Share

Bab 40

Penulis: Antilia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-30 15:00:44

Suasana stasiun cukup padat di siang hari ini. Banyak kendaraan lalu lalang di area halaman stasiun. Pengemudi menurunkan Zeni tepat didepan pintu utama stasiun.

Zeni segera berjalan masuk ke dalam stasiun. Dia menuju ke mesin pencetak tiket yang tersedia di bagian depan loket. Dia mengambil ponsel dan menulis nama serta menempelkan barcode pemesanan tiket di ponsel pada mesin tersebut. Print tiket segera keluar dari mesin tersebut.

“Akhirnya tiket dengan mudah sudah aku print. Sebaiknya aku segera ke bagian pemeriksaan untuk masuk ke area tunggu penumpang.” gumamnya. Zeni berjalan menghampiri ke petugas pemeriksaan. Diserahkannya tiket beserta kartu identitas diri. Setelah lolos dari petugas pemeriksaan, Zeni berjalan memasuki ruang tunggu penumpang.

“Kereta berangkat dua puluh menit lagi.” bisiknya sembari melihat jam keberangkatan kereta yang tercantum di tiket. Segera dia berjalan menuju ke musholla di stasiun tersebut. Dia mengambil air wudhu selanjutnya masuk ke musholla untuk
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 41

    Zeni melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar kos. Lisa yang tadi membukakan pintu, berjalan mengekor dibelakangnya.“Maafkan aku Lisa, kemarin ada musibah, aku tidak bisa mengabarimu terkait kepulanganku secara mendadak ke kota Ngawi.” ucapnya seraya masuk kedalam kamar. Dia meletakkan ransel di atas meja dan duduk di kursi.Lisa mendengarkan Zeni berbicara, dia duduk di tepi ranjang, lalu berkata : “Saya ikut bersimpati atas musibah yang menimpa Mba Zeni, kita semua satu kos khawatir terhadap keadaan mba Zeni, walaupun mba Zeni telat memberi kabar ke aku terkait kepulangan mba, namun ini sangat aneh, biasanya mba mudik tidak terlalu lama. Ini hampir satu minggu.”“Benarkah kalian mengkhawatirkanku?” Zeni mengerutkan dahinya. “Saat di ngawi benar-benar tenaga dan pikiranku terforsir untuk mengurusi kedua orang tuaku. Lisa, badanku terasa gerah, aku akan membersihkan badan terlebih dahulu. Oke?”“Baiklah mba. Silakan, aku akan lanjut mengerjakan tugas.” Zeni mengambil baju tidur dil

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-31
  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 42

    “Tunggu Zeni.” ucap Rita sembari berjalan mensejajarkan langkah kakinya dengan Zeni. Dia menarik lengan Zeni dan meminta dia untuk berhenti sejenak. “Untuk apa kamu mengadu kepada ketua panitia?” tegur Rita. “Masalah terkait pembaruan untuk pendistribusian surat sudah selesai, karena deadlinenya hari senin. Aku cuma menegur kamu supaya kamu bersikap profesional dalam tugas kepanitiaan. Setidaknya kamu ijin kalau menghilang terlalu lama.”“Kalau cuma menegur kenapa kamu berkata keras kepadaku Rita? Itu bukan menegur tapi menyalahkanku didepan umum. Sudahlah, kalau tidak ada hal penting yang akan dibicarakan jangan panggil aku. Sebentar lagi ada kelas, kalau aku masih meladeni omongan kamu, aku akan telat.” jelasnya. Zeni segera pergi meninggalkan Rita. Dia berjalan secara tergesa-gesa keluar dari ruang kesekretariatan. Frans yang masih memantau gerak-gerik Rita dan Zeni hanya bergumam : “Kenapa masalah yang sudah terlewat harus diperebutkan? Apakah seperti ini sifat perempuan?” Dia

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-01
  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 43

    Vilia dan Giant terdiam sesaat mendengar perkataan dari Zeni. “Zeni kamu tidak perlu sungkan kepada kami, anggap saja kami sebagai keluarga dan teman, tempat untuk berbagi. Kami selalu ada berada disampingmu.” ucap Vilia.Giant membenarkan ucapan Vilia. “Selama kamu berada di kampus ini, kami siap untuk menjadi garda terdepan kamu. Oke. Jangan khawatir!” serunya dengan senyum mengembang.“Tentu saja, kalian teman terbaikku? Aku tenang saat bersama kalian.” ucapnya dengan rasa haru.“Bagaimana perasaanmu Zeni, apakah sudah lebih baik.” Vilia mulai mengurai pelukannya kepada Zeni. “Aku harap kamu mulai menata emosi kamu menjadi lebih baik.”“Oke, aku akan berusaha menerapkan saran kalian dalam hidupku. Kalian tidak perlu mengkhawatirkanku, aku sudah merasa lebih baik. Ini awal bagiku, lama kelamaan hatiku akan kuat.”“Syukurlah kalau seperti itu.” ucap Giant. “Bagaimana kondisi ibu kamu? Dia baik-baik saja setelah mengetahui kematian bapak kamu?”“Ibu sekarang jauh lebih baik. Aku membe

