Home / Romansa / Belenggu Dendam Suamiku / Bab 4. Cinta Sepihak

Share

Bab 4. Cinta Sepihak

last update Last Updated: 2023-06-13 11:20:56

Jantung Kayana berdegup kencang, terlebih ketika Eiser menyusuri leher jenjangnya dengan menggunakan bibir. Namun, Kayana tidak akan membiarkan itu berlanjut. Ia tidak boleh terbuai pada perasaan yang hanya ia rasakan sepihak. Eiser tidak akan bersikap selembut ini. Kayana mencoba mensugesti diri dan segera mengembalikan kesadarannya.

"Berhenti, Eiser. Bukankah kamu bilang ingin makan."

Eiser tersenyum miring. "Bukankah kamu yang menginginkan ini? Kamu pasti sengaja tidak menyiapkan aku pakaian ganti agar aku berpenampilan begini."

Kayana terpejam. Ingin sekali memprotes dan mengatakan, "bukannya pakaian kamu ada di lemari. Kenapa mengambil pakaian saja menunggu aku?" Tetapi itu hanya ada dalam angan saja.

Kayana tidak ingin memancing emosi Eiser dan memilih untuk diam dan meminta maaf. "Maaf, kalau begitu akan aku siapkan sekarang."

Kayana berdiri. Tetapi lagi-lagi Eiser menahannya. Eiser meraih pinggang lalu mengangkat Kayana dan mendudukkan di atas meja yang kosong.

"Terlambat."

Eiser mencondongkan tubuh. Sebaliknya, Kayana refleks mundur ke belakang.

"Meja makan ini cukup besar 'kan? Bagaimana menurutmu?"

Kayana menelan saliva. Ia benar-benar merasakan firasat buruk. Lebih buruk dari sebelumnya. Jangan-jangan Eiser ingin melakukannya di meja makan?

"Eiser apa maksud kamu?"

"Kamu terlalu naif, Kay. Aku benci wanita seperti itu. Bukankah sejak dulu kamu memang menginginkan aku."

Kayana membeku. Bibirnya kaku, lidahnya kelu. Yang dikatakan Eiser memang tidak salah. Sejak sekolah menengah atas, Kayana memang menyimpan perasaan kepada Eiser yang merupakan teman satu kelasnya.

Namun, itu adalah cinta sepihak karena Eiser hanya menganggapnya sebagai teman. Lalu bagaimana Eiser tahu tentang perasaannya? Ia bahkan tidak pernah mengungkapkannya kepada siapapun. Perasaan itu tersimpan rapi di dalam hati. Apa Eiser berkata begitu hanya ingin memancingnya saja?

"Aku tidak mengerti maksud kamu, Eiser."

"Ckk, jangan munafik. Kalau kamu tidak menginginkan aku. Mana mungkin kamu melakukan segala cara untuk bisa menikah dengan aku. Iya 'kan?"

Kedua manik Kayana terpejam. Benar saja, pria itu hanya memancing dirinya agar mau mengakui semuanya. Sayang sekali, itu tidak akan pernah terjadi. Kayana tidak akan mengakui perbuatan yang jelas tidak ia lakukan.

"Terserah kamu ingin menganggap aku seperti apa. Sekarang menyingkirlah dan biarkan aku pergi."

"Tidak semudah itu." Eiser semakin menghimpit tubuh Kayana. "Sudah kubilang hari ini aku akan menghukummu 'kan? Jadi terima hukumanmu."

Kayana menggigit bibir, mencoba menghalau lenguhan yang nyaris keluar ketika bibir Eiser tenggelam di antara ceruk leher dan menyapu dengan menggunakan lidah. Kayana terpejam menahan beban berat di atasnya. Namun, itu tidak bertahan lama. Sebab suara seseorang seketika menghentikan aktivitas keduanya.

"Apa yang kalian lakukan?"

Keduanya sama-sama terkesiap, seketika menoleh ke arah sumber suara. "Freeya!" ucap keduanya secara bersamaan.

