Share

5 // Secret Admirer

Author: Black Aurora
last update Last Updated: 2023-10-20 14:19:55

Alunan suara percintaan yang keras menggema membuat udara semakin pekat dan berat untuk Mika, yang sudah sejak tadi tubuhnya terus dipacu tanpa henti oleh Rafka.

"Ungghh..."

Rafka menyunggingkan seringai tipis penuh makna, kala mendengar lenguhan seksi yang lolos dari bibir sensual Mika.

Ah, dia sendiri pun sesungguhnya tak mampu mengendalikan rasa lapar dan dahaga yang membabi-buta ini kepada tubuh indah mantan istrinya.

Mika masih tetap sempurna, sama seperti 3 tahun yang lalu. Kulit seputih dan selembut kapas tanpa cela, pinggul dan dadda yang bulat ideal dan wajah cantik seperti bidadari.

Rafka menggeretakkan gerahamnya ketika serbuan gelora kembali membakar tubuhnya dari dalam.

Damned.

Meski enggan mengakui, namun pada hakikatnya memang hanya Mika yang mampu membuatnya hasratnya membumbung tinggi tanpa tahu apakah bisa turun kembali.

Ia mengangkat kaki kedua kaki jenjang Mika semakin ke atas, lalu kembali menghujam dengan semakin keras.

Rintihan Mika yang berulang kali terdengar membuatnya makin bernafsu untuk bergerak semakin beringas menjemput puncak kenikmatan.

Mika melenguh ketika wajah Rafka kini berada di dadaanya, mengulum salah satu puncak bulat merah muda dengan mulutnya dan menggigitnya pelan karena gemas.

Setelah puas, Rafka mengangkat wajahnya sembari menarik pergelangan tangan Mika hingga kini mereka berdua sama-sama duduk.

Kini Mika telah berada di atas pangkuannya, tanpa melepas penyatuan mereka di bawah sana.

Rafka mendongak, sejenak menghentikan gerakannya untuk menatap lekat wajah mantan istrinya yang berkilau karena keringat namun masih tetap terlihat menawan.

Mika membalas tatapan tajam sebiru kristal milik pria itu, dengan maniknya yang gelap dan sayu karena lelah dan gairah yang berpadu.

Tak ada yang beraksara, hanya deru napas Mika yang memburu yang terdengar di antara mereka.

Wanita bersurai panjang itu terpaku pada sorot yang terpancar dari bola mata biru Rafka, dengan berbagai macam emosi yang campur aduk di dalamnya.

Baik dulu maupun sekarang, Mika selalu merasa bahwa Rafka adalah pemilik bola mata yang terindah di dunia.

Warna bola mata biru terang yang berkilau serupa kristal yang selalu berhasil membuatnya terpesona.

Dulu bola mata itu selalu menatap Mika dengan teduh dan penuh cinta, sangat jauh berbeda dengan apa yang ia saksikan sekarang.

Manik biru Rafka itu kini memancarkan kemarahan, kebencian, dendam yang jelas ditujukan kepada Mika.

Tapi...

Sedetik. Hanya sedetik saja, Mika terkesiap pelan saat melihat sesuatu yang berbeda di bola mata terindah itu.

Sesuatu seperti... kerinduan.

Tidak, tidak mungkin Rafka merindukan dirinya, kan?

Rafka sangat membenci dirinya hingga ke tulang sumsum, bahkan pria ini pun masih terlihat membencinya meskipun saat ini mereka sedang bercinta dengan sepenuh gelora.

Mika pun segera menepis praduganya yang tak beralasan itu, meyakini bahwa ia telah salah lihat.

Meskipun satu sudut kecil di hatinya seakan kini benderang dengan sinar penuh harapan, bahwa mungkin saja Rafka... tidak terlalu menbencinya seperti dulu lagi.

Tapi untuk apa ia berharap?

Toh mereka bercinta bukan karena masih saling mencinta, tapi karena...

Entahlah karena apa, sejujurnya Mika pun tak mengerti jawabannya.

Tubuhnya hanya otomatis memberikan reaksi atas sentuhan Rafka. Mungkin justru sebenarnya dirinyalah yang merindukan pria ini.

Mereka masih saling beradu tatap, saat tiba-tiba saja Mika pun tersentak dan menjerit kecil ketika Rafka kembali menghujam kuat dirinya dari bawah tanpa aba-aba.

