larut malam, kenapa kamu pulang sendirian?" Tegurnya dengan kedua alis lebatnya yang terangkat ke atas.

"Kemana calon suamimu itu, hm? Bagaimana bisa Ervan membiarkan calon istrinya pulang sendirian tengah malam begini??"

Untuk yang kesekian kalinya Mika kembali menghela napas lelah dan menatap nanar pria yang dulu pernah menjadi suaminya itu.

"Maumu sebenarnya apa sih, Raf?" desis Mika kesal. "Kenapa kamu... tiba-tiba saja muncul setelah tiga tahun dan menggangguku?! Kenapa kamu tidak terus saja berada di Bern dan tidak usah kembali lagi ke Indonesia?!"

Rafka menahan senyumnya melihat kemarahan di wajah Mika, hal yang memang sengaja ia ciptakan.

Baru saja ia hendak menyahut hardikan Mika, mendadak pandangannya tertuju ke jemari Mika yang baru ia sadari sedang memegangi kertas putih kecil sejak tadi.

Rasa ingin tahunya pun seketika muncul. Rafka berjalan beberapa langkah mendekati Mika, lalu tanpa diduga merampas kertas itu dari tangan Mika.

"Raf, kembalikan!" Geram Mika gusar. Itu adalah kertas berisi sebaik puisi aneh yang ia temukan di kaca mobilnya.

Mika mencoba menggapai kertas itu, namun Rafka malah mengangkatnya tinggi-tinggi di atas kepala, terlalu jauh dari jangkauan Mika.

"Fine! Ambil saja!" Mika yang akhirnya menyerah memutuskan untuk mengalah. Dasar Rafka kekanakkan!

Wanita itu pun mengamati ekspresi penuh kemenangan Rafka, yang kemudian perlahan berubah menjadi terkejut saat membaca tulisan di dalam kertas itu.

"Apa ini, Mika?" Rafka mengacungkan kertas itu ke hadapannya. "Kamu dapat darimana surat kaleng ini?"

"Tidak penting, Raf. Abaikan saja dan--"

"Yang aku tanya, kamu dapat dari mana surat kaleng ini, Mikayla Carissa."

Mika hanya bisa meringis, saat mendengar nada dingin penuh intimidasi yang merupakan ciri khas Rafka untuk membuat semua makhluk yang ada di depannya menjadi takluk.

Pria ini memang memiliki kemampuan itu, kemampuan seorang pemimpin dengan aura CEO-nya yang terpancar begitu deras menguar dari setiap senti kulitnya.

Manik sebiru kristal itu memaku wajah Mika hingga ia bahkan tak mampu untuk sekedar berpaling.

Mika pun seketika membenci dirinya sendiri, ketika berulang kali ia menyadari bahwa Rafka yang masih saja memberikan efek berdebar di jantungnya.

'Sadar, Mika! Jangan lupakan Ervan yang mencintaimu dengan tulus dan akan menjadi suamimu!' batin Mika memperingatkan dirinya sendiri.

"Surat itu kutemukan di kaca depan mobil," ucap Mika akhirnya. "Mungkin cuma orang iseng. Aku--"

"Masuk ke dalam mobilku."

Mika mendelik mendengar nada perintah tegas itu yang jelas ditujukan kepada dirinya. Enak saja, kenapa pula ia harus masuk ke dalam mobil Rafka?? Memangnya siapa dia??

Cuma seorang mantan yang menyebalkan dan rasanya ingin sekali Mika tendang agar kembali ke Bern sana!!

"Mika? Tolong jangan membangkang untuk sekali ini. Masuk ke dalam mobilku. Sekarang."

Dengan dagu yang terangkat ke atas dan kedua tangan berkacak pinggang, Mika menatap mantan suaminya itu dengan raut menantang.