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-02
  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 44

    Ruang kesekretariatan jurusan saat ini cukup ramai. Terlihat beberapa aktivis yang bergerombol di luar ruangan. Zeni segera berjalan masuk kedalam ruangan. “Zeni syukurlah kamu sudah datang? Segera kamu urus berkas ini, dari divisimu belum ada yang datang, jadi kamu bertanggung jawab untuk mengurus berkas dari divisimu. Aku akan sholat jumat sekarang, tolong jaga kesekretariatan selama kami pergi.” ucap Nano.“Baiklah Nano , kamu tenang saja, akan aku lakukan tugasku. Kenapa di luar ruangan para aktivis bergerombol, apakah mereka akan mengerjakan sesuatu?”“Aku percaya padamu Zeni, pasti kamu dapat melakukan tugasmu dengan baik. Diluar para aktivis sedang menunggu Rita, dia bertanggung jawab kepada para pendamping untuk kepanitiaan mahasiswa baru. Zeni, bukankah kamu juga masuk list pendamping? Harusnya kamu sudah mendapat draft terkait tugas pendamping?”“Tapi aku belum mendapatkan informasi apapun terkait drat pendamping, Rita belum memberitahuku?”“Akhir-akhir ini Rita sibuk, mung

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-03
  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 45

    Zeni dan Lintang memasuki ruangan rapat yang terletak di lantai satu. Zeni mengedarkan pandangannya melihat kesekeliling ruangan yang sudah terdapat beberapa aktivis. Mereka sudah mulai duduk menempati posisi kursi yang kosong. Demikian dengan Rian yang saat ini duduk di depan sedang bergelut dengan beberapa berkas.Zeni menghentikan langkah kakinya dan berkata : “Lintang, ayo kita serahkan berkasnya sekarang. Lihatlah! Rian sedang mengecek berkas.”“Baiklah Zeni, ayo kita serahkan berkasnya sekarang!” ajaknya. Zeni dan Lintang berjalan beriringan menghampiri ke arah Rian.“Rian, ini berkas yang tadi kamu minta.” ucap Zeni dengan menyodorkan stopmap yang berisi berkas.“Oke, terima kasih Zeni. Segera cari kursi kosong, kita menunggu beberapa teman sebelum memulai rapat sembari menerima berkas dari Zeni.Lintang yang berdiri disamping Zeni segera memberikan berkas kepada Rian, dia menyahut : “Berkas dari divisiku sudah aku kumpulkan didalam stopmap ini.”Rian menerima stopmap dari Lin

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-04
  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 46

    Rita segera berjalan kedepan mendekat ke arah Rian. Hatinya merasa tidak tenang atas tanggung jawab yang dia pegang.Rian melihat Rita datang dengan raut wajah yang terlihat cemas, lalu dia berkata : “Silakan kamu menjelaskan terkait draft pendamping yang menjadi tanggung jawabmu.”Peserta rapat menunggu Rita untuk menjelaskan draft pendamping yang berbeda jauh dari tahun sebelumnya. Sebelum Rita mulai menguratarakan pendapatnya, Nano mengangkat tangan dan berkata : “Rita untuk isi dari draft pendamping seharusnya untuk SOPnya tidak melenceng jauh dari tahun sebelumnya, kebanyakan panitia yang merangkap tugas sebagai pendamping pada kepanitiaan tahun ini, sebagian besar merupakan panitia pendamping pada pelaksanaan orientasi mahasiswa baru tahun kemarin, seyogyanya draft tersebut berisi point-point yang sama dengan tahun kemarin, sehingga memudahkan para pendamping untuk menjalankan perannya di lapangan, serta aku tekankan sekali lagi, bahwa para pendamping memiliki double tugas yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-05
  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 47