"Raf... uungh..."

Hujaman Rafka yang keras dan bertubi-tubi membuat seluruh tulang Mika serasa lemas tak bertenaga.

Wanita itu pun akhirnya menjatuhkan kepalanya untuk bersandar di atas pundak Rafka, tubuhnya yang merosot tak berdaya ditahan oleh lengan Rafka yang memeluk erat pinggangnya.

Lelah.

Mika memejamkan kedua matanya, pasrah ketika Rafka terus menikam dirinya dengan keras dan cepat.

Kesadarannya yang mulai perlahan mulai menghilang, telah sirna seluruhnya saat Rafka telah menggapai kepuasannya.

Wanita itu bahkan telah tak sadarkan diri dan tak menyadari... saat Rafka menyebut lembut namanya, lalu mencium bibirnya dengan penuh damba.

***

"Fuckk!!"

Umpatan pelan itu lolos dari bibir Rafka, saat dirinya menatap pantulan dirinya sendiri yang terlihat menyedihkan di cermin kamar mandi.

Rasa itu kembali hadir lagi.

Rafka tidak mengira akan kembali merasakan sakit yang teramat sangat di hatinya, seolah ada pisau imajiner yang mengirisnya di sana.

Rasa sakit dan nyeri yang sama seperti 3 tahun yang lalu, saat memergoki wanita yang ia cintai tengah berada di ranjang dengan lelaki lain.

"Jangan hiraukan, Rafka. Abaikan! Hilangkan bayangan Mika dan lelaki brengsekk itu dari pikiranmu!"

Rafka mengira bercinta dengan mantan istrinya adalah bagian dari rencana balas dendamnya, membuat Mika terjebak dengan hasrat dan menghancurkan hubungan mantan istrinya itu dengan Ervan, calon suaminya.

Namun ia tidak mengira jika ternyata hal itu juga turut memicu kenangan menyakitkan yang ingin sekali ia buang dari otaknya.

"Aku tidak akan membiarkan diriku kembali jatuh dan tenggelam ke dalam lubang hitam itu lagi," desis pria itu sambil menatap lekat pantulan manik biru kristalnya dari cermin.

Tak ada yang tahu bahwa sesungguhnya selama tiga tahun ini ia berjuang untuk menyembuhkan seluruh jati dirinya yang hancur berantakan, karena pengkhianatan kejam dari wanita yang ia cintai dengan seluruh hatinya.

Tak ada yang tahu bahwa selama berada di Swiss, ia sesungguhnya sedang bersembunyi dan menderita karena... sakit.

Rafka meraih ponsel dari saku bath robe putih yang ia kenakan, lalu segera mencari nomor Ruby, sahabat sekaligus psikiater yang selama 3 tahun ini menjadi tempatnya berkonsultasi.

Sambil berusaha mengatur napasnya yang mulai tersengal, Rafka menyandarkan punggungnya di dinding kamar mandi.

Kepalanya serasa berputar-putar tanpa henti, dan pandangannya semakin menggelap seolah ada seseorang yang melemparkan kain hitam ke wajahnya.

"Ruby... aku butuh bantuanmu," ucap Rafka saat nada sambung telah terganti dengan suara sapaan yang terdengar familier.

"Rafka? Ada apa?" Suara bernada cemas pun terdengar dari seberang sana. "Jangan bilang kalau kamu benar-benar menemui Mika lagi! Dia tidak sepadan untuk semua pengorbananmu, Raf! Jauhi Mika dan relakan saja dia."

Jauhi Mika? Ya, benar.

Seharusnya itulah yang dilakukan Rafka, Jauhi sumber dari penderitaannya, jauhi sumber permasalahan yang telah membuat hidupnya berantakan.

Tapi ia tak bisa menahan diri untuk kembali ke Indonesia, ketika mendengar berita bahwa Mika akan menikah. Sesuatu di dalam dirinya seolah murka dan marah. Tak rela jika Mika bahagia, padahal ia di sini setengah mati menderita!

Seluruh dunianya pun seketika... gelap gulita.

"Tolong aku, Ruby, Aku... tidak bisa melihat lagi, seperti 3 tahun yang lalu. Tolong aku."

***

"Mmmhh..."

