Share

Bab 56

Penulis: Antilia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-15 14:16:59

Suara Adzan subuh mulai menggema dengan suasana pagi yang mendominasi untuk tetap merasakan kehangatan dalam pelukan malam yang enggan berganti dengan kedatangan sang surya.

Zeni menggeliatkan tubuhnya dan memulai membuka kedua kelopak matanya. Dia tersadar dari mimpi dan segera memulihkan kesadarannya untuk mulai bangun dari tempat tidur.

Zeni melihat Zizi yang masih tertidur lelap disampingnya. Dia merasakan sedikit rasa perih pada luka yang berada di kaki kanannya.

Zeni tersenyum sembari bergumam : “Aku akan mengingatnya Zizi, semua bantuanmu akan aku balas suatu saat nanti.” Dia memegang balutan perban pada kakinya.

Segera dia beranjak dari tempat tidur dan mulai melangkahkan kakinya menuju kamar mandi dengan membawa baju ganti. Zeni memilih untuk mandi pagi dengan merasakan aroma sejuknya air dingin yang membuat tubuh dan pikirannya menjadi bertenaga.

Tak berapa lama kemudian Zizi terjaga dari tidurnya. Dia terkejut melihat Zeni sudah tidak berada disampingnya.

“Kemana Zeni? Ad
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 57

    Pagi hari udara masih terasa sejuk. Hembusan angin pagi terasa menyapu disekujur tubuhnya Zeni. Motor yang membawa Zizi dan Zeni melaju cepat di jalanan Kawasan kampus. Suasana cukup lenggang dan hanya terlihat beberapa mahasiswa yang sedang lalu lalang di kawasan kampus tersebut.Tak berapa lama mereka sampai dihalaman parkir Gedung Auditorium. “Terima kasih Zizi, kamu mau masuk sekalian?” tawar Zeni.“Tidak. Aku akan segera bersiap, ada acara sebentar lagi. Zeni, kamu jangan lupa merawat lukamu, aku sudah meletakkan obat di dalam kantong plastik yang berada di atas meja.”“Aku jadi merepotkanmu Zizi? Terima kasih?”“Bukan apa-apa Zeni. Lekas masuk kedalam, kelihatannya sudah banyak mahasiswa yang berdatangan.”“Oke.”Zeni memandang Zizi yang mulai menghilang dari area parkir.Dari kejauhan terlihat Baskoro yang berjalan mendekat ke arah Zeni. Langkah kaki Baskoro dipercepat supaya dapat segera berjalan beriringan dengan Zeni.Zeni yang tidak mengetahui kedatangan Baskoro masih tet

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-16
  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 58

    Zeni dan Vilia sudah tiba di barisan tengah. Mereka segera berjalan diantara lorong yang memisahkan antara kursi depan dan belakang.Zeni segera duduk disamping Vilia. Terlihat keseluruhan kursi mulai terisi oleh peserta pembekalan.Zeni berkata : “Aku akan kesulitan mencari kalian ditengah barisan kursi ini, kalian lihat dengan seragam putih hitam semua sangat sulit untuk membedakan keberadaan kalian di kerumunan ini.”“Benar Zeni. Apakah kamu sudah pernah bertemu dengan anggota kelompokmu?” tanya Giant.“Belum. Kamu tahu sendiri, kemarin saat pembagian kelompok, namaku belum tercantum dan akhirnya aku menggantikan posisi Baskoro dikelompoknya.”“Siapa Baskoro? Kenapa aku tidak mengetahuinya?” tanya Rian yang duduk bersebelahan dengan Giant.“Baskoro adalah mahasiswa kedokteran, dia sempat bersitegang dengan bagian administrasi saat mengajukan perpindahan kelompok karena bersifat mendadak, untungnya namaku belum tercantum dikelompok manapun, sehingga petugas administrasi segera memas

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-17
  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 59

    Peserta pembekalan tugas ugas pengabdian Masyarakat masih berada di aula Gedung pengabdian Masyarakat meskipun acara pembekalan sudah selesai. Mereka memanfaatkan moment tersebut sebagai ajang pertemuan antar anggota kelompok.Giant yang duduk disebelah Vilia berkata : “Aku akan bergabung dengan teman satu kelompok, kalian apakah akan tetap disini?”Zeni yang mendengarnya segera menyahut : “Apakah kamu sudah bertemu dengan mereka? Bukankah di lembar kelompok tidak tertulis kontak person mereka? Bagaimana kamu bisa menghubungi mereka?”“Aduh Zeni! Kenapa kamu bisa lupa? Aku geli mendengar pertanyaan lugu kamu?” Vilia tersenyum menampilkan deretan gigi putihnya. “Bukankah Giant itu memiliki bakat seorang detektif? Tentu setelah dia dengan mudah mendapatkan contact person nama anggota kelompoknya, jiwa detektifnya mulai meronta-ronta untuk segera bekerja. Bukankah demikian Giant?” tanya Vilia dengan mengangkat kedua alisnya.Giant selanjutnya menepuk kepala Vilia dengan sebuah buku kec

