Lintang mengedarkan pandangannya kesekeliling ruangan rapat. Dia berusaha mencari keberdaan Zeni. Nano yang melihat gelagat anak buahnya segera bereaksi. “Siapa yang kamu cari? Rapatnya sudah selesai, mungkin dia sudah keluar dari ruang rapat. Beberapa aktivis memang masih berada di ruangan rapat, karena menunggu waktu rapat orientasi mahasiswa baru di tingkat fakultas.”“Aku mencari Zeni, apa yang kamu katakan benar, mungkin Zeni sudah keluar dari ruangan ini.” sembari menelusuri kembali keberadaan Zeni di ruang rapat tersebut. “Apakah rapatnya akan dilakukan di ruangan ini?”“Tidak. Rapatnya dilakukan di gedung lain, mereka mungkin malas keluar masuk ruangan lagi, jadi lebih asyik menunggu di ruangan ini sembari bercengkerama dengan teman sesama aktivis lainnya.”“Aku pulang dulu Nano, sebentar lagi malam semakin larut.” “Pulanglah, kita akan rapat hari minggu, jangan lupa. Besok ketua umum dan beberapa aktivis lainnya sibuk pembekalan tugas pengabdian masayarakat yang di kabarkan
Sorot mata Garvin menyapu kesekeliling kampus pada malam ini, sembari menyeimbangkan langkah kakinya berjalan mengiringi Baskoro yang mulai memasuki area halaman Gedung kampus. Garvin melihat beberapa mahasiswa yang tengah duduk bercengkerama didepan Gazebo, terlihat mereka asyik bercakap satu sama lain dengan tawa yang mengiringi kebersamaan mereka.Mereka terus berjalan menyusuri lorong kampus di lantai satu dengan pencahyaan lampu yang redup.“Ini ruangan rapatnya.” ucap baskoro sembari menghentikan langkah kakinya tepat berada di depan ruangan.“Apakah kamu sudah membuat janji bertemu dengan Frans malam ini? Seharusnya dia sudah menunggumu didepan ruangan rapat.” ujarnya dengan menelusuri pandangan matanya keseluruh area depan ruangan yang tidak nampak batang hidung seorangpun.“Aku membuat surprise untuk Frans.” Baskoro mengambil ponsel dan menghubungi nomornya Frans. Sesaat panggilan telepon mulai terhubung.Baskoro bergumam : “Kenapa tidak ada suaranya? Padahal terlihat dipons
Zizi yang saat ini tengah mengendarai motor bersama Zeni yang duduk dibelakangnya, masih merasa khawatir atas insiden yang terjadi di area parkir. Dia bergumam : “Apakah benar Zeni tidak terluka sama sekali? Memang saat aku melihat mobil yang dikendarai Baskoro, mobil tersebut tidak sempat menyentuh badan Zeni, namun Zeni posisinya terjatuh tak jauh dari mobil itu.”Zizi segera menepikan kendaraannya ditepi apotik. Zeni terkejut dan berkata : “Apakah kamu mau membeli sesuatu? Kenapa berhenti didepan apotik?”Zizi mematikan mesin motornya kemudian berkata : “Turunlah sebentar Zeni, aku mau membeli beberapa obat. Persediaan obatku habis?” Zizi segera turun dari motor dan diikuti oleh Zeni. “Apakah kamu menginginkan sesuatu untuk dibeli di apotik ini?” tanya Zizi.“Tidak Zizi, aku menunggu kamu disini saja. Cepatlah kamu masuk kedalam apotik, ada jam tutup dalam apotik, bersegeralah!”“Oke, kamu tunggu disini ya. Aku cuma sebentar.” Zizi segera pergi menuju ke apotik.Tak lama kemudia
