Suasana stasiun cukup padat di siang hari ini. Banyak kendaraan lalu lalang di area halaman stasiun. Pengemudi menurunkan Zeni tepat didepan pintu utama stasiun. Zeni segera berjalan masuk ke dalam stasiun. Dia menuju ke mesin pencetak tiket yang tersedia di bagian depan loket. Dia mengambil ponsel dan menulis nama serta menempelkan barcode pemesanan tiket di ponsel pada mesin tersebut. Print tiket segera keluar dari mesin tersebut.“Akhirnya tiket dengan mudah sudah aku print. Sebaiknya aku segera ke bagian pemeriksaan untuk masuk ke area tunggu penumpang.” gumamnya. Zeni berjalan menghampiri ke petugas pemeriksaan. Diserahkannya tiket beserta kartu identitas diri. Setelah lolos dari petugas pemeriksaan, Zeni berjalan memasuki ruang tunggu penumpang. “Kereta berangkat dua puluh menit lagi.” bisiknya sembari melihat jam keberangkatan kereta yang tercantum di tiket. Segera dia berjalan menuju ke musholla di stasiun tersebut. Dia mengambil air wudhu selanjutnya masuk ke musholla untuk
Zeni melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar kos. Lisa yang tadi membukakan pintu, berjalan mengekor dibelakangnya.“Maafkan aku Lisa, kemarin ada musibah, aku tidak bisa mengabarimu terkait kepulanganku secara mendadak ke kota Ngawi.” ucapnya seraya masuk kedalam kamar. Dia meletakkan ransel di atas meja dan duduk di kursi.Lisa mendengarkan Zeni berbicara, dia duduk di tepi ranjang, lalu berkata : “Saya ikut bersimpati atas musibah yang menimpa Mba Zeni, kita semua satu kos khawatir terhadap keadaan mba Zeni, walaupun mba Zeni telat memberi kabar ke aku terkait kepulangan mba, namun ini sangat aneh, biasanya mba mudik tidak terlalu lama. Ini hampir satu minggu.”“Benarkah kalian mengkhawatirkanku?” Zeni mengerutkan dahinya. “Saat di ngawi benar-benar tenaga dan pikiranku terforsir untuk mengurusi kedua orang tuaku. Lisa, badanku terasa gerah, aku akan membersihkan badan terlebih dahulu. Oke?”“Baiklah mba. Silakan, aku akan lanjut mengerjakan tugas.” Zeni mengambil baju tidur dil
“Tunggu Zeni.” ucap Rita sembari berjalan mensejajarkan langkah kakinya dengan Zeni. Dia menarik lengan Zeni dan meminta dia untuk berhenti sejenak. “Untuk apa kamu mengadu kepada ketua panitia?” tegur Rita. “Masalah terkait pembaruan untuk pendistribusian surat sudah selesai, karena deadlinenya hari senin. Aku cuma menegur kamu supaya kamu bersikap profesional dalam tugas kepanitiaan. Setidaknya kamu ijin kalau menghilang terlalu lama.”“Kalau cuma menegur kenapa kamu berkata keras kepadaku Rita? Itu bukan menegur tapi menyalahkanku didepan umum. Sudahlah, kalau tidak ada hal penting yang akan dibicarakan jangan panggil aku. Sebentar lagi ada kelas, kalau aku masih meladeni omongan kamu, aku akan telat.” jelasnya. Zeni segera pergi meninggalkan Rita. Dia berjalan secara tergesa-gesa keluar dari ruang kesekretariatan. Frans yang masih memantau gerak-gerik Rita dan Zeni hanya bergumam : “Kenapa masalah yang sudah terlewat harus diperebutkan? Apakah seperti ini sifat perempuan?” Dia
Vilia dan Giant terdiam sesaat mendengar perkataan dari Zeni. “Zeni kamu tidak perlu sungkan kepada kami, anggap saja kami sebagai keluarga dan teman, tempat untuk berbagi. Kami selalu ada berada disampingmu.” ucap Vilia.Giant membenarkan ucapan Vilia. “Selama kamu berada di kampus ini, kami siap untuk menjadi garda terdepan kamu. Oke. Jangan khawatir!” serunya dengan senyum mengembang.“Tentu saja, kalian teman terbaikku? Aku tenang saat bersama kalian.” ucapnya dengan rasa haru.“Bagaimana perasaanmu Zeni, apakah sudah lebih baik.” Vilia mulai mengurai pelukannya kepada Zeni. “Aku harap kamu mulai menata emosi kamu menjadi lebih baik.”“Oke, aku akan berusaha menerapkan saran kalian dalam hidupku. Kalian tidak perlu mengkhawatirkanku, aku sudah merasa lebih baik. Ini awal bagiku, lama kelamaan hatiku akan kuat.”“Syukurlah kalau seperti itu.” ucap Giant. “Bagaimana kondisi ibu kamu? Dia baik-baik saja setelah mengetahui kematian bapak kamu?”“Ibu sekarang jauh lebih baik. Aku membe