Freeya yang salah tingkah langsung memutar tubuh ke belakang. Adik dari Eiser itu sama halnya, begitu kaget dengan pemandangan yang ada di depan mata.

"Astaga, kenapa kalian melakukannya di situ? Kayak gak ada tempat lain aja."

"Kamu sendiri, kenapa bisa masuk?" Eiser langsung berdiri. Begitu juga dengan Kayana yang segera bangun memperbaiki pakaiannya.

"Gimana aku bisa masuk? Pintu gerbang nggak dikunci, pintu utama juga. Bukan cuma aku tapi maling juga bisa masuk, Kak."

"Katakan untuk apa kamu datang kemari?"

Freeya berbalik, menarik napas panjang lalu berjalan mendekati meja makan. "Bukannya Kakak bilang Kak Kayana sakit, aku kemari bawa obat herbal dari Mommy. Supaya Kak Kay sembuh dan bisa hadir di pesta anniversary perusahaan Om Reymond," kata Freeya sembari menggerakkan kantong plastik di tangan.

"Sakit? Pesta?" Kayana merasa bingung dengan apa yang dikatakan oleh adik iparnya ini.

"Iya, emangnya Kak Eiser nggak bilang sama Kakak?" Freeya meletakkan kantong di tangan ke atas meja. Kayana melirik kesal suaminya.

"Kamu ini. Bisa nggak kalau mau datang telpon dulu?" protes Eiser. Ia masih kesal lantaran aktivitasnya diganggu.

"Ya, sudah tidak apa-apa. Freeya 'kan sudah terlanjur datang. Sebaiknya kita makan bersama. Kemarikan obatnya, biar aku simpan dulu."

"Tuh 'kan, Kak Kay aja bilang gak apa-apa. Sana mending Kak Eiser ganti baju, sakit mata aku lihat Kakak pakai begituan."

Eiser mendecak lalu melangkah ke arah tangga. Tak butuh waktu lama untuk berpakaian. Eiser memilih kaus dan celana kain karena saat ini ia tidak ada jadwal kantor.

Suasana ruang makan sedikit berwarna karena ada Freeya. Gadis berusia 25 tahun itu begitu lahap menikmati makanannya. Kayana memandang adik iparnya. Sepertinya ia harus berterimakasih kepada gadis itu karena telah membuatnya lepas dari Eiser, setidaknya untuk sementara waktu.

"Masakan Kak Kay enak. Lain kali Kakak menginaplah di rumah, dan masak untuk kita semua. Mommy pasti bakal suka banget sama masakan Kak Kay," celoteh Freeya dengan mulut yang penuh dengan makanan.

"Dia bukan pembantu," sahut Eiser dingin. Freeya melirik kesal ke arah kakaknya.

"Ckk, aku gak nanya Kakak. Aku ngomong sama Kak Kay."

"Tetap saja, dia harus mendapat izinku sebelum pergi ke manapun," debat Eiser. Kayana menatap kakak beradik ini secara bergantian lalu membuka suara.

"Freeya, katakan padaku soal pesta. Pesta apa yang kamu maksud?" Kayana sengaja mengalihkan topik pembicaraan agar tak menimbulkan perdebatan.

"Pesta Anniversary perusahaan Om Reymond, Adik Daddy. Mommy ingin mengenalkan Kakak sebagai menantunya jadi Kakak harus datang. Itu sebabnya Mommy meminta Freeya untuk mengantar obat untuk Kak Kay, supaya Kakak bisa hadir," ucap Freeya penuh harap.

Kayana mengulas senyum, kemudian mencuri lirik pada sang suami lalu menjawab. "Aku akan datang, jika kakakmu mengizinkan."

Awalnya Eiser menolak datang ke acara. Terlebih bersama dengan Kayana. Namun, karena permintaan keluarga. Eiser pun menyetujuinya. Selain keterpaksaan, kehormatan dan nama baik keluarga adalah alasan utama ia mau datang bersama dengan istrinya.