Zizi selesai memasukkan motor kedalam kosnya Zeni, segera berkata : “Apakah aku merepotkan teman sekamarmu?” seraya berjalan mendekat kearah Zeni.Zeni yang tengah berdiri tersenyum mendengar pertanyaan dari Zizi. “Kenapa kamu menanyakan hal seperti itu? Kebetulan ada teman satu kos yang mudik sehingga dia dapat tidur dengannya. Lagian besok hari sabtu, jadwal kuliah libur. Rata-rata mahasiswa yang kos disini adalah mahasiswa dengan kelas regular.”Zeni menggandeng tangan Zizi dan berkata : “Ayo masuk kedalam kamar? Kamu masih ingat akan kamarkukan? Kamarku masih tetap belum berubah.”“Tentu saja Zeni, aku kan sering berkunjung ke kosmu. Apakah saat ini banyak teman kosmu yang mudik?”“Aku belum menanyakan lebih lanjut berapa teman kos yang mudik hari ini.” sembari membuka pintu kamarnya.“Masuklah Zizi!” ucap Zeni sembari memimpin berjalan kedalam kamar. Zizi duduk di kursi dan meletakkan ransel beserta makanan diatas meja.“Apakah kamu mau membersihkan badanmu terlebih dahulu? Ak
Rapat kepanitian orientasi mahasiswa baru tingkat fakultas masih terus berlanjut, tepat pukul 23:00 malam Rian selaku ketua tim divisi telah selesai menyampaikan pemaparannya terkait list perlengkapan dan barang yang dibawa oleh mahasiswa baru.Suasana peserta rapat mulai ramai saat Frans tampil kedepan memaparkan kinerja timnya. Dia berkata : “Tim humas kami telah melakukan semua pendistribuan surat khususnya yang bersifat urgent seperti gedung, sound system serta dosen yang kita undang untuk membuka acara inti. Mengingat pelaksanaanya adalah kurang tiga hari lagi, maka kami himbau kepada seluruh panitia untuk selalu bahu membahu dalam menyukseskan acara tersebut. Semua pos surat sudah kami dapatkan konfirmasi terkait pengambilannya, sehingga jika saat pelaksanaanya terdapat kekurangan kami siap untuk terjun di lapanagn menyelesaikan permasalah tersebut yang berkaitan dengan kerja Tim divisi Humas. Untuk beberapa agenda yang sempat berubah, dari tim kami sudah segera merevisinya. Kam
Suara Adzan subuh mulai menggema dengan suasana pagi yang mendominasi untuk tetap merasakan kehangatan dalam pelukan malam yang enggan berganti dengan kedatangan sang surya.Zeni menggeliatkan tubuhnya dan memulai membuka kedua kelopak matanya. Dia tersadar dari mimpi dan segera memulihkan kesadarannya untuk mulai bangun dari tempat tidur. Zeni melihat Zizi yang masih tertidur lelap disampingnya. Dia merasakan sedikit rasa perih pada luka yang berada di kaki kanannya. Zeni tersenyum sembari bergumam : “Aku akan mengingatnya Zizi, semua bantuanmu akan aku balas suatu saat nanti.” Dia memegang balutan perban pada kakinya.Segera dia beranjak dari tempat tidur dan mulai melangkahkan kakinya menuju kamar mandi dengan membawa baju ganti. Zeni memilih untuk mandi pagi dengan merasakan aroma sejuknya air dingin yang membuat tubuh dan pikirannya menjadi bertenaga.Tak berapa lama kemudian Zizi terjaga dari tidurnya. Dia terkejut melihat Zeni sudah tidak berada disampingnya.“Kemana Zeni? Ad
Pagi hari udara masih terasa sejuk. Hembusan angin pagi terasa menyapu disekujur tubuhnya Zeni. Motor yang membawa Zizi dan Zeni melaju cepat di jalanan Kawasan kampus. Suasana cukup lenggang dan hanya terlihat beberapa mahasiswa yang sedang lalu lalang di kawasan kampus tersebut.Tak berapa lama mereka sampai dihalaman parkir Gedung Auditorium. “Terima kasih Zizi, kamu mau masuk sekalian?” tawar Zeni.“Tidak. Aku akan segera bersiap, ada acara sebentar lagi. Zeni, kamu jangan lupa merawat lukamu, aku sudah meletakkan obat di dalam kantong plastik yang berada di atas meja.”“Aku jadi merepotkanmu Zizi? Terima kasih?”“Bukan apa-apa Zeni. Lekas masuk kedalam, kelihatannya sudah banyak mahasiswa yang berdatangan.”“Oke.”Zeni memandang Zizi yang mulai menghilang dari area parkir.Dari kejauhan terlihat Baskoro yang berjalan mendekat ke arah Zeni. Langkah kaki Baskoro dipercepat supaya dapat segera berjalan beriringan dengan Zeni.Zeni yang tidak mengetahui kedatangan Baskoro masih tet