"Tidak. Aku tidak ma--RAFKAAA!!" Mika menjerit keras ketika tiba-tiba saja Rafka membopong dirinya di pundak, dengan sangat mudah dan seolah bobot Mika tak ada artinya bagi lelaki itu.

"Turunkan akuu!!" Mika berusaha berontak ketika Rafka membawanya ke sisi samping Ferarri Stradale two-seated miliknya, tepat di depan sisi penumpang lalu menurunkan Mika di depan pintu yang telah ia buka.

"Masuk, Mika." Sorot mengancam ketara begitu jelas dari manik biru kristal Rafka.

"Atau aku akan cium kamu di sini, sekarang juga."

***

Related chapters

  • Belenggu Hasrat Mantan Suami   3 // Ditakdirkan

    "Dasar diktator. Tukang paksa. Ancaman kamu norak, Raf!" Meskipun pelan, namun sebenarnya Rafka dapat mendengar semua rentetan gerutuan mantan istrinya yang sangat jelas ditujukan kepada dirinya, namun ia pun memutuskan untuk mengabaikannya. Sangat wajar sebenarnya jika Mika kesal, karena Rafka yang telah mengancam akan menciumnya jika Mika tidak menurut. "Ya, memang norak. Tapi berhasil, kan?" Cetus Rafka sembari menyeringai samar. "Terpaksa." Mika menyahut sambil membuang muka ke arah jalanan, mencoba mengusir sisa-sisa desiran halus yang sejak tadi tak jua sirna dari dadanya, karena perkataan mantan suami menyebalkan ini.'Argh, kenapa pula jantungku jadi berdebar tak tahu malu mendengar ancaman itu??'Ia sadar bahwa ia tak seharusnya masih menyimpan nama Arrafka Adhyatama jauh di dalam sana. Rafka sudah membuang dirinya, itulah kenyataan yang terus menerus Mika tanamkan di dalam dirinya, mencoba membangun benteng ego yang seharusnya hadir. Namun tidak, Mika yang begitu bodoh

    Last Updated : 2023-10-10
  • Belenggu Hasrat Mantan Suami   4 // Sensual Sensation

    "Raaf..."Perkataan Mika tertelan oleh ciuman Rafka yang ganas dan datang dengan bertubi-tubi.Wanita bersurai panjang itu mencoba untuk berontak, namun Rafka telah mengunci semua pergerakannya. Rafka menekan tubuhnya ke dinding lift yang terasa dingin hingga Mika tak berkutik, juga mencengkram kedua pergelangan tangannya di atas kepala."Mmmp..."Kembali Mika berusaha untuk berbicara, namun lagi-lagi ia gagal karena Rafka yang tengah menjajah dan menguasai bibirnya. Pria itu seolah sedang berpesta pora dengan mulut Mika dan seluruh isi di dalamnya.Rafka mengobrak-abrik dengan lidahnya yang bergerak liar di dalam mulut Mika, lalu menyesap kuat lidah wanita itu. "Sstoopmmmh..." Lift yang membawa mereka terus bergerak naik, terlihat tak berhenti di satu lantai pun. Membuat Rafka merasa beruntung karena tak terganggu saat sedang menikmati Mika.Ya, menikmati Mika.Jika satu kata yang dapat ia gambarkan tentang perasaannya kepada Mika, itu adalah benci.Ia benci dengan wanita ini, ben

