Share

Bab 45

Author: Antilia
last update Last Updated: 2024-08-04 12:06:49

Zeni dan Lintang memasuki ruangan rapat yang terletak di lantai satu. Zeni mengedarkan pandangannya melihat kesekeliling ruangan yang sudah terdapat beberapa aktivis. Mereka sudah mulai duduk menempati posisi kursi yang kosong. Demikian dengan Rian yang saat ini duduk di depan sedang bergelut dengan beberapa berkas.

Zeni menghentikan langkah kakinya dan berkata : “Lintang, ayo kita serahkan berkasnya sekarang. Lihatlah! Rian sedang mengecek berkas.”

“Baiklah Zeni, ayo kita serahkan berkasnya sekarang!” ajaknya.

Zeni dan Lintang berjalan beriringan menghampiri ke arah Rian.

“Rian, ini berkas yang tadi kamu minta.” ucap Zeni dengan menyodorkan stopmap yang berisi berkas.

“Oke, terima kasih Zeni. Segera cari kursi kosong, kita menunggu beberapa teman sebelum memulai rapat sembari menerima berkas dari Zeni.

Lintang yang berdiri disamping Zeni segera memberikan berkas kepada Rian, dia menyahut : “Berkas dari divisiku sudah aku kumpulkan didalam stopmap ini.”

Rian menerima stopmap dari Lin
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 46

    Rita segera berjalan kedepan mendekat ke arah Rian. Hatinya merasa tidak tenang atas tanggung jawab yang dia pegang.Rian melihat Rita datang dengan raut wajah yang terlihat cemas, lalu dia berkata : “Silakan kamu menjelaskan terkait draft pendamping yang menjadi tanggung jawabmu.”Peserta rapat menunggu Rita untuk menjelaskan draft pendamping yang berbeda jauh dari tahun sebelumnya. Sebelum Rita mulai menguratarakan pendapatnya, Nano mengangkat tangan dan berkata : “Rita untuk isi dari draft pendamping seharusnya untuk SOPnya tidak melenceng jauh dari tahun sebelumnya, kebanyakan panitia yang merangkap tugas sebagai pendamping pada kepanitiaan tahun ini, sebagian besar merupakan panitia pendamping pada pelaksanaan orientasi mahasiswa baru tahun kemarin, seyogyanya draft tersebut berisi point-point yang sama dengan tahun kemarin, sehingga memudahkan para pendamping untuk menjalankan perannya di lapangan, serta aku tekankan sekali lagi, bahwa para pendamping memiliki double tugas yang

    Last Updated : 2024-08-05
  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 47

    Rita dan anggota tim Humas lainnnya sudah berada di luar ruang rapat. Rita melihat kesekeliling halaman luar, dia berkata : “Kita bisa melakukan rapat internal di Gazebo itu?” Dia menunjuk Gazebo yang dekat dengan pohon dan terdapat kursi yang kosong sesuai dengan jumlah anggota timnya.”“Baiklah, kelihatannya tempatnya cukup nyaman dan teduh. Bagaimana pendapat teman-teman yang lain?” ucap anggota humas lainnya.Zizi segera menimpali. “Ayo kita segera kesana, hasil rapat kita sudah ditunggu oleh peserta rapat lainnya.”Segera Rita memimpin jalan kepada mereka menuju Gazebo tersebut. Ke tujuh anggota tim humas sudah menduduki tempatnya masing-masing. Rita mulai membagikan draft pendamping ke masing-masing anggota timnya, sebelum dia memulai rapat internalnya.“Teman-teman, silakan membaca isi draft pendamping!” perintahnya. “Bagi anggota tim humas yang tahun kemarin juga sebagai panita orientasi mahasiswa baru tingkat jurusan yang bertugas sebagai pendamping tentunya mengetahui ada be

    Last Updated : 2024-08-06
  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 48

    “Apakah kamu dan Timmu serius untuk tetap mempertahankan dua point tambahan tersebut. Aku memang bukan bertugas sebagai pendamping, namun aku merasa dua point tersebut tidak cocok sama sekali untuk diterapkan oleh pendamping untuk menjalankan tugasnya. Dan aku mendukung pendapat dari Edo.” ucap peserta lain yang mengkritisi hasil rapat internal dari tim Humas.Rita yang mulai melihat opini yang bermunculan dari peserta rapat selain pendamping segera meminta anggota timnya untuk mulai memberikan argument kepada mereka. Dia berkata : “Aku memberi kesempatan kepada anggota tim humas untuk memberi penguat argument akan hasil rapat internal. Silakan bagi anggota tim humas yang bersedia untuk mulai menyampaikan aspirasinya di forum rapat siang ini.”Zeni segera beranjak dari tempat duduk dia mulai berbicara : “Terima kasih atas kesempatan yang diberika Rita selaku ketua dari Tim Humas. Tim kami sudah mengeluarkan hasil rapat yang akan digunakan oleh pendamping, jadi kami tekankan bahwa pena