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-18
  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 60

    Suasana di serambi musholla cukup ramai. Beberapa peserta pembekalan terlihat sedang rehat dengan duduk di serambi tersebut.“Teman-teman sebentar lagi aku akan berkumpul dengan teman anggota kelompokku. Tadi aku sudah melihat sebentar terkait list kelompoknya Zeni dan Rian, untuk Zeni jika kamu mengetahui Baskoro sebaiknya kamu tanyakan kepadanya, disitu tercantum mahasiswa yang satu fakultas dengan Baskoro, aku kurang tahu untuk anggota lainnya karena itu berbeda fakultas.” Giant terdiam sembari mencermati list yang tercantum nama Rian.“Adapun untuk Rian, jika kamu mengenal teman aktivis yang berasal dari Fakultas Bahasa dan Sastra tanyakan kepadanya contact personnya, salah satu anggota kelompokmu ada yang bernama Jeni, seingatku dia pernah mengikuti ajang lomba menyanyi tingkat nasional. Teman kamu pasti mengetahuinya.” kata Gian sembari menyerahkan kertas tersebut kepada Rian.Rian tersenyum sembari menerima kertas dari Giant. Dia berkata : “Benar apa yang kamu katakan Giant, a

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-19
  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 61

    Di Serambi musholla Giant masih berkutik dengan kertas milik Vilia. Dia sengaja mengerjai Vilia dan memperlama mencari identitas nama anggota kelompoknya Vilia.“Kapan kamu selesai Giant?” gerutu Vilia sembari melihat jam yang melingkar dipergelangan tangannya. “Ini sudah pukul 13:30 siang, aku juga mulai merasa lapar.”Giant tersenyum mendengar pertanyaan dari Vilia.Dia berkata : “Baiklah Vilia, sebaiknya kita ke kantin sekarang. Nanti cacing diperutmu meronta-ronta meminta makanan. Aku takut kamu pingsan mendadak!” seloroh Giant.“Apaan sih kamu? Mau ngerjain aku-kan? Kamu telusuri nama anggota kelompokku juga lama?” seru Vilia dengan raut wajah kesal.“Sabarlah engkau wahai Vilia yang imut? Aku sangat mengasihani kamu? Sebaiknya kita ke kantin sekarang, selagi sedang berbaik hati, aku akan mentraktirmu makan siang kali ini, Oke! Kamu tidak perlu khawatirkan mengenai penelusuranku, jika perutku sudah terisi otomatis otakku akan langsung bekerja dengan cepat. Ayolah Vilia, kita ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-21
  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 62

    Sam masih memimpin jalannya diskusi pada kelompok tugas pengabdian masyarakat. Dia menatap keseluruh anggota kelompoknya.Dia berkata : “Sebelum diskusi akan ditutup, apakah teman-teman ada yang memiliki pertanyaan terkait hasil diskusi pada pertemuan kali ini?”Arla yang baru bergabung segera mengangkat tangannya. Setelah dipersilakan oleh Sam untuk menyampaikan pendapatnya Arla segera berbicara.“Pada pertemuan diskusi kali ini, aku belum terlalu memahami secara keseluruhan untuk hasil diskusinya, mengingat tadi aku terlambat datang. Apakah ada point penting yang belum aku ketahui?”Chika segera menjawab : “Arla, tadi sudah aku sampaikan bahwa hasil diskusinya akan aku share di grup chat, termasuk point-point penting yang belum kamu ketahui. Jadi kamu tidak perlu mengkhawatirkannya.”Sam segera menambahkan apa yang barusan dikatakan oleh Chika. “Benar apa yang Chika katakan, kita akan mendapatkan hasil diskusinya di grup chat, serta kalian bisa melakukan tanya jawab pada grup chat

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-23
  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 63