    Last Updated : 2023-10-20
  • Belenggu Hasrat Mantan Suami   5 // Secret Admirer

    Alunan suara percintaan yang keras menggema membuat udara semakin pekat dan berat untuk Mika, yang sudah sejak tadi tubuhnya terus dipacu tanpa henti oleh Rafka."Ungghh..." Rafka menyunggingkan seringai tipis penuh makna, kala mendengar lenguhan seksi yang lolos dari bibir sensual Mika. Ah, dia sendiri pun sesungguhnya tak mampu mengendalikan rasa lapar dan dahaga yang membabi-buta ini kepada tubuh indah mantan istrinya.Mika masih tetap sempurna, sama seperti 3 tahun yang lalu. Kulit seputih dan selembut kapas tanpa cela, pinggul dan dadda yang bulat ideal dan wajah cantik seperti bidadari.Rafka menggeretakkan gerahamnya ketika serbuan gelora kembali membakar tubuhnya dari dalam. Damned.Meski enggan mengakui, namun pada hakikatnya memang hanya Mika yang mampu membuatnya hasratnya membumbung tinggi tanpa tahu apakah bisa turun kembali.Ia mengangkat kaki kedua kaki jenjang Mika semakin ke atas, lalu kembali menghujam dengan semakin keras. Rintihan Mika yang berulang kali terden

    Last Updated : 2023-10-20
  • Belenggu Hasrat Mantan Suami   6 // Hysterical Blindness

    BRAAKKK!!!Ferarri hitam mengkilat yang melaju dengan kecepatan sedang itu kini menghantam pagar sebuah rumah dengan keras, mengakibatkan bagian depan mobil mewah itu ringsek parah begitu pun dengan pagar besi rumah itu.Keributan itu tentu saja memancing orang yang berada di dalam rumah itu untuk keluar dan melihat apa yang terjadi."Tuan Rafka!!" "Ya Tuhan!!""Itu mobil Tuan Rafka!!""Bantu dia keluar!!"Teriakan panik para pelayan dan penjaga rumah mewah itu pun terdengar saling bersahutan di udara, dibarengi dengan beberapa lelaki yang berlari menghambur ke arah mobil yang mengeluarkan asap itu.Mereka berupaya keras membuka pintu yang dikunci dari dalam, untung saja akhirnya mereka bisa membukanya dengan memecahkan kaca jendela bagian penumpang.Asap hitam yang semakin menebal dari kap mobil depan membuat semua orang panik dan cemas. Beberapa pelayan mengguyur asap itu menggunakan selang penyemprot tanaman, sebagai tindakan pencegahan jika api keluar dari sana.Tiga orang lelaki

    Last Updated : 2023-10-21
  • Belenggu Hasrat Mantan Suami   7 // Where Shall I Go?

    "Apa kamu baru saja bermalam dengan mantan suamimu, Mika? Ouch. Kamu nakal sekali, Cantik. Haruskan aku memberitahu Ervan bahwa tunangannya telah berselingkuh dengan mantan suaminya?" Serasa kepalanya diguyur oleh air es yang sangat dingin, itulah yang Mika rasakan sekarang. Kepalanya mendadak pusing dan pandangannya menggelap selama beberapa detik, membuatnya berpegangan menumpu pada meja agar tidak terjatuh. Suara tawa dingin yang terdengar dari seberang sana membuat Mika semakin merasa merinding."Kenapa diam? Apa kamu terkejut karena aku mengetahuinya? Ya, aku memang tahu segalanya tentang kamu, Mika. Oh iya, kamu sudah terima bunganya, kan? Apa kamu suka, Mika?"Lagi-lagi Mika terkesiap, ternyata penelepon misterius ini orang yang sama dengan yang mengirimnya bunga beserta puisi anehnya barusan!"Kamu siapa sih? Jangan bercanda, akan aku tutup telepon ini sekarang juga!" gertak Mika geram."Silahkan tutup telepon ini, tapi kamu akan menyesal, Cantik. Aku akan memberikan pesan u