Ruang kesekretariatan jurusan saat ini cukup ramai. Terlihat beberapa aktivis yang bergerombol di luar ruangan. Zeni segera berjalan masuk kedalam ruangan. “Zeni syukurlah kamu sudah datang? Segera kamu urus berkas ini, dari divisimu belum ada yang datang, jadi kamu bertanggung jawab untuk mengurus berkas dari divisimu. Aku akan sholat jumat sekarang, tolong jaga kesekretariatan selama kami pergi.” ucap Nano.“Baiklah Nano , kamu tenang saja, akan aku lakukan tugasku. Kenapa di luar ruangan para aktivis bergerombol, apakah mereka akan mengerjakan sesuatu?”“Aku percaya padamu Zeni, pasti kamu dapat melakukan tugasmu dengan baik. Diluar para aktivis sedang menunggu Rita, dia bertanggung jawab kepada para pendamping untuk kepanitiaan mahasiswa baru. Zeni, bukankah kamu juga masuk list pendamping? Harusnya kamu sudah mendapat draft terkait tugas pendamping?”“Tapi aku belum mendapatkan informasi apapun terkait drat pendamping, Rita belum memberitahuku?”“Akhir-akhir ini Rita sibuk, mung
Zeni dan Lintang memasuki ruangan rapat yang terletak di lantai satu. Zeni mengedarkan pandangannya melihat kesekeliling ruangan yang sudah terdapat beberapa aktivis. Mereka sudah mulai duduk menempati posisi kursi yang kosong. Demikian dengan Rian yang saat ini duduk di depan sedang bergelut dengan beberapa berkas.Zeni menghentikan langkah kakinya dan berkata : “Lintang, ayo kita serahkan berkasnya sekarang. Lihatlah! Rian sedang mengecek berkas.”“Baiklah Zeni, ayo kita serahkan berkasnya sekarang!” ajaknya. Zeni dan Lintang berjalan beriringan menghampiri ke arah Rian.“Rian, ini berkas yang tadi kamu minta.” ucap Zeni dengan menyodorkan stopmap yang berisi berkas.“Oke, terima kasih Zeni. Segera cari kursi kosong, kita menunggu beberapa teman sebelum memulai rapat sembari menerima berkas dari Zeni.Lintang yang berdiri disamping Zeni segera memberikan berkas kepada Rian, dia menyahut : “Berkas dari divisiku sudah aku kumpulkan didalam stopmap ini.”Rian menerima stopmap dari Lin
Rita segera berjalan kedepan mendekat ke arah Rian. Hatinya merasa tidak tenang atas tanggung jawab yang dia pegang.Rian melihat Rita datang dengan raut wajah yang terlihat cemas, lalu dia berkata : “Silakan kamu menjelaskan terkait draft pendamping yang menjadi tanggung jawabmu.”Peserta rapat menunggu Rita untuk menjelaskan draft pendamping yang berbeda jauh dari tahun sebelumnya. Sebelum Rita mulai menguratarakan pendapatnya, Nano mengangkat tangan dan berkata : “Rita untuk isi dari draft pendamping seharusnya untuk SOPnya tidak melenceng jauh dari tahun sebelumnya, kebanyakan panitia yang merangkap tugas sebagai pendamping pada kepanitiaan tahun ini, sebagian besar merupakan panitia pendamping pada pelaksanaan orientasi mahasiswa baru tahun kemarin, seyogyanya draft tersebut berisi point-point yang sama dengan tahun kemarin, sehingga memudahkan para pendamping untuk menjalankan perannya di lapangan, serta aku tekankan sekali lagi, bahwa para pendamping memiliki double tugas yang
Rita dan anggota tim Humas lainnnya sudah berada di luar ruang rapat. Rita melihat kesekeliling halaman luar, dia berkata : “Kita bisa melakukan rapat internal di Gazebo itu?” Dia menunjuk Gazebo yang dekat dengan pohon dan terdapat kursi yang kosong sesuai dengan jumlah anggota timnya.”“Baiklah, kelihatannya tempatnya cukup nyaman dan teduh. Bagaimana pendapat teman-teman yang lain?” ucap anggota humas lainnya.Zizi segera menimpali. “Ayo kita segera kesana, hasil rapat kita sudah ditunggu oleh peserta rapat lainnya.”Segera Rita memimpin jalan kepada mereka menuju Gazebo tersebut. Ke tujuh anggota tim humas sudah menduduki tempatnya masing-masing. Rita mulai membagikan draft pendamping ke masing-masing anggota timnya, sebelum dia memulai rapat internalnya.“Teman-teman, silakan membaca isi draft pendamping!” perintahnya. “Bagi anggota tim humas yang tahun kemarin juga sebagai panita orientasi mahasiswa baru tingkat jurusan yang bertugas sebagai pendamping tentunya mengetahui ada be