Home / Romansa / Belenggu Dendam Suamiku / Bab 6. Tidak Ada Perceraian

Share

Bab 6. Tidak Ada Perceraian

last update Last Updated: 2023-07-04 09:09:57

"Bercerai? hahaha....!" Tawa Eiser menggema di ruangan dan itu membuat Kayana semakin geram. "Kamu pikir aku akan melepaskanmu begitu saja setelah apa yang kamu perbuat di kehidupanku? Tidak semudah itu, Kay. Kamu harus terima pembalasanku terlebih dahulu."

"Persetan denganmu, Eiser. Aku akan tetap mengajukan perceraian." Kayana tidak akan tinggal diam kali ini.

"Coba saja kalau kamu bisa. Tapi itu tidak akan mudah. Dan sampai kapanpun, tidak akan ada perceraian. Camkan itu!"

"Kamu egois, Eiser. Aku membencimu!" jerit Kayana.

"Pantasnya aku yang mengatakan itu." Eiser tidak kalah sinis.

"Kalau begitu maki aku sesuka hati kamu, Eiser. Lakuka apa yang ingin kamu lakukan. Setelah itu, biarkan aku pergi." Kayana menurunkan nada bicaranya. Sayangnya itu terdengar lucu bagi Eiser sampai-sampai pria itu harus tertawa dengan remeh.

"Sudah kubilang. Itu tidak akan terjadi, sampai kapanpun kamu tidak akan bisa lepas dari genggamanku, Kay."

"Sebenarnya apa maumu! Jika kamu ingin menghancurkan hidup aku, kamu sudah berhasil, Eiser. Lalu apa lagi yang kamu inginkan dari aku!" Kayana tidak mengerti. Suaminya ini enggan melepaskan dirinya, tetapi selama pernikahan tak pernah sekalipun membuatnya tertawa. Justru penderitaan yang selalu ia terima.

Oh Kayana lupa. Semua ini karena dendam. Tetapi, pantaskah Kayana mendapatkan itu semua. Bahkan untuk kesalahan yang tidak pernah ia perbuat.

"Sudah jelas 'kan? Aku ingin hidup kamu dan sampai kapanpun aku tidak akan melepaskanmu dan membiarkanmu berkeliaran dengan bebas di luar sana." Eiser berkata dengan sorot mata paling dingin yang pernah Kayana lihat.

Seolah ingin menegaskan bahwa apa yang ia katakan, tidak ada satupun orang lain yang bisa mengganggu gugatnya.

"Kamu jahat, Eiser!"

Eiser maju, mengikis jarak yang membentang di antara keduanya. Diraihnya dagu wanita di hadapannya lalu membungkam mulut sang istri menggunakan bibirnya sendiri. Kayana yang tidak siap, tidak mampu menghalau serangan sang suami yang begitu cepat. Dan ketika pria itu melahap habis bibirnya, Kayana hanya bisa pasrah.

Kayana mendorong dada bidang Eiser ketika ia kesulitan bernapas.

"Hentikan, Eiser. Kamu menyakitiku." Alih-alih mengecup dengan lembut, Eiser malah memainkan bibirnya dengan kasar. Menggerakkan indera pengecap secara serampangan bahkan menggigit bibir Kayana sampai berdarah.

"Jika kamu ingin aku melakukannya dengan lembut, maka itu hanya ada dalam mimpimu, Kayana." Eiser kembali maju, berniat mengulangi perbuatannya. Tetapi, Kayana lebih dulu menahannya.

"Jangan, Eiser. Ini tempat umum."

Eiser tertawa. "Oh, jadi kamu ingin melakukannya di rumah. Oke, kita pulang sekarang."

"Tidak! Bukan begitu, Eiser." Saat Kayana mengatakan itu, Eiser sudah menarik pergelangan tangannya.

Dengan langkah tergesa keduanya berjalan menuju ke arah pintu keluar. Ini jelas mimpi buruk. Kayana jelas tahu, cara bermain Eiser. Dan Kayana tidak mau menjadi objek pelampiasan nafsu suaminya. Meski itu adalah tergolong hal wajar karena dirinya dan Eiser adalah suami istri.