    Last Updated : 2023-10-23
  • Belenggu Hasrat Mantan Suami   8 // One More Night

    "Semudah itu kamu pergi dari semua kenangan di masa lalu, hm? So tell me, Mika. Where shall I go? To the left, where there's nothing right? Or to the right, where there's nothing left?"Mika diam termangu dengan netranya yang masih saling beradu tatap dengan Rafka, dengan bola mata sebiru kristal yang selalu berhasil membuatnya seolah terpaku di dinding setiap kali menyorotnya seperti ini.Pertanyaan pria itu yang diucapkan dengan nada sendu membuat batinnya terbetik. Perasaan tak nyaman seketika memenuhi dirinya.Kenapa Rafka mengucapkan kalimat sedih yang membuat hatinya yang pernah patah kembali berdarah?Mika sadar jika perceraian 3 tahun lalu bukan hanya membuat dirinya yang terluka, tapi juga Rafka. Hanya saja pria ini terlalu pintar untuk menyembunyikannya, dan angkuh untuk memperlihatkannya."Ikut aku." Tiba-tiba Rafka menarik tangan Mika, namun wanita itu menahan langkahnya hingg membuat Rafka menatapnya."Raf?" Mika menggeleng pelan. "Aku tidak bisa.""Kenapa? Karena ada Erv

    Last Updated : 2023-10-25
  • Belenggu Hasrat Mantan Suami   9 // Hanya Akan Saling Menyakiti

    Mungkin sudah ribuan kali Mika menghela napas pelan hari ini. Lebih tepatnya, sejak ia bertemu dengan Rafka tadi pagi.Wanita itu kini sedang sibuk menyiapkan sarapan sederhana dan cepat, yaitu pancakes saus madu, jus jeruk dan sup asparagus. Maniknya melirik Rafka yang sejak tadi mengawasinya tanpa bergeming dari kursi meja makan. Mika bahkan bisa merasakan tatapan setajam sinar laser yang seolah menembus punggungnya, membuat wanita itu rikuh dan gugup. "Daripada hanya duduk, bagaimana jika kamu ikut membantu?" Untuk beberapa saat, Rafka hanya diam dengan manik biru kristal yang tertuju lekat kepada mantan istrinya yang barusan berkata."Sudah 3 tahun, dan kamu masih saja membutuhkan bantuan untuk memasak?" Olok Rafka, mengingatkan di masa lalu tentang Mika yang tidak mahir di dapur. Pria itu pun bangkit dari kursinya, berjalan menuju ke arah kitchen island dimana Mika sedang mengaduk adonan pancake di dalam mangkuk.Rafka mencelupkan satu jari telunjuk ke dalam adonan berwarna

    Last Updated : 2023-11-01
  • Belenggu Hasrat Mantan Suami   10 // Dia Ada Bersamaku

    Sementara itu di apartemen Mika, Ervan terlihat masih asyik berdiskusi dengan kolega hukumnya melalui telepon.Pria itu baru tersadar ketika tanpa sengaja menatap jam dinding dan menyadari bahwa satu jam lebih telah berlalu, namun Mika belum juga kembali ke apartemen.Apa memang butuh waktu selama ini hanya untuk membeli kopi dan beberapa camilan di minimarket lantai bawah?"Maaf Pak Gio, saya pamit dulu. Bagaimana kalau besok kita lanjutkan lagi diskusi ini?" Akhirnya karena tidak fokus memikirkan Mika, Ervan pun memutuskan untuk menyudahi pembicaraannya. Ada sekelumit rasa bersalah juga karena ia mengabaikan Mika demi menerima telepon, padahal hari ini adalah hari libur, apalagi semalam ia tidak hadir pada acara fashion show brand milik wanita itu."Baik, Pak. Terima kasih untuk sharingnya. Selamat pagi juga." Ervan menutup sambungan telepon itu sambil menghela napas. Semula ia hendak menelepon Mika, namun pria itu pun mengurungkan niatnya.Bukankah Mika hanya ke lantai bawah? Mu

    Last Updated : 2023-11-03

Latest chapter

  • Belenggu Hasrat Mantan Suami   42. Atas Nama Cinta (TAMAT)

