Zizi selesai memasukkan motor kedalam kosnya Zeni, segera berkata : “Apakah aku merepotkan teman sekamarmu?” seraya berjalan mendekat kearah Zeni.Zeni yang tengah berdiri tersenyum mendengar pertanyaan dari Zizi. “Kenapa kamu menanyakan hal seperti itu? Kebetulan ada teman satu kos yang mudik sehingga dia dapat tidur dengannya. Lagian besok hari sabtu, jadwal kuliah libur. Rata-rata mahasiswa yang kos disini adalah mahasiswa dengan kelas regular.”Zeni menggandeng tangan Zizi dan berkata : “Ayo masuk kedalam kamar? Kamu masih ingat akan kamarkukan? Kamarku masih tetap belum berubah.”“Tentu saja Zeni, aku kan sering berkunjung ke kosmu. Apakah saat ini banyak teman kosmu yang mudik?”“Aku belum menanyakan lebih lanjut berapa teman kos yang mudik hari ini.” sembari membuka pintu kamarnya.“Masuklah Zizi!” ucap Zeni sembari memimpin berjalan kedalam kamar. Zizi duduk di kursi dan meletakkan ransel beserta makanan diatas meja.“Apakah kamu mau membersihkan badanmu terlebih dahulu? Ak
Rapat kepanitian orientasi mahasiswa baru tingkat fakultas masih terus berlanjut, tepat pukul 23:00 malam Rian selaku ketua tim divisi telah selesai menyampaikan pemaparannya terkait list perlengkapan dan barang yang dibawa oleh mahasiswa baru.Suasana peserta rapat mulai ramai saat Frans tampil kedepan memaparkan kinerja timnya. Dia berkata : “Tim humas kami telah melakukan semua pendistribuan surat khususnya yang bersifat urgent seperti gedung, sound system serta dosen yang kita undang untuk membuka acara inti. Mengingat pelaksanaanya adalah kurang tiga hari lagi, maka kami himbau kepada seluruh panitia untuk selalu bahu membahu dalam menyukseskan acara tersebut. Semua pos surat sudah kami dapatkan konfirmasi terkait pengambilannya, sehingga jika saat pelaksanaanya terdapat kekurangan kami siap untuk terjun di lapanagn menyelesaikan permasalah tersebut yang berkaitan dengan kerja Tim divisi Humas. Untuk beberapa agenda yang sempat berubah, dari tim kami sudah segera merevisinya. Kam
Suara Adzan subuh mulai menggema dengan suasana pagi yang mendominasi untuk tetap merasakan kehangatan dalam pelukan malam yang enggan berganti dengan kedatangan sang surya.Zeni menggeliatkan tubuhnya dan memulai membuka kedua kelopak matanya. Dia tersadar dari mimpi dan segera memulihkan kesadarannya untuk mulai bangun dari tempat tidur. Zeni melihat Zizi yang masih tertidur lelap disampingnya. Dia merasakan sedikit rasa perih pada luka yang berada di kaki kanannya. Zeni tersenyum sembari bergumam : “Aku akan mengingatnya Zizi, semua bantuanmu akan aku balas suatu saat nanti.” Dia memegang balutan perban pada kakinya.Segera dia beranjak dari tempat tidur dan mulai melangkahkan kakinya menuju kamar mandi dengan membawa baju ganti. Zeni memilih untuk mandi pagi dengan merasakan aroma sejuknya air dingin yang membuat tubuh dan pikirannya menjadi bertenaga.Tak berapa lama kemudian Zizi terjaga dari tidurnya. Dia terkejut melihat Zeni sudah tidak berada disampingnya.“Kemana Zeni? Ad
Pagi hari udara masih terasa sejuk. Hembusan angin pagi terasa menyapu disekujur tubuhnya Zeni. Motor yang membawa Zizi dan Zeni melaju cepat di jalanan Kawasan kampus. Suasana cukup lenggang dan hanya terlihat beberapa mahasiswa yang sedang lalu lalang di kawasan kampus tersebut.Tak berapa lama mereka sampai dihalaman parkir Gedung Auditorium. “Terima kasih Zizi, kamu mau masuk sekalian?” tawar Zeni.“Tidak. Aku akan segera bersiap, ada acara sebentar lagi. Zeni, kamu jangan lupa merawat lukamu, aku sudah meletakkan obat di dalam kantong plastik yang berada di atas meja.”“Aku jadi merepotkanmu Zizi? Terima kasih?”“Bukan apa-apa Zeni. Lekas masuk kedalam, kelihatannya sudah banyak mahasiswa yang berdatangan.”“Oke.”Zeni memandang Zizi yang mulai menghilang dari area parkir.Dari kejauhan terlihat Baskoro yang berjalan mendekat ke arah Zeni. Langkah kaki Baskoro dipercepat supaya dapat segera berjalan beriringan dengan Zeni.Zeni yang tidak mengetahui kedatangan Baskoro masih tet