Sampai di basement, langkah Eiser terhenti oleh suara dering ponsel dari dalam saku jas. Secara otomatis langkah Kayana ikut terhenti. Ia mengamati pergerakan sang suami menjawab panggilan.

"Halo, Ivana," ucap Eiser dengan sangat lembut. Ah, nama itu. Nama yang membuat Kayana merasa nyeri ketika Eiser menyebutnya. Belum lagi cara bicara Eiser yang 180 derajat berbanding terbalik saat berbicara dengan dirinya. Membuat hati Kayana serasa ditusuk ribuan jarum.

"Oke aku ke sana sekarang." Wajah Eiser berubah panik. Ia sampai lupa dengan apa yang hendak ia lakukan kepada Kayana bahkan meninggalkan wanita itu sendirian di basement.

Kayana terpaksa pulang dengan mengendarai taksi. Kalau ia kembali ke pesta, akan menjadi masalah karena keluarga Eiser akan mempertanyakan keberadaan pria itu.

Kayana bisa saja membeberkan semua kelakuan suaminya di depan keluarganya dan menuntut perceraian seperti yang dikatakannya tadi kepada Eiser. Namun, sekali lagi Kayana tidak ingin melibatkan keluarga Eiser yang begitu tulus menyayangi dirinya.

Ya, satu-satunya alasan Kayana mempertahankan rumah tangganya yang tidak sehat dengan Eiser adalah karena keluarga suaminya itu. Memperlakukan dirinya berbeda dengan cara Eiser memperlakukannya.

Pulang ke rumah, sama sekali tidak membuat Kayana tenang. Pikirannya melayang pada Eiser yang kini sedang menemui Ivana. Ia menduga-duga apa yang telah suaminya lakukan dengan wanita itu.

Ivana lumpuh, itu yang ia tahu. Namun, wanita lumpuh bukan berarti tidak sanggup memuaskan seorang pria. Eiser dan Ivana bisa melakukannya dengan cara apapun yang tidak menyakiti Ivana. Pikiran kotor itu, terus berdesakan memenuhi isi kepala.

Lagi pula apa yang dilakukan seorang pria dan wanita berdua sampai selarut ini? Dan itu semakin memperkuat tekad Kayana ingin berpisah dari Eiser. Ya meskipun itu tidak mudah. Pelan-pelan Kayana akan memikirkan jalan keluarnya.

Jam di dinding menunjuk pada angka 12. Kayana yang sudah menukar gaun pesta dengan jubah tidur tidak dapat terpejam. Nasib menjadi istri yang diabaikan, harus tidur sendiri tanpa teman.

Gelap berganti terang. Tepat pukul 6, Kayana terbangun. Begitu ia membuka mata, tak ia dapati suami di tempatnya. Kayana tertawa, lebih tepatnya menertawakan diri sendiri. Bisa-bisanya ia menunggu kedatangan pria yang jelas-jelas lebih memilih selingkuhannya dari pada istri sendiri.

Dan bahkan setelah apa yang Eiser lakukan terhadap dirinya. Kayana masih mengharap suaminya itu pulang. Sungguh tidak habis pikir dengan dirinya sendiri.

Suasana rumah tampak sepi. Ya, sebab selama ini Eiser tidak merekrut satu orang pun pekerja untuk menangani masalah rumah maupun dapur. Ia ingin semuanya dikerjakan oleh istrinya. Itu juga sebagai salah satu bentuk hukuman yang diberikan Eiser kepada Kayana.

Rumah ini memiliki dua lantai di mana setiap lantai memiliki bilik dan kamar khusus. Dan Kayana harus membersihkan itu semua seorang diri, untungnya ada alat khusus untuk membersihkan debu yang menempel pada pajangan maupun perabot rumah. Jadi tidak butuh waktu lama bagi Kayana untuk membersihkan semua itu.