    Suara riuh rendah gumanan dan orang-orang yang berlalu lalang di sekitar disertai decit roda koper dan announcement dari speaker yang menggema pelan, adalah suara familier yang melatarbelakangi situasi di sebuah bandara. Kedua manik mereka masih lekat menatap, tanpa ada seorang pun yang ingin mengerjap. Seolah hati yang sesungguhnya sama-sama saling bertaut itu enggan untuk melepas, tapi juga ragu untuk menetap. "It's the time." Suara maskulin pria yang mengalun berat itu berucap. "Hum, I think it is the time," sahut sebuah suara wanita yang jauh lebih lembut dan sedikit serak yang khas. Tiga hari telah berlalu, dan kini saatnya Ruby akan kembali ke Kota Bern. Sang wanita pun akhirnya mencoba untuk mengurai sebuah senyum, meskipun maniknya mulai tampak berkaca-kaca. Satu tangannya terulur dan tergantung di udara. "Terima kasih untuk tiga hari ini, Ervan. Menjadi kekasihmu ternyata sungguh menyenangkan, meskipun hanya untuk sementara." Pria yang disebut Ervan itu pun me

  • Belenggu Hasrat Mantan Suami   41 // Kekasih Yang Sedang Berkencan

    "Selamat siang, apa Dokter Ruby ada di dalam?" Ervan menyapa ramah seorang perawat yang bertugas berjaga di depan ruang praktek Ruby. "Eh... Pak Ervan? Apa Anda memilki jadwal temu dengan Dokter Ruby siang ini??" si perawat yang tampak kebingungan pun mencoba membuka daftar pasien, lalu menggeleng pelan. "Maaf, sepertinya Pak Ervan belum mendaftar kan? Mau saya daftarkan, Pak?" "Hm. Apa sekarang Ruby sedang menerima pasien?" tanya balik Ervan. "Benar, Pak. Dokter Ruby masih menangani pasien yang konsultasi." "Laki-laki atau perempuan?" Tanya Ervan lagi, yang membuat si perawat semakin tak mengerti. "Eh... laki-laki sih. Namanya Pak Reyvan Daniel," bisik si perawat itu. Tak seharusnya ia membocorkan nama pasien, namun sorot mengintimidasi dari manik gelap Ervan membuatnya takut. Lagipula, satu rumah sakit ini sudah tahu jika Dokter Ruby sedang menjalin hubungan dengan salah satu pasien yang juga seorang Jaksa terkenal, Ervan Dewandaru. "Oke. Saya akan masuk sekarang

  • Belenggu Hasrat Mantan Suami   40 // Sesuatu Yang Hilang

    "Rey?!" Ruby mengutuk segala kesialannya hari ini. Setelah pagi-pagi tadi kepergok tidur di brankar milik Ervan oleh ibu dan adiknya, kini ia malah harus berhadapan dengan pria berkaca mata yang menatapnya lekat dalam diam. "Kamu ada apa ke sini?" Ruby mencoba untuk tersenyum formal dan bersikap biasa saja, meski dalam hati bertanya-tanya kenapa Rey tiba-tiba saja mendaftar menjadi salah satu pasiennya. Reyvan Daniel... pria ini pernah menjalin hubungan asmara dengannya di masa lalu. Rey, pria yang meninggalkan kesan mendalam dan juga sejujurnya... sulit ia lupakan. Rey menyunggingkan senyum tipis saat ia telah duduk di kursi di depan Ruby. "Aku cuma ingin ketemu kamu. Di klub kemarin kamu cuma sebentar dan langsung pergi. Jadi kurasa sebaiknya aku mendaftar jadi pasien saja biar bisa bicara banyak," sahut pria itu dengan ringannya. "Oh. Oke, ayo kita bicara kalau begitu," cetus Ruby sambil mengangguk. "Sorry, kemarin ada hal penting yang membuatku buru-buru." "Tidak