    Rita dan anggota tim Humas lainnnya sudah berada di luar ruang rapat. Rita melihat kesekeliling halaman luar, dia berkata : “Kita bisa melakukan rapat internal di Gazebo itu?” Dia menunjuk Gazebo yang dekat dengan pohon dan terdapat kursi yang kosong sesuai dengan jumlah anggota timnya.”“Baiklah, kelihatannya tempatnya cukup nyaman dan teduh. Bagaimana pendapat teman-teman yang lain?” ucap anggota humas lainnya.Zizi segera menimpali. “Ayo kita segera kesana, hasil rapat kita sudah ditunggu oleh peserta rapat lainnya.”Segera Rita memimpin jalan kepada mereka menuju Gazebo tersebut. Ke tujuh anggota tim humas sudah menduduki tempatnya masing-masing. Rita mulai membagikan draft pendamping ke masing-masing anggota timnya, sebelum dia memulai rapat internalnya.“Teman-teman, silakan membaca isi draft pendamping!” perintahnya. “Bagi anggota tim humas yang tahun kemarin juga sebagai panita orientasi mahasiswa baru tingkat jurusan yang bertugas sebagai pendamping tentunya mengetahui ada be

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-06
  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 48

    “Apakah kamu dan Timmu serius untuk tetap mempertahankan dua point tambahan tersebut. Aku memang bukan bertugas sebagai pendamping, namun aku merasa dua point tersebut tidak cocok sama sekali untuk diterapkan oleh pendamping untuk menjalankan tugasnya. Dan aku mendukung pendapat dari Edo.” ucap peserta lain yang mengkritisi hasil rapat internal dari tim Humas.Rita yang mulai melihat opini yang bermunculan dari peserta rapat selain pendamping segera meminta anggota timnya untuk mulai memberikan argument kepada mereka. Dia berkata : “Aku memberi kesempatan kepada anggota tim humas untuk memberi penguat argument akan hasil rapat internal. Silakan bagi anggota tim humas yang bersedia untuk mulai menyampaikan aspirasinya di forum rapat siang ini.”Zeni segera beranjak dari tempat duduk dia mulai berbicara : “Terima kasih atas kesempatan yang diberika Rita selaku ketua dari Tim Humas. Tim kami sudah mengeluarkan hasil rapat yang akan digunakan oleh pendamping, jadi kami tekankan bahwa pena

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-07

Bab terbaru

  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 120

    Zeni mengambil ponselnya dan menghubungi Baskoro. Sesaat panggilan mulai terhubung.“Hallo Zeni. Apakah kamu sudah bertemu dengan driver?” tanya Baskoro melalui sambungan telepon.“Aku sudah bertemu dengan driver dan saat ini sedang dalam perjalanan. Baskoro, aku akan pergi ke kantor sebentar untuk melakukan absensi online dan bertemu dengan pak Leon. Apakah kamu tidak keberatan?”“Tentu saja aku tidak keberatan. Driver akan mengantarkanmu ke kantor sebelum pergi ke rumah sakit.”“Baiklah… Bagaimana kondisi bapak Hutama?”“Keadaannya jauh lebih baik dibandingkan tadi malam. Saat ini bapak sedang sarapan pagi ditemani oleh Ibu dan Om Laksana.”“Syukurlah jika kondisi pak Hutama semakin baik. Sebentar lagi aku akan sampai di kantor, aku tutup teleponnya sekarang Baskoro.”“Siapa yang meneleponmu Baskoro?” tanya Galuh tepat berada didepan Baskoro.“Tante!” kata Baskoro dengan terkejut. “Kapan tante Galuh datang ke balkon ini? Kenapa aku tidak menyadari kedatangan tante?”“Aku baru saja d

  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 119

    Laksana dan Galuh masuk ke dalam ruang perawatan. Dia melihat Baskoro sedang berbicara dengan seorang perawat yang berdiri tak jauh dari Hutama. Galuh segera duduk disamping Indraswari.“Kak, bersabarlah! Aku yakin kak Hutama segera sembuh. Jika kak Indraswari sudah lelah, istirahatlah! Biarkan aku dan Laksana yang menjaga kak Hutama.”“Aku belum lelah Galuh. Nanti saja sekalian aku menunggu Ardiansyah.” ucapnya dengan sedih.“Kak Hutama memiliki semangat hidup yang tinggi, tentu dia akan lekas sembuh. Kak Indraswari tidak perlu larut dalam kesedihan.”“Benar apa yang kamu katakan Laksana, Hutama memang tipe orang yang bersemangat dan memilki optimis yang tinggi. Aku hanya merasa shock atas kesehatan Hutama yang tiba-tiba jatuh sakit. Selama aku hidup berumah tangga dengannya dia tidak pernah sakit parah. Ini adalah pertama kalinnya.”“Kak Hutama sudah tidak muda lagi, tentu energinya tidak seperti dulu. Yang sama hanyalah semangat hidupnya yang masih berjiwa muda. Kemarin dia sakit s