"Sudah cukup. Ini terlihat menakjubkan."

Puas melihat setiap ruangan bersih. Kayana beralih pada dapur. Ia memasak untuk dirinya sendiri. Ia sengaja memasak sedikit karena tidak ingin mengulang kesalahan membuang-buang makanan sebab merasa yakin kalau suaminya tidak akan pulang.

Rencananya, ia akan pergi ke toko bunga miliknya setelah ini. Berdiam diri di rumah membuatnya semakin stress. Tidak butuh waktu lama bagi Kayana untuk membersihkan diri. Kemeja formal dan rok span yang dipadukan dengan blazer hitam terlihat pas di tubuh Kayana.

Wanita cantik dengan lesung pipi itu sengaja mengikat rambutnya dan membiarkan anak rambutnya tertinggal di depan. Yang terakhir adalah heels. Kayana sengaja memakai hak yang sedikit rendah untuk mempermudah langkah kakinya.

Kayana menuruni satu persatu anak tangga. Dan tepat di tangga terakhir, langkahnya terhenti oleh kehadiran sosok yang ada di pikirannya semalam. Dan yang membuat Kayana tercengang adalah, wanita yang bersamanya.

"Kamu..."

Eiser menyeringai. Ia memandang Kayana dengan sorot mata dingin. "Kenapa terkejut begitu, oh iya perkenalkan. Ini Ivana, mulai sekarang ia akan tinggal di rumah ini."

"Apa?"

Related chapters

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 7. Membawa Ivana

    Kayana tercenung beberapa saat. Ia mencoba untuk memahami ucapan suaminya. Dia bilang apa tadi? Eiser ingin kekasihnya tinggal bersama dirinya di rumah ini? Apa dirinya tidak salah dengar? Yang benar saja? Apa dia sudah gila? "Eiser. Kamu boleh untuk tidak pulang. Tapi jangan keterlaluan dengan menyuruhku melakukan hal yang tidak akan pernah aku lakukan." Eiser menanggapi ucapan istrinya dengan senyum remeh. Ia jelas tahu kalau wanita itu tidak senang bahkan menolek keputusannya, itu bisa dilihat dari raut wajah Kayana dan juga ucapannya. Dan memang itulah tujuan Eiser sebenarnya. Membuat istrinya marah. "Aku tidak perlu izinmu untuk melakukan apapun. Di rumahku!" Eiser memberi tekanan di kalimat terakhirnya dan itu membuat Kayana mengepal geram. Ia memang membiarkan dirinya ditindas oleh Eiser agar pria itu puas membalaskan dendamnya. Tetapi tidak dengan keputusan ini. "Baik, kalian boleh tinggal di sini. Kalau begitu aku yang akan keluar dari rumah ini." Kayana melangkahkan kak

    Last Updated : 2023-07-06
  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 8. Pria Asing

    Tentu saja itu hanya bisa Kayana ucapkan dalam hati. Meski ia membenci Eiser, tetapi melihat apa yang dilakukan Eiser terhadap Ivana, membuat sudut hati Kayana terluka. Selain berdiri, ia hanya bisa memalingkan wajahnya dengan sesekali mendongak ke atas agar buliran bening yang sedari ia tahan tidak tumpah. Pekerjaan dapur menjadi menumpuk setelah kepergian Eiser dan Ivana. Kayana memandang makanan sisa yang ditinggalkan oleh Eiser. Selera makannya seketika menghilang tak bersisa. Ia kembali ke kamar setelah menyelesaikan pekerjaan dapur. Tak ia pedulikan di mana keberadaan Eiser, terakhir kali ia melihat pria itu mengantar selingkuhannya ke kamar. Persetan bila pria itu ingin tidur di sana. Itu malah bagus, dan dirinya bisa terlepas dari pria itu malam ini. Kayana menjatuhkan bobot tubuhnya di bibir ranjang, melepas ikatan rambutnya, barulah ia merebahkan diri untuk beristirahat. Di sepertiga malam, ia dibangukan oleh suara derit pintu dan derap langkah kaki seseorang. Setengah