Mika perlahan membuka kedua kelopak matanya sambil merintih lirih. Tubuhnya masih meminta untuk melanjutkan istirahatnya, namun logikanya menuntutnya untuk segera bangun dan membersihkan diri.

"Ssshhh...." suara desis lirih keluar dari bibirnya, ketika hendak bergerak untuk turun dari ranjang.

Argh!! Dasar Rafka sialan! Pria itu benar-benar beringas dan tanpa henti menyetubuhinya, membuat bagian bawah tubuhnya terasa perih dan agak nyeri.

Ya ampun. Mika jadi merasa seperti malam pertamanya saja kalau begini. Mungkin karena selama tiga tahun ini ia tidak pernah bercinta lagi, sejak ia bercerai dari Rafka.

Sejenak wanita bersurai panjang itu pun tercekat ketika melihat bagaimana kacaunya ranjang tempatnya berbagi keringat semalaman dengan Rafka.

Seharusnya tidak begini. Rafka dan dirinya telah bercerai, dan ia akan segera menikah dengan Ervan...

Mika menggigit bibirnya sembari merutuki kebodohannya yang mudah sekali tergoda oleh Rafka seperti jalangg, Aarghh!! Itu tidak boleh terjadi lagi, atau Ervan akan tahu.

Suara denting bel membuat Mika tersadar. Ia buru-buru mengenakan bath robe dan berjalan tertatih menuju ke arah pintu depan unit apartemennya. Sekilas ia melihat ke seluruh penjuru, dan sangat bersyukur saat tidak menemukan Rafka dimana pun.

Semoga saja pria itu sudah pergi. Uh, mulai sekarang ia benar-benar harus menghindari mantan suaminya itu!!

Mika membuka pintu apartemennya, dan sangat terkejut ketika tidak menemukan siapa pun di sana. Keningnya berkerut sembari menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari sosok yang mungkin tadi menekan bel, namun seluruh lorong di lantai itu terlihat kosong.

"Ck. Pasti orang iseng," gumannya sembari berdecak kesal.

Namun saat Mika hendak menutup pintu, tetiba maniknya menangkap sesuatu yang berada di bawah pintu.

"Bunga?" desisnya pelan, melihat sebuah buket bunga mawar berwarna merah yang dibungkus kertas hitam. Mika meraih benda itu, menatapnya heran sambil mencari kartu pengirimnya.

"Apa ini dari Ervan?" gumannya lagi, merasa tak yakin karena Ervan adalah tipe yang suka memberinya bunga secara langsung.

Akhirnya Mika menemukan secarik kertas berwarna hitam dengan tulisan dari tinta emas, dan mulai membacanya secara perlahan dalam hati.

"Dear Mika,

Langitku berubah kelabu

Pelangiku luruh dan lebur bersama abu

Luka ini pasti tak seberapa bagimu,

tapi sungguh, seluruh dunia bagiku

Haruskah kubunuh dia, ataukah kubunuh saja cintaku?"

***

Related chapters

  • Belenggu Hasrat Mantan Suami   6 // Hysterical Blindness

    BRAAKKK!!!Ferarri hitam mengkilat yang melaju dengan kecepatan sedang itu kini menghantam pagar sebuah rumah dengan keras, mengakibatkan bagian depan mobil mewah itu ringsek parah begitu pun dengan pagar besi rumah itu.Keributan itu tentu saja memancing orang yang berada di dalam rumah itu untuk keluar dan melihat apa yang terjadi."Tuan Rafka!!" "Ya Tuhan!!""Itu mobil Tuan Rafka!!""Bantu dia keluar!!"Teriakan panik para pelayan dan penjaga rumah mewah itu pun terdengar saling bersahutan di udara, dibarengi dengan beberapa lelaki yang berlari menghambur ke arah mobil yang mengeluarkan asap itu.Mereka berupaya keras membuka pintu yang dikunci dari dalam, untung saja akhirnya mereka bisa membukanya dengan memecahkan kaca jendela bagian penumpang.Asap hitam yang semakin menebal dari kap mobil depan membuat semua orang panik dan cemas. Beberapa pelayan mengguyur asap itu menggunakan selang penyemprot tanaman, sebagai tindakan pencegahan jika api keluar dari sana.Tiga orang lelaki

    Last Updated : 2023-10-21
  • Belenggu Hasrat Mantan Suami   7 // Where Shall I Go?