  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 118

    “Tidak tante Galuh. Aku hanya terkejut saja atas pertanyaan yang tiba-tiba menyudutkanku untuk segera menikah. Aku benar-benar belum memilki teman dekat laki-laki yang cocok dan sesuai dengan kriteriaku.”“Apakah kamu memiliki masalah? Tante berpikir jika kamu memiliki pergaulan yang luas, sehingga tidaklah sulit untuk mendapatkan pasangan hidup.”“Itu tidak semudah yang tante lihat. Aku merasa belum waktunya untuk menikah, usiaku juga belum memasuki kepala tiga, jadi aku masih memiliki waktu untuk menikmati masa lajangku.”“Tidak seperti itu Adiratna, kamu adalah anak perempuan satu-satunya dari kak Hutama, jadi kedua orang tuamu tentu lebih memperhatikan masa depanmu. Mungkin tante dan om Laksana bisa membantumu untuk mengenalkan beberapa lelaki yang pantas untukmu.”“Lakukan saja Galuh! Aku juga pernah memikirkan hal tersebut dengan Hutama, namun karena kami jarang bertemu ditambah dengan kesibukan masing-masing, rencana kami belum terlaksana sampai saat ini.”“Apakah kak Indraswar

  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 117

    Baskoro dan pak Archery segera berjalan masuk ke dalam rumah sakit. Mereka segera menuju ke lift yang membawanya menuju ke lantai dua.“Apakah kamu sudah mengetahui di ruang mana Hutama menjalani perawatan?” “Sudah pak Archery, prof. Jack telah mengirim pesan mengenai ruangan yang digunakan untuk perawatan bapak.”“Oh… benar! Aku hampir lupa. Kamu adalah calon dokter. Apakah kamu sebentar lagi akan menuntaskan kuliahmu?”“Kemungkinan tahun ini aku akan wisuda. Bulan depan aku akan menjalani sidang skripsi.”“Aku salut kepadamu Baskoro. Hutama dan Indraswari pandai mendidik kamu. Selain kamu kuliah saya dengar kamu juga sudah memiliki bisnis. Di usiamu yang cukup muda kamu sudah mendulang kesuksesan.” “Apa yang pak Archery katakan itu sungguh berlebihan. Aku merasa posisiku masih stagnan dan belum ada perkembangan apapun. Bisnis yang aku geluti pun belum berkembang dengan pesat dan masih berskala nasional.”“Apa kamu pikir aku tidak mengetahui bisnismu Baskoro? Kamu telah bekerjasama

  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 116

    Ibu Indraswari mulai menguraikan pelukannya. Perlahan dia mengusap bulir air mata yang mengalir di kedua pipinya.“Ibu tidak tahu mengapa tiba-tiba bapakmu sakit. Tadi saat sedang minum teh di ruang tengah ibu meninggalkan bapakmu sebentar untuk mengambil kudapan di dapur. Saat itu dia masih sehat, kami memang sedang menunggu kerabat dari keluarga bapak yang akan berkunjung ke rumah. Ibu terkejut melihat bapakmu sudah pingsan sekembali dari dapur. Segera ibu memanggil pelayan untuk membawanya menuju ke kamar.”“Setahuku bapak sehat selama ini. Apa ibu menyembunyikan sesuatu dari ku? Apa bapak menderita penyakit tertentu? Tidak mungkin bapak pingan secara tiba-tiba.”“Sudahlah Baskoro! Kamu jangan menyudutkan ibu dengan berbagai pertanyaanmu. Ibu juga tidak tahu sama seperti kita. Sebaiknya kita menunggu dokter memeriksa bapak.” kata Ardiansyah.Om Laksana yang baru saja masuk ke dalam kamar, melihat sedikit keributan yang muncul antara Baskoro dan Ardiansyah. Dia segera berjalan mende

  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 115

    Sesampainya di kamar kos, Lisa mengajak Zeni duduk. “Sebentar mba Zeni, tunggulah disini. Aku menaruh barangnya di motor.” Lisa bergegas keluar dari kamar.Tak lama kemudian Lisa kembali dengan membawa satu buah paper bag dan meletakkannya di atas meja.“Ini mba Zeni, terimalah. Aku tadi sempat mampir ke butik dan aku lihat ini cocok untuk mba Zeni. Cobalah!”“Aku tidak mau merepotkanmu Lisa. Kenapa kamu membelikan ini untukku? Apakah ini kado pernikahan darimu?” kata Zeni sembari membuka paper bag tersebut.Lisa segera duduk disamping Zeni. “Itu bukan kado pernikahan untuk mba Zeni, tapi kenang-kenangan dariku. Mba Zeni sebentar lagi akan melakukan tugas pengabdian masyarakat selama satu bulan dan setelah itu pasti mba sibuk untuk mempersiapkan pernikahan dan tentunya akan mengambil libur kuliah beberapa hari kan? Setelah itu kita pasti jarang bertemu, apalagi fakultas kita berbeda. Aku pasti merindukan mba Zeni.”“Apa yang kamu katakan Lisa? Kamu jangan lebay seperti Lintang, seol