Zeni dan Vilia sudah tiba di barisan tengah. Mereka segera berjalan diantara lorong yang memisahkan antara kursi depan dan belakang.Zeni segera duduk disamping Vilia. Terlihat keseluruhan kursi mulai terisi oleh peserta pembekalan.Zeni berkata : “Aku akan kesulitan mencari kalian ditengah barisan kursi ini, kalian lihat dengan seragam putih hitam semua sangat sulit untuk membedakan keberadaan kalian di kerumunan ini.”“Benar Zeni. Apakah kamu sudah pernah bertemu dengan anggota kelompokmu?” tanya Giant.“Belum. Kamu tahu sendiri, kemarin saat pembagian kelompok, namaku belum tercantum dan akhirnya aku menggantikan posisi Baskoro dikelompoknya.”“Siapa Baskoro? Kenapa aku tidak mengetahuinya?” tanya Rian yang duduk bersebelahan dengan Giant.“Baskoro adalah mahasiswa kedokteran, dia sempat bersitegang dengan bagian administrasi saat mengajukan perpindahan kelompok karena bersifat mendadak, untungnya namaku belum tercantum dikelompok manapun, sehingga petugas administrasi segera memas
Zeni mengambil ponselnya dan menghubungi Baskoro. Sesaat panggilan mulai terhubung.“Hallo Zeni. Apakah kamu sudah bertemu dengan driver?” tanya Baskoro melalui sambungan telepon.“Aku sudah bertemu dengan driver dan saat ini sedang dalam perjalanan. Baskoro, aku akan pergi ke kantor sebentar untuk melakukan absensi online dan bertemu dengan pak Leon. Apakah kamu tidak keberatan?”“Tentu saja aku tidak keberatan. Driver akan mengantarkanmu ke kantor sebelum pergi ke rumah sakit.”“Baiklah… Bagaimana kondisi bapak Hutama?”“Keadaannya jauh lebih baik dibandingkan tadi malam. Saat ini bapak sedang sarapan pagi ditemani oleh Ibu dan Om Laksana.”“Syukurlah jika kondisi pak Hutama semakin baik. Sebentar lagi aku akan sampai di kantor, aku tutup teleponnya sekarang Baskoro.”“Siapa yang meneleponmu Baskoro?” tanya Galuh tepat berada didepan Baskoro.“Tante!” kata Baskoro dengan terkejut. “Kapan tante Galuh datang ke balkon ini? Kenapa aku tidak menyadari kedatangan tante?”“Aku baru saja d
Laksana dan Galuh masuk ke dalam ruang perawatan. Dia melihat Baskoro sedang berbicara dengan seorang perawat yang berdiri tak jauh dari Hutama. Galuh segera duduk disamping Indraswari.“Kak, bersabarlah! Aku yakin kak Hutama segera sembuh. Jika kak Indraswari sudah lelah, istirahatlah! Biarkan aku dan Laksana yang menjaga kak Hutama.”“Aku belum lelah Galuh. Nanti saja sekalian aku menunggu Ardiansyah.” ucapnya dengan sedih.“Kak Hutama memiliki semangat hidup yang tinggi, tentu dia akan lekas sembuh. Kak Indraswari tidak perlu larut dalam kesedihan.”“Benar apa yang kamu katakan Laksana, Hutama memang tipe orang yang bersemangat dan memilki optimis yang tinggi. Aku hanya merasa shock atas kesehatan Hutama yang tiba-tiba jatuh sakit. Selama aku hidup berumah tangga dengannya dia tidak pernah sakit parah. Ini adalah pertama kalinnya.”“Kak Hutama sudah tidak muda lagi, tentu energinya tidak seperti dulu. Yang sama hanyalah semangat hidupnya yang masih berjiwa muda. Kemarin dia sakit s
“Tidak tante Galuh. Aku hanya terkejut saja atas pertanyaan yang tiba-tiba menyudutkanku untuk segera menikah. Aku benar-benar belum memilki teman dekat laki-laki yang cocok dan sesuai dengan kriteriaku.”“Apakah kamu memiliki masalah? Tante berpikir jika kamu memiliki pergaulan yang luas, sehingga tidaklah sulit untuk mendapatkan pasangan hidup.”“Itu tidak semudah yang tante lihat. Aku merasa belum waktunya untuk menikah, usiaku juga belum memasuki kepala tiga, jadi aku masih memiliki waktu untuk menikmati masa lajangku.”“Tidak seperti itu Adiratna, kamu adalah anak perempuan satu-satunya dari kak Hutama, jadi kedua orang tuamu tentu lebih memperhatikan masa depanmu. Mungkin tante dan om Laksana bisa membantumu untuk mengenalkan beberapa lelaki yang pantas untukmu.”“Lakukan saja Galuh! Aku juga pernah memikirkan hal tersebut dengan Hutama, namun karena kami jarang bertemu ditambah dengan kesibukan masing-masing, rencana kami belum terlaksana sampai saat ini.”“Apakah kak Indraswar
Baskoro dan pak Archery segera berjalan masuk ke dalam rumah sakit. Mereka segera menuju ke lift yang membawanya menuju ke lantai dua.“Apakah kamu sudah mengetahui di ruang mana Hutama menjalani perawatan?” “Sudah pak Archery, prof. Jack telah mengirim pesan mengenai ruangan yang digunakan untuk perawatan bapak.”“Oh… benar! Aku hampir lupa. Kamu adalah calon dokter. Apakah kamu sebentar lagi akan menuntaskan kuliahmu?”“Kemungkinan tahun ini aku akan wisuda. Bulan depan aku akan menjalani sidang skripsi.”“Aku salut kepadamu Baskoro. Hutama dan Indraswari pandai mendidik kamu. Selain kamu kuliah saya dengar kamu juga sudah memiliki bisnis. Di usiamu yang cukup muda kamu sudah mendulang kesuksesan.” “Apa yang pak Archery katakan itu sungguh berlebihan. Aku merasa posisiku masih stagnan dan belum ada perkembangan apapun. Bisnis yang aku geluti pun belum berkembang dengan pesat dan masih berskala nasional.”“Apa kamu pikir aku tidak mengetahui bisnismu Baskoro? Kamu telah bekerjasama
Ibu Indraswari mulai menguraikan pelukannya. Perlahan dia mengusap bulir air mata yang mengalir di kedua pipinya.“Ibu tidak tahu mengapa tiba-tiba bapakmu sakit. Tadi saat sedang minum teh di ruang tengah ibu meninggalkan bapakmu sebentar untuk mengambil kudapan di dapur. Saat itu dia masih sehat, kami memang sedang menunggu kerabat dari keluarga bapak yang akan berkunjung ke rumah. Ibu terkejut melihat bapakmu sudah pingsan sekembali dari dapur. Segera ibu memanggil pelayan untuk membawanya menuju ke kamar.”“Setahuku bapak sehat selama ini. Apa ibu menyembunyikan sesuatu dari ku? Apa bapak menderita penyakit tertentu? Tidak mungkin bapak pingan secara tiba-tiba.”“Sudahlah Baskoro! Kamu jangan menyudutkan ibu dengan berbagai pertanyaanmu. Ibu juga tidak tahu sama seperti kita. Sebaiknya kita menunggu dokter memeriksa bapak.” kata Ardiansyah.Om Laksana yang baru saja masuk ke dalam kamar, melihat sedikit keributan yang muncul antara Baskoro dan Ardiansyah. Dia segera berjalan mende
Sesampainya di kamar kos, Lisa mengajak Zeni duduk. “Sebentar mba Zeni, tunggulah disini. Aku menaruh barangnya di motor.” Lisa bergegas keluar dari kamar.Tak lama kemudian Lisa kembali dengan membawa satu buah paper bag dan meletakkannya di atas meja.“Ini mba Zeni, terimalah. Aku tadi sempat mampir ke butik dan aku lihat ini cocok untuk mba Zeni. Cobalah!”“Aku tidak mau merepotkanmu Lisa. Kenapa kamu membelikan ini untukku? Apakah ini kado pernikahan darimu?” kata Zeni sembari membuka paper bag tersebut.Lisa segera duduk disamping Zeni. “Itu bukan kado pernikahan untuk mba Zeni, tapi kenang-kenangan dariku. Mba Zeni sebentar lagi akan melakukan tugas pengabdian masyarakat selama satu bulan dan setelah itu pasti mba sibuk untuk mempersiapkan pernikahan dan tentunya akan mengambil libur kuliah beberapa hari kan? Setelah itu kita pasti jarang bertemu, apalagi fakultas kita berbeda. Aku pasti merindukan mba Zeni.”“Apa yang kamu katakan Lisa? Kamu jangan lebay seperti Lintang, seol
Siang hari Zeni masih berkutik didepan laptop sampai suara nada dering ponsel membuyarkan konsentrasi Zeni. Dia segera mengambil ponselnya dan menjawab panggilan telepon dari Lintang.“Assalamu’alaikum Lintang? Bagaimana kabarmu?” “Wa’alaikumussalam Zeni. Apakah kamu saat ini berada di kos? Aku sekarang sedang di kampus, rencananya aku mau menemuimu karena kamu tidak berangkat ke kampus?”“Iya Lintang, aku ingin rehat sebentar. Aku tunggu kamu di kos. Datanglah sekarang!”“Oke Zeni. Aku akan segera ke kosmu sekarang.” Tak berapa lama kemudian Lintang sudah berada didepan kos. Dia mengetuk pintu kos Zeni sembari mengucapkan salam. Zeni segera berjalan menuju ke ruang tamu saat mendengar ucapan salam. Dibukanya pintu kos, dia tersenyum melihat Lintang sudah berada didepannya.“Masuklah! Aku senang akhirnya kamu datang ke kos?”Lintang segera masuk ke dalam kos. Zeni menutup pintu kos dan menguncinya. Dia memandu Lintang untuk berjalan menuju ke kamarnya.“Kenapa kosmu sepi sekali? Dim
Tepat pukul 20:30 malam Zeni sampai di kos. Dia segera masuk ke dalam kamar dan meletakkan paper bag di atas meja. Diambilnya baju didalam lemari dan segera melangkahkah kakinya berjalan keluar dari dalam kamar menuju ke kamar mandi.Lisa masuk ke dalam kamar. Dia melihat kamarnya kosong tidak menemukan Zeni.Dia bergumam : “Kemana mba Zeni? Sepertinya tadi mba Zeni sudah pulang ke kos?” sesaat pandangan matanya tertuju pada paper bag di atas meja.“Berarti benar jika mba Zeni sudah pulang.” bisiknya lirih.Zeni muncul dari balik pintu. Dia melihat Lisa sudah duduk di depan meja.“Dari mana kamu Lisa? Kenapa aku baru melihatmu?” tanya Zeni sembari masuk ke dalam kamar.“Tadi aku baru menemani Nina untuk memfotokopi beberapa tugas kelompok. Aku tadi melihat ada mobil yang keluar dari halaman kos kita. Berarti benar, tadi mba Zeni diantar oleh Baskoro?”“Benar Lisa. Apakah kamu melihat Baskoro?”Lisa menggelengkan kepalanya.“Tidak mba. Saat itu mobilnya melaju dengan cepat, aku tidak s
“Hallo Baskoro! Ibu sekarang sudah berada di depan café. Keluarlah! Ibu mau bertemu dengan kamu dan Zeni. Ibu tunggu sekarang!” kata Ibu Indraswari melalui sambungan telepon.“Baiklah ibu. Aku dan Zeni akan segera menemui ibu.” Baskoro segera menutup panggilan telepon.“Kami akan pulang terlebih dahulu, ibu sudah menunggu kami di depan Café. Bill nya biar aku yang bayar.” ucap BaskoroBaskoro segera melambaikan tangannya kepada pelayan café. Seorang pelayan café datang.Dia berkata : “Ada yang perlu aku bantu Tuan?”“Tolong berikan bill untuk seluruh pesanan pada meja ini?” “Baiklah Tuan. Tunggu sebentar aku akan ke kasir untuk mengambilkan catatan billnya.” pelayan segera berlalu dari hadapan Baskoro. Sesaat kemudian pelayan datang sembari menyerahkan kertas bill kepada Baskoro.Baskoro segera mengelurkan sejumlah uang untuk membayar pesanan makanan tersebut.“Aku akan pulang nanti Baskoro. Ada hal yang masih ingin aku bicarakan dengan Frans. Berhati-hatilah selama dalam perjalanan