Pukul 7 malam, pesta harusnya dimulai. Namun, karena salah satu anggota keluarga belum datang, maka acaranya ditunda.

Terlambat sebentar tidak akan masalah. Kayana terlihat cantik dengan model rambut disanggul ke belakang, dengan sisa beberapa helai di bagian depan yang dibiarkan menjuntai ke bawah.

Fitur wajahnya yang cantik dan halus dan seputih salju ditutupi dengan riasan tipis, lalu matanya yang jernih dan gelap tetapi sangat cerah, berkilat dan memukau pandangan. Membuatnya terlihat begitu lembut dan anggun.

Wanita itu sangat serasi berada di sisi Eiser, yang kini tengah dibalut dengan jas mewah berwarna senada dengan gaun yang dikenakan oleh Kayana. Matanya yang cokelat memperlihatkan tatapan yang tajam dan dalam. Seolah memancarkan aura yang begitu mematikan.

Pria yang sangat mahal senyum itu memang Eiser, ini pertama kalinya ia datang ke acara formal bersama dengan istrinya. ia mendekat ke arah sang istri lalu berbisik.

"Ini adalah tempat umum, jadi bersikaplah layaknya seorang istri."

Related chapters

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 5. Ceraikan Aku!

    Apa Kayana tidak salah dengar? Pantasnya yang bicara begitu adalah dirinya. Bukankah selama ini yang tidak menganggap istri adalah Eiser? Tapi kenapa pria itu berkata seolah dirinya yang tidak bersikap layaknya seorang istri? "Kamu sedang membicarakan dirimu sendiri, Eiser." Kayana membalas ucapan telak pada sang suami. "Tak bisakah kamu tidak membantahku." "Aku hanya berbicara kenyataan, Eiser." Eiser, mendecak kesal lantaran sang istri terus saja membantah. Dan ketika keduanya sampai di lokasi acara senyum mereka tampakkan di bibir masing-masing. "Akhirnya kamu datang juga, Sayang." Kayana langsung menerima pelukan dari Lusiana, sang ibu mertua. Wanita yang masih terlihat muda di usia kepala 5 itu nampak begitu kagum terhadap paras yang dimiliki sang menantu. Lalu Evan, sang papa mertua. Dia juga sangat senang terhadap Kayana. Pembawaan yang lemah lembut dan penuh sopan santun, menandakan kalau menantunya ini memiliki attitude yang bagus. Tidak seperti yang dikatakan oleh san

    Last Updated : 2023-06-13
  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 6. Tidak Ada Perceraian

    "Bercerai? hahaha....!" Tawa Eiser menggema di ruangan dan itu membuat Kayana semakin geram. "Kamu pikir aku akan melepaskanmu begitu saja setelah apa yang kamu perbuat di kehidupanku? Tidak semudah itu, Kay. Kamu harus terima pembalasanku terlebih dahulu." "Persetan denganmu, Eiser. Aku akan tetap mengajukan perceraian." Kayana tidak akan tinggal diam kali ini. "Coba saja kalau kamu bisa. Tapi itu tidak akan mudah. Dan sampai kapanpun, tidak akan ada perceraian. Camkan itu!""Kamu egois, Eiser. Aku membencimu!" jerit Kayana. "Pantasnya aku yang mengatakan itu." Eiser tidak kalah sinis. "Kalau begitu maki aku sesuka hati kamu, Eiser. Lakuka apa yang ingin kamu lakukan. Setelah itu, biarkan aku pergi." Kayana menurunkan nada bicaranya. Sayangnya itu terdengar lucu bagi Eiser sampai-sampai pria itu harus tertawa dengan remeh. "Sudah kubilang. Itu tidak akan terjadi, sampai kapanpun kamu tidak akan bisa lepas dari genggamanku, Kay." "Sebenarnya apa maumu! Jika kamu ingin menghancur

    Last Updated : 2023-07-04
  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 7. Membawa Ivana