  • Belenggu Hasrat Mantan Suami   39 // Jebakan

    Mika membuka kedua matanya dengan perlahan, saat ia merasakan sebuah benda lembut dan hangat yang menyentuh bibirnya. Ia baru menyadari bahwa saat ini tengah berbaring di atas ranjang super besar yang empuk, di sebuah kamar luas yang tidak ia kenali sama sekali. Mungkinkah Rafka membawanya ke sebuah hotel? Perasaan nyaman pun serta merta menyerbu benaknya, ketika melihat manik biru kristal yang teduh itu yang telah menyambut dirinya kala membuka mata. "Rafka..." Wanita itu pun tak lagi dapat menahan seluruh isak tangis yang terkumpul berat serta sangat menyesakkan dada, ketika akhirnya segalanya telah usai. Atau... benarkah ini sudah usai? Ah, dia tak peduli lagi. Yang terpenting di dalam pikiran Mika saat ini adalah dirinya yang berada di dalam pelukan erat Rafka. Ini sungguh sepadan, karena dunia dan isinya tak kan mampu membahagiakannya seperti Rafka yang telah menggenggam hatinya sejak dulu, hingga hingga akhir nanti. "Jangan menangis lagi, Mimi. Katakan, apa

  • Belenggu Hasrat Mantan Suami   38 // Berakhirnya Episode Patah Hati

    "Selamat pagi, Dokter Ruby." Ruby mengangkat wajahnya dari ponsel yang sedang ia pandangi sejak tadi karena sedang membaca sebuah e-mail penting. 'Ah, kenapa harus bertemu dengan mereka lagi sih?' erangnya dalam hati, meski dengan lihainya ia tutupi dengan senyuman ramah. "Selamat pagi, Nyonya Irna," sahutnya sambil berdiri untuk menyalami wanita itu. "Oh iya, ini Elsy adiknya Ervan," ucap Irna sembari menarik tangan putrinya agar lebih mendekat. "Yang sopan, Elsy!" desisnya, ketika melihat gadis itu tampak enggan untuk berjabat tangan dengan Ruby. "Halo, Elsy." Ruby menyapa gadis yang wajahnya ditekuk dan tampak tidak menyukainya, meskipun sejujurnya Ruby pun juga tidak peduli jika dirinya tidak disukai. "Silahkan duduk," ajak Ruby kepada ibu dan putrinya itu. "Apa ada yang bisa saya bantu?" Saat ini adalah jam kerjanya sebagai Psikiater, dan sebenarnya Ruby juga sudah menebak kalau Irna dan Elsy sama sekali bukan datang untuk sesi konsultasi. "Eh... sebenarnya...

  • Belenggu Hasrat Mantan Suami   37 // Bekerja Sama

    Ruby pun serta merta terbangun saat mendengar suara ponselnya berdenting pelan pertanda ada notifikasi pesan yang baru masuk. Sambil mengusap wajahnya yang lelah dan masih mengantuk, wanita itu mengedarkan matanya yang sayu ke sekitarnya. Ah ya, ia masih berada di rumah sakit, tepatnya di kamar rawat Ervan. "Sudah bangun?" Ruby menolehkan wajahnya ke arah sumber suara, yaitu Ervan yang tersenyum kepadanya. Pria itu sedang berdiri tak jauh darinya, sedang menuangkan segelas air ke dalam cangkir kopi, lalu memberikannya kepada Ruby. "Ini, minumlah. Kamu pasti sangat haus karena terus-menerus menjerit sepanjang kita bercinta semalam." Sembari meraih gelas air yang disodorkan padanya, Ruby pun hanya berdecak pelan mendengar ledekan Ervan. Wanita itu pun menghabiskan airnya hingga tandas, sebelum kemudian ia pun baru menyadari sesuatu. "Jam berapa sekarang??" tanya Ruby kepada Ervan yang sejak tadi tak lepas menatap dirinya. "Baru jam 6 pagi. Kenapa?" sahut Ervan. Oh,