    Last Updated : 2024-08-07
  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 49

    Frans mengetik pesan balasan kepada Alex. [ Akhirnya Zeni mau unjuk gigi juga, kabari aku mengenai hasil diskusi, aku sedang sibuk jadi sekarang tidak bisa datang ke kampus. ][ Oke. Frans, nanti aku kabari. ] balas Alex.Alex menyimpan ponselnya dan melihat Zizi yang datang terburu-buru memasuki ruang rapat.Setelah menempati kursinya, akhirnya dia dapat bernafas lega. “Syukurlah rapatnya belum dimulai Zen?” tanyanya dengan melihat wajah Zeni. “Aku tadi di kantin makan secara terburu-buru, tidak etis jika aku datang telat padahal pembahasan rapat ini sedang membahas hasil dari rapat internal tim kita.”“Kamu benar Zizi. Tapi kemungkinan sebentar lagi akan dimulai rapat umumnya untuk mengumumkan hasil diskusi mereka.” ucap Zeni dengan menunjukkan kepada Zizi bahwa para ketua divis kepanitiaan mulai menuju ke tempat duduknya masing-masing.“Betul Zeni.” ucapnya dengan bersemangat. “Setelah ini selesai, aku benar-benar lega sudah melewati rapat di forum ini.” Senyum mengembang terukir

    Last Updated : 2024-08-08
  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 50

    Zizi masih berada di serambi Musholla kampus bersama beberapa teman aktivis lainnya. Dia masih menunggu Zeni yang masih didalam Musholla.“Apakah kamu mengetahui Zizi, bahwa Edo memberi andil atas adanya draft pengecualian pada diskusi yang membahas rapat internal tim humas?” tanya Rei salah satu anggota timnya Edo.“Pantas saja, wajah Rita terlihat kusut saat selesai diskusi. Bukankah draft pengecualian sudah mereka susun saat berlangsungnya diskusi?”“Aku sudah menanyakan ke Edo, tapi dia tutup mulut.” jawab Rei dengan mengangkat bahu. “Kamu masih menunggu Zeni? Sebentar lagi waktu breaknya selesai.”“Iya, sebentar lagi Zeni juga akan kesini. Rita tidak pernah bahas draft pengecualian, meskinya dia bercerita kepada anggota tim humas lainnya saat dia selesai diskusi. Kami mengetahui adanya draft pengecualian saat Rian membacakan hasil diskusi tersebut.”“Baiklah kalau kamu masih menunggu Zeni, aku ke ruang rapat terlebih dahulu.” ucap Rei seraya berlalu dari hadapan Zizi.Langkah leb

    Last Updated : 2024-08-09
  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 51

    Lintang mengedarkan pandangannya kesekeliling ruangan rapat. Dia berusaha mencari keberdaan Zeni. Nano yang melihat gelagat anak buahnya segera bereaksi. “Siapa yang kamu cari? Rapatnya sudah selesai, mungkin dia sudah keluar dari ruang rapat. Beberapa aktivis memang masih berada di ruangan rapat, karena menunggu waktu rapat orientasi mahasiswa baru di tingkat fakultas.”“Aku mencari Zeni, apa yang kamu katakan benar, mungkin Zeni sudah keluar dari ruangan ini.” sembari menelusuri kembali keberadaan Zeni di ruang rapat tersebut. “Apakah rapatnya akan dilakukan di ruangan ini?”“Tidak. Rapatnya dilakukan di gedung lain, mereka mungkin malas keluar masuk ruangan lagi, jadi lebih asyik menunggu di ruangan ini sembari bercengkerama dengan teman sesama aktivis lainnya.”“Aku pulang dulu Nano, sebentar lagi malam semakin larut.” “Pulanglah, kita akan rapat hari minggu, jangan lupa. Besok ketua umum dan beberapa aktivis lainnya sibuk pembekalan tugas pengabdian masayarakat yang di kabarkan

    Last Updated : 2024-08-10
  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 52