    "Apa kamu baru saja bermalam dengan mantan suamimu, Mika? Ouch. Kamu nakal sekali, Cantik. Haruskan aku memberitahu Ervan bahwa tunangannya telah berselingkuh dengan mantan suaminya?" Serasa kepalanya diguyur oleh air es yang sangat dingin, itulah yang Mika rasakan sekarang. Kepalanya mendadak pusing dan pandangannya menggelap selama beberapa detik, membuatnya berpegangan menumpu pada meja agar tidak terjatuh. Suara tawa dingin yang terdengar dari seberang sana membuat Mika semakin merasa merinding."Kenapa diam? Apa kamu terkejut karena aku mengetahuinya? Ya, aku memang tahu segalanya tentang kamu, Mika. Oh iya, kamu sudah terima bunganya, kan? Apa kamu suka, Mika?"Lagi-lagi Mika terkesiap, ternyata penelepon misterius ini orang yang sama dengan yang mengirimnya bunga beserta puisi anehnya barusan!"Kamu siapa sih? Jangan bercanda, akan aku tutup telepon ini sekarang juga!" gertak Mika geram."Silahkan tutup telepon ini, tapi kamu akan menyesal, Cantik. Aku akan memberikan pesan u

    Last Updated : 2023-10-23
  • Belenggu Hasrat Mantan Suami   8 // One More Night

    "Semudah itu kamu pergi dari semua kenangan di masa lalu, hm? So tell me, Mika. Where shall I go? To the left, where there's nothing right? Or to the right, where there's nothing left?"Mika diam termangu dengan netranya yang masih saling beradu tatap dengan Rafka, dengan bola mata sebiru kristal yang selalu berhasil membuatnya seolah terpaku di dinding setiap kali menyorotnya seperti ini.Pertanyaan pria itu yang diucapkan dengan nada sendu membuat batinnya terbetik. Perasaan tak nyaman seketika memenuhi dirinya.Kenapa Rafka mengucapkan kalimat sedih yang membuat hatinya yang pernah patah kembali berdarah?Mika sadar jika perceraian 3 tahun lalu bukan hanya membuat dirinya yang terluka, tapi juga Rafka. Hanya saja pria ini terlalu pintar untuk menyembunyikannya, dan angkuh untuk memperlihatkannya."Ikut aku." Tiba-tiba Rafka menarik tangan Mika, namun wanita itu menahan langkahnya hingg membuat Rafka menatapnya."Raf?" Mika menggeleng pelan. "Aku tidak bisa.""Kenapa? Karena ada Erv

    Last Updated : 2023-10-25
  • Belenggu Hasrat Mantan Suami   9 // Hanya Akan Saling Menyakiti

    Mungkin sudah ribuan kali Mika menghela napas pelan hari ini. Lebih tepatnya, sejak ia bertemu dengan Rafka tadi pagi.Wanita itu kini sedang sibuk menyiapkan sarapan sederhana dan cepat, yaitu pancakes saus madu, jus jeruk dan sup asparagus. Maniknya melirik Rafka yang sejak tadi mengawasinya tanpa bergeming dari kursi meja makan. Mika bahkan bisa merasakan tatapan setajam sinar laser yang seolah menembus punggungnya, membuat wanita itu rikuh dan gugup. "Daripada hanya duduk, bagaimana jika kamu ikut membantu?" Untuk beberapa saat, Rafka hanya diam dengan manik biru kristal yang tertuju lekat kepada mantan istrinya yang barusan berkata."Sudah 3 tahun, dan kamu masih saja membutuhkan bantuan untuk memasak?" Olok Rafka, mengingatkan di masa lalu tentang Mika yang tidak mahir di dapur. Pria itu pun bangkit dari kursinya, berjalan menuju ke arah kitchen island dimana Mika sedang mengaduk adonan pancake di dalam mangkuk.Rafka mencelupkan satu jari telunjuk ke dalam adonan berwarna

    Last Updated : 2023-11-01
  • Belenggu Hasrat Mantan Suami   10 // Dia Ada Bersamaku