  • Belenggu Hasrat Mantan Suami   36 // Meminta Bantuan

    Perkataan dan sikap provokatif wanita itu adalah hal yang telah membuat kekacauan masif di dalam otak Ervan bagai angin ribut yang memporak-porandakan segalanya menjadi chaos. Yang ada dalam benaknya sekarang hanyalah Ruby, dan bibir berlipstik merahnya yang sensual. Dadanya yang menggiurkan. Kulitnya yang sehalus beledu. Aroma seluruh tubuhnya yang manis sekaligus menggairahkan. Suara kursi yang jatuh berdebam karena Ervan yang berdiri dengan gerakan yang sangat tiba-tiba, membuat Ruby sedikit terkejut. Namun sedetik kemudian ledakan euforia pun menghampirinya, ketika pria tampan di hadapannya yang mendadak menyergap bibirnya dengan ganas dan penuh gairah. Kedua tangan Ervan terulur untuk menangkap wajah Ruby, memerangkapnya dalam dekapan telapak tangan pria itu yang lebar dan hangat. Lidah Ervan bergerilya dengan liar di dalam mulutnya, yang dibalas oleh Ruby dengan tak kalah bergelora. Ruby mengalungkan kedua tangannya di leher pria itu, saat satu tangan Ervan berg

  • Belenggu Hasrat Mantan Suami   35 // Siasat

    "Apa kamu sudah minum obat?" Tanya Ruby sebelum melepaskan dirinya dari pelukan erat Ervan. "Pasti belum, itu sebabnya kamu mengajukan penawaran yang menggelikan itu kan?" Ervan mendengus menahan tawanya, merasa lucu mendengar pertanyaannya yang meledek serta melihat wajah Ruby yang berjengit jijik saat ia mengucapkan kata "Pernikahan". "Kenapa, Ruby? Apa kamu tidak ingin menikah, hm?" "Bukankah aku sudah pernah bilang sejak pertama kali kita tidur bersama, Ervan? Aku bukan tipe wanita yang menyukai berada dalam suatu hubungan!" cetus Ruby tegas. "Lalu bagaimana mungkin kamu bisa mengajukan penawaran pernikahan yang menggelikan itu kepadaku?!" "Well..." Perlahan Ervan menggerakkan jemarinya dari pinggang ramping menyusuri punggung wanita itu, dan berhenti ketika kedua ibu jarinya berada tepat di bawah lekukan dada Ruby. "Kurasa prinsipmu itu harus dipikirkan kembali, Dokter. Kenapa? Apa kamu takut dikekang? Atau tidak ingin dikontrol oleh pria? Alpha-female sepertimu t

  • Belenggu Hasrat Mantan Suami   34 // Kesepakatan Baru

    BRAAKK!!! Suara pintu yang dibuka dari arah luar itu membuat manik gelap Ervan pun sontak beralih ke sana. Seulas senyum samar pun terlukis di wajahnya, ketika melihat sosok wanita seksi yang tampak sedang kesal membuka pintu kamar rawatnya dengan cara yang bar-bar. "Kamu sudah datang? Hm... tepat waktu sekali," Ervan melirik sekilas jam mahal yang melingkari pergelangannya. Ruby melipat tangannya menyilang di dada, seraya melayangkan tatapan tajam ke arah pria yang masih tampak duduk santai di kursinya itu. Ada laptop yang terbuka di atas meja di depan Ervan, kelihatannya dia sedang bekerja. Tapi... bukankah sekarang waktu sudah hampir tengah malam?? Kenapa Ervan masih berkutat dengan pekerjaan?? Apalagi tubuhnya yang masih belum 100% pulih, seharusnya pria ini lebih banyak beristirahat alih-alih bekerja. Bagaimana pun ia masih menjadi pasien VVIP di rumah sakit ini kan?? 'Lalu kenapa pula aku harus peduli?' rutuk Ruby dalam hati. Biarkan saja jika Ervan ingin bekerja

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status