    Kayana tercenung beberapa saat. Ia mencoba untuk memahami ucapan suaminya. Dia bilang apa tadi? Eiser ingin kekasihnya tinggal bersama dirinya di rumah ini? Apa dirinya tidak salah dengar? Yang benar saja? Apa dia sudah gila? "Eiser. Kamu boleh untuk tidak pulang. Tapi jangan keterlaluan dengan menyuruhku melakukan hal yang tidak akan pernah aku lakukan." Eiser menanggapi ucapan istrinya dengan senyum remeh. Ia jelas tahu kalau wanita itu tidak senang bahkan menolek keputusannya, itu bisa dilihat dari raut wajah Kayana dan juga ucapannya. Dan memang itulah tujuan Eiser sebenarnya. Membuat istrinya marah. "Aku tidak perlu izinmu untuk melakukan apapun. Di rumahku!" Eiser memberi tekanan di kalimat terakhirnya dan itu membuat Kayana mengepal geram. Ia memang membiarkan dirinya ditindas oleh Eiser agar pria itu puas membalaskan dendamnya. Tetapi tidak dengan keputusan ini. "Baik, kalian boleh tinggal di sini. Kalau begitu aku yang akan keluar dari rumah ini." Kayana melangkahkan kak

    Last Updated : 2023-07-06
  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 8. Pria Asing

    Tentu saja itu hanya bisa Kayana ucapkan dalam hati. Meski ia membenci Eiser, tetapi melihat apa yang dilakukan Eiser terhadap Ivana, membuat sudut hati Kayana terluka. Selain berdiri, ia hanya bisa memalingkan wajahnya dengan sesekali mendongak ke atas agar buliran bening yang sedari ia tahan tidak tumpah. Pekerjaan dapur menjadi menumpuk setelah kepergian Eiser dan Ivana. Kayana memandang makanan sisa yang ditinggalkan oleh Eiser. Selera makannya seketika menghilang tak bersisa. Ia kembali ke kamar setelah menyelesaikan pekerjaan dapur. Tak ia pedulikan di mana keberadaan Eiser, terakhir kali ia melihat pria itu mengantar selingkuhannya ke kamar. Persetan bila pria itu ingin tidur di sana. Itu malah bagus, dan dirinya bisa terlepas dari pria itu malam ini. Kayana menjatuhkan bobot tubuhnya di bibir ranjang, melepas ikatan rambutnya, barulah ia merebahkan diri untuk beristirahat. Di sepertiga malam, ia dibangukan oleh suara derit pintu dan derap langkah kaki seseorang. Setengah

    Last Updated : 2023-07-07
  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 9. Ganti Rugi

    Kayana tidak dapat menahan keterkejutannya atas apa yang dilihatnya. Sosok pria yang dimaksud oleh anak buahnya ini memang benar adanya. Dia sosok yang tampan, dan bersahaja. Dan yang terpenting, maksud kedatangannya kemari. Dan lagi-lagi apa yang dikatakan oleh Vero benar. Pria ini memang akan menagih sesuatu seperti yang ia janjikan kepadanya. Saat acara pesta ulang tahun perusahaan keluarga suaminya, Kayana telah memberikan kerugian bagi pria itu dengan menumpahkan segelas wine pada jasnya yang mahal. Lalu ia memberi kartu nama miliknya untuk menuntut ganti rugi. "Kita bertemu lagi," ucap pria itu yang seketika menyadarkan Kayana dari lamunan."Ah ya." Kayana tersenyum kikuk. Dengan sesekali melirik ke arah Vero yang tak henti memandang takjub pada pria di hadapannya ini. "Sepertinya Anda sangat sibuk. Sulit sekali ditemui. Anda tidak bermaksud lari dari tanggung jawab 'kan, Nona?" "Ah bukan begitu. Bukankah saya sudah memberi Anda kartu nama dan di sana tertera nomor yang bis

    Last Updated : 2023-07-08
  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 10. Istri Pembangkang

