"Tentu saja Zeni, aku akan kirim sekarang Filenya. teleponnya aku tutup sekarang." ucap Joy.Zeni membuka notifikasi pesan masuk dari pak Joy. Dia membaca surat pernyataan dengan hati-hati.[ 1. Tuan Ayyash selaku pemilik proyek PT Andalan menyatakan bahwa saudari Zeni diangkat sebagai anak angkat Tuan Ayyash sehingga seluruh pembiayaan yang mencakup dana Pendidikan, biaya hidup sehari-hari, biaya kesehatan serta dana insidental sudah tercover oleh Tuan Ayyash. Ini merupakan salah satu bentuk tanggung jawab Tuan Ayyash yang atas kelalaiannya mengakibatkan kecelakaan kerja mengakibatkan Alm. Abdillah meninggal dunia. Pemberian dana tersebut diberikan kepada saudari Zeni sampai dia berumur 25 tahun atau pun sudah menikah sebelum umur tersebut. ]Deg…. Zeni terkejut membaca surat pernyataan tersebut. Dahi Zeni berkerut saat mencermati point pertama isi surat tersebut. Dia tidak menyangka Tuan Ayyash akan bertanggung jawab sampai sejauh itu. Segera dia menghubungi pak Joy untuk melakukan
Garvin tersenyum smirk sembari menatap Frans. “Apa yang telah kamu perbuat? Akankah semuanya itu dapat berjalan dengan lancar? Aku kurang yakin Frans. Meskipun Baskoro adalah saudara kamu, namun untuk urusan kisah cintanya dia akan tetap berjuang walaupun kamu menjadi rivalnya. Sebaiknya kamu bersikap hati-hati terhadap Baskoro.” “Aku sudah mengetahuinya. Kamu tidak perlu mengkhawatirkanku. Sebenarnya aku dan Baskoro baru berdamai setelah hampir setahun kami perang dingin. Yah… itupun dia yang mengambil inisiatif untuk berdamai.” kata Frans. “Semoga saja untuk masalah ini tidak sampai berujung pada konflik yang berkepanjangan. Aku tahu kalian pasti memiliki jalan keluar terhadap permasalahan yang terjadi diantara kalian berdua.” ucap Garvin sembari tersenyum miris membayangkan perseteruan diantara mereka. “Apakah kamu akan pulang sekarang Garvin?” Frans melihat jam tangan Rolex yang melingkar dipergelangan tangannya. “Hampir tengah malam.” Garvin menggelengkan kepalanya. “Tid
“Bagaimana Baskoro? Apakah kamu membutuhkan bantuanku? Aku siap sedia mengulurkan tangan untuk menggapai kebahagiaanmu.” “Baiklah Samura. Untuk saat ini aku ingin Zeni bekerja ditempatmu. Tolong kamu atur dengan baik. Aku akan mencari cara untuk sering bernteraksi dengan Zeni. Sebaiknya aku pergi sekarang, sebentar lagi acaranya akan dimulai.” “Baiklah Baskoro. Aku akan membantumu seperti apa yang kamu inginkan. Segeralah berangkat, pastikan kamu tidak telat.” Baskoro segera keluar dari ruangan samura. Dia percepat langkahnya untuk sampai di halaman kantor. Segera dia masuk kedalam mobil dan mulai melajukan mobilnya menuju ke balai kota. Tak berapa lama kemudian Zeni dan sekretaris Samura masuk ke dalam ruangan. “Tuan Samura, ibu Linda sudah selesai melakukan interview dengan Zeni. Apakah ada hal lain yang perlu aku bantu?” tanyanya dengan sopan. “Tidak. Segeralah kamu kembali bekerja. Aku akan melakukan interview dengan Zeni.” “Baiklah Tuan Samura.” segera dia pergi dar
