Home / Romansa / Belenggu Dendam Suamiku / Bab 7. Membawa Ivana

Share

Bab 7. Membawa Ivana

last update Last Updated: 2023-07-06 20:52:38

Kayana tercenung beberapa saat. Ia mencoba untuk memahami ucapan suaminya. Dia bilang apa tadi? Eiser ingin kekasihnya tinggal bersama dirinya di rumah ini? Apa dirinya tidak salah dengar? Yang benar saja? Apa dia sudah gila?

"Eiser. Kamu boleh untuk tidak pulang. Tapi jangan keterlaluan dengan menyuruhku melakukan hal yang tidak akan pernah aku lakukan."

Eiser menanggapi ucapan istrinya dengan senyum remeh. Ia jelas tahu kalau wanita itu tidak senang bahkan menolek keputusannya, itu bisa dilihat dari raut wajah Kayana dan juga ucapannya. Dan memang itulah tujuan Eiser sebenarnya. Membuat istrinya marah.

"Aku tidak perlu izinmu untuk melakukan apapun. Di rumahku!" Eiser memberi tekanan di kalimat terakhirnya dan itu membuat Kayana mengepal geram.

Ia memang membiarkan dirinya ditindas oleh Eiser agar pria itu puas membalaskan dendamnya. Tetapi tidak dengan keputusan ini.

"Baik, kalian boleh tinggal di sini. Kalau begitu aku yang akan keluar dari rumah ini." Kayana melangkahkan kaki menuju pintu keluar. Namun saat melewati Eiser, pergelangan tangan Kayana malah dicekal.

Ia terjungkal karena Eiser mendorongnya dan terjatuh tepat di bawah kaki Ivana. Kayana terkejut untuk beberapa saat sebelum ia kembali dalam kesadarannya.

"Jangan pernah menghindar dari hukuman!" tegas Eiser. "Lihatlah! Gara-gara siapa kaki itu tidak bisa berjalan!"

Kayana menatap sepasang kaki yang terlihat sehat itu. Seketika mengingatkan Kayana pada kejadian tempo hari lalu. Ivana berusaha bunuh diri dengan lompat dari atas gedung lantaran kekasihnya akan menikah dengan wanita lain yang tak lain adalah dirinya.

Dasar bodoh! Cantik, tetapi pikirannya sempit. Kayana ingin sekali mengumpati tindakan wanita itu. Tetapi, itu hanya ada dalam angannya saja.

"Terimakasih karena sudah mengingatkan aku, Eiser. Lalu apa mau kamu sekarang?"

"Layani dia!"

Manik indah Kayana melebar. "Kamu bilang apa?" Kayana nyaris tidak dapat mempercayai pendengarannya.

"Kamu tuli? Layani Ivana, persiapkan segala sesuatunya, kebutuhannya, makan, minum, tidur, mandi, semuanya!"

Kayana melirik sekilas ke arah Ivana. Ia tahu dalam diamnya, wanita itu tengah bersorak kegirangan. Terlihat dari sebelah sudut bibirnya yang sedikit naik. Kayana memberikan tatapan tajam pada suaminya.

"Aku bukan pembantu, Eiser. Aku mungkin akan melayanimu karena kamu suami aku, tapi tidak dengan wanita ini."

"Oh jadi begitu, kalau begitu perlu aku ingatkan sekali lagi. Karena siapa Ivana jadi seperti ini, karena siapa Ivana kehilangan karier dan pekerjaannya? Karena siapa Kami kehilangan bayi, karena siapa kami kehilangan kebahagiaan kami hmmm?" Eiser mengatakan itu sembari menarik rambut sang istri dan membuatnya mendongak. Terlihat tatapan mata Eiser yang berkilat tajam.

Pria itu tidak dapat lagi menahan amarah lantaran sang istri terus saja membangkang. Kayana terdiam, matanya berkaca-kaca melihat Eiser.