    Sementara itu di apartemen Mika, Ervan terlihat masih asyik berdiskusi dengan kolega hukumnya melalui telepon.Pria itu baru tersadar ketika tanpa sengaja menatap jam dinding dan menyadari bahwa satu jam lebih telah berlalu, namun Mika belum juga kembali ke apartemen.Apa memang butuh waktu selama ini hanya untuk membeli kopi dan beberapa camilan di minimarket lantai bawah?"Maaf Pak Gio, saya pamit dulu. Bagaimana kalau besok kita lanjutkan lagi diskusi ini?" Akhirnya karena tidak fokus memikirkan Mika, Ervan pun memutuskan untuk menyudahi pembicaraannya. Ada sekelumit rasa bersalah juga karena ia mengabaikan Mika demi menerima telepon, padahal hari ini adalah hari libur, apalagi semalam ia tidak hadir pada acara fashion show brand milik wanita itu."Baik, Pak. Terima kasih untuk sharingnya. Selamat pagi juga." Ervan menutup sambungan telepon itu sambil menghela napas. Semula ia hendak menelepon Mika, namun pria itu pun mengurungkan niatnya.Bukankah Mika hanya ke lantai bawah? Mu

    Last Updated : 2023-11-03
  • Belenggu Hasrat Mantan Suami   11 // Segala Cara

    "Kamu siapa?!" Tante Irna mengangkat telunjuknya, menuding ke arah Rafka. "Dan kenapa bisa Mika ada bersama kamu?!" "Ma, jangan begitu. Itu tidak sopan," Elsy menyentuh tangan ibunya untuk menurunkan dari depan wajah Rafka."Dia itu Bapak Arrafka Adhyatama, CEO Shootingstar," bisik Elsy di telinga mamanya, yang sontak membuat mata Tante Irna membulat mendengarnya karena mendengar nama perusahaan e-commerce terbesar di negara ini. "Selain itu dia juga mantan suami Kak Mika," tambah Elsy sambil menatap Rafka dengan penuh kekaguman seperti seorang penggemar yang menatap idolanya."Apa?!" bisik balik ibunya sambil mendelik kepada Elsy. "Jadi dia itu mantan suami Mika?! Lalu apa yang mereka lakukan berdua saat kakakmu dicelakai hingga koma?!""Tante Irna, aku minta maaf." Mika pun akhirnya bersuara setelah beberapa saat ibu dan putrinya itu saling berbisik. "Tante benar. Seharusnya saat itu aku bersama Ervan, dan bukan malah meninggalkannya begitu saja hingga terjadi peristiwa ini. Maaf

    Last Updated : 2023-11-05
  • Belenggu Hasrat Mantan Suami   12 // Mata dan Hati

    "Terima kasih atas bantuanmu, Ruby." Mika tersenyum kepada wanita itu, yang dibalas dengan kibasan santai tangan Ruby dari kursi penumpang depan.Rafka menelepon ajudannya dan juga Ruby temannya, untuk membantu mereka keluar dari kantor polisi dengan aman dan tanpa gangguan. Tak lama kemudian ajudan beserta sekretaris Rafka pun datang dengan membawakan topi, kaca mata hitam dan masker serta mantel panjang untuk menutupi baju yang mereka kenakanLalu sang ajudan sendiri juga mengenakan benda-benda yang sama persis, begitu pun sekretaris Rafka. Mereka bedua akan menjadi kamuflase, menyamar menjadi Rafka dan Mika palsu yang akan keluar dari pintu depan, sementara yang asli akan keluar dari pintu belakang dan langsung masuk ke dalam mobil Ruby yang sudah stand by di sana."It's fine, Mika." Ruby menyunggingkan senyum yang terpantul dari kaca spion depan, karena baik Mika dan Rafka yang duduk di kursi belakang."Seru juga main kucing-kucingan begini dengan wartawan," cetus wanita bersura