Lintang yang melihat Zeni salah tingkah tersenyum samar. Dia sengaja memberikan ruang kosong untuk Zeni merenung. Lintang masih fokus mendengarkan penjelasan dari Baskoro yang sedang menjadi pembicara pada acara kali ini.Zeni yang merasa didiamkan oleh Lintang segera berkata : “Apakah ini juga surprise darimu?” sembari menolehkan kepalanya kepada Lintang.Lintang tersenyum geli mendengar pertanyaan dari Zeni.“Aku tidak tahu Zeni, jika ini merupakan sebuah kebetulan yang tidak disengaja. Aku juga baru tahu, jika Baskoro yang menjadi pembicara pada acara kali ini. Aku kurang jeli saat membaca surat undangan. Sepertinya pembicaranya bukan hanya satu orang, karena acara ini berlangsung sampai sore. Memang kenapa Zeni? Apakah ada masalah. Kamu tidak perlu sungkan terhadap Zizi. Jika Baskoro lebih memilih kamu, kamu harus siap bersaing dengan Zizi. Ingat Zeni! Kita hidup selalu dihadapkan dengan kompetisi.”“Kamu jangan berpikir yang aneh-aneh Lintang? Baskoro dan aku tidak ada hubungan a
“Sudahlah Lintang, sebaiknya kita instrospeksi diri. Suasana hati seseorang selalu berubah-ubah, ayolah kita keluar, ini jam istirahat.”Lintang dan Zeni segera keluar dari ruangan tersebut. Mereka memilih duduk di taman yang berdekatan dengan Balai kota.“Apakah kamu besok ada acara Zeni? Sebelum kamu bekerja aku ingin kita menghabiskan waktu bersama. Meskipun bekerja dengan sistem WFH namun menurutku waktumu juga akan terbatas.”“Iya Lintang, tentu setelah aku sibuk bekerja, aku sedikit memiliki waktu luang. Bukankah besok kita akan bertemu untuk rapat kepanitiaan penerimaan mahasiswa baru tingkat jurusan?”“Benarkah Zeni? Aku benar-benar lupa. Besok rapatnya jam berapa?”“Seingatku jam 16:00 sore rapatnya akan dimulai. Sembari menunggu teman aktivis yang sedang bertugas pada orientasi mahasiswa baru di tingkat fakultas.”“Zeni! Apakah kamu tidak merasa aneh? Bukannya Zizi sudah menjadi panitia orientasi di tingkat fakultas? Kenapa dia justru datang di seminar ini? Seharusnya saat i
Zeni masih terdiam melihat isi tote bagnya yang bebeda dengan Lintang. Dia tidak menyangka sore ini mendapat sebuah kejutan. Dahinya berkerut mencoba menebak siapa pengirimnya. Lintang yang melihat Zeni masih merenung segera berkata : “Zeni sebaiknya kita pulang, nanti kita tidak kesorean sampai di kos. Atau kamu mau berada disini menunggu kedatangan seorang pangeran yang mengirimkan tote bagnya kepada kamu.” sembur Lintang dengan kelakarnya. “Apaan kamu Lintang? Benar apa katamu, sebaiknya kita pulang sekarang.” seraya Zeni beranjak dari tempat duduk. Mereka berdua berjalan keluar dari ruangan tersebut. Sepasang mata memperhatikan gerak-gerik mereka dari kejauhan. Baskoro tersenyum puas, dia yakin surat yang dia tulis akan dibaca oleh Zeni. Motor metic yang dikendarai Lintang membawa Zeni membelah jalanan kota Surabaya pada sore hari. Lintang dengan lihai mencari jalan alternatif untuk menghindari kemacetan jalan. “Zeni kita akan lewat daerah pinggiran kota, kita pulang bertepat
Zeni merebahkan badannya di atas tempat tidur. Pikirannya masih tertuju pada surat tersebut. Dia bergumam : “Apakah surat dari Baskoro sebagai sebuah isyarat atas kebimbangannya terhadap bantuan yang diberikan dari Tuan Ayyash? Ini seperti sebuah jembatan yang saling menghubungkan satu sama lain.”Dalam kegundahan hatinya, dia merasakann rasa lelah menghampiri dirinya. Perlahan dia mulai tertidur.Tepat tengah malam jam 02:00 dini hari Zeni terbangun. Segera dia pergi ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Rakaat demi rakaat dia tunaikan dengan khusyuk tak lupa untaian doa dia panjatkan atas permasalahan yang dia alami. Dia bersimpuh memohon pertolongan Rabb semesta alam atas ketidakberdayaan dirinya terhadap masalah yang menimpa hidupnya. Rasa tenang mulai merajai hati dan pikirannya setelah dia memasrahkan dirinya kepada Rabbnya. Dia pun meminta petunjuk atas pilihan hidupnya.Keesokan harinya seluruh penghuni kos mulai beraktivitas, Zeni masih dikamar berkutat dengan isi Tote b