Melakukan apa yang Ivana lakukan mungkin lebih baik dari pada harus melakukan hal konyol yang diminta oleh Eiser. Lagi pula di mana pikiran pria itu? Bisa-bisanya dia menyuruh istrinya untuk melayani selingkuhannya?

"Eiser, di mana hati kamu? Sebaiknya kamu bunuh saja aku."

"Aku akan melakukannya nanti, sekarang lakukan apa yang aku perintahkan. Antarkan Ivana ke kamar tamu!"

Tubuh Kayana kembali dihentakkan ke bawah. Kedua matanya terpejam sesaat. Dan membuat air mata yang ia tahan nyaris keluar. Tetapi, itu tidak akan terjadi. Pantang baginya menangis di hadapan Eiser, terlebih dengan keberadaan kekasih pria itu.

"Ivana, mulai sekarang dia akan melayanimu, katakan apapun kebutuhanmu padanya."

"Terimakasih, Sayang," ucap wanita yang sedari tadi hanya diam.

Ivana sedikit kecewa karena dirinya hanya ditempatkan di kamar tamu. Padahal ia ingin sekali ditempatkan di kamar khusus. Atau kamar Eiser sekalian. Tetapi, ia tidak boleh protes.

Membujuk Eiser bukanlah perkara mudah dan ia berhasil melakukannya setelah melakukan hal konyol. Diancam sedikit saja, Eiser sudah luluh. Sebelah sudut bibir Ivana ditarik ke samping mengingat apa yang telah ia lakukan.

"Ini kamarmu," kata Kayana. Ia terpaksa menuruti keinginan Eiser. Tetapi percayalah, Kayana tidak akan membuat ini bertahan lama.

"Bagus juga. Tetapi bukan ini yang aku inginkan." Ivana memutar kursi roda menghadap istri dari kekasihnya ini. "Aku bukan hanya ingin sesuatu yang sekedar bagus, tetapi juga berkelas."

Kening Kayana terlipat. "Apa maksud kamu?"

"Aku ingin kamarmu!"

"Apa?"

Untungnya Eiser tidak menuruti keinginan Ivana yang satu ini. Alasannya sederhana karena kamar Kayana berada di lantai atas, dan akan kesulitan bagi Ivana untuk bisa sampai ke sana. Cukup masuk akal, dan cukup berlogika.

Meski begitu, Kayana tidak bisa lolos begitu saja. Ia betul-betul memainkan peran seperti yang diinginkan oleh Eiser. Setelah menyiapkan segala sesuatu untuk Ivana, kini ia berada dapur untuk menyiapkan makan malam.

Untuk pekerjaan satu ini, Kayana sungguh-sungguh menggunakan hati. Sebab makanan adalah sesuatu yang patut disyukuri. Bisa saja Kayana memberi racun atau obat pencahar untuk memberi pelajaran pada manusia-manusia durjana itu.

Tetapi, ia memilih untuk tidak melakukan itu. Kalaupun ia harus membalas perlakuan buruk yang dilakukan Eiser dan Ivana pada dirinya. Ia tidak akan melakukannya melalui makanan. Untuk saat ini ia hanya pasrah dan menyerahkan semuanya pada yang diatas. Setiap perbuatan pasti ada balasannya 'kan?

Eiser turun dan mencium aroma masakan. Dan dilihat dari baunya, wanita itu tengah memasak sup daging sapi. Yaitu, makanan kesukaannya.

Eiser duduk di kursi utama tanpa diminta. Sedangkan Kayana masih terlihat sibuk menata piring di atas meja, mengabaikan kehadiran Eiser yang begitu tiba-tiba.

"Panggil Ivana kemari."

Kayana menghentikan pekerjaannya seketika lalu menatap suaminya. "Eiser, kakinya memang lumpuh, tetapi tangannya masih bisa berfungsi."

Tatapan tajam menusuk diberikan Eiser, dan itu cukup membuat Kayana ciut. Sebelum pria itu memuntahkan lahar amarahnya. Kayana segera menyudahi pekerjaannya lalu melakukan apa yang Eiser lakukan.