    Kendaraan umum yang membawa Zeni berhenti tepat didepan rumah kos. Setelah membayarkan sejumlah uang untuk ongkos, Zeni turun dan berjalan memasuki kos. Dia mengucapkan salam terlebih dahulu sebelum memasuki rumah kosnya.Zeni masuk ke dalam kamar kos, terlihat Lisa sedang berkutik dengan tugas kuliah di depan laptop. Melihat kedatangan Zeni dia segera menghentikan sementara aktivitasnya.“Sudah selesai acara pembekalannya mba Zeni? Kelihatannya wajah mba Zeni sangat lelah? Makanlah terlebih dahulu mba? Aku sudah belikan makan siang sesuai permintaan dari mba Zeni dan menyimpannya di dapur.”“Aku memang lelah Lisa.” Dia meletakkan ranselnya ke kursi kosong yang tak jauh dari Lisa. “Aku mau tidur sebentar Lisa, benar-benar hari ini sangat menguras tenaga dan pikiranku.” Zeni membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur.“Kenapa mba Zeni tidak makan terlebih dahulu jika ingin tidur? Aku melihat ada obat luka yang berada diatas meja. Apakah mba Zeni terluka?”“Aku hanya ingin merebahkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-24
  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 64

    Zeni menutup pintu kos dan berjalan masuk kedalam kamar kos.“Siapa mba? Aku baru pertama kali melihat mereka datang ke kos ini?” tanya Lisa setelah melihat Zeni masuk kedalam kamar.Zeni duduk disebelah Lisa dengan menaruh amplop diatas meja.“Dia teman satu kelompok dalam tugas pengabdian masyarakat, aku juga baru pertama kali bertemu tadi pagi di aula gedung Auditorium.”Zeni mengambil buku dan ponsel dari dalam ransel kemudian meletakkannya di atas meja.“Pantas saja, wajahnya asing. Apakah ada kepentingan yang sangat penting sehingga dia sampai mendatangi mba Zeni?”“Aku dimintai tolong untuk membantu memberikan surat ijin saat tugas pengabdian masyarakat. Baiklah aku akan segera menyelesaikan membuat anggaran untuk program kerja tugas pengabdian masyarakat.”“Oke. Selamat mengerjakan! Tetap semangat ya?” ucap Lisa. Dia kembali melanjutkan aktivitasnya mengerjakan tugas kuliah.Zeni segera berkutik dengan angka untuk menyelesaikan membuat anggaran program kerja. Disusunnya anggar

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-26

Bab terbaru

  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 120

    Zeni mengambil ponselnya dan menghubungi Baskoro. Sesaat panggilan mulai terhubung.“Hallo Zeni. Apakah kamu sudah bertemu dengan driver?” tanya Baskoro melalui sambungan telepon.“Aku sudah bertemu dengan driver dan saat ini sedang dalam perjalanan. Baskoro, aku akan pergi ke kantor sebentar untuk melakukan absensi online dan bertemu dengan pak Leon. Apakah kamu tidak keberatan?”“Tentu saja aku tidak keberatan. Driver akan mengantarkanmu ke kantor sebelum pergi ke rumah sakit.”“Baiklah… Bagaimana kondisi bapak Hutama?”“Keadaannya jauh lebih baik dibandingkan tadi malam. Saat ini bapak sedang sarapan pagi ditemani oleh Ibu dan Om Laksana.”“Syukurlah jika kondisi pak Hutama semakin baik. Sebentar lagi aku akan sampai di kantor, aku tutup teleponnya sekarang Baskoro.”“Siapa yang meneleponmu Baskoro?” tanya Galuh tepat berada didepan Baskoro.“Tante!” kata Baskoro dengan terkejut. “Kapan tante Galuh datang ke balkon ini? Kenapa aku tidak menyadari kedatangan tante?”“Aku baru saja d

  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 119

    Laksana dan Galuh masuk ke dalam ruang perawatan. Dia melihat Baskoro sedang berbicara dengan seorang perawat yang berdiri tak jauh dari Hutama. Galuh segera duduk disamping Indraswari.“Kak, bersabarlah! Aku yakin kak Hutama segera sembuh. Jika kak Indraswari sudah lelah, istirahatlah! Biarkan aku dan Laksana yang menjaga kak Hutama.”“Aku belum lelah Galuh. Nanti saja sekalian aku menunggu Ardiansyah.” ucapnya dengan sedih.“Kak Hutama memiliki semangat hidup yang tinggi, tentu dia akan lekas sembuh. Kak Indraswari tidak perlu larut dalam kesedihan.”“Benar apa yang kamu katakan Laksana, Hutama memang tipe orang yang bersemangat dan memilki optimis yang tinggi. Aku hanya merasa shock atas kesehatan Hutama yang tiba-tiba jatuh sakit. Selama aku hidup berumah tangga dengannya dia tidak pernah sakit parah. Ini adalah pertama kalinnya.”“Kak Hutama sudah tidak muda lagi, tentu energinya tidak seperti dulu. Yang sama hanyalah semangat hidupnya yang masih berjiwa muda. Kemarin dia sakit s