    Last Updated : 2023-11-07
  • Belenggu Hasrat Mantan Suami   13 // Penipu

    "Kamu kira aku tidak menyelidiki peristiwa sialan 3 tahun yang lalu itu, Ruby?! Aku tidak sebodoh itu!!" Sentak Rafka gusar. Manik biru kristalnya terlihat berkilat-kilat penuh amarah. Dadanya selalu bergejolak setiap kali mengingat hal menjijikkan yang tepampang di depan matanya, meskipun rasa itu agak berkurang sekarang. Sedikit, hanya sedikit."Aku sudah mencari tahu segalanya! Bahkan foto-foto bukti bahwa selama ini Mika berselingkuh di belakangku pun telah diperiksa dengan seksama, dan ternyata bukanlah rekayasa!!" Bentak Rafka. "Kalau begitu coba ulangi lagi!" Bentak Ruby tak kalah keras. "Ulangi lagi semua penyelidikan itu, Raf! Firasatku mengatakan bahwa ada sesuatu yang janggal di sini. Tidak mungkin Mika-mu itu melakukan hal seperti itu dibelakangmu, aku yakin sekali." "Bodoh. Secepat itu kamu percaya padanya, Ruby? Kamu baru bertemu Mika sekali ini setelah tiga tahun kan? Atau sebelumnya kalian diam-diam telah bertemu dan Mika berhasil meyakinkan kamu?" "KAMU YANG BODOH

    Last Updated : 2023-11-09

Latest chapter

  • Belenggu Hasrat Mantan Suami   42. Atas Nama Cinta (TAMAT)

    Suara riuh rendah gumanan dan orang-orang yang berlalu lalang di sekitar disertai decit roda koper dan announcement dari speaker yang menggema pelan, adalah suara familier yang melatarbelakangi situasi di sebuah bandara. Kedua manik mereka masih lekat menatap, tanpa ada seorang pun yang ingin mengerjap. Seolah hati yang sesungguhnya sama-sama saling bertaut itu enggan untuk melepas, tapi juga ragu untuk menetap. "It's the time." Suara maskulin pria yang mengalun berat itu berucap. "Hum, I think it is the time," sahut sebuah suara wanita yang jauh lebih lembut dan sedikit serak yang khas. Tiga hari telah berlalu, dan kini saatnya Ruby akan kembali ke Kota Bern. Sang wanita pun akhirnya mencoba untuk mengurai sebuah senyum, meskipun maniknya mulai tampak berkaca-kaca. Satu tangannya terulur dan tergantung di udara. "Terima kasih untuk tiga hari ini, Ervan. Menjadi kekasihmu ternyata sungguh menyenangkan, meskipun hanya untuk sementara." Pria yang disebut Ervan itu pun me

  • Belenggu Hasrat Mantan Suami   41 // Kekasih Yang Sedang Berkencan

    "Selamat siang, apa Dokter Ruby ada di dalam?" Ervan menyapa ramah seorang perawat yang bertugas berjaga di depan ruang praktek Ruby. "Eh... Pak Ervan? Apa Anda memilki jadwal temu dengan Dokter Ruby siang ini??" si perawat yang tampak kebingungan pun mencoba membuka daftar pasien, lalu menggeleng pelan. "Maaf, sepertinya Pak Ervan belum mendaftar kan? Mau saya daftarkan, Pak?" "Hm. Apa sekarang Ruby sedang menerima pasien?" tanya balik Ervan. "Benar, Pak. Dokter Ruby masih menangani pasien yang konsultasi." "Laki-laki atau perempuan?" Tanya Ervan lagi, yang membuat si perawat semakin tak mengerti. "Eh... laki-laki sih. Namanya Pak Reyvan Daniel," bisik si perawat itu. Tak seharusnya ia membocorkan nama pasien, namun sorot mengintimidasi dari manik gelap Ervan membuatnya takut. Lagipula, satu rumah sakit ini sudah tahu jika Dokter Ruby sedang menjalin hubungan dengan salah satu pasien yang juga seorang Jaksa terkenal, Ervan Dewandaru. "Oke. Saya akan masuk sekarang

  • Belenggu Hasrat Mantan Suami   40 // Sesuatu Yang Hilang

    "Rey?!" Ruby mengutuk segala kesialannya hari ini. Setelah pagi-pagi tadi kepergok tidur di brankar milik Ervan oleh ibu dan adiknya, kini ia malah harus berhadapan dengan pria berkaca mata yang menatapnya lekat dalam diam. "Kamu ada apa ke sini?" Ruby mencoba untuk tersenyum formal dan bersikap biasa saja, meski dalam hati bertanya-tanya kenapa Rey tiba-tiba saja mendaftar menjadi salah satu pasiennya. Reyvan Daniel... pria ini pernah menjalin hubungan asmara dengannya di masa lalu. Rey, pria yang meninggalkan kesan mendalam dan juga sejujurnya... sulit ia lupakan. Rey menyunggingkan senyum tipis saat ia telah duduk di kursi di depan Ruby. "Aku cuma ingin ketemu kamu. Di klub kemarin kamu cuma sebentar dan langsung pergi. Jadi kurasa sebaiknya aku mendaftar jadi pasien saja biar bisa bicara banyak," sahut pria itu dengan ringannya. "Oh. Oke, ayo kita bicara kalau begitu," cetus Ruby sambil mengangguk. "Sorry, kemarin ada hal penting yang membuatku buru-buru." "Tidak