Kursi digeser untuk memberikan ruang bagi Ivana yang berada di kursi roda. Senyum terus menghiasi bibir wanita cantik berambut panjang itu.

"Makan yang banyak agar kau cepat sembuh," kata Eiser sembari meletakkan daging di piring Ivana.

Kayana nyaris menumpahkan air yang ada di gelas saking kesalnya melihat kemesraan yang tidak tanggung-tanggung mereka umbar di depan dirinya. Tidak tahu diri, mungkin itu kata yang tepat untuk keduanya.

Setelah mengisi gelas kosong dengan air putih. Kayana gegas mengambil tempat duduk di sisi bagian kanan kursi Eiser. Ia membalik piring. Dan pergerakan itu mencuri perhatian Eiser. Ia jelas tahu apa yang akan dilakukan oleh istrinya.

"Tunggu," kata Eiser yang membuat gerakan Kayana seketika berhenti. Kayana menoleh.

"Ada apa?"

"Siapa yang menyuruhmu makan?" ucap Eiser dengan dingin.

"Apa maksud kamu?"

"Kamu sepertinya tidak paham maksudku. Aku menyuruhmu untuk melayani kami. Jadi bertindaklah sesuai dengan peranmu. Kamu boleh makan setelah kami selesai. Berdiri di sana sampai kami selesai makan."

Untuk saat ini Kayana hanya bisa mengeram marah. Benar-benar tidak punya hati.

Related chapters

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 8. Pria Asing

    Tentu saja itu hanya bisa Kayana ucapkan dalam hati. Meski ia membenci Eiser, tetapi melihat apa yang dilakukan Eiser terhadap Ivana, membuat sudut hati Kayana terluka. Selain berdiri, ia hanya bisa memalingkan wajahnya dengan sesekali mendongak ke atas agar buliran bening yang sedari ia tahan tidak tumpah. Pekerjaan dapur menjadi menumpuk setelah kepergian Eiser dan Ivana. Kayana memandang makanan sisa yang ditinggalkan oleh Eiser. Selera makannya seketika menghilang tak bersisa. Ia kembali ke kamar setelah menyelesaikan pekerjaan dapur. Tak ia pedulikan di mana keberadaan Eiser, terakhir kali ia melihat pria itu mengantar selingkuhannya ke kamar. Persetan bila pria itu ingin tidur di sana. Itu malah bagus, dan dirinya bisa terlepas dari pria itu malam ini. Kayana menjatuhkan bobot tubuhnya di bibir ranjang, melepas ikatan rambutnya, barulah ia merebahkan diri untuk beristirahat. Di sepertiga malam, ia dibangukan oleh suara derit pintu dan derap langkah kaki seseorang. Setengah

    Last Updated : 2023-07-07
  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 9. Ganti Rugi

    Kayana tidak dapat menahan keterkejutannya atas apa yang dilihatnya. Sosok pria yang dimaksud oleh anak buahnya ini memang benar adanya. Dia sosok yang tampan, dan bersahaja. Dan yang terpenting, maksud kedatangannya kemari. Dan lagi-lagi apa yang dikatakan oleh Vero benar. Pria ini memang akan menagih sesuatu seperti yang ia janjikan kepadanya. Saat acara pesta ulang tahun perusahaan keluarga suaminya, Kayana telah memberikan kerugian bagi pria itu dengan menumpahkan segelas wine pada jasnya yang mahal. Lalu ia memberi kartu nama miliknya untuk menuntut ganti rugi. "Kita bertemu lagi," ucap pria itu yang seketika menyadarkan Kayana dari lamunan."Ah ya." Kayana tersenyum kikuk. Dengan sesekali melirik ke arah Vero yang tak henti memandang takjub pada pria di hadapannya ini. "Sepertinya Anda sangat sibuk. Sulit sekali ditemui. Anda tidak bermaksud lari dari tanggung jawab 'kan, Nona?" "Ah bukan begitu. Bukankah saya sudah memberi Anda kartu nama dan di sana tertera nomor yang bis