    Last Updated : 2023-07-07
  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 9. Ganti Rugi

    Kayana tidak dapat menahan keterkejutannya atas apa yang dilihatnya. Sosok pria yang dimaksud oleh anak buahnya ini memang benar adanya. Dia sosok yang tampan, dan bersahaja. Dan yang terpenting, maksud kedatangannya kemari. Dan lagi-lagi apa yang dikatakan oleh Vero benar. Pria ini memang akan menagih sesuatu seperti yang ia janjikan kepadanya. Saat acara pesta ulang tahun perusahaan keluarga suaminya, Kayana telah memberikan kerugian bagi pria itu dengan menumpahkan segelas wine pada jasnya yang mahal. Lalu ia memberi kartu nama miliknya untuk menuntut ganti rugi. "Kita bertemu lagi," ucap pria itu yang seketika menyadarkan Kayana dari lamunan."Ah ya." Kayana tersenyum kikuk. Dengan sesekali melirik ke arah Vero yang tak henti memandang takjub pada pria di hadapannya ini. "Sepertinya Anda sangat sibuk. Sulit sekali ditemui. Anda tidak bermaksud lari dari tanggung jawab 'kan, Nona?" "Ah bukan begitu. Bukankah saya sudah memberi Anda kartu nama dan di sana tertera nomor yang bis

    Last Updated : 2023-07-08
  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 10. Istri Pembangkang

    Kayana jelas kaget, tetapi itu tidak bertahan lama. Dengan cepat ia menguasai dirinya. Ia melirik pergelangan tangan. Tidak biasanya pria itu di rumah jam segini. Itu dikarenakan Kayana terbiasa ditinggal sendirian. Dan ketika Eiser pergi, Kayana menyempatkan diri untuk keluar sekedar memeriksa pekerjaan. Tetapi, Kayana lupa, bila Ivana sekarang berada satu atap dengan dirinya. Harusnya ia sudah menduganya, 'kan?"Apa setelah bersenang-senang, telingamu jadi tidak berfungsi. Jawab pertanyaanku, Kay." Langkah Kayana terhenti, di anak tangga pertama. Apakah pergi bekerja bisa dikatakan bersenang-senang? Ya mungkin setidaknya Kayana sedikit senang karena tidak ada yang mengganggunya saat bekerja. "Apa saat pergi bekerja, kamu juga bersenang-senang?" Kayana membalikkan perkataan Eiser. Membuat sorot mata pria bergelar suami itu semakin gelap saja. "Aku baru tahu, kamu adalah wanita pembangkang. Aku semakin menyesal menikahimu." "Kalau begitu ceraikan!" jerit Kayana yang seketika memb

    Last Updated : 2023-07-10
  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 11. Kedatangan Tuan Besar

    Suara petir menyadarkan Kayana atas perbuatannya. Ia menjatuhkan benda di tangannya ke lantai. Apa yang sedang ia pikirkan? Mengakhiri hidupnya sendiri dengan cara seperti ini, hanya akan membuat Ivana merasa di atas awan. Kayana menggeleng pelan. Kalau sampai dirinya bertindak demikian, lalu apa bedanya dengan Ivana? Dirinya tidak bodoh, hanya saja terlalu naif berharap Eiser akan mencintai dirinya. Kayana sadar, bahwa dirinyalah yang menjadi orang ketiga dalam hubungan mereka. Namun, jika Tuhan tidak berkehendak. Pernikahan itu tidak akan terjadi. Buktinya sudah jelas, kalau dirinya dan Eiser ditakdirkan bersama meski tidak ada cinta. Guyuran air hujan membuat tubuh Kayana menggigil. Berendam air hangat mungkin akan membuatnya sedikit membaik. Dan benar saja, usai berendam. Kayana langsung tertidur pulas begitu saja. Daging yang kemarin ia beli, tidak jadi dibuat steak. Kayana sengaja bangun pagi-pagi untuk memasak dan mengerjakan semua pekerjaan rumah selagi penghuni lain dalam