  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 118

    “Tidak tante Galuh. Aku hanya terkejut saja atas pertanyaan yang tiba-tiba menyudutkanku untuk segera menikah. Aku benar-benar belum memilki teman dekat laki-laki yang cocok dan sesuai dengan kriteriaku.”“Apakah kamu memiliki masalah? Tante berpikir jika kamu memiliki pergaulan yang luas, sehingga tidaklah sulit untuk mendapatkan pasangan hidup.”“Itu tidak semudah yang tante lihat. Aku merasa belum waktunya untuk menikah, usiaku juga belum memasuki kepala tiga, jadi aku masih memiliki waktu untuk menikmati masa lajangku.”“Tidak seperti itu Adiratna, kamu adalah anak perempuan satu-satunya dari kak Hutama, jadi kedua orang tuamu tentu lebih memperhatikan masa depanmu. Mungkin tante dan om Laksana bisa membantumu untuk mengenalkan beberapa lelaki yang pantas untukmu.”“Lakukan saja Galuh! Aku juga pernah memikirkan hal tersebut dengan Hutama, namun karena kami jarang bertemu ditambah dengan kesibukan masing-masing, rencana kami belum terlaksana sampai saat ini.”“Apakah kak Indraswar

  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 117

    Baskoro dan pak Archery segera berjalan masuk ke dalam rumah sakit. Mereka segera menuju ke lift yang membawanya menuju ke lantai dua.“Apakah kamu sudah mengetahui di ruang mana Hutama menjalani perawatan?” “Sudah pak Archery, prof. Jack telah mengirim pesan mengenai ruangan yang digunakan untuk perawatan bapak.”“Oh… benar! Aku hampir lupa. Kamu adalah calon dokter. Apakah kamu sebentar lagi akan menuntaskan kuliahmu?”“Kemungkinan tahun ini aku akan wisuda. Bulan depan aku akan menjalani sidang skripsi.”“Aku salut kepadamu Baskoro. Hutama dan Indraswari pandai mendidik kamu. Selain kamu kuliah saya dengar kamu juga sudah memiliki bisnis. Di usiamu yang cukup muda kamu sudah mendulang kesuksesan.” “Apa yang pak Archery katakan itu sungguh berlebihan. Aku merasa posisiku masih stagnan dan belum ada perkembangan apapun. Bisnis yang aku geluti pun belum berkembang dengan pesat dan masih berskala nasional.”“Apa kamu pikir aku tidak mengetahui bisnismu Baskoro? Kamu telah bekerjasama

  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 116

    Ibu Indraswari mulai menguraikan pelukannya. Perlahan dia mengusap bulir air mata yang mengalir di kedua pipinya.“Ibu tidak tahu mengapa tiba-tiba bapakmu sakit. Tadi saat sedang minum teh di ruang tengah ibu meninggalkan bapakmu sebentar untuk mengambil kudapan di dapur. Saat itu dia masih sehat, kami memang sedang menunggu kerabat dari keluarga bapak yang akan berkunjung ke rumah. Ibu terkejut melihat bapakmu sudah pingsan sekembali dari dapur. Segera ibu memanggil pelayan untuk membawanya menuju ke kamar.”“Setahuku bapak sehat selama ini. Apa ibu menyembunyikan sesuatu dari ku? Apa bapak menderita penyakit tertentu? Tidak mungkin bapak pingan secara tiba-tiba.”“Sudahlah Baskoro! Kamu jangan menyudutkan ibu dengan berbagai pertanyaanmu. Ibu juga tidak tahu sama seperti kita. Sebaiknya kita menunggu dokter memeriksa bapak.” kata Ardiansyah.Om Laksana yang baru saja masuk ke dalam kamar, melihat sedikit keributan yang muncul antara Baskoro dan Ardiansyah. Dia segera berjalan mende