  • Belenggu Hasrat Mantan Suami   39 // Jebakan

    Mika membuka kedua matanya dengan perlahan, saat ia merasakan sebuah benda lembut dan hangat yang menyentuh bibirnya. Ia baru menyadari bahwa saat ini tengah berbaring di atas ranjang super besar yang empuk, di sebuah kamar luas yang tidak ia kenali sama sekali. Mungkinkah Rafka membawanya ke sebuah hotel? Perasaan nyaman pun serta merta menyerbu benaknya, ketika melihat manik biru kristal yang teduh itu yang telah menyambut dirinya kala membuka mata. "Rafka..." Wanita itu pun tak lagi dapat menahan seluruh isak tangis yang terkumpul berat serta sangat menyesakkan dada, ketika akhirnya segalanya telah usai. Atau... benarkah ini sudah usai? Ah, dia tak peduli lagi. Yang terpenting di dalam pikiran Mika saat ini adalah dirinya yang berada di dalam pelukan erat Rafka. Ini sungguh sepadan, karena dunia dan isinya tak kan mampu membahagiakannya seperti Rafka yang telah menggenggam hatinya sejak dulu, hingga hingga akhir nanti. "Jangan menangis lagi, Mimi. Katakan, apa

  • Belenggu Hasrat Mantan Suami   38 // Berakhirnya Episode Patah Hati

    "Selamat pagi, Dokter Ruby." Ruby mengangkat wajahnya dari ponsel yang sedang ia pandangi sejak tadi karena sedang membaca sebuah e-mail penting. 'Ah, kenapa harus bertemu dengan mereka lagi sih?' erangnya dalam hati, meski dengan lihainya ia tutupi dengan senyuman ramah. "Selamat pagi, Nyonya Irna," sahutnya sambil berdiri untuk menyalami wanita itu. "Oh iya, ini Elsy adiknya Ervan," ucap Irna sembari menarik tangan putrinya agar lebih mendekat. "Yang sopan, Elsy!" desisnya, ketika melihat gadis itu tampak enggan untuk berjabat tangan dengan Ruby. "Halo, Elsy." Ruby menyapa gadis yang wajahnya ditekuk dan tampak tidak menyukainya, meskipun sejujurnya Ruby pun juga tidak peduli jika dirinya tidak disukai. "Silahkan duduk," ajak Ruby kepada ibu dan putrinya itu. "Apa ada yang bisa saya bantu?" Saat ini adalah jam kerjanya sebagai Psikiater, dan sebenarnya Ruby juga sudah menebak kalau Irna dan Elsy sama sekali bukan datang untuk sesi konsultasi. "Eh... sebenarnya...

  • Belenggu Hasrat Mantan Suami   37 // Bekerja Sama

    Ruby pun serta merta terbangun saat mendengar suara ponselnya berdenting pelan pertanda ada notifikasi pesan yang baru masuk. Sambil mengusap wajahnya yang lelah dan masih mengantuk, wanita itu mengedarkan matanya yang sayu ke sekitarnya. Ah ya, ia masih berada di rumah sakit, tepatnya di kamar rawat Ervan. "Sudah bangun?" Ruby menolehkan wajahnya ke arah sumber suara, yaitu Ervan yang tersenyum kepadanya. Pria itu sedang berdiri tak jauh darinya, sedang menuangkan segelas air ke dalam cangkir kopi, lalu memberikannya kepada Ruby. "Ini, minumlah. Kamu pasti sangat haus karena terus-menerus menjerit sepanjang kita bercinta semalam." Sembari meraih gelas air yang disodorkan padanya, Ruby pun hanya berdecak pelan mendengar ledekan Ervan. Wanita itu pun menghabiskan airnya hingga tandas, sebelum kemudian ia pun baru menyadari sesuatu. "Jam berapa sekarang??" tanya Ruby kepada Ervan yang sejak tadi tak lepas menatap dirinya. "Baru jam 6 pagi. Kenapa?" sahut Ervan. Oh,