    Last Updated : 2023-07-10
  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 12. Tentang Ivana

    Kayana terkesiap, ia memutar tubuh ke belakang. Dan menegang seketika melihat sosok adik ipar tak jauh darinya. Kayana berpikir, bagaimana bisa adik iparnya ini muncul tanpa suara. "Freeya. Kapan kamu sampai?" "Baru saja, Kak Kay sedang apa? Kenapa sembunyi-sembunyi seperti itu?" Freeya yang penasaran, segera menghampiri sang kakak ipar. Ini tidak bisa dibiarkan. Bisa-bisa Freeya melihat keberadaan Ivana dan itu akan menjadi masalah besar. Gegas Kayana menahan langkah adiknya itu, mengiringinya menuju ke ruang tengah. "Ayo kita ke sana saja," ajak Kayana. "Tapi, Kak. Aku pengen lihat Kak Kay lihatin apa tadi." "Gak ada apa-apa kok. Ayo kita ke kamar saja." Yang Kayana takutkan adalah Ivana tiba-tiba muncul karena wanita itu pasti juga tidak mengetahui kedatangan Freeya. Jadi Kayana membawa gadis itu untuk masuk ke dalam kamarnya. "Astaga, kamar macam apa ini?" Ini pertama kali Freeya masuk kamar Kayana. Dan ia cukup terkejut dengan dekorasi kamar Kayana yang menurutnya membosa

    Last Updated : 2023-07-11
  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 13. Iblis Berwajah Malaikat

    [Apa kamu punya waktu?] Pesan masuk di ponsel Kayana membuat wanita itu terdiam. Nomor tanpa nama membuatnya bertanya-tanya. "Siapa, Kak?" Tapi pertanyaan itu justru muncul dari bibir Freeya. "Bukan siapa-siapa." Kayana meletakkan kembali ponsel pada tempat semula kemudian menyesap sisa kopinya. Namun, seolah tidak membiarkan Kayana tenang, pesan berikutnya muncul. Ia melirik sekilas. Tanpa dibuka pun Kayana bisa melihat isinya. [Luangkan waktumu. Kamu perlu mengganti rugi] Mata Kayana terpejam seketika. Rasa-rasanya ia tahu siapa pengirimnya. Pria yang kemarin. Kayana meraih ponsel, ia perlu memberi konfirmasi. Jari jemari lentik itu mulai menari di atas layar. [Aku tengah bekerja] Kayana sengaja memberi kabar palsu. Untuk saat ini dirinya memang ingin sekali bersantai, mumpung ada Freeya yang menemani. [Jangan menipuku. Aku berada di toko bunga milikmu. Tapi kamu tidak ada di tempat] Sekali lagi mata Kayana terpejam. Sama sekali tidak ia duga jika pria itu tengah berada di

    Last Updated : 2023-07-12
  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 14. Cara Baru

    Andai Kayana sungguh mengatakan itu. Eiser mungkin akan betul-betul murka kepadanya. Dan Kayana tidak menginginkan itu terjadi. Berhadapan dengan Eiser seperti sekarang ini saja sudah seperti mimpi buruk, apalagi kalau mendengar cacian yang terlontar dari bibir pria itu, lebih baik Kayana lenyap dari muka bumi saja. "Aku tanya kamu dari mana?" Kayana memutar bola mata malas. "Dari luar," jawab Kayana ketus. Ia termundur ke belakang karena Eiser mendorongnya, sampai punggung membentur lemari pendingin lalu mengurungnya dengan kedua tangan. "Kamu tidak tahu adab dan sopan santun berbicara dengan suami.""Aku hanya mempraktekkan apa yang kamu ajarkan." Eiser mendelik. "Jadi ini rupa aslimu." "Sejak dulu aku memang seperti ini." Eiser terdiam dengan sorot mata yang merah padam. Ia sungguh benar-benar murka terhadap wanita dihadapannya saat ini. Tetapi, ia masih bisa menahannya. Tujuannya untuk pulang bukanlah ini. "Aku dengar Freeya kemari? Apa yang kamu bicarakan dengannya?" "Men