  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 115

    Sesampainya di kamar kos, Lisa mengajak Zeni duduk. “Sebentar mba Zeni, tunggulah disini. Aku menaruh barangnya di motor.” Lisa bergegas keluar dari kamar.Tak lama kemudian Lisa kembali dengan membawa satu buah paper bag dan meletakkannya di atas meja.“Ini mba Zeni, terimalah. Aku tadi sempat mampir ke butik dan aku lihat ini cocok untuk mba Zeni. Cobalah!”“Aku tidak mau merepotkanmu Lisa. Kenapa kamu membelikan ini untukku? Apakah ini kado pernikahan darimu?” kata Zeni sembari membuka paper bag tersebut.Lisa segera duduk disamping Zeni. “Itu bukan kado pernikahan untuk mba Zeni, tapi kenang-kenangan dariku. Mba Zeni sebentar lagi akan melakukan tugas pengabdian masyarakat selama satu bulan dan setelah itu pasti mba sibuk untuk mempersiapkan pernikahan dan tentunya akan mengambil libur kuliah beberapa hari kan? Setelah itu kita pasti jarang bertemu, apalagi fakultas kita berbeda. Aku pasti merindukan mba Zeni.”“Apa yang kamu katakan Lisa? Kamu jangan lebay seperti Lintang, seol

  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 114

    Siang hari Zeni masih berkutik didepan laptop sampai suara nada dering ponsel membuyarkan konsentrasi Zeni. Dia segera mengambil ponselnya dan menjawab panggilan telepon dari Lintang.“Assalamu’alaikum Lintang? Bagaimana kabarmu?” “Wa’alaikumussalam Zeni. Apakah kamu saat ini berada di kos? Aku sekarang sedang di kampus, rencananya aku mau menemuimu karena kamu tidak berangkat ke kampus?”“Iya Lintang, aku ingin rehat sebentar. Aku tunggu kamu di kos. Datanglah sekarang!”“Oke Zeni. Aku akan segera ke kosmu sekarang.” Tak berapa lama kemudian Lintang sudah berada didepan kos. Dia mengetuk pintu kos Zeni sembari mengucapkan salam. Zeni segera berjalan menuju ke ruang tamu saat mendengar ucapan salam. Dibukanya pintu kos, dia tersenyum melihat Lintang sudah berada didepannya.“Masuklah! Aku senang akhirnya kamu datang ke kos?”Lintang segera masuk ke dalam kos. Zeni menutup pintu kos dan menguncinya. Dia memandu Lintang untuk berjalan menuju ke kamarnya.“Kenapa kosmu sepi sekali? Dim

  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 113

    Tepat pukul 20:30 malam Zeni sampai di kos. Dia segera masuk ke dalam kamar dan meletakkan paper bag di atas meja. Diambilnya baju didalam lemari dan segera melangkahkah kakinya berjalan keluar dari dalam kamar menuju ke kamar mandi.Lisa masuk ke dalam kamar. Dia melihat kamarnya kosong tidak menemukan Zeni.Dia bergumam : “Kemana mba Zeni? Sepertinya tadi mba Zeni sudah pulang ke kos?” sesaat pandangan matanya tertuju pada paper bag di atas meja.“Berarti benar jika mba Zeni sudah pulang.” bisiknya lirih.Zeni muncul dari balik pintu. Dia melihat Lisa sudah duduk di depan meja.“Dari mana kamu Lisa? Kenapa aku baru melihatmu?” tanya Zeni sembari masuk ke dalam kamar.“Tadi aku baru menemani Nina untuk memfotokopi beberapa tugas kelompok. Aku tadi melihat ada mobil yang keluar dari halaman kos kita. Berarti benar, tadi mba Zeni diantar oleh Baskoro?”“Benar Lisa. Apakah kamu melihat Baskoro?”Lisa menggelengkan kepalanya.“Tidak mba. Saat itu mobilnya melaju dengan cepat, aku tidak s

  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 112

    “Hallo Baskoro! Ibu sekarang sudah berada di depan café. Keluarlah! Ibu mau bertemu dengan kamu dan Zeni. Ibu tunggu sekarang!” kata Ibu Indraswari melalui sambungan telepon.“Baiklah ibu. Aku dan Zeni akan segera menemui ibu.” Baskoro segera menutup panggilan telepon.“Kami akan pulang terlebih dahulu, ibu sudah menunggu kami di depan Café. Bill nya biar aku yang bayar.” ucap BaskoroBaskoro segera melambaikan tangannya kepada pelayan café. Seorang pelayan café datang.Dia berkata : “Ada yang perlu aku bantu Tuan?”“Tolong berikan bill untuk seluruh pesanan pada meja ini?” “Baiklah Tuan. Tunggu sebentar aku akan ke kasir untuk mengambilkan catatan billnya.” pelayan segera berlalu dari hadapan Baskoro. Sesaat kemudian pelayan datang sembari menyerahkan kertas bill kepada Baskoro.Baskoro segera mengelurkan sejumlah uang untuk membayar pesanan makanan tersebut.“Aku akan pulang nanti Baskoro. Ada hal yang masih ingin aku bicarakan dengan Frans. Berhati-hatilah selama dalam perjalanan

DMCA.com Protection Status