Frans menatap tajam ke arah Zizi yang saat ini tengan duduk didepannya. Roy yang berada disamping Frans juga tak melepaskan sorot matanya kepada Zizi.“Zizi, kamu harus menghormati keputusan yang telah kami diskusikan terkait keikutsertaanmu dalam kepanitiaan mahasiswa baru di tingkat jurusan. Ada pengajuan komplain dari salah satu ketua divisi terkait kinerja dan ucapanmu yang dengan terus terang mengatakan bahwa kamu masuk kedalam timnya Frans, padahal jalur kamu masuk ke dalam kepanitiaan tingkat jurusan adalah dengan bantuan Rian. Atas dasar ini supaya tidak terjadi pemahaman yang salah karena ditakutkan adanya pencaplokan anggota antar tim, maka sidang ini digelar untuk meluruskannya.” kata Rian dalam sidang siang hari ini.Frans tersenyum melihat Zizi, dia mengacungkan jempolnya atas keberaniannya mengutarakan pendapat.“Aku salut kepadamu Zizi, aku mengetahuimu hanya sebatas teman antar aktivis serta keikutsertaanmu dalam keanggotaan dalam organisasi di tingkat jurusan maupun f
"Benar apa yang kamu katakan Lintang. Aku kira Zizi cuma bercanda, ternyata dia memang belum siap untuk rapat sampai petang. Semoga saja dia saat bergabung di kepanitian tingkat Fakultas menjadi lebih baik, karena dia didampingi Frans dan Roy yang tentu saja selalu mendukungnya." "Aku kurang yakin Zizi mampu kecuali ada backing dari orang yang kuat. Semoga saja dia cepat menyusul ketertinggalan dalam kepanitiaan tingkat fakultas." "Semoga saja Lintang. Aku harap Zizi cepat beradaptasi dalam kepanitiaan di tingkat fakultas." Terdengar dering ponsel Zeni. Dia segera mengambil ponsel dan menjawab panggilan telepon. "Assalamu'alaikum, maaf Baskoro besok aku tidak bisa berangkat bersama ke kantor untuk interview?" "Wa'alaikumussalam Zeni. Kenapa kamu berubah pikiran? Atau karena ada permasalahan dengan Zizi yang mengganggu pertemanan kalian? Janganlah tolak penawaran ku Zeni? Aku sekalian akan bertemu dengan Bapak Trias. Dia yang akan melakukan interview dengan kamu." "Aku tida
"Tentu saja Zeni, aku akan kirim sekarang Filenya. teleponnya aku tutup sekarang." ucap Joy.Zeni membuka notifikasi pesan masuk dari pak Joy. Dia membaca surat pernyataan dengan hati-hati.[ 1. Tuan Ayyash selaku pemilik proyek PT Andalan menyatakan bahwa saudari Zeni diangkat sebagai anak angkat Tuan Ayyash sehingga seluruh pembiayaan yang mencakup dana Pendidikan, biaya hidup sehari-hari, biaya kesehatan serta dana insidental sudah tercover oleh Tuan Ayyash. Ini merupakan salah satu bentuk tanggung jawab Tuan Ayyash yang atas kelalaiannya mengakibatkan kecelakaan kerja mengakibatkan Alm. Abdillah meninggal dunia. Pemberian dana tersebut diberikan kepada saudari Zeni sampai dia berumur 25 tahun atau pun sudah menikah sebelum umur tersebut. ]Deg…. Zeni terkejut membaca surat pernyataan tersebut. Dahi Zeni berkerut saat mencermati point pertama isi surat tersebut. Dia tidak menyangka Tuan Ayyash akan bertanggung jawab sampai sejauh itu. Segera dia menghubungi pak Joy untuk melakukan
Garvin tersenyum smirk sembari menatap Frans. “Apa yang telah kamu perbuat? Akankah semuanya itu dapat berjalan dengan lancar? Aku kurang yakin Frans. Meskipun Baskoro adalah saudara kamu, namun untuk urusan kisah cintanya dia akan tetap berjuang walaupun kamu menjadi rivalnya. Sebaiknya kamu bersikap hati-hati terhadap Baskoro.” “Aku sudah mengetahuinya. Kamu tidak perlu mengkhawatirkanku. Sebenarnya aku dan Baskoro baru berdamai setelah hampir setahun kami perang dingin. Yah… itupun dia yang mengambil inisiatif untuk berdamai.” kata Frans. “Semoga saja untuk masalah ini tidak sampai berujung pada konflik yang berkepanjangan. Aku tahu kalian pasti memiliki jalan keluar terhadap permasalahan yang terjadi diantara kalian berdua.” ucap Garvin sembari tersenyum miris membayangkan perseteruan diantara mereka. “Apakah kamu akan pulang sekarang Garvin?” Frans melihat jam tangan Rolex yang melingkar dipergelangan tangannya. “Hampir tengah malam.” Garvin menggelengkan kepalanya. “Tid
