Sam masih memimpin jalannya diskusi pada kelompok tugas pengabdian masyarakat. Dia menatap keseluruh anggota kelompoknya.Dia berkata : “Sebelum diskusi akan ditutup, apakah teman-teman ada yang memiliki pertanyaan terkait hasil diskusi pada pertemuan kali ini?”Arla yang baru bergabung segera mengangkat tangannya. Setelah dipersilakan oleh Sam untuk menyampaikan pendapatnya Arla segera berbicara.“Pada pertemuan diskusi kali ini, aku belum terlalu memahami secara keseluruhan untuk hasil diskusinya, mengingat tadi aku terlambat datang. Apakah ada point penting yang belum aku ketahui?”Chika segera menjawab : “Arla, tadi sudah aku sampaikan bahwa hasil diskusinya akan aku share di grup chat, termasuk point-point penting yang belum kamu ketahui. Jadi kamu tidak perlu mengkhawatirkannya.”Sam segera menambahkan apa yang barusan dikatakan oleh Chika. “Benar apa yang Chika katakan, kita akan mendapatkan hasil diskusinya di grup chat, serta kalian bisa melakukan tanya jawab pada grup chat
Kendaraan umum yang membawa Zeni berhenti tepat didepan rumah kos. Setelah membayarkan sejumlah uang untuk ongkos, Zeni turun dan berjalan memasuki kos. Dia mengucapkan salam terlebih dahulu sebelum memasuki rumah kosnya.Zeni masuk ke dalam kamar kos, terlihat Lisa sedang berkutik dengan tugas kuliah di depan laptop. Melihat kedatangan Zeni dia segera menghentikan sementara aktivitasnya.“Sudah selesai acara pembekalannya mba Zeni? Kelihatannya wajah mba Zeni sangat lelah? Makanlah terlebih dahulu mba? Aku sudah belikan makan siang sesuai permintaan dari mba Zeni dan menyimpannya di dapur.”“Aku memang lelah Lisa.” Dia meletakkan ranselnya ke kursi kosong yang tak jauh dari Lisa. “Aku mau tidur sebentar Lisa, benar-benar hari ini sangat menguras tenaga dan pikiranku.” Zeni membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur.“Kenapa mba Zeni tidak makan terlebih dahulu jika ingin tidur? Aku melihat ada obat luka yang berada diatas meja. Apakah mba Zeni terluka?”“Aku hanya ingin merebahkan
Zeni menutup pintu kos dan berjalan masuk kedalam kamar kos.“Siapa mba? Aku baru pertama kali melihat mereka datang ke kos ini?” tanya Lisa setelah melihat Zeni masuk kedalam kamar.Zeni duduk disebelah Lisa dengan menaruh amplop diatas meja.“Dia teman satu kelompok dalam tugas pengabdian masyarakat, aku juga baru pertama kali bertemu tadi pagi di aula gedung Auditorium.”Zeni mengambil buku dan ponsel dari dalam ransel kemudian meletakkannya di atas meja.“Pantas saja, wajahnya asing. Apakah ada kepentingan yang sangat penting sehingga dia sampai mendatangi mba Zeni?”“Aku dimintai tolong untuk membantu memberikan surat ijin saat tugas pengabdian masyarakat. Baiklah aku akan segera menyelesaikan membuat anggaran untuk program kerja tugas pengabdian masyarakat.”“Oke. Selamat mengerjakan! Tetap semangat ya?” ucap Lisa. Dia kembali melanjutkan aktivitasnya mengerjakan tugas kuliah.Zeni segera berkutik dengan angka untuk menyelesaikan membuat anggaran program kerja. Disusunnya anggar