Zeni dan Vilia sudah tiba di barisan tengah. Mereka segera berjalan diantara lorong yang memisahkan antara kursi depan dan belakang.Zeni segera duduk disamping Vilia. Terlihat keseluruhan kursi mulai terisi oleh peserta pembekalan.Zeni berkata : “Aku akan kesulitan mencari kalian ditengah barisan kursi ini, kalian lihat dengan seragam putih hitam semua sangat sulit untuk membedakan keberadaan kalian di kerumunan ini.”“Benar Zeni. Apakah kamu sudah pernah bertemu dengan anggota kelompokmu?” tanya Giant.“Belum. Kamu tahu sendiri, kemarin saat pembagian kelompok, namaku belum tercantum dan akhirnya aku menggantikan posisi Baskoro dikelompoknya.”“Siapa Baskoro? Kenapa aku tidak mengetahuinya?” tanya Rian yang duduk bersebelahan dengan Giant.“Baskoro adalah mahasiswa kedokteran, dia sempat bersitegang dengan bagian administrasi saat mengajukan perpindahan kelompok karena bersifat mendadak, untungnya namaku belum tercantum dikelompok manapun, sehingga petugas administrasi segera memas
Peserta pembekalan tugas ugas pengabdian Masyarakat masih berada di aula Gedung pengabdian Masyarakat meskipun acara pembekalan sudah selesai. Mereka memanfaatkan moment tersebut sebagai ajang pertemuan antar anggota kelompok.Giant yang duduk disebelah Vilia berkata : “Aku akan bergabung dengan teman satu kelompok, kalian apakah akan tetap disini?”Zeni yang mendengarnya segera menyahut : “Apakah kamu sudah bertemu dengan mereka? Bukankah di lembar kelompok tidak tertulis kontak person mereka? Bagaimana kamu bisa menghubungi mereka?”“Aduh Zeni! Kenapa kamu bisa lupa? Aku geli mendengar pertanyaan lugu kamu?” Vilia tersenyum menampilkan deretan gigi putihnya. “Bukankah Giant itu memiliki bakat seorang detektif? Tentu setelah dia dengan mudah mendapatkan contact person nama anggota kelompoknya, jiwa detektifnya mulai meronta-ronta untuk segera bekerja. Bukankah demikian Giant?” tanya Vilia dengan mengangkat kedua alisnya.Giant selanjutnya menepuk kepala Vilia dengan sebuah buku kec
Suasana di serambi musholla cukup ramai. Beberapa peserta pembekalan terlihat sedang rehat dengan duduk di serambi tersebut.“Teman-teman sebentar lagi aku akan berkumpul dengan teman anggota kelompokku. Tadi aku sudah melihat sebentar terkait list kelompoknya Zeni dan Rian, untuk Zeni jika kamu mengetahui Baskoro sebaiknya kamu tanyakan kepadanya, disitu tercantum mahasiswa yang satu fakultas dengan Baskoro, aku kurang tahu untuk anggota lainnya karena itu berbeda fakultas.” Giant terdiam sembari mencermati list yang tercantum nama Rian.“Adapun untuk Rian, jika kamu mengenal teman aktivis yang berasal dari Fakultas Bahasa dan Sastra tanyakan kepadanya contact personnya, salah satu anggota kelompokmu ada yang bernama Jeni, seingatku dia pernah mengikuti ajang lomba menyanyi tingkat nasional. Teman kamu pasti mengetahuinya.” kata Gian sembari menyerahkan kertas tersebut kepada Rian.Rian tersenyum sembari menerima kertas dari Giant. Dia berkata : “Benar apa yang kamu katakan Giant, a
Di Serambi musholla Giant masih berkutik dengan kertas milik Vilia. Dia sengaja mengerjai Vilia dan memperlama mencari identitas nama anggota kelompoknya Vilia.“Kapan kamu selesai Giant?” gerutu Vilia sembari melihat jam yang melingkar dipergelangan tangannya. “Ini sudah pukul 13:30 siang, aku juga mulai merasa lapar.”Giant tersenyum mendengar pertanyaan dari Vilia.Dia berkata : “Baiklah Vilia, sebaiknya kita ke kantin sekarang. Nanti cacing diperutmu meronta-ronta meminta makanan. Aku takut kamu pingsan mendadak!” seloroh Giant.“Apaan sih kamu? Mau ngerjain aku-kan? Kamu telusuri nama anggota kelompokku juga lama?” seru Vilia dengan raut wajah kesal.“Sabarlah engkau wahai Vilia yang imut? Aku sangat mengasihani kamu? Sebaiknya kita ke kantin sekarang, selagi sedang berbaik hati, aku akan mentraktirmu makan siang kali ini, Oke! Kamu tidak perlu khawatirkan mengenai penelusuranku, jika perutku sudah terisi otomatis otakku akan langsung bekerja dengan cepat. Ayolah Vilia, kita ke