    Sorot mata Garvin menyapu kesekeliling kampus pada malam ini, sembari menyeimbangkan langkah kakinya berjalan mengiringi Baskoro yang mulai memasuki area halaman Gedung kampus. Garvin melihat beberapa mahasiswa yang tengah duduk bercengkerama didepan Gazebo, terlihat mereka asyik bercakap satu sama lain dengan tawa yang mengiringi kebersamaan mereka.Mereka terus berjalan menyusuri lorong kampus di lantai satu dengan pencahyaan lampu yang redup.“Ini ruangan rapatnya.” ucap baskoro sembari menghentikan langkah kakinya tepat berada di depan ruangan.“Apakah kamu sudah membuat janji bertemu dengan Frans malam ini? Seharusnya dia sudah menunggumu didepan ruangan rapat.” ujarnya dengan menelusuri pandangan matanya keseluruh area depan ruangan yang tidak nampak batang hidung seorangpun.“Aku membuat surprise untuk Frans.” Baskoro mengambil ponsel dan menghubungi nomornya Frans. Sesaat panggilan telepon mulai terhubung.Baskoro bergumam : “Kenapa tidak ada suaranya? Padahal terlihat dipons

    Last Updated : 2024-08-11
  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 53

    Zizi yang saat ini tengah mengendarai motor bersama Zeni yang duduk dibelakangnya, masih merasa khawatir atas insiden yang terjadi di area parkir. Dia bergumam : “Apakah benar Zeni tidak terluka sama sekali? Memang saat aku melihat mobil yang dikendarai Baskoro, mobil tersebut tidak sempat menyentuh badan Zeni, namun Zeni posisinya terjatuh tak jauh dari mobil itu.”Zizi segera menepikan kendaraannya ditepi apotik. Zeni terkejut dan berkata : “Apakah kamu mau membeli sesuatu? Kenapa berhenti didepan apotik?”Zizi mematikan mesin motornya kemudian berkata : “Turunlah sebentar Zeni, aku mau membeli beberapa obat. Persediaan obatku habis?” Zizi segera turun dari motor dan diikuti oleh Zeni. “Apakah kamu menginginkan sesuatu untuk dibeli di apotik ini?” tanya Zizi.“Tidak Zizi, aku menunggu kamu disini saja. Cepatlah kamu masuk kedalam apotik, ada jam tutup dalam apotik, bersegeralah!”“Oke, kamu tunggu disini ya. Aku cuma sebentar.” Zizi segera pergi menuju ke apotik.Tak lama kemudia

    Last Updated : 2024-08-12

Latest chapter

  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 120

    Zeni mengambil ponselnya dan menghubungi Baskoro. Sesaat panggilan mulai terhubung.“Hallo Zeni. Apakah kamu sudah bertemu dengan driver?” tanya Baskoro melalui sambungan telepon.“Aku sudah bertemu dengan driver dan saat ini sedang dalam perjalanan. Baskoro, aku akan pergi ke kantor sebentar untuk melakukan absensi online dan bertemu dengan pak Leon. Apakah kamu tidak keberatan?”“Tentu saja aku tidak keberatan. Driver akan mengantarkanmu ke kantor sebelum pergi ke rumah sakit.”“Baiklah… Bagaimana kondisi bapak Hutama?”“Keadaannya jauh lebih baik dibandingkan tadi malam. Saat ini bapak sedang sarapan pagi ditemani oleh Ibu dan Om Laksana.”“Syukurlah jika kondisi pak Hutama semakin baik. Sebentar lagi aku akan sampai di kantor, aku tutup teleponnya sekarang Baskoro.”“Siapa yang meneleponmu Baskoro?” tanya Galuh tepat berada didepan Baskoro.“Tante!” kata Baskoro dengan terkejut. “Kapan tante Galuh datang ke balkon ini? Kenapa aku tidak menyadari kedatangan tante?”“Aku baru saja d

  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 119

    Laksana dan Galuh masuk ke dalam ruang perawatan. Dia melihat Baskoro sedang berbicara dengan seorang perawat yang berdiri tak jauh dari Hutama. Galuh segera duduk disamping Indraswari.“Kak, bersabarlah! Aku yakin kak Hutama segera sembuh. Jika kak Indraswari sudah lelah, istirahatlah! Biarkan aku dan Laksana yang menjaga kak Hutama.”“Aku belum lelah Galuh. Nanti saja sekalian aku menunggu Ardiansyah.” ucapnya dengan sedih.“Kak Hutama memiliki semangat hidup yang tinggi, tentu dia akan lekas sembuh. Kak Indraswari tidak perlu larut dalam kesedihan.”“Benar apa yang kamu katakan Laksana, Hutama memang tipe orang yang bersemangat dan memilki optimis yang tinggi. Aku hanya merasa shock atas kesehatan Hutama yang tiba-tiba jatuh sakit. Selama aku hidup berumah tangga dengannya dia tidak pernah sakit parah. Ini adalah pertama kalinnya.”“Kak Hutama sudah tidak muda lagi, tentu energinya tidak seperti dulu. Yang sama hanyalah semangat hidupnya yang masih berjiwa muda. Kemarin dia sakit s