Tante Denti segera menimpali : “Kalian tidak perlu sungkan, kami memang sudah menyiapkan sedikit makanan ringan untuk kalian. Cobalah! Sembari kalian melepas lelah. Perjalanan dari kampus sampai ke rumah sakit ini memang cukup menguras tenaga dengan waktu tempuh yang cukup lama.”“Baiklah Tante Denti, kami senang mendapat jamuan makanan dari tante dan ibunya Zeni, sebenarnya kedatangan kami hanya untuk mengunjungi ibunya Zeni tidak lebih dari itu.” kata Giant sembari tersenyum lebar dan melanjutkan pembicaraannya. “Kami justru mendapatkan bonus makanan di rumah sakit, wah jiwa anak kos tentu tidak menolak rejeki tersebut.” kelakar Giant.Vilia yang mendengar perkataan Giant segera menyahut : “Ibunya Zeni dan Tante Denti jangan hiraukan perkataan Giant, dia memang terkadang suka bercanda.”“Tante malah senang jika kalian suka bercanda. Mari tante antar menuju ke sofa yang berada di ujung ruangan ini.”“Tentu saja tante. Ibunya Zeni kami berpindah duduk diseberang, tenang saja kami masi
“Benar apa yang kamu katakan Nina. Semua akan menjadi pelajaran yang beharga untukku. Kamu bersifat bijak dan penyayang Nina.” ucap Ibunya Zeni.Tante Denti yang sembari tadi hanya terdiam segera berbicara : “Nina kamu sudah cukup dewasa bisa memberi petuah kepada ibunya Zeni, tante senang Zeni punya teman sepertimu. Dimanakah tempat tinggalmu Nina? Jika ada waktu senggang tante ingin berkunjung ke rumahmu.”“Dengan senang hati tante, pintu rumahku selalu terbuka untuk menyambut kedatangan keluarganya Zeni. Aku tinggal di komplek perumahan Metro Pelita.” ucap Lisa dengan tulus.Ibunya Zeni tersenyum mendengar perkataan dari Nina. Dia berkata : “Kalian segeralah bergabung dengan Vilia dan Giant. Lisa sudah menempuh perjalanan yang cukup jauh pasti kamu kelelahan. Tante Denti sudah menyiapkan makanan ringan. Nikmatilah suguhan yang kami sediakan secara ala kadarnya.”“Mari Lisa dan Nina, kita segera berpindah duduk di sofa. Biarkan ibunya Zeni beristirahat sebentar. Tante akan menemani
“Zizi apakah kamu memiliki perasaan yang khusus dengan Baskoro? Aku tidak punya hubungan apapun. Pertemuan kami karena faktor ketidaksengajaan. Saat itu pengumuman kelompok tugas pengabdian Masyarakat dan namaku belum tercantum di kelompok manapun, akhirnya aku dibantu Rian dan Giant untuk mengurusnya di bagian adminstrasi. Saat itu aku bertemu dengan Baskoro karena aku menggantikan posisi pada kelompoknya sementara dia berpindah ke kelompok lain.”Zizi terdiam, sorot matanya tajam menelisik raut wajah Zeni untuk mengetahui kebenaran perkataannya. Dia berkata : “Aku tidak memiliki perasaan apapun dengan Baskoro. Aku memang tidak mengetahui jika kamu mengenal Baskoro atas faktor ketidaksengajaan, sudahlah jangan permasalahkan hal tersebut. Ayo bergegas kita masuk ke ruang rapat.”“Baiklah Zizi.” ucapnya dengan tersenyum. “Mulai sekarang aku harus menutup percakapan dengan Zizi terkait Baskoro, perasaanku mengatakan Zizi memiliki ketertarikan dengan Baskoro.” batinnya.Mereka duduk dib
Lintang masih terpaku mendengar ucapannya Zeni. Jauh di lubuk hatinya dia merasa kesal atas sikap Nano yang dilakukan terhadap Zizi. Meskipun Nano adalah tangan kanan dari Rian namun dia tidak boleh menggunakan wewenangnya untuk mendepak Zizi tanpa alasan yang jelas.“Aku tidak tahu apa yang ada pada pikiran Nano? Apakah semalam ada masalah serius saat rapat kepanitiaan mahasiswa tingkat fakultas? Sehingga sampai terbawa sampai pada rapat pagi ini.”“Kamu seharusnya lebih mengenal Nano? Kamu sering dipertemukan dalam satu organisasi dengan Nano. Aku tidak tahu kenapa Zizi pagi ini juga sensitive saat aku membicarkan Baskoro. Apakah kamu dapat mencari informasi terkait kedekatan Baskoro dengan Zizi? Sungguh perasaanku mengatakan bahwa Zizi menaruh hati terhadap Baskoro.”“Kenapa kamu tidak tanyakan kepada Giant, dia jago dan mahir untuk menyelidiki seseorang?” ucap Lintang sembari tertawa cekikikan.“Kamu mau meledekku Lintang? Kamu jangan menaruh kertas di atas api nanti terbakar. Ri
Frans menatap tajam ke arah Zizi yang saat ini tengan duduk didepannya. Roy yang berada disamping Frans juga tak melepaskan sorot matanya kepada Zizi.“Zizi, kamu harus menghormati keputusan yang telah kami diskusikan terkait keikutsertaanmu dalam kepanitiaan mahasiswa baru di tingkat jurusan. Ada pengajuan komplain dari salah satu ketua divisi terkait kinerja dan ucapanmu yang dengan terus terang mengatakan bahwa kamu masuk kedalam timnya Frans, padahal jalur kamu masuk ke dalam kepanitiaan tingkat jurusan adalah dengan bantuan Rian. Atas dasar ini supaya tidak terjadi pemahaman yang salah karena ditakutkan adanya pencaplokan anggota antar tim, maka sidang ini digelar untuk meluruskannya.” kata Rian dalam sidang siang hari ini.Frans tersenyum melihat Zizi, dia mengacungkan jempolnya atas keberaniannya mengutarakan pendapat.“Aku salut kepadamu Zizi, aku mengetahuimu hanya sebatas teman antar aktivis serta keikutsertaanmu dalam keanggotaan dalam organisasi di tingkat jurusan maupun f
Zeni mengambil ponselnya dan menghubungi Baskoro. Sesaat panggilan mulai terhubung.“Hallo Zeni. Apakah kamu sudah bertemu dengan driver?” tanya Baskoro melalui sambungan telepon.“Aku sudah bertemu dengan driver dan saat ini sedang dalam perjalanan. Baskoro, aku akan pergi ke kantor sebentar untuk melakukan absensi online dan bertemu dengan pak Leon. Apakah kamu tidak keberatan?”“Tentu saja aku tidak keberatan. Driver akan mengantarkanmu ke kantor sebelum pergi ke rumah sakit.”“Baiklah… Bagaimana kondisi bapak Hutama?”“Keadaannya jauh lebih baik dibandingkan tadi malam. Saat ini bapak sedang sarapan pagi ditemani oleh Ibu dan Om Laksana.”“Syukurlah jika kondisi pak Hutama semakin baik. Sebentar lagi aku akan sampai di kantor, aku tutup teleponnya sekarang Baskoro.”“Siapa yang meneleponmu Baskoro?” tanya Galuh tepat berada didepan Baskoro.“Tante!” kata Baskoro dengan terkejut. “Kapan tante Galuh datang ke balkon ini? Kenapa aku tidak menyadari kedatangan tante?”“Aku baru saja d
Laksana dan Galuh masuk ke dalam ruang perawatan. Dia melihat Baskoro sedang berbicara dengan seorang perawat yang berdiri tak jauh dari Hutama. Galuh segera duduk disamping Indraswari.“Kak, bersabarlah! Aku yakin kak Hutama segera sembuh. Jika kak Indraswari sudah lelah, istirahatlah! Biarkan aku dan Laksana yang menjaga kak Hutama.”“Aku belum lelah Galuh. Nanti saja sekalian aku menunggu Ardiansyah.” ucapnya dengan sedih.“Kak Hutama memiliki semangat hidup yang tinggi, tentu dia akan lekas sembuh. Kak Indraswari tidak perlu larut dalam kesedihan.”“Benar apa yang kamu katakan Laksana, Hutama memang tipe orang yang bersemangat dan memilki optimis yang tinggi. Aku hanya merasa shock atas kesehatan Hutama yang tiba-tiba jatuh sakit. Selama aku hidup berumah tangga dengannya dia tidak pernah sakit parah. Ini adalah pertama kalinnya.”“Kak Hutama sudah tidak muda lagi, tentu energinya tidak seperti dulu. Yang sama hanyalah semangat hidupnya yang masih berjiwa muda. Kemarin dia sakit s
“Tidak tante Galuh. Aku hanya terkejut saja atas pertanyaan yang tiba-tiba menyudutkanku untuk segera menikah. Aku benar-benar belum memilki teman dekat laki-laki yang cocok dan sesuai dengan kriteriaku.”“Apakah kamu memiliki masalah? Tante berpikir jika kamu memiliki pergaulan yang luas, sehingga tidaklah sulit untuk mendapatkan pasangan hidup.”“Itu tidak semudah yang tante lihat. Aku merasa belum waktunya untuk menikah, usiaku juga belum memasuki kepala tiga, jadi aku masih memiliki waktu untuk menikmati masa lajangku.”“Tidak seperti itu Adiratna, kamu adalah anak perempuan satu-satunya dari kak Hutama, jadi kedua orang tuamu tentu lebih memperhatikan masa depanmu. Mungkin tante dan om Laksana bisa membantumu untuk mengenalkan beberapa lelaki yang pantas untukmu.”“Lakukan saja Galuh! Aku juga pernah memikirkan hal tersebut dengan Hutama, namun karena kami jarang bertemu ditambah dengan kesibukan masing-masing, rencana kami belum terlaksana sampai saat ini.”“Apakah kak Indraswar
Baskoro dan pak Archery segera berjalan masuk ke dalam rumah sakit. Mereka segera menuju ke lift yang membawanya menuju ke lantai dua.“Apakah kamu sudah mengetahui di ruang mana Hutama menjalani perawatan?” “Sudah pak Archery, prof. Jack telah mengirim pesan mengenai ruangan yang digunakan untuk perawatan bapak.”“Oh… benar! Aku hampir lupa. Kamu adalah calon dokter. Apakah kamu sebentar lagi akan menuntaskan kuliahmu?”“Kemungkinan tahun ini aku akan wisuda. Bulan depan aku akan menjalani sidang skripsi.”“Aku salut kepadamu Baskoro. Hutama dan Indraswari pandai mendidik kamu. Selain kamu kuliah saya dengar kamu juga sudah memiliki bisnis. Di usiamu yang cukup muda kamu sudah mendulang kesuksesan.” “Apa yang pak Archery katakan itu sungguh berlebihan. Aku merasa posisiku masih stagnan dan belum ada perkembangan apapun. Bisnis yang aku geluti pun belum berkembang dengan pesat dan masih berskala nasional.”“Apa kamu pikir aku tidak mengetahui bisnismu Baskoro? Kamu telah bekerjasama
Ibu Indraswari mulai menguraikan pelukannya. Perlahan dia mengusap bulir air mata yang mengalir di kedua pipinya.“Ibu tidak tahu mengapa tiba-tiba bapakmu sakit. Tadi saat sedang minum teh di ruang tengah ibu meninggalkan bapakmu sebentar untuk mengambil kudapan di dapur. Saat itu dia masih sehat, kami memang sedang menunggu kerabat dari keluarga bapak yang akan berkunjung ke rumah. Ibu terkejut melihat bapakmu sudah pingsan sekembali dari dapur. Segera ibu memanggil pelayan untuk membawanya menuju ke kamar.”“Setahuku bapak sehat selama ini. Apa ibu menyembunyikan sesuatu dari ku? Apa bapak menderita penyakit tertentu? Tidak mungkin bapak pingan secara tiba-tiba.”“Sudahlah Baskoro! Kamu jangan menyudutkan ibu dengan berbagai pertanyaanmu. Ibu juga tidak tahu sama seperti kita. Sebaiknya kita menunggu dokter memeriksa bapak.” kata Ardiansyah.Om Laksana yang baru saja masuk ke dalam kamar, melihat sedikit keributan yang muncul antara Baskoro dan Ardiansyah. Dia segera berjalan mende
Sesampainya di kamar kos, Lisa mengajak Zeni duduk. “Sebentar mba Zeni, tunggulah disini. Aku menaruh barangnya di motor.” Lisa bergegas keluar dari kamar.Tak lama kemudian Lisa kembali dengan membawa satu buah paper bag dan meletakkannya di atas meja.“Ini mba Zeni, terimalah. Aku tadi sempat mampir ke butik dan aku lihat ini cocok untuk mba Zeni. Cobalah!”“Aku tidak mau merepotkanmu Lisa. Kenapa kamu membelikan ini untukku? Apakah ini kado pernikahan darimu?” kata Zeni sembari membuka paper bag tersebut.Lisa segera duduk disamping Zeni. “Itu bukan kado pernikahan untuk mba Zeni, tapi kenang-kenangan dariku. Mba Zeni sebentar lagi akan melakukan tugas pengabdian masyarakat selama satu bulan dan setelah itu pasti mba sibuk untuk mempersiapkan pernikahan dan tentunya akan mengambil libur kuliah beberapa hari kan? Setelah itu kita pasti jarang bertemu, apalagi fakultas kita berbeda. Aku pasti merindukan mba Zeni.”“Apa yang kamu katakan Lisa? Kamu jangan lebay seperti Lintang, seol