    Kayana jelas kaget, tetapi itu tidak bertahan lama. Dengan cepat ia menguasai dirinya. Ia melirik pergelangan tangan. Tidak biasanya pria itu di rumah jam segini. Itu dikarenakan Kayana terbiasa ditinggal sendirian. Dan ketika Eiser pergi, Kayana menyempatkan diri untuk keluar sekedar memeriksa pekerjaan. Tetapi, Kayana lupa, bila Ivana sekarang berada satu atap dengan dirinya. Harusnya ia sudah menduganya, 'kan?"Apa setelah bersenang-senang, telingamu jadi tidak berfungsi. Jawab pertanyaanku, Kay." Langkah Kayana terhenti, di anak tangga pertama. Apakah pergi bekerja bisa dikatakan bersenang-senang? Ya mungkin setidaknya Kayana sedikit senang karena tidak ada yang mengganggunya saat bekerja. "Apa saat pergi bekerja, kamu juga bersenang-senang?" Kayana membalikkan perkataan Eiser. Membuat sorot mata pria bergelar suami itu semakin gelap saja. "Aku baru tahu, kamu adalah wanita pembangkang. Aku semakin menyesal menikahimu." "Kalau begitu ceraikan!" jerit Kayana yang seketika memb

    Last Updated : 2023-07-10
  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 11. Kedatangan Tuan Besar

    Suara petir menyadarkan Kayana atas perbuatannya. Ia menjatuhkan benda di tangannya ke lantai. Apa yang sedang ia pikirkan? Mengakhiri hidupnya sendiri dengan cara seperti ini, hanya akan membuat Ivana merasa di atas awan. Kayana menggeleng pelan. Kalau sampai dirinya bertindak demikian, lalu apa bedanya dengan Ivana? Dirinya tidak bodoh, hanya saja terlalu naif berharap Eiser akan mencintai dirinya. Kayana sadar, bahwa dirinyalah yang menjadi orang ketiga dalam hubungan mereka. Namun, jika Tuhan tidak berkehendak. Pernikahan itu tidak akan terjadi. Buktinya sudah jelas, kalau dirinya dan Eiser ditakdirkan bersama meski tidak ada cinta. Guyuran air hujan membuat tubuh Kayana menggigil. Berendam air hangat mungkin akan membuatnya sedikit membaik. Dan benar saja, usai berendam. Kayana langsung tertidur pulas begitu saja. Daging yang kemarin ia beli, tidak jadi dibuat steak. Kayana sengaja bangun pagi-pagi untuk memasak dan mengerjakan semua pekerjaan rumah selagi penghuni lain dalam

    Last Updated : 2023-07-10
  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 12. Tentang Ivana

    Kayana terkesiap, ia memutar tubuh ke belakang. Dan menegang seketika melihat sosok adik ipar tak jauh darinya. Kayana berpikir, bagaimana bisa adik iparnya ini muncul tanpa suara. "Freeya. Kapan kamu sampai?" "Baru saja, Kak Kay sedang apa? Kenapa sembunyi-sembunyi seperti itu?" Freeya yang penasaran, segera menghampiri sang kakak ipar. Ini tidak bisa dibiarkan. Bisa-bisa Freeya melihat keberadaan Ivana dan itu akan menjadi masalah besar. Gegas Kayana menahan langkah adiknya itu, mengiringinya menuju ke ruang tengah. "Ayo kita ke sana saja," ajak Kayana. "Tapi, Kak. Aku pengen lihat Kak Kay lihatin apa tadi." "Gak ada apa-apa kok. Ayo kita ke kamar saja." Yang Kayana takutkan adalah Ivana tiba-tiba muncul karena wanita itu pasti juga tidak mengetahui kedatangan Freeya. Jadi Kayana membawa gadis itu untuk masuk ke dalam kamarnya. "Astaga, kamar macam apa ini?" Ini pertama kali Freeya masuk kamar Kayana. Dan ia cukup terkejut dengan dekorasi kamar Kayana yang menurutnya membosa

