“Aku mau cerai darimu! Aku ingin kita berpisah, Kai!”Kalimat yang lolos di bibir Krystal, seketika membuat Kaivan langsung menghunuskan tatapan tajam dan penuh peringatan. Sepasang iris mata Kaivan memendung amarah. Rahang pria itu mengetat. Dia mengepalkan tangannya dengan kuat.“Bicara apa kamu ini, Krystal! Ada apa denganmu!” seru Kaivan meninggikan suaranya.“Aku tidak mau lagi denganmu, Kai! Kamu membohongiku!” Krystal memukul keras dada Kaivan. Meluapkan semua kemarahannnya. Rasa putus asa. Kecewa. Semua menjadi satu. Tangis Krystal mendera. Ya, Krystal kecewa karena Kaivan membohinginya. Bukan membenci kenyataan. