Zizi masih berada di serambi Musholla kampus bersama beberapa teman aktivis lainnya. Dia masih menunggu Zeni yang masih didalam Musholla.“Apakah kamu mengetahui Zizi, bahwa Edo memberi andil atas adanya draft pengecualian pada diskusi yang membahas rapat internal tim humas?” tanya Rei salah satu anggota timnya Edo.“Pantas saja, wajah Rita terlihat kusut saat selesai diskusi. Bukankah draft pengecualian sudah mereka susun saat berlangsungnya diskusi?”“Aku sudah menanyakan ke Edo, tapi dia tutup mulut.” jawab Rei dengan mengangkat bahu. “Kamu masih menunggu Zeni? Sebentar lagi waktu breaknya selesai.”“Iya, sebentar lagi Zeni juga akan kesini. Rita tidak pernah bahas draft pengecualian, meskinya dia bercerita kepada anggota tim humas lainnya saat dia selesai diskusi. Kami mengetahui adanya draft pengecualian saat Rian membacakan hasil diskusi tersebut.”“Baiklah kalau kamu masih menunggu Zeni, aku ke ruang rapat terlebih dahulu.” ucap Rei seraya berlalu dari hadapan Zizi.Langkah leb
Lintang mengedarkan pandangannya kesekeliling ruangan rapat. Dia berusaha mencari keberdaan Zeni. Nano yang melihat gelagat anak buahnya segera bereaksi. “Siapa yang kamu cari? Rapatnya sudah selesai, mungkin dia sudah keluar dari ruang rapat. Beberapa aktivis memang masih berada di ruangan rapat, karena menunggu waktu rapat orientasi mahasiswa baru di tingkat fakultas.”“Aku mencari Zeni, apa yang kamu katakan benar, mungkin Zeni sudah keluar dari ruangan ini.” sembari menelusuri kembali keberadaan Zeni di ruang rapat tersebut. “Apakah rapatnya akan dilakukan di ruangan ini?”“Tidak. Rapatnya dilakukan di gedung lain, mereka mungkin malas keluar masuk ruangan lagi, jadi lebih asyik menunggu di ruangan ini sembari bercengkerama dengan teman sesama aktivis lainnya.”“Aku pulang dulu Nano, sebentar lagi malam semakin larut.” “Pulanglah, kita akan rapat hari minggu, jangan lupa. Besok ketua umum dan beberapa aktivis lainnya sibuk pembekalan tugas pengabdian masayarakat yang di kabarkan
Sorot mata Garvin menyapu kesekeliling kampus pada malam ini, sembari menyeimbangkan langkah kakinya berjalan mengiringi Baskoro yang mulai memasuki area halaman Gedung kampus. Garvin melihat beberapa mahasiswa yang tengah duduk bercengkerama didepan Gazebo, terlihat mereka asyik bercakap satu sama lain dengan tawa yang mengiringi kebersamaan mereka.Mereka terus berjalan menyusuri lorong kampus di lantai satu dengan pencahyaan lampu yang redup.“Ini ruangan rapatnya.” ucap baskoro sembari menghentikan langkah kakinya tepat berada di depan ruangan.“Apakah kamu sudah membuat janji bertemu dengan Frans malam ini? Seharusnya dia sudah menunggumu didepan ruangan rapat.” ujarnya dengan menelusuri pandangan matanya keseluruh area depan ruangan yang tidak nampak batang hidung seorangpun.“Aku membuat surprise untuk Frans.” Baskoro mengambil ponsel dan menghubungi nomornya Frans. Sesaat panggilan telepon mulai terhubung.Baskoro bergumam : “Kenapa tidak ada suaranya? Padahal terlihat dipons
Zizi yang saat ini tengah mengendarai motor bersama Zeni yang duduk dibelakangnya, masih merasa khawatir atas insiden yang terjadi di area parkir. Dia bergumam : “Apakah benar Zeni tidak terluka sama sekali? Memang saat aku melihat mobil yang dikendarai Baskoro, mobil tersebut tidak sempat menyentuh badan Zeni, namun Zeni posisinya terjatuh tak jauh dari mobil itu.”Zizi segera menepikan kendaraannya ditepi apotik. Zeni terkejut dan berkata : “Apakah kamu mau membeli sesuatu? Kenapa berhenti didepan apotik?”Zizi mematikan mesin motornya kemudian berkata : “Turunlah sebentar Zeni, aku mau membeli beberapa obat. Persediaan obatku habis?” Zizi segera turun dari motor dan diikuti oleh Zeni. “Apakah kamu menginginkan sesuatu untuk dibeli di apotik ini?” tanya Zizi.“Tidak Zizi, aku menunggu kamu disini saja. Cepatlah kamu masuk kedalam apotik, ada jam tutup dalam apotik, bersegeralah!”“Oke, kamu tunggu disini ya. Aku cuma sebentar.” Zizi segera pergi menuju ke apotik.Tak lama kemudia
Zizi selesai memasukkan motor kedalam kosnya Zeni, segera berkata : “Apakah aku merepotkan teman sekamarmu?” seraya berjalan mendekat kearah Zeni.Zeni yang tengah berdiri tersenyum mendengar pertanyaan dari Zizi. “Kenapa kamu menanyakan hal seperti itu? Kebetulan ada teman satu kos yang mudik sehingga dia dapat tidur dengannya. Lagian besok hari sabtu, jadwal kuliah libur. Rata-rata mahasiswa yang kos disini adalah mahasiswa dengan kelas regular.”Zeni menggandeng tangan Zizi dan berkata : “Ayo masuk kedalam kamar? Kamu masih ingat akan kamarkukan? Kamarku masih tetap belum berubah.”“Tentu saja Zeni, aku kan sering berkunjung ke kosmu. Apakah saat ini banyak teman kosmu yang mudik?”“Aku belum menanyakan lebih lanjut berapa teman kos yang mudik hari ini.” sembari membuka pintu kamarnya.“Masuklah Zizi!” ucap Zeni sembari memimpin berjalan kedalam kamar. Zizi duduk di kursi dan meletakkan ransel beserta makanan diatas meja.“Apakah kamu mau membersihkan badanmu terlebih dahulu? Ak
Rapat kepanitian orientasi mahasiswa baru tingkat fakultas masih terus berlanjut, tepat pukul 23:00 malam Rian selaku ketua tim divisi telah selesai menyampaikan pemaparannya terkait list perlengkapan dan barang yang dibawa oleh mahasiswa baru.Suasana peserta rapat mulai ramai saat Frans tampil kedepan memaparkan kinerja timnya. Dia berkata : “Tim humas kami telah melakukan semua pendistribuan surat khususnya yang bersifat urgent seperti gedung, sound system serta dosen yang kita undang untuk membuka acara inti. Mengingat pelaksanaanya adalah kurang tiga hari lagi, maka kami himbau kepada seluruh panitia untuk selalu bahu membahu dalam menyukseskan acara tersebut. Semua pos surat sudah kami dapatkan konfirmasi terkait pengambilannya, sehingga jika saat pelaksanaanya terdapat kekurangan kami siap untuk terjun di lapanagn menyelesaikan permasalah tersebut yang berkaitan dengan kerja Tim divisi Humas. Untuk beberapa agenda yang sempat berubah, dari tim kami sudah segera merevisinya. Kam
Suara Adzan subuh mulai menggema dengan suasana pagi yang mendominasi untuk tetap merasakan kehangatan dalam pelukan malam yang enggan berganti dengan kedatangan sang surya.Zeni menggeliatkan tubuhnya dan memulai membuka kedua kelopak matanya. Dia tersadar dari mimpi dan segera memulihkan kesadarannya untuk mulai bangun dari tempat tidur. Zeni melihat Zizi yang masih tertidur lelap disampingnya. Dia merasakan sedikit rasa perih pada luka yang berada di kaki kanannya. Zeni tersenyum sembari bergumam : “Aku akan mengingatnya Zizi, semua bantuanmu akan aku balas suatu saat nanti.” Dia memegang balutan perban pada kakinya.Segera dia beranjak dari tempat tidur dan mulai melangkahkan kakinya menuju kamar mandi dengan membawa baju ganti. Zeni memilih untuk mandi pagi dengan merasakan aroma sejuknya air dingin yang membuat tubuh dan pikirannya menjadi bertenaga.Tak berapa lama kemudian Zizi terjaga dari tidurnya. Dia terkejut melihat Zeni sudah tidak berada disampingnya.“Kemana Zeni? Ad
Pagi hari udara masih terasa sejuk. Hembusan angin pagi terasa menyapu disekujur tubuhnya Zeni. Motor yang membawa Zizi dan Zeni melaju cepat di jalanan Kawasan kampus. Suasana cukup lenggang dan hanya terlihat beberapa mahasiswa yang sedang lalu lalang di kawasan kampus tersebut.Tak berapa lama mereka sampai dihalaman parkir Gedung Auditorium. “Terima kasih Zizi, kamu mau masuk sekalian?” tawar Zeni.“Tidak. Aku akan segera bersiap, ada acara sebentar lagi. Zeni, kamu jangan lupa merawat lukamu, aku sudah meletakkan obat di dalam kantong plastik yang berada di atas meja.”“Aku jadi merepotkanmu Zizi? Terima kasih?”“Bukan apa-apa Zeni. Lekas masuk kedalam, kelihatannya sudah banyak mahasiswa yang berdatangan.”“Oke.”Zeni memandang Zizi yang mulai menghilang dari area parkir.Dari kejauhan terlihat Baskoro yang berjalan mendekat ke arah Zeni. Langkah kaki Baskoro dipercepat supaya dapat segera berjalan beriringan dengan Zeni.Zeni yang tidak mengetahui kedatangan Baskoro masih tet