    Last Updated : 2023-07-11

Latest chapter

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 16. Obsesi

    Gerakan kaki Kayana begitu cepat menuruni anak tangga. Di belakangnya, Eiser mengekor dengan langkah yang tak kalah cepat. "Biar aku yang buka pintu. Kamu urus kekasihmu itu." Yang dikatakan Kayana ada benarnya. Ia harus memberitahu Ivana agar tidak bersuara atau melakukan sesuatu yang dapat memicu perhatian ibunya. Sebab kalau sampai wanita yang telah melahirkannya itu tahu Ivana berada di sini. Entah seberapa besar murka yang dikeluarkannya. Pintu utama dibuka, wanita paruh baya dengan gaun berwarna gelap berdiri dengan senyum elegannya. "Mama," ucap Kayana. "Halo, Sayang." Lusi memberi pelukan pada sang menantu yang disambut hal yang sama oleh Kayana. "Kenapa tidak memberitahu kalau ingin datang?" Tidak biasanya, ibu mertuanya ini datang secara tiba-tiba. "Mama ada kunjungan ke toko roti, jadi Mama sekalian mampir." Kayana hampir lupa, kalau ibu mertuanya ini mengelola toko roti yang terkenal memiliki cabang di beberapa daerah. "Ini ada oleh-oleh buat kamu." Lusi menyodorka

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 15. Ular Berbisa

    "Apa terjadi sesuatu?" Eiser sungguh penasaran, apa yang membuat wanita yang menjalin kisah asmara dengannya selama lima tahun itu dirundung kecemasan. "Papa masuk rumah sakit, penyakitnya kambuh dan dia harus melakukan kemoterapi, kamu tahu sendiri 'kan butuh biaya khusus untuk itu," ucap wanita berambut panjang dengan kaca-kaca di sudut mata. Semenjak berhenti dari dunia permodelan, Ivana memang tidak bisa lagi menghasilkan uang. "Kamu tenang saja, katakan di mana rumah sakitnya, aku akan mengirim orang untuk menyelesaikan semuanya." "Tidak, Eiser. Aku tidak mau merepotkanmu." Kening Eiser mengkerut. "Lalu kamu mau bagaimana?" "Berikan saja uangnya padaku. Nanti aku akan mengirimkan pada Mama. Biar mama yang urus semuanya." "Begitu?" "Ya." "Sebutkan nominalnya." "Seratus juta." Eiser cukup terkejut mendengarnya, tetapi ia masih bisa mengendalikan eskpresinya agar tak terbaca oleh lawan bicaranya. Eiser setenang air danau, namun siapa tahu di dalam hatinya bergejolak. "Bai

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 14. Cara Baru

    Andai Kayana sungguh mengatakan itu. Eiser mungkin akan betul-betul murka kepadanya. Dan Kayana tidak menginginkan itu terjadi. Berhadapan dengan Eiser seperti sekarang ini saja sudah seperti mimpi buruk, apalagi kalau mendengar cacian yang terlontar dari bibir pria itu, lebih baik Kayana lenyap dari muka bumi saja. "Aku tanya kamu dari mana?" Kayana memutar bola mata malas. "Dari luar," jawab Kayana ketus. Ia termundur ke belakang karena Eiser mendorongnya, sampai punggung membentur lemari pendingin lalu mengurungnya dengan kedua tangan. "Kamu tidak tahu adab dan sopan santun berbicara dengan suami.""Aku hanya mempraktekkan apa yang kamu ajarkan." Eiser mendelik. "Jadi ini rupa aslimu." "Sejak dulu aku memang seperti ini." Eiser terdiam dengan sorot mata yang merah padam. Ia sungguh benar-benar murka terhadap wanita dihadapannya saat ini. Tetapi, ia masih bisa menahannya. Tujuannya untuk pulang bukanlah ini. "Aku dengar Freeya kemari? Apa yang kamu bicarakan dengannya?" "Men