  • Belenggu Hasrat Mantan Suami   36 // Meminta Bantuan

    Perkataan dan sikap provokatif wanita itu adalah hal yang telah membuat kekacauan masif di dalam otak Ervan bagai angin ribut yang memporak-porandakan segalanya menjadi chaos. Yang ada dalam benaknya sekarang hanyalah Ruby, dan bibir berlipstik merahnya yang sensual. Dadanya yang menggiurkan. Kulitnya yang sehalus beledu. Aroma seluruh tubuhnya yang manis sekaligus menggairahkan. Suara kursi yang jatuh berdebam karena Ervan yang berdiri dengan gerakan yang sangat tiba-tiba, membuat Ruby sedikit terkejut. Namun sedetik kemudian ledakan euforia pun menghampirinya, ketika pria tampan di hadapannya yang mendadak menyergap bibirnya dengan ganas dan penuh gairah. Kedua tangan Ervan terulur untuk menangkap wajah Ruby, memerangkapnya dalam dekapan telapak tangan pria itu yang lebar dan hangat. Lidah Ervan bergerilya dengan liar di dalam mulutnya, yang dibalas oleh Ruby dengan tak kalah bergelora. Ruby mengalungkan kedua tangannya di leher pria itu, saat satu tangan Ervan berg

  • Belenggu Hasrat Mantan Suami   35 // Siasat

    "Apa kamu sudah minum obat?" Tanya Ruby sebelum melepaskan dirinya dari pelukan erat Ervan. "Pasti belum, itu sebabnya kamu mengajukan penawaran yang menggelikan itu kan?" Ervan mendengus menahan tawanya, merasa lucu mendengar pertanyaannya yang meledek serta melihat wajah Ruby yang berjengit jijik saat ia mengucapkan kata "Pernikahan". "Kenapa, Ruby? Apa kamu tidak ingin menikah, hm?" "Bukankah aku sudah pernah bilang sejak pertama kali kita tidur bersama, Ervan? Aku bukan tipe wanita yang menyukai berada dalam suatu hubungan!" cetus Ruby tegas. "Lalu bagaimana mungkin kamu bisa mengajukan penawaran pernikahan yang menggelikan itu kepadaku?!" "Well..." Perlahan Ervan menggerakkan jemarinya dari pinggang ramping menyusuri punggung wanita itu, dan berhenti ketika kedua ibu jarinya berada tepat di bawah lekukan dada Ruby. "Kurasa prinsipmu itu harus dipikirkan kembali, Dokter. Kenapa? Apa kamu takut dikekang? Atau tidak ingin dikontrol oleh pria? Alpha-female sepertimu t

  • Belenggu Hasrat Mantan Suami   34 // Kesepakatan Baru

    BRAAKK!!! Suara pintu yang dibuka dari arah luar itu membuat manik gelap Ervan pun sontak beralih ke sana. Seulas senyum samar pun terlukis di wajahnya, ketika melihat sosok wanita seksi yang tampak sedang kesal membuka pintu kamar rawatnya dengan cara yang bar-bar. "Kamu sudah datang? Hm... tepat waktu sekali," Ervan melirik sekilas jam mahal yang melingkari pergelangannya. Ruby melipat tangannya menyilang di dada, seraya melayangkan tatapan tajam ke arah pria yang masih tampak duduk santai di kursinya itu. Ada laptop yang terbuka di atas meja di depan Ervan, kelihatannya dia sedang bekerja. Tapi... bukankah sekarang waktu sudah hampir tengah malam?? Kenapa Ervan masih berkutat dengan pekerjaan?? Apalagi tubuhnya yang masih belum 100% pulih, seharusnya pria ini lebih banyak beristirahat alih-alih bekerja. Bagaimana pun ia masih menjadi pasien VVIP di rumah sakit ini kan?? 'Lalu kenapa pula aku harus peduli?' rutuk Ruby dalam hati. Biarkan saja jika Ervan ingin bekerja

DMCA.com Protection Status