    Last Updated : 2023-07-08
  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 10. Istri Pembangkang

    Kayana jelas kaget, tetapi itu tidak bertahan lama. Dengan cepat ia menguasai dirinya. Ia melirik pergelangan tangan. Tidak biasanya pria itu di rumah jam segini. Itu dikarenakan Kayana terbiasa ditinggal sendirian. Dan ketika Eiser pergi, Kayana menyempatkan diri untuk keluar sekedar memeriksa pekerjaan. Tetapi, Kayana lupa, bila Ivana sekarang berada satu atap dengan dirinya. Harusnya ia sudah menduganya, 'kan?"Apa setelah bersenang-senang, telingamu jadi tidak berfungsi. Jawab pertanyaanku, Kay." Langkah Kayana terhenti, di anak tangga pertama. Apakah pergi bekerja bisa dikatakan bersenang-senang? Ya mungkin setidaknya Kayana sedikit senang karena tidak ada yang mengganggunya saat bekerja. "Apa saat pergi bekerja, kamu juga bersenang-senang?" Kayana membalikkan perkataan Eiser. Membuat sorot mata pria bergelar suami itu semakin gelap saja. "Aku baru tahu, kamu adalah wanita pembangkang. Aku semakin menyesal menikahimu." "Kalau begitu ceraikan!" jerit Kayana yang seketika memb

    Last Updated : 2023-07-10
  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 11. Kedatangan Tuan Besar

    Suara petir menyadarkan Kayana atas perbuatannya. Ia menjatuhkan benda di tangannya ke lantai. Apa yang sedang ia pikirkan? Mengakhiri hidupnya sendiri dengan cara seperti ini, hanya akan membuat Ivana merasa di atas awan. Kayana menggeleng pelan. Kalau sampai dirinya bertindak demikian, lalu apa bedanya dengan Ivana? Dirinya tidak bodoh, hanya saja terlalu naif berharap Eiser akan mencintai dirinya. Kayana sadar, bahwa dirinyalah yang menjadi orang ketiga dalam hubungan mereka. Namun, jika Tuhan tidak berkehendak. Pernikahan itu tidak akan terjadi. Buktinya sudah jelas, kalau dirinya dan Eiser ditakdirkan bersama meski tidak ada cinta. Guyuran air hujan membuat tubuh Kayana menggigil. Berendam air hangat mungkin akan membuatnya sedikit membaik. Dan benar saja, usai berendam. Kayana langsung tertidur pulas begitu saja. Daging yang kemarin ia beli, tidak jadi dibuat steak. Kayana sengaja bangun pagi-pagi untuk memasak dan mengerjakan semua pekerjaan rumah selagi penghuni lain dalam

    Last Updated : 2023-07-10
  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 12. Tentang Ivana

    Kayana terkesiap, ia memutar tubuh ke belakang. Dan menegang seketika melihat sosok adik ipar tak jauh darinya. Kayana berpikir, bagaimana bisa adik iparnya ini muncul tanpa suara. "Freeya. Kapan kamu sampai?" "Baru saja, Kak Kay sedang apa? Kenapa sembunyi-sembunyi seperti itu?" Freeya yang penasaran, segera menghampiri sang kakak ipar. Ini tidak bisa dibiarkan. Bisa-bisa Freeya melihat keberadaan Ivana dan itu akan menjadi masalah besar. Gegas Kayana menahan langkah adiknya itu, mengiringinya menuju ke ruang tengah. "Ayo kita ke sana saja," ajak Kayana. "Tapi, Kak. Aku pengen lihat Kak Kay lihatin apa tadi." "Gak ada apa-apa kok. Ayo kita ke kamar saja." Yang Kayana takutkan adalah Ivana tiba-tiba muncul karena wanita itu pasti juga tidak mengetahui kedatangan Freeya. Jadi Kayana membawa gadis itu untuk masuk ke dalam kamarnya. "Astaga, kamar macam apa ini?" Ini pertama kali Freeya masuk kamar Kayana. Dan ia cukup terkejut dengan dekorasi kamar Kayana yang menurutnya membosa