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 13. Iblis Berwajah Malaikat

    [Apa kamu punya waktu?] Pesan masuk di ponsel Kayana membuat wanita itu terdiam. Nomor tanpa nama membuatnya bertanya-tanya. "Siapa, Kak?" Tapi pertanyaan itu justru muncul dari bibir Freeya. "Bukan siapa-siapa." Kayana meletakkan kembali ponsel pada tempat semula kemudian menyesap sisa kopinya. Namun, seolah tidak membiarkan Kayana tenang, pesan berikutnya muncul. Ia melirik sekilas. Tanpa dibuka pun Kayana bisa melihat isinya. [Luangkan waktumu. Kamu perlu mengganti rugi] Mata Kayana terpejam seketika. Rasa-rasanya ia tahu siapa pengirimnya. Pria yang kemarin. Kayana meraih ponsel, ia perlu memberi konfirmasi. Jari jemari lentik itu mulai menari di atas layar. [Aku tengah bekerja] Kayana sengaja memberi kabar palsu. Untuk saat ini dirinya memang ingin sekali bersantai, mumpung ada Freeya yang menemani. [Jangan menipuku. Aku berada di toko bunga milikmu. Tapi kamu tidak ada di tempat] Sekali lagi mata Kayana terpejam. Sama sekali tidak ia duga jika pria itu tengah berada di

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 12. Tentang Ivana

    Kayana terkesiap, ia memutar tubuh ke belakang. Dan menegang seketika melihat sosok adik ipar tak jauh darinya. Kayana berpikir, bagaimana bisa adik iparnya ini muncul tanpa suara. "Freeya. Kapan kamu sampai?" "Baru saja, Kak Kay sedang apa? Kenapa sembunyi-sembunyi seperti itu?" Freeya yang penasaran, segera menghampiri sang kakak ipar. Ini tidak bisa dibiarkan. Bisa-bisa Freeya melihat keberadaan Ivana dan itu akan menjadi masalah besar. Gegas Kayana menahan langkah adiknya itu, mengiringinya menuju ke ruang tengah. "Ayo kita ke sana saja," ajak Kayana. "Tapi, Kak. Aku pengen lihat Kak Kay lihatin apa tadi." "Gak ada apa-apa kok. Ayo kita ke kamar saja." Yang Kayana takutkan adalah Ivana tiba-tiba muncul karena wanita itu pasti juga tidak mengetahui kedatangan Freeya. Jadi Kayana membawa gadis itu untuk masuk ke dalam kamarnya. "Astaga, kamar macam apa ini?" Ini pertama kali Freeya masuk kamar Kayana. Dan ia cukup terkejut dengan dekorasi kamar Kayana yang menurutnya membosa

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 11. Kedatangan Tuan Besar

    Suara petir menyadarkan Kayana atas perbuatannya. Ia menjatuhkan benda di tangannya ke lantai. Apa yang sedang ia pikirkan? Mengakhiri hidupnya sendiri dengan cara seperti ini, hanya akan membuat Ivana merasa di atas awan. Kayana menggeleng pelan. Kalau sampai dirinya bertindak demikian, lalu apa bedanya dengan Ivana? Dirinya tidak bodoh, hanya saja terlalu naif berharap Eiser akan mencintai dirinya. Kayana sadar, bahwa dirinyalah yang menjadi orang ketiga dalam hubungan mereka. Namun, jika Tuhan tidak berkehendak. Pernikahan itu tidak akan terjadi. Buktinya sudah jelas, kalau dirinya dan Eiser ditakdirkan bersama meski tidak ada cinta. Guyuran air hujan membuat tubuh Kayana menggigil. Berendam air hangat mungkin akan membuatnya sedikit membaik. Dan benar saja, usai berendam. Kayana langsung tertidur pulas begitu saja. Daging yang kemarin ia beli, tidak jadi dibuat steak. Kayana sengaja bangun pagi-pagi untuk memasak dan mengerjakan semua pekerjaan rumah selagi penghuni lain dalam