“Lintang aku ke gazebo Adam Smith sekarang, aku tidak mau Frans menungguku?” kata Zeni selepas selesai melakukan sholat Ashar di Musholla.“Baiklah Zeni, aku menunggumu di gazebo David Ricardo. Ingatlah! Aku memantau kalian, aku tidak ingin kamu terkena amarah Frans akibat permasalahan yang terjadi pada Zizi.” ucapnya. Lintang sengaja menunggu Zeni di gazebo David Ricardo yang letaknya agak berjauhan dengan gazebo Adam Smith karena memudahkan Lintang untuk mengawasi mereka.Zeni segera berjalan menuju ke gazebo Adam Smith. Gazebo ini merupakan gazebo yang terbesar di fakultas Ekonomi selain tempatnya yang strategis juga memiliki akses view yang indah dibandingkan gazebo lainnya.Pandangan mata Zeni segera melihat kesekeliling gazebo Adam smith, terlihat ada tiga mahasiswa baru yang tengah duduk di gazebo tersebut. Dia belum melihat keberadaannya Frans. Zeni segera memilih duduk di kursi panjang yang menghadap ke gazebo David Ricardo sembari menunggu kedatangan Frans.“Zeni.” terdeng
Zeni mengambil ponselnya dan menghubungi Baskoro. Sesaat panggilan mulai terhubung.“Hallo Zeni. Apakah kamu sudah bertemu dengan driver?” tanya Baskoro melalui sambungan telepon.“Aku sudah bertemu dengan driver dan saat ini sedang dalam perjalanan. Baskoro, aku akan pergi ke kantor sebentar untuk melakukan absensi online dan bertemu dengan pak Leon. Apakah kamu tidak keberatan?”“Tentu saja aku tidak keberatan. Driver akan mengantarkanmu ke kantor sebelum pergi ke rumah sakit.”“Baiklah… Bagaimana kondisi bapak Hutama?”“Keadaannya jauh lebih baik dibandingkan tadi malam. Saat ini bapak sedang sarapan pagi ditemani oleh Ibu dan Om Laksana.”“Syukurlah jika kondisi pak Hutama semakin baik. Sebentar lagi aku akan sampai di kantor, aku tutup teleponnya sekarang Baskoro.”“Siapa yang meneleponmu Baskoro?” tanya Galuh tepat berada didepan Baskoro.“Tante!” kata Baskoro dengan terkejut. “Kapan tante Galuh datang ke balkon ini? Kenapa aku tidak menyadari kedatangan tante?”“Aku baru saja d
Laksana dan Galuh masuk ke dalam ruang perawatan. Dia melihat Baskoro sedang berbicara dengan seorang perawat yang berdiri tak jauh dari Hutama. Galuh segera duduk disamping Indraswari.“Kak, bersabarlah! Aku yakin kak Hutama segera sembuh. Jika kak Indraswari sudah lelah, istirahatlah! Biarkan aku dan Laksana yang menjaga kak Hutama.”“Aku belum lelah Galuh. Nanti saja sekalian aku menunggu Ardiansyah.” ucapnya dengan sedih.“Kak Hutama memiliki semangat hidup yang tinggi, tentu dia akan lekas sembuh. Kak Indraswari tidak perlu larut dalam kesedihan.”“Benar apa yang kamu katakan Laksana, Hutama memang tipe orang yang bersemangat dan memilki optimis yang tinggi. Aku hanya merasa shock atas kesehatan Hutama yang tiba-tiba jatuh sakit. Selama aku hidup berumah tangga dengannya dia tidak pernah sakit parah. Ini adalah pertama kalinnya.”“Kak Hutama sudah tidak muda lagi, tentu energinya tidak seperti dulu. Yang sama hanyalah semangat hidupnya yang masih berjiwa muda. Kemarin dia sakit s