    Last Updated : 2023-07-11
  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 13. Iblis Berwajah Malaikat

    [Apa kamu punya waktu?] Pesan masuk di ponsel Kayana membuat wanita itu terdiam. Nomor tanpa nama membuatnya bertanya-tanya. "Siapa, Kak?" Tapi pertanyaan itu justru muncul dari bibir Freeya. "Bukan siapa-siapa." Kayana meletakkan kembali ponsel pada tempat semula kemudian menyesap sisa kopinya. Namun, seolah tidak membiarkan Kayana tenang, pesan berikutnya muncul. Ia melirik sekilas. Tanpa dibuka pun Kayana bisa melihat isinya. [Luangkan waktumu. Kamu perlu mengganti rugi] Mata Kayana terpejam seketika. Rasa-rasanya ia tahu siapa pengirimnya. Pria yang kemarin. Kayana meraih ponsel, ia perlu memberi konfirmasi. Jari jemari lentik itu mulai menari di atas layar. [Aku tengah bekerja] Kayana sengaja memberi kabar palsu. Untuk saat ini dirinya memang ingin sekali bersantai, mumpung ada Freeya yang menemani. [Jangan menipuku. Aku berada di toko bunga milikmu. Tapi kamu tidak ada di tempat] Sekali lagi mata Kayana terpejam. Sama sekali tidak ia duga jika pria itu tengah berada di

    Last Updated : 2023-07-12
  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 14. Cara Baru

    Andai Kayana sungguh mengatakan itu. Eiser mungkin akan betul-betul murka kepadanya. Dan Kayana tidak menginginkan itu terjadi. Berhadapan dengan Eiser seperti sekarang ini saja sudah seperti mimpi buruk, apalagi kalau mendengar cacian yang terlontar dari bibir pria itu, lebih baik Kayana lenyap dari muka bumi saja. "Aku tanya kamu dari mana?" Kayana memutar bola mata malas. "Dari luar," jawab Kayana ketus. Ia termundur ke belakang karena Eiser mendorongnya, sampai punggung membentur lemari pendingin lalu mengurungnya dengan kedua tangan. "Kamu tidak tahu adab dan sopan santun berbicara dengan suami.""Aku hanya mempraktekkan apa yang kamu ajarkan." Eiser mendelik. "Jadi ini rupa aslimu." "Sejak dulu aku memang seperti ini." Eiser terdiam dengan sorot mata yang merah padam. Ia sungguh benar-benar murka terhadap wanita dihadapannya saat ini. Tetapi, ia masih bisa menahannya. Tujuannya untuk pulang bukanlah ini. "Aku dengar Freeya kemari? Apa yang kamu bicarakan dengannya?" "Men

    Last Updated : 2023-07-14
  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 15. Ular Berbisa

    "Apa terjadi sesuatu?" Eiser sungguh penasaran, apa yang membuat wanita yang menjalin kisah asmara dengannya selama lima tahun itu dirundung kecemasan. "Papa masuk rumah sakit, penyakitnya kambuh dan dia harus melakukan kemoterapi, kamu tahu sendiri 'kan butuh biaya khusus untuk itu," ucap wanita berambut panjang dengan kaca-kaca di sudut mata. Semenjak berhenti dari dunia permodelan, Ivana memang tidak bisa lagi menghasilkan uang. "Kamu tenang saja, katakan di mana rumah sakitnya, aku akan mengirim orang untuk menyelesaikan semuanya." "Tidak, Eiser. Aku tidak mau merepotkanmu." Kening Eiser mengkerut. "Lalu kamu mau bagaimana?" "Berikan saja uangnya padaku. Nanti aku akan mengirimkan pada Mama. Biar mama yang urus semuanya." "Begitu?" "Ya." "Sebutkan nominalnya." "Seratus juta." Eiser cukup terkejut mendengarnya, tetapi ia masih bisa mengendalikan eskpresinya agar tak terbaca oleh lawan bicaranya. Eiser setenang air danau, namun siapa tahu di dalam hatinya bergejolak. "Bai