  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 118

    “Tidak tante Galuh. Aku hanya terkejut saja atas pertanyaan yang tiba-tiba menyudutkanku untuk segera menikah. Aku benar-benar belum memilki teman dekat laki-laki yang cocok dan sesuai dengan kriteriaku.”“Apakah kamu memiliki masalah? Tante berpikir jika kamu memiliki pergaulan yang luas, sehingga tidaklah sulit untuk mendapatkan pasangan hidup.”“Itu tidak semudah yang tante lihat. Aku merasa belum waktunya untuk menikah, usiaku juga belum memasuki kepala tiga, jadi aku masih memiliki waktu untuk menikmati masa lajangku.”“Tidak seperti itu Adiratna, kamu adalah anak perempuan satu-satunya dari kak Hutama, jadi kedua orang tuamu tentu lebih memperhatikan masa depanmu. Mungkin tante dan om Laksana bisa membantumu untuk mengenalkan beberapa lelaki yang pantas untukmu.”“Lakukan saja Galuh! Aku juga pernah memikirkan hal tersebut dengan Hutama, namun karena kami jarang bertemu ditambah dengan kesibukan masing-masing, rencana kami belum terlaksana sampai saat ini.”“Apakah kak Indraswar

  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 117

    Baskoro dan pak Archery segera berjalan masuk ke dalam rumah sakit. Mereka segera menuju ke lift yang membawanya menuju ke lantai dua.“Apakah kamu sudah mengetahui di ruang mana Hutama menjalani perawatan?” “Sudah pak Archery, prof. Jack telah mengirim pesan mengenai ruangan yang digunakan untuk perawatan bapak.”“Oh… benar! Aku hampir lupa. Kamu adalah calon dokter. Apakah kamu sebentar lagi akan menuntaskan kuliahmu?”“Kemungkinan tahun ini aku akan wisuda. Bulan depan aku akan menjalani sidang skripsi.”“Aku salut kepadamu Baskoro. Hutama dan Indraswari pandai mendidik kamu. Selain kamu kuliah saya dengar kamu juga sudah memiliki bisnis. Di usiamu yang cukup muda kamu sudah mendulang kesuksesan.” “Apa yang pak Archery katakan itu sungguh berlebihan. Aku merasa posisiku masih stagnan dan belum ada perkembangan apapun. Bisnis yang aku geluti pun belum berkembang dengan pesat dan masih berskala nasional.”“Apa kamu pikir aku tidak mengetahui bisnismu Baskoro? Kamu telah bekerjasama

  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 116

    Ibu Indraswari mulai menguraikan pelukannya. Perlahan dia mengusap bulir air mata yang mengalir di kedua pipinya.“Ibu tidak tahu mengapa tiba-tiba bapakmu sakit. Tadi saat sedang minum teh di ruang tengah ibu meninggalkan bapakmu sebentar untuk mengambil kudapan di dapur. Saat itu dia masih sehat, kami memang sedang menunggu kerabat dari keluarga bapak yang akan berkunjung ke rumah. Ibu terkejut melihat bapakmu sudah pingsan sekembali dari dapur. Segera ibu memanggil pelayan untuk membawanya menuju ke kamar.”“Setahuku bapak sehat selama ini. Apa ibu menyembunyikan sesuatu dari ku? Apa bapak menderita penyakit tertentu? Tidak mungkin bapak pingan secara tiba-tiba.”“Sudahlah Baskoro! Kamu jangan menyudutkan ibu dengan berbagai pertanyaanmu. Ibu juga tidak tahu sama seperti kita. Sebaiknya kita menunggu dokter memeriksa bapak.” kata Ardiansyah.Om Laksana yang baru saja masuk ke dalam kamar, melihat sedikit keributan yang muncul antara Baskoro dan Ardiansyah. Dia segera berjalan mende