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 10. Istri Pembangkang

    Kayana jelas kaget, tetapi itu tidak bertahan lama. Dengan cepat ia menguasai dirinya. Ia melirik pergelangan tangan. Tidak biasanya pria itu di rumah jam segini. Itu dikarenakan Kayana terbiasa ditinggal sendirian. Dan ketika Eiser pergi, Kayana menyempatkan diri untuk keluar sekedar memeriksa pekerjaan. Tetapi, Kayana lupa, bila Ivana sekarang berada satu atap dengan dirinya. Harusnya ia sudah menduganya, 'kan?"Apa setelah bersenang-senang, telingamu jadi tidak berfungsi. Jawab pertanyaanku, Kay." Langkah Kayana terhenti, di anak tangga pertama. Apakah pergi bekerja bisa dikatakan bersenang-senang? Ya mungkin setidaknya Kayana sedikit senang karena tidak ada yang mengganggunya saat bekerja. "Apa saat pergi bekerja, kamu juga bersenang-senang?" Kayana membalikkan perkataan Eiser. Membuat sorot mata pria bergelar suami itu semakin gelap saja. "Aku baru tahu, kamu adalah wanita pembangkang. Aku semakin menyesal menikahimu." "Kalau begitu ceraikan!" jerit Kayana yang seketika memb

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 9. Ganti Rugi

    Kayana tidak dapat menahan keterkejutannya atas apa yang dilihatnya. Sosok pria yang dimaksud oleh anak buahnya ini memang benar adanya. Dia sosok yang tampan, dan bersahaja. Dan yang terpenting, maksud kedatangannya kemari. Dan lagi-lagi apa yang dikatakan oleh Vero benar. Pria ini memang akan menagih sesuatu seperti yang ia janjikan kepadanya. Saat acara pesta ulang tahun perusahaan keluarga suaminya, Kayana telah memberikan kerugian bagi pria itu dengan menumpahkan segelas wine pada jasnya yang mahal. Lalu ia memberi kartu nama miliknya untuk menuntut ganti rugi. "Kita bertemu lagi," ucap pria itu yang seketika menyadarkan Kayana dari lamunan."Ah ya." Kayana tersenyum kikuk. Dengan sesekali melirik ke arah Vero yang tak henti memandang takjub pada pria di hadapannya ini. "Sepertinya Anda sangat sibuk. Sulit sekali ditemui. Anda tidak bermaksud lari dari tanggung jawab 'kan, Nona?" "Ah bukan begitu. Bukankah saya sudah memberi Anda kartu nama dan di sana tertera nomor yang bis

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 8. Pria Asing

    Tentu saja itu hanya bisa Kayana ucapkan dalam hati. Meski ia membenci Eiser, tetapi melihat apa yang dilakukan Eiser terhadap Ivana, membuat sudut hati Kayana terluka. Selain berdiri, ia hanya bisa memalingkan wajahnya dengan sesekali mendongak ke atas agar buliran bening yang sedari ia tahan tidak tumpah. Pekerjaan dapur menjadi menumpuk setelah kepergian Eiser dan Ivana. Kayana memandang makanan sisa yang ditinggalkan oleh Eiser. Selera makannya seketika menghilang tak bersisa. Ia kembali ke kamar setelah menyelesaikan pekerjaan dapur. Tak ia pedulikan di mana keberadaan Eiser, terakhir kali ia melihat pria itu mengantar selingkuhannya ke kamar. Persetan bila pria itu ingin tidur di sana. Itu malah bagus, dan dirinya bisa terlepas dari pria itu malam ini. Kayana menjatuhkan bobot tubuhnya di bibir ranjang, melepas ikatan rambutnya, barulah ia merebahkan diri untuk beristirahat. Di sepertiga malam, ia dibangukan oleh suara derit pintu dan derap langkah kaki seseorang. Setengah

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status