    Last Updated : 2023-07-15

Latest chapter

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 16. Obsesi

    Gerakan kaki Kayana begitu cepat menuruni anak tangga. Di belakangnya, Eiser mengekor dengan langkah yang tak kalah cepat. "Biar aku yang buka pintu. Kamu urus kekasihmu itu." Yang dikatakan Kayana ada benarnya. Ia harus memberitahu Ivana agar tidak bersuara atau melakukan sesuatu yang dapat memicu perhatian ibunya. Sebab kalau sampai wanita yang telah melahirkannya itu tahu Ivana berada di sini. Entah seberapa besar murka yang dikeluarkannya. Pintu utama dibuka, wanita paruh baya dengan gaun berwarna gelap berdiri dengan senyum elegannya. "Mama," ucap Kayana. "Halo, Sayang." Lusi memberi pelukan pada sang menantu yang disambut hal yang sama oleh Kayana. "Kenapa tidak memberitahu kalau ingin datang?" Tidak biasanya, ibu mertuanya ini datang secara tiba-tiba. "Mama ada kunjungan ke toko roti, jadi Mama sekalian mampir." Kayana hampir lupa, kalau ibu mertuanya ini mengelola toko roti yang terkenal memiliki cabang di beberapa daerah. "Ini ada oleh-oleh buat kamu." Lusi menyodorka

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 15. Ular Berbisa

    "Apa terjadi sesuatu?" Eiser sungguh penasaran, apa yang membuat wanita yang menjalin kisah asmara dengannya selama lima tahun itu dirundung kecemasan. "Papa masuk rumah sakit, penyakitnya kambuh dan dia harus melakukan kemoterapi, kamu tahu sendiri 'kan butuh biaya khusus untuk itu," ucap wanita berambut panjang dengan kaca-kaca di sudut mata. Semenjak berhenti dari dunia permodelan, Ivana memang tidak bisa lagi menghasilkan uang. "Kamu tenang saja, katakan di mana rumah sakitnya, aku akan mengirim orang untuk menyelesaikan semuanya." "Tidak, Eiser. Aku tidak mau merepotkanmu." Kening Eiser mengkerut. "Lalu kamu mau bagaimana?" "Berikan saja uangnya padaku. Nanti aku akan mengirimkan pada Mama. Biar mama yang urus semuanya." "Begitu?" "Ya." "Sebutkan nominalnya." "Seratus juta." Eiser cukup terkejut mendengarnya, tetapi ia masih bisa mengendalikan eskpresinya agar tak terbaca oleh lawan bicaranya. Eiser setenang air danau, namun siapa tahu di dalam hatinya bergejolak. "Bai

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 14. Cara Baru

    Andai Kayana sungguh mengatakan itu. Eiser mungkin akan betul-betul murka kepadanya. Dan Kayana tidak menginginkan itu terjadi. Berhadapan dengan Eiser seperti sekarang ini saja sudah seperti mimpi buruk, apalagi kalau mendengar cacian yang terlontar dari bibir pria itu, lebih baik Kayana lenyap dari muka bumi saja. "Aku tanya kamu dari mana?" Kayana memutar bola mata malas. "Dari luar," jawab Kayana ketus. Ia termundur ke belakang karena Eiser mendorongnya, sampai punggung membentur lemari pendingin lalu mengurungnya dengan kedua tangan. "Kamu tidak tahu adab dan sopan santun berbicara dengan suami.""Aku hanya mempraktekkan apa yang kamu ajarkan." Eiser mendelik. "Jadi ini rupa aslimu." "Sejak dulu aku memang seperti ini." Eiser terdiam dengan sorot mata yang merah padam. Ia sungguh benar-benar murka terhadap wanita dihadapannya saat ini. Tetapi, ia masih bisa menahannya. Tujuannya untuk pulang bukanlah ini. "Aku dengar Freeya kemari? Apa yang kamu bicarakan dengannya?" "Men