  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 114

    Siang hari Zeni masih berkutik didepan laptop sampai suara nada dering ponsel membuyarkan konsentrasi Zeni. Dia segera mengambil ponselnya dan menjawab panggilan telepon dari Lintang.“Assalamu’alaikum Lintang? Bagaimana kabarmu?” “Wa’alaikumussalam Zeni. Apakah kamu saat ini berada di kos? Aku sekarang sedang di kampus, rencananya aku mau menemuimu karena kamu tidak berangkat ke kampus?”“Iya Lintang, aku ingin rehat sebentar. Aku tunggu kamu di kos. Datanglah sekarang!”“Oke Zeni. Aku akan segera ke kosmu sekarang.” Tak berapa lama kemudian Lintang sudah berada didepan kos. Dia mengetuk pintu kos Zeni sembari mengucapkan salam. Zeni segera berjalan menuju ke ruang tamu saat mendengar ucapan salam. Dibukanya pintu kos, dia tersenyum melihat Lintang sudah berada didepannya.“Masuklah! Aku senang akhirnya kamu datang ke kos?”Lintang segera masuk ke dalam kos. Zeni menutup pintu kos dan menguncinya. Dia memandu Lintang untuk berjalan menuju ke kamarnya.“Kenapa kosmu sepi sekali? Dim

  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 113

    Tepat pukul 20:30 malam Zeni sampai di kos. Dia segera masuk ke dalam kamar dan meletakkan paper bag di atas meja. Diambilnya baju didalam lemari dan segera melangkahkah kakinya berjalan keluar dari dalam kamar menuju ke kamar mandi.Lisa masuk ke dalam kamar. Dia melihat kamarnya kosong tidak menemukan Zeni.Dia bergumam : “Kemana mba Zeni? Sepertinya tadi mba Zeni sudah pulang ke kos?” sesaat pandangan matanya tertuju pada paper bag di atas meja.“Berarti benar jika mba Zeni sudah pulang.” bisiknya lirih.Zeni muncul dari balik pintu. Dia melihat Lisa sudah duduk di depan meja.“Dari mana kamu Lisa? Kenapa aku baru melihatmu?” tanya Zeni sembari masuk ke dalam kamar.“Tadi aku baru menemani Nina untuk memfotokopi beberapa tugas kelompok. Aku tadi melihat ada mobil yang keluar dari halaman kos kita. Berarti benar, tadi mba Zeni diantar oleh Baskoro?”“Benar Lisa. Apakah kamu melihat Baskoro?”Lisa menggelengkan kepalanya.“Tidak mba. Saat itu mobilnya melaju dengan cepat, aku tidak s

  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 112

    “Hallo Baskoro! Ibu sekarang sudah berada di depan café. Keluarlah! Ibu mau bertemu dengan kamu dan Zeni. Ibu tunggu sekarang!” kata Ibu Indraswari melalui sambungan telepon.“Baiklah ibu. Aku dan Zeni akan segera menemui ibu.” Baskoro segera menutup panggilan telepon.“Kami akan pulang terlebih dahulu, ibu sudah menunggu kami di depan Café. Bill nya biar aku yang bayar.” ucap BaskoroBaskoro segera melambaikan tangannya kepada pelayan café. Seorang pelayan café datang.Dia berkata : “Ada yang perlu aku bantu Tuan?”“Tolong berikan bill untuk seluruh pesanan pada meja ini?” “Baiklah Tuan. Tunggu sebentar aku akan ke kasir untuk mengambilkan catatan billnya.” pelayan segera berlalu dari hadapan Baskoro. Sesaat kemudian pelayan datang sembari menyerahkan kertas bill kepada Baskoro.Baskoro segera mengelurkan sejumlah uang untuk membayar pesanan makanan tersebut.“Aku akan pulang nanti Baskoro. Ada hal yang masih ingin aku bicarakan dengan Frans. Berhati-hatilah selama dalam perjalanan

DMCA.com Protection Status