    Last Updated : 2023-07-14

Latest chapter

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 16. Obsesi

    Gerakan kaki Kayana begitu cepat menuruni anak tangga. Di belakangnya, Eiser mengekor dengan langkah yang tak kalah cepat. "Biar aku yang buka pintu. Kamu urus kekasihmu itu." Yang dikatakan Kayana ada benarnya. Ia harus memberitahu Ivana agar tidak bersuara atau melakukan sesuatu yang dapat memicu perhatian ibunya. Sebab kalau sampai wanita yang telah melahirkannya itu tahu Ivana berada di sini. Entah seberapa besar murka yang dikeluarkannya. Pintu utama dibuka, wanita paruh baya dengan gaun berwarna gelap berdiri dengan senyum elegannya. "Mama," ucap Kayana. "Halo, Sayang." Lusi memberi pelukan pada sang menantu yang disambut hal yang sama oleh Kayana. "Kenapa tidak memberitahu kalau ingin datang?" Tidak biasanya, ibu mertuanya ini datang secara tiba-tiba. "Mama ada kunjungan ke toko roti, jadi Mama sekalian mampir." Kayana hampir lupa, kalau ibu mertuanya ini mengelola toko roti yang terkenal memiliki cabang di beberapa daerah. "Ini ada oleh-oleh buat kamu." Lusi menyodorka

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 15. Ular Berbisa

    "Apa terjadi sesuatu?" Eiser sungguh penasaran, apa yang membuat wanita yang menjalin kisah asmara dengannya selama lima tahun itu dirundung kecemasan. "Papa masuk rumah sakit, penyakitnya kambuh dan dia harus melakukan kemoterapi, kamu tahu sendiri 'kan butuh biaya khusus untuk itu," ucap wanita berambut panjang dengan kaca-kaca di sudut mata. Semenjak berhenti dari dunia permodelan, Ivana memang tidak bisa lagi menghasilkan uang. "Kamu tenang saja, katakan di mana rumah sakitnya, aku akan mengirim orang untuk menyelesaikan semuanya." "Tidak, Eiser. Aku tidak mau merepotkanmu." Kening Eiser mengkerut. "Lalu kamu mau bagaimana?" "Berikan saja uangnya padaku. Nanti aku akan mengirimkan pada Mama. Biar mama yang urus semuanya." "Begitu?" "Ya." "Sebutkan nominalnya." "Seratus juta." Eiser cukup terkejut mendengarnya, tetapi ia masih bisa mengendalikan eskpresinya agar tak terbaca oleh lawan bicaranya. Eiser setenang air danau, namun siapa tahu di dalam hatinya bergejolak. "Bai

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 14. Cara Baru

    Andai Kayana sungguh mengatakan itu. Eiser mungkin akan betul-betul murka kepadanya. Dan Kayana tidak menginginkan itu terjadi. Berhadapan dengan Eiser seperti sekarang ini saja sudah seperti mimpi buruk, apalagi kalau mendengar cacian yang terlontar dari bibir pria itu, lebih baik Kayana lenyap dari muka bumi saja. "Aku tanya kamu dari mana?" Kayana memutar bola mata malas. "Dari luar," jawab Kayana ketus. Ia termundur ke belakang karena Eiser mendorongnya, sampai punggung membentur lemari pendingin lalu mengurungnya dengan kedua tangan. "Kamu tidak tahu adab dan sopan santun berbicara dengan suami.""Aku hanya mempraktekkan apa yang kamu ajarkan." Eiser mendelik. "Jadi ini rupa aslimu." "Sejak dulu aku memang seperti ini." Eiser terdiam dengan sorot mata yang merah padam. Ia sungguh benar-benar murka terhadap wanita dihadapannya saat ini. Tetapi, ia masih bisa menahannya. Tujuannya untuk pulang bukanlah ini. "Aku dengar Freeya kemari? Apa yang kamu bicarakan dengannya?" "Men