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 13. Iblis Berwajah Malaikat

    [Apa kamu punya waktu?] Pesan masuk di ponsel Kayana membuat wanita itu terdiam. Nomor tanpa nama membuatnya bertanya-tanya. "Siapa, Kak?" Tapi pertanyaan itu justru muncul dari bibir Freeya. "Bukan siapa-siapa." Kayana meletakkan kembali ponsel pada tempat semula kemudian menyesap sisa kopinya. Namun, seolah tidak membiarkan Kayana tenang, pesan berikutnya muncul. Ia melirik sekilas. Tanpa dibuka pun Kayana bisa melihat isinya. [Luangkan waktumu. Kamu perlu mengganti rugi] Mata Kayana terpejam seketika. Rasa-rasanya ia tahu siapa pengirimnya. Pria yang kemarin. Kayana meraih ponsel, ia perlu memberi konfirmasi. Jari jemari lentik itu mulai menari di atas layar. [Aku tengah bekerja] Kayana sengaja memberi kabar palsu. Untuk saat ini dirinya memang ingin sekali bersantai, mumpung ada Freeya yang menemani. [Jangan menipuku. Aku berada di toko bunga milikmu. Tapi kamu tidak ada di tempat] Sekali lagi mata Kayana terpejam. Sama sekali tidak ia duga jika pria itu tengah berada di

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 12. Tentang Ivana

    Kayana terkesiap, ia memutar tubuh ke belakang. Dan menegang seketika melihat sosok adik ipar tak jauh darinya. Kayana berpikir, bagaimana bisa adik iparnya ini muncul tanpa suara. "Freeya. Kapan kamu sampai?" "Baru saja, Kak Kay sedang apa? Kenapa sembunyi-sembunyi seperti itu?" Freeya yang penasaran, segera menghampiri sang kakak ipar. Ini tidak bisa dibiarkan. Bisa-bisa Freeya melihat keberadaan Ivana dan itu akan menjadi masalah besar. Gegas Kayana menahan langkah adiknya itu, mengiringinya menuju ke ruang tengah. "Ayo kita ke sana saja," ajak Kayana. "Tapi, Kak. Aku pengen lihat Kak Kay lihatin apa tadi." "Gak ada apa-apa kok. Ayo kita ke kamar saja." Yang Kayana takutkan adalah Ivana tiba-tiba muncul karena wanita itu pasti juga tidak mengetahui kedatangan Freeya. Jadi Kayana membawa gadis itu untuk masuk ke dalam kamarnya. "Astaga, kamar macam apa ini?" Ini pertama kali Freeya masuk kamar Kayana. Dan ia cukup terkejut dengan dekorasi kamar Kayana yang menurutnya membosa

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 11. Kedatangan Tuan Besar

    Suara petir menyadarkan Kayana atas perbuatannya. Ia menjatuhkan benda di tangannya ke lantai. Apa yang sedang ia pikirkan? Mengakhiri hidupnya sendiri dengan cara seperti ini, hanya akan membuat Ivana merasa di atas awan. Kayana menggeleng pelan. Kalau sampai dirinya bertindak demikian, lalu apa bedanya dengan Ivana? Dirinya tidak bodoh, hanya saja terlalu naif berharap Eiser akan mencintai dirinya. Kayana sadar, bahwa dirinyalah yang menjadi orang ketiga dalam hubungan mereka. Namun, jika Tuhan tidak berkehendak. Pernikahan itu tidak akan terjadi. Buktinya sudah jelas, kalau dirinya dan Eiser ditakdirkan bersama meski tidak ada cinta. Guyuran air hujan membuat tubuh Kayana menggigil. Berendam air hangat mungkin akan membuatnya sedikit membaik. Dan benar saja, usai berendam. Kayana langsung tertidur pulas begitu saja. Daging yang kemarin ia beli, tidak jadi dibuat steak. Kayana sengaja bangun pagi-pagi untuk memasak dan mengerjakan semua pekerjaan rumah selagi penghuni lain dalam