  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 115

    Sesampainya di kamar kos, Lisa mengajak Zeni duduk. “Sebentar mba Zeni, tunggulah disini. Aku menaruh barangnya di motor.” Lisa bergegas keluar dari kamar.Tak lama kemudian Lisa kembali dengan membawa satu buah paper bag dan meletakkannya di atas meja.“Ini mba Zeni, terimalah. Aku tadi sempat mampir ke butik dan aku lihat ini cocok untuk mba Zeni. Cobalah!”“Aku tidak mau merepotkanmu Lisa. Kenapa kamu membelikan ini untukku? Apakah ini kado pernikahan darimu?” kata Zeni sembari membuka paper bag tersebut.Lisa segera duduk disamping Zeni. “Itu bukan kado pernikahan untuk mba Zeni, tapi kenang-kenangan dariku. Mba Zeni sebentar lagi akan melakukan tugas pengabdian masyarakat selama satu bulan dan setelah itu pasti mba sibuk untuk mempersiapkan pernikahan dan tentunya akan mengambil libur kuliah beberapa hari kan? Setelah itu kita pasti jarang bertemu, apalagi fakultas kita berbeda. Aku pasti merindukan mba Zeni.”“Apa yang kamu katakan Lisa? Kamu jangan lebay seperti Lintang, seol

  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 114

    Siang hari Zeni masih berkutik didepan laptop sampai suara nada dering ponsel membuyarkan konsentrasi Zeni. Dia segera mengambil ponselnya dan menjawab panggilan telepon dari Lintang.“Assalamu’alaikum Lintang? Bagaimana kabarmu?” “Wa’alaikumussalam Zeni. Apakah kamu saat ini berada di kos? Aku sekarang sedang di kampus, rencananya aku mau menemuimu karena kamu tidak berangkat ke kampus?”“Iya Lintang, aku ingin rehat sebentar. Aku tunggu kamu di kos. Datanglah sekarang!”“Oke Zeni. Aku akan segera ke kosmu sekarang.” Tak berapa lama kemudian Lintang sudah berada didepan kos. Dia mengetuk pintu kos Zeni sembari mengucapkan salam. Zeni segera berjalan menuju ke ruang tamu saat mendengar ucapan salam. Dibukanya pintu kos, dia tersenyum melihat Lintang sudah berada didepannya.“Masuklah! Aku senang akhirnya kamu datang ke kos?”Lintang segera masuk ke dalam kos. Zeni menutup pintu kos dan menguncinya. Dia memandu Lintang untuk berjalan menuju ke kamarnya.“Kenapa kosmu sepi sekali? Dim

  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 113

    Tepat pukul 20:30 malam Zeni sampai di kos. Dia segera masuk ke dalam kamar dan meletakkan paper bag di atas meja. Diambilnya baju didalam lemari dan segera melangkahkah kakinya berjalan keluar dari dalam kamar menuju ke kamar mandi.Lisa masuk ke dalam kamar. Dia melihat kamarnya kosong tidak menemukan Zeni.Dia bergumam : “Kemana mba Zeni? Sepertinya tadi mba Zeni sudah pulang ke kos?” sesaat pandangan matanya tertuju pada paper bag di atas meja.“Berarti benar jika mba Zeni sudah pulang.” bisiknya lirih.Zeni muncul dari balik pintu. Dia melihat Lisa sudah duduk di depan meja.“Dari mana kamu Lisa? Kenapa aku baru melihatmu?” tanya Zeni sembari masuk ke dalam kamar.“Tadi aku baru menemani Nina untuk memfotokopi beberapa tugas kelompok. Aku tadi melihat ada mobil yang keluar dari halaman kos kita. Berarti benar, tadi mba Zeni diantar oleh Baskoro?”“Benar Lisa. Apakah kamu melihat Baskoro?”Lisa menggelengkan kepalanya.“Tidak mba. Saat itu mobilnya melaju dengan cepat, aku tidak s

  • Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus   Bab 112

    “Hallo Baskoro! Ibu sekarang sudah berada di depan café. Keluarlah! Ibu mau bertemu dengan kamu dan Zeni. Ibu tunggu sekarang!” kata Ibu Indraswari melalui sambungan telepon.“Baiklah ibu. Aku dan Zeni akan segera menemui ibu.” Baskoro segera menutup panggilan telepon.“Kami akan pulang terlebih dahulu, ibu sudah menunggu kami di depan Café. Bill nya biar aku yang bayar.” ucap BaskoroBaskoro segera melambaikan tangannya kepada pelayan café. Seorang pelayan café datang.Dia berkata : “Ada yang perlu aku bantu Tuan?”“Tolong berikan bill untuk seluruh pesanan pada meja ini?” “Baiklah Tuan. Tunggu sebentar aku akan ke kasir untuk mengambilkan catatan billnya.” pelayan segera berlalu dari hadapan Baskoro. Sesaat kemudian pelayan datang sembari menyerahkan kertas bill kepada Baskoro.Baskoro segera mengelurkan sejumlah uang untuk membayar pesanan makanan tersebut.“Aku akan pulang nanti Baskoro. Ada hal yang masih ingin aku bicarakan dengan Frans. Berhati-hatilah selama dalam perjalanan

DMCA.com Protection Status