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 13. Iblis Berwajah Malaikat

    [Apa kamu punya waktu?] Pesan masuk di ponsel Kayana membuat wanita itu terdiam. Nomor tanpa nama membuatnya bertanya-tanya. "Siapa, Kak?" Tapi pertanyaan itu justru muncul dari bibir Freeya. "Bukan siapa-siapa." Kayana meletakkan kembali ponsel pada tempat semula kemudian menyesap sisa kopinya. Namun, seolah tidak membiarkan Kayana tenang, pesan berikutnya muncul. Ia melirik sekilas. Tanpa dibuka pun Kayana bisa melihat isinya. [Luangkan waktumu. Kamu perlu mengganti rugi] Mata Kayana terpejam seketika. Rasa-rasanya ia tahu siapa pengirimnya. Pria yang kemarin. Kayana meraih ponsel, ia perlu memberi konfirmasi. Jari jemari lentik itu mulai menari di atas layar. [Aku tengah bekerja] Kayana sengaja memberi kabar palsu. Untuk saat ini dirinya memang ingin sekali bersantai, mumpung ada Freeya yang menemani. [Jangan menipuku. Aku berada di toko bunga milikmu. Tapi kamu tidak ada di tempat] Sekali lagi mata Kayana terpejam. Sama sekali tidak ia duga jika pria itu tengah berada di

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 12. Tentang Ivana

    Kayana terkesiap, ia memutar tubuh ke belakang. Dan menegang seketika melihat sosok adik ipar tak jauh darinya. Kayana berpikir, bagaimana bisa adik iparnya ini muncul tanpa suara. "Freeya. Kapan kamu sampai?" "Baru saja, Kak Kay sedang apa? Kenapa sembunyi-sembunyi seperti itu?" Freeya yang penasaran, segera menghampiri sang kakak ipar. Ini tidak bisa dibiarkan. Bisa-bisa Freeya melihat keberadaan Ivana dan itu akan menjadi masalah besar. Gegas Kayana menahan langkah adiknya itu, mengiringinya menuju ke ruang tengah. "Ayo kita ke sana saja," ajak Kayana. "Tapi, Kak. Aku pengen lihat Kak Kay lihatin apa tadi." "Gak ada apa-apa kok. Ayo kita ke kamar saja." Yang Kayana takutkan adalah Ivana tiba-tiba muncul karena wanita itu pasti juga tidak mengetahui kedatangan Freeya. Jadi Kayana membawa gadis itu untuk masuk ke dalam kamarnya. "Astaga, kamar macam apa ini?" Ini pertama kali Freeya masuk kamar Kayana. Dan ia cukup terkejut dengan dekorasi kamar Kayana yang menurutnya membosa

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 11. Kedatangan Tuan Besar

    Suara petir menyadarkan Kayana atas perbuatannya. Ia menjatuhkan benda di tangannya ke lantai. Apa yang sedang ia pikirkan? Mengakhiri hidupnya sendiri dengan cara seperti ini, hanya akan membuat Ivana merasa di atas awan. Kayana menggeleng pelan. Kalau sampai dirinya bertindak demikian, lalu apa bedanya dengan Ivana? Dirinya tidak bodoh, hanya saja terlalu naif berharap Eiser akan mencintai dirinya. Kayana sadar, bahwa dirinyalah yang menjadi orang ketiga dalam hubungan mereka. Namun, jika Tuhan tidak berkehendak. Pernikahan itu tidak akan terjadi. Buktinya sudah jelas, kalau dirinya dan Eiser ditakdirkan bersama meski tidak ada cinta. Guyuran air hujan membuat tubuh Kayana menggigil. Berendam air hangat mungkin akan membuatnya sedikit membaik. Dan benar saja, usai berendam. Kayana langsung tertidur pulas begitu saja. Daging yang kemarin ia beli, tidak jadi dibuat steak. Kayana sengaja bangun pagi-pagi untuk memasak dan mengerjakan semua pekerjaan rumah selagi penghuni lain dalam