“Tidak tante Galuh. Aku hanya terkejut saja atas pertanyaan yang tiba-tiba menyudutkanku untuk segera menikah. Aku benar-benar belum memilki teman dekat laki-laki yang cocok dan sesuai dengan kriteriaku.”“Apakah kamu memiliki masalah? Tante berpikir jika kamu memiliki pergaulan yang luas, sehingga tidaklah sulit untuk mendapatkan pasangan hidup.”“Itu tidak semudah yang tante lihat. Aku merasa belum waktunya untuk menikah, usiaku juga belum memasuki kepala tiga, jadi aku masih memiliki waktu untuk menikmati masa lajangku.”“Tidak seperti itu Adiratna, kamu adalah anak perempuan satu-satunya dari kak Hutama, jadi kedua orang tuamu tentu lebih memperhatikan masa depanmu. Mungkin tante dan om Laksana bisa membantumu untuk mengenalkan beberapa lelaki yang pantas untukmu.”“Lakukan saja Galuh! Aku juga pernah memikirkan hal tersebut dengan Hutama, namun karena kami jarang bertemu ditambah dengan kesibukan masing-masing, rencana kami belum terlaksana sampai saat ini.”“Apakah kak Indraswar
Baskoro dan pak Archery segera berjalan masuk ke dalam rumah sakit. Mereka segera menuju ke lift yang membawanya menuju ke lantai dua.“Apakah kamu sudah mengetahui di ruang mana Hutama menjalani perawatan?” “Sudah pak Archery, prof. Jack telah mengirim pesan mengenai ruangan yang digunakan untuk perawatan bapak.”“Oh… benar! Aku hampir lupa. Kamu adalah calon dokter. Apakah kamu sebentar lagi akan menuntaskan kuliahmu?”“Kemungkinan tahun ini aku akan wisuda. Bulan depan aku akan menjalani sidang skripsi.”“Aku salut kepadamu Baskoro. Hutama dan Indraswari pandai mendidik kamu. Selain kamu kuliah saya dengar kamu juga sudah memiliki bisnis. Di usiamu yang cukup muda kamu sudah mendulang kesuksesan.” “Apa yang pak Archery katakan itu sungguh berlebihan. Aku merasa posisiku masih stagnan dan belum ada perkembangan apapun. Bisnis yang aku geluti pun belum berkembang dengan pesat dan masih berskala nasional.”“Apa kamu pikir aku tidak mengetahui bisnismu Baskoro? Kamu telah bekerjasama
Ibu Indraswari mulai menguraikan pelukannya. Perlahan dia mengusap bulir air mata yang mengalir di kedua pipinya.“Ibu tidak tahu mengapa tiba-tiba bapakmu sakit. Tadi saat sedang minum teh di ruang tengah ibu meninggalkan bapakmu sebentar untuk mengambil kudapan di dapur. Saat itu dia masih sehat, kami memang sedang menunggu kerabat dari keluarga bapak yang akan berkunjung ke rumah. Ibu terkejut melihat bapakmu sudah pingsan sekembali dari dapur. Segera ibu memanggil pelayan untuk membawanya menuju ke kamar.”“Setahuku bapak sehat selama ini. Apa ibu menyembunyikan sesuatu dari ku? Apa bapak menderita penyakit tertentu? Tidak mungkin bapak pingan secara tiba-tiba.”“Sudahlah Baskoro! Kamu jangan menyudutkan ibu dengan berbagai pertanyaanmu. Ibu juga tidak tahu sama seperti kita. Sebaiknya kita menunggu dokter memeriksa bapak.” kata Ardiansyah.Om Laksana yang baru saja masuk ke dalam kamar, melihat sedikit keributan yang muncul antara Baskoro dan Ardiansyah. Dia segera berjalan mende
Sesampainya di kamar kos, Lisa mengajak Zeni duduk. “Sebentar mba Zeni, tunggulah disini. Aku menaruh barangnya di motor.” Lisa bergegas keluar dari kamar.Tak lama kemudian Lisa kembali dengan membawa satu buah paper bag dan meletakkannya di atas meja.“Ini mba Zeni, terimalah. Aku tadi sempat mampir ke butik dan aku lihat ini cocok untuk mba Zeni. Cobalah!”“Aku tidak mau merepotkanmu Lisa. Kenapa kamu membelikan ini untukku? Apakah ini kado pernikahan darimu?” kata Zeni sembari membuka paper bag tersebut.Lisa segera duduk disamping Zeni. “Itu bukan kado pernikahan untuk mba Zeni, tapi kenang-kenangan dariku. Mba Zeni sebentar lagi akan melakukan tugas pengabdian masyarakat selama satu bulan dan setelah itu pasti mba sibuk untuk mempersiapkan pernikahan dan tentunya akan mengambil libur kuliah beberapa hari kan? Setelah itu kita pasti jarang bertemu, apalagi fakultas kita berbeda. Aku pasti merindukan mba Zeni.”“Apa yang kamu katakan Lisa? Kamu jangan lebay seperti Lintang, seol