Siang hari Zeni masih berkutik didepan laptop sampai suara nada dering ponsel membuyarkan konsentrasi Zeni. Dia segera mengambil ponselnya dan menjawab panggilan telepon dari Lintang.“Assalamu’alaikum Lintang? Bagaimana kabarmu?” “Wa’alaikumussalam Zeni. Apakah kamu saat ini berada di kos? Aku sekarang sedang di kampus, rencananya aku mau menemuimu karena kamu tidak berangkat ke kampus?”“Iya Lintang, aku ingin rehat sebentar. Aku tunggu kamu di kos. Datanglah sekarang!”“Oke Zeni. Aku akan segera ke kosmu sekarang.” Tak berapa lama kemudian Lintang sudah berada didepan kos. Dia mengetuk pintu kos Zeni sembari mengucapkan salam. Zeni segera berjalan menuju ke ruang tamu saat mendengar ucapan salam. Dibukanya pintu kos, dia tersenyum melihat Lintang sudah berada didepannya.“Masuklah! Aku senang akhirnya kamu datang ke kos?”Lintang segera masuk ke dalam kos. Zeni menutup pintu kos dan menguncinya. Dia memandu Lintang untuk berjalan menuju ke kamarnya.“Kenapa kosmu sepi sekali? Dim
Tepat pukul 20:30 malam Zeni sampai di kos. Dia segera masuk ke dalam kamar dan meletakkan paper bag di atas meja. Diambilnya baju didalam lemari dan segera melangkahkah kakinya berjalan keluar dari dalam kamar menuju ke kamar mandi.Lisa masuk ke dalam kamar. Dia melihat kamarnya kosong tidak menemukan Zeni.Dia bergumam : “Kemana mba Zeni? Sepertinya tadi mba Zeni sudah pulang ke kos?” sesaat pandangan matanya tertuju pada paper bag di atas meja.“Berarti benar jika mba Zeni sudah pulang.” bisiknya lirih.Zeni muncul dari balik pintu. Dia melihat Lisa sudah duduk di depan meja.“Dari mana kamu Lisa? Kenapa aku baru melihatmu?” tanya Zeni sembari masuk ke dalam kamar.“Tadi aku baru menemani Nina untuk memfotokopi beberapa tugas kelompok. Aku tadi melihat ada mobil yang keluar dari halaman kos kita. Berarti benar, tadi mba Zeni diantar oleh Baskoro?”“Benar Lisa. Apakah kamu melihat Baskoro?”Lisa menggelengkan kepalanya.“Tidak mba. Saat itu mobilnya melaju dengan cepat, aku tidak s
“Hallo Baskoro! Ibu sekarang sudah berada di depan café. Keluarlah! Ibu mau bertemu dengan kamu dan Zeni. Ibu tunggu sekarang!” kata Ibu Indraswari melalui sambungan telepon.“Baiklah ibu. Aku dan Zeni akan segera menemui ibu.” Baskoro segera menutup panggilan telepon.“Kami akan pulang terlebih dahulu, ibu sudah menunggu kami di depan Café. Bill nya biar aku yang bayar.” ucap BaskoroBaskoro segera melambaikan tangannya kepada pelayan café. Seorang pelayan café datang.Dia berkata : “Ada yang perlu aku bantu Tuan?”“Tolong berikan bill untuk seluruh pesanan pada meja ini?” “Baiklah Tuan. Tunggu sebentar aku akan ke kasir untuk mengambilkan catatan billnya.” pelayan segera berlalu dari hadapan Baskoro. Sesaat kemudian pelayan datang sembari menyerahkan kertas bill kepada Baskoro.Baskoro segera mengelurkan sejumlah uang untuk membayar pesanan makanan tersebut.“Aku akan pulang nanti Baskoro. Ada hal yang masih ingin aku bicarakan dengan Frans. Berhati-hatilah selama dalam perjalanan