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 10. Istri Pembangkang

    Kayana jelas kaget, tetapi itu tidak bertahan lama. Dengan cepat ia menguasai dirinya. Ia melirik pergelangan tangan. Tidak biasanya pria itu di rumah jam segini. Itu dikarenakan Kayana terbiasa ditinggal sendirian. Dan ketika Eiser pergi, Kayana menyempatkan diri untuk keluar sekedar memeriksa pekerjaan. Tetapi, Kayana lupa, bila Ivana sekarang berada satu atap dengan dirinya. Harusnya ia sudah menduganya, 'kan?"Apa setelah bersenang-senang, telingamu jadi tidak berfungsi. Jawab pertanyaanku, Kay." Langkah Kayana terhenti, di anak tangga pertama. Apakah pergi bekerja bisa dikatakan bersenang-senang? Ya mungkin setidaknya Kayana sedikit senang karena tidak ada yang mengganggunya saat bekerja. "Apa saat pergi bekerja, kamu juga bersenang-senang?" Kayana membalikkan perkataan Eiser. Membuat sorot mata pria bergelar suami itu semakin gelap saja. "Aku baru tahu, kamu adalah wanita pembangkang. Aku semakin menyesal menikahimu." "Kalau begitu ceraikan!" jerit Kayana yang seketika memb

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 9. Ganti Rugi

    Kayana tidak dapat menahan keterkejutannya atas apa yang dilihatnya. Sosok pria yang dimaksud oleh anak buahnya ini memang benar adanya. Dia sosok yang tampan, dan bersahaja. Dan yang terpenting, maksud kedatangannya kemari. Dan lagi-lagi apa yang dikatakan oleh Vero benar. Pria ini memang akan menagih sesuatu seperti yang ia janjikan kepadanya. Saat acara pesta ulang tahun perusahaan keluarga suaminya, Kayana telah memberikan kerugian bagi pria itu dengan menumpahkan segelas wine pada jasnya yang mahal. Lalu ia memberi kartu nama miliknya untuk menuntut ganti rugi. "Kita bertemu lagi," ucap pria itu yang seketika menyadarkan Kayana dari lamunan."Ah ya." Kayana tersenyum kikuk. Dengan sesekali melirik ke arah Vero yang tak henti memandang takjub pada pria di hadapannya ini. "Sepertinya Anda sangat sibuk. Sulit sekali ditemui. Anda tidak bermaksud lari dari tanggung jawab 'kan, Nona?" "Ah bukan begitu. Bukankah saya sudah memberi Anda kartu nama dan di sana tertera nomor yang bis

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 8. Pria Asing

    Tentu saja itu hanya bisa Kayana ucapkan dalam hati. Meski ia membenci Eiser, tetapi melihat apa yang dilakukan Eiser terhadap Ivana, membuat sudut hati Kayana terluka. Selain berdiri, ia hanya bisa memalingkan wajahnya dengan sesekali mendongak ke atas agar buliran bening yang sedari ia tahan tidak tumpah. Pekerjaan dapur menjadi menumpuk setelah kepergian Eiser dan Ivana. Kayana memandang makanan sisa yang ditinggalkan oleh Eiser. Selera makannya seketika menghilang tak bersisa. Ia kembali ke kamar setelah menyelesaikan pekerjaan dapur. Tak ia pedulikan di mana keberadaan Eiser, terakhir kali ia melihat pria itu mengantar selingkuhannya ke kamar. Persetan bila pria itu ingin tidur di sana. Itu malah bagus, dan dirinya bisa terlepas dari pria itu malam ini. Kayana menjatuhkan bobot tubuhnya di bibir ranjang, melepas ikatan rambutnya, barulah ia merebahkan diri untuk beristirahat. Di sepertiga malam, ia dibangukan oleh suara derit pintu dan derap langkah kaki seseorang. Setengah

DMCA.com Protection Status