Siang hari Zeni masih berkutik didepan laptop sampai suara nada dering ponsel membuyarkan konsentrasi Zeni. Dia segera mengambil ponselnya dan menjawab panggilan telepon dari Lintang.“Assalamu’alaikum Lintang? Bagaimana kabarmu?” “Wa’alaikumussalam Zeni. Apakah kamu saat ini berada di kos? Aku sekarang sedang di kampus, rencananya aku mau menemuimu karena kamu tidak berangkat ke kampus?”“Iya Lintang, aku ingin rehat sebentar. Aku tunggu kamu di kos. Datanglah sekarang!”“Oke Zeni. Aku akan segera ke kosmu sekarang.” Tak berapa lama kemudian Lintang sudah berada didepan kos. Dia mengetuk pintu kos Zeni sembari mengucapkan salam. Zeni segera berjalan menuju ke ruang tamu saat mendengar ucapan salam. Dibukanya pintu kos, dia tersenyum melihat Lintang sudah berada didepannya.“Masuklah! Aku senang akhirnya kamu datang ke kos?”Lintang segera masuk ke dalam kos. Zeni menutup pintu kos dan menguncinya. Dia memandu Lintang untuk berjalan menuju ke kamarnya.“Kenapa kosmu sepi sekali? Dim
Tepat pukul 20:30 malam Zeni sampai di kos. Dia segera masuk ke dalam kamar dan meletakkan paper bag di atas meja. Diambilnya baju didalam lemari dan segera melangkahkah kakinya berjalan keluar dari dalam kamar menuju ke kamar mandi.Lisa masuk ke dalam kamar. Dia melihat kamarnya kosong tidak menemukan Zeni.Dia bergumam : “Kemana mba Zeni? Sepertinya tadi mba Zeni sudah pulang ke kos?” sesaat pandangan matanya tertuju pada paper bag di atas meja.“Berarti benar jika mba Zeni sudah pulang.” bisiknya lirih.Zeni muncul dari balik pintu. Dia melihat Lisa sudah duduk di depan meja.“Dari mana kamu Lisa? Kenapa aku baru melihatmu?” tanya Zeni sembari masuk ke dalam kamar.“Tadi aku baru menemani Nina untuk memfotokopi beberapa tugas kelompok. Aku tadi melihat ada mobil yang keluar dari halaman kos kita. Berarti benar, tadi mba Zeni diantar oleh Baskoro?”“Benar Lisa. Apakah kamu melihat Baskoro?”Lisa menggelengkan kepalanya.“Tidak mba. Saat itu mobilnya melaju dengan cepat, aku tidak s
“Hallo Baskoro! Ibu sekarang sudah berada di depan café. Keluarlah! Ibu mau bertemu dengan kamu dan Zeni. Ibu tunggu sekarang!” kata Ibu Indraswari melalui sambungan telepon.“Baiklah ibu. Aku dan Zeni akan segera menemui ibu.” Baskoro segera menutup panggilan telepon.“Kami akan pulang terlebih dahulu, ibu sudah menunggu kami di depan Café. Bill nya biar aku yang bayar.” ucap BaskoroBaskoro segera melambaikan tangannya kepada pelayan café. Seorang pelayan café datang.Dia berkata : “Ada yang perlu aku bantu Tuan?”“Tolong berikan bill untuk seluruh pesanan pada meja ini?” “Baiklah Tuan. Tunggu sebentar aku akan ke kasir untuk mengambilkan catatan billnya.” pelayan segera berlalu dari hadapan Baskoro. Sesaat kemudian pelayan datang sembari menyerahkan kertas bill kepada Baskoro.Baskoro segera mengelurkan sejumlah uang untuk membayar pesanan makanan tersebut.“Aku akan pulang nanti Baskoro. Ada hal yang masih ingin aku bicarakan dengan Frans. Berhati-hatilah selama dalam perjalanan