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 10. Istri Pembangkang

    Kayana jelas kaget, tetapi itu tidak bertahan lama. Dengan cepat ia menguasai dirinya. Ia melirik pergelangan tangan. Tidak biasanya pria itu di rumah jam segini. Itu dikarenakan Kayana terbiasa ditinggal sendirian. Dan ketika Eiser pergi, Kayana menyempatkan diri untuk keluar sekedar memeriksa pekerjaan. Tetapi, Kayana lupa, bila Ivana sekarang berada satu atap dengan dirinya. Harusnya ia sudah menduganya, 'kan?"Apa setelah bersenang-senang, telingamu jadi tidak berfungsi. Jawab pertanyaanku, Kay." Langkah Kayana terhenti, di anak tangga pertama. Apakah pergi bekerja bisa dikatakan bersenang-senang? Ya mungkin setidaknya Kayana sedikit senang karena tidak ada yang mengganggunya saat bekerja. "Apa saat pergi bekerja, kamu juga bersenang-senang?" Kayana membalikkan perkataan Eiser. Membuat sorot mata pria bergelar suami itu semakin gelap saja. "Aku baru tahu, kamu adalah wanita pembangkang. Aku semakin menyesal menikahimu." "Kalau begitu ceraikan!" jerit Kayana yang seketika memb

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 9. Ganti Rugi

    Kayana tidak dapat menahan keterkejutannya atas apa yang dilihatnya. Sosok pria yang dimaksud oleh anak buahnya ini memang benar adanya. Dia sosok yang tampan, dan bersahaja. Dan yang terpenting, maksud kedatangannya kemari. Dan lagi-lagi apa yang dikatakan oleh Vero benar. Pria ini memang akan menagih sesuatu seperti yang ia janjikan kepadanya. Saat acara pesta ulang tahun perusahaan keluarga suaminya, Kayana telah memberikan kerugian bagi pria itu dengan menumpahkan segelas wine pada jasnya yang mahal. Lalu ia memberi kartu nama miliknya untuk menuntut ganti rugi. "Kita bertemu lagi," ucap pria itu yang seketika menyadarkan Kayana dari lamunan."Ah ya." Kayana tersenyum kikuk. Dengan sesekali melirik ke arah Vero yang tak henti memandang takjub pada pria di hadapannya ini. "Sepertinya Anda sangat sibuk. Sulit sekali ditemui. Anda tidak bermaksud lari dari tanggung jawab 'kan, Nona?" "Ah bukan begitu. Bukankah saya sudah memberi Anda kartu nama dan di sana tertera nomor yang bis

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 8. Pria Asing

    Tentu saja itu hanya bisa Kayana ucapkan dalam hati. Meski ia membenci Eiser, tetapi melihat apa yang dilakukan Eiser terhadap Ivana, membuat sudut hati Kayana terluka. Selain berdiri, ia hanya bisa memalingkan wajahnya dengan sesekali mendongak ke atas agar buliran bening yang sedari ia tahan tidak tumpah. Pekerjaan dapur menjadi menumpuk setelah kepergian Eiser dan Ivana. Kayana memandang makanan sisa yang ditinggalkan oleh Eiser. Selera makannya seketika menghilang tak bersisa. Ia kembali ke kamar setelah menyelesaikan pekerjaan dapur. Tak ia pedulikan di mana keberadaan Eiser, terakhir kali ia melihat pria itu mengantar selingkuhannya ke kamar. Persetan bila pria itu ingin tidur di sana. Itu malah bagus, dan dirinya bisa terlepas dari pria itu malam ini. Kayana menjatuhkan bobot tubuhnya di bibir ranjang, melepas ikatan rambutnya, barulah ia merebahkan diri untuk beristirahat. Di sepertiga malam, ia dibangukan oleh suara derit pintu dan derap langkah kaki seseorang. Setengah

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status