“Bagaimana Baskoro? Apakah kamu membutuhkan bantuanku? Aku siap sedia mengulurkan tangan untuk menggapai kebahagiaanmu.” “Baiklah Samura. Untuk saat ini aku ingin Zeni bekerja ditempatmu. Tolong kamu atur dengan baik. Aku akan mencari cara untuk sering bernteraksi dengan Zeni. Sebaiknya aku pergi sekarang, sebentar lagi acaranya akan dimulai.” “Baiklah Baskoro. Aku akan membantumu seperti apa yang kamu inginkan. Segeralah berangkat, pastikan kamu tidak telat.” Baskoro segera keluar dari ruangan samura. Dia percepat langkahnya untuk sampai di halaman kantor. Segera dia masuk kedalam mobil dan mulai melajukan mobilnya menuju ke balai kota. Tak berapa lama kemudian Zeni dan sekretaris Samura masuk ke dalam ruangan. “Tuan Samura, ibu Linda sudah selesai melakukan interview dengan Zeni. Apakah ada hal lain yang perlu aku bantu?” tanyanya dengan sopan. “Tidak. Segeralah kamu kembali bekerja. Aku akan melakukan interview dengan Zeni.” “Baiklah Tuan Samura.” segera dia pergi dar
Lintang yang melihat Zeni salah tingkah tersenyum samar. Dia sengaja memberikan ruang kosong untuk Zeni merenung. Lintang masih fokus mendengarkan penjelasan dari Baskoro yang sedang menjadi pembicara pada acara kali ini.Zeni yang merasa didiamkan oleh Lintang segera berkata : “Apakah ini juga surprise darimu?” sembari menolehkan kepalanya kepada Lintang.Lintang tersenyum geli mendengar pertanyaan dari Zeni.“Aku tidak tahu Zeni, jika ini merupakan sebuah kebetulan yang tidak disengaja. Aku juga baru tahu, jika Baskoro yang menjadi pembicara pada acara kali ini. Aku kurang jeli saat membaca surat undangan. Sepertinya pembicaranya bukan hanya satu orang, karena acara ini berlangsung sampai sore. Memang kenapa Zeni? Apakah ada masalah. Kamu tidak perlu sungkan terhadap Zizi. Jika Baskoro lebih memilih kamu, kamu harus siap bersaing dengan Zizi. Ingat Zeni! Kita hidup selalu dihadapkan dengan kompetisi.”“Kamu jangan berpikir yang aneh-aneh Lintang? Baskoro dan aku tidak ada hubungan a
“Sudahlah Lintang, sebaiknya kita instrospeksi diri. Suasana hati seseorang selalu berubah-ubah, ayolah kita keluar, ini jam istirahat.”Lintang dan Zeni segera keluar dari ruangan tersebut. Mereka memilih duduk di taman yang berdekatan dengan Balai kota.“Apakah kamu besok ada acara Zeni? Sebelum kamu bekerja aku ingin kita menghabiskan waktu bersama. Meskipun bekerja dengan sistem WFH namun menurutku waktumu juga akan terbatas.”“Iya Lintang, tentu setelah aku sibuk bekerja, aku sedikit memiliki waktu luang. Bukankah besok kita akan bertemu untuk rapat kepanitiaan penerimaan mahasiswa baru tingkat jurusan?”“Benarkah Zeni? Aku benar-benar lupa. Besok rapatnya jam berapa?”“Seingatku jam 16:00 sore rapatnya akan dimulai. Sembari menunggu teman aktivis yang sedang bertugas pada orientasi mahasiswa baru di tingkat fakultas.”“Zeni! Apakah kamu tidak merasa aneh? Bukannya Zizi sudah menjadi panitia orientasi di tingkat fakultas? Kenapa dia justru datang di seminar ini? Seharusnya saat i
Zeni masih terdiam melihat isi tote bagnya yang bebeda dengan Lintang. Dia tidak menyangka sore ini mendapat sebuah kejutan. Dahinya berkerut mencoba menebak siapa pengirimnya. Lintang yang melihat Zeni masih merenung segera berkata : “Zeni sebaiknya kita pulang, nanti kita tidak kesorean sampai di kos. Atau kamu mau berada disini menunggu kedatangan seorang pangeran yang mengirimkan tote bagnya kepada kamu.” sembur Lintang dengan kelakarnya. “Apaan kamu Lintang? Benar apa katamu, sebaiknya kita pulang sekarang.” seraya Zeni beranjak dari tempat duduk. Mereka berdua berjalan keluar dari ruangan tersebut. Sepasang mata memperhatikan gerak-gerik mereka dari kejauhan. Baskoro tersenyum puas, dia yakin surat yang dia tulis akan dibaca oleh Zeni. Motor metic yang dikendarai Lintang membawa Zeni membelah jalanan kota Surabaya pada sore hari. Lintang dengan lihai mencari jalan alternatif untuk menghindari kemacetan jalan. “Zeni kita akan lewat daerah pinggiran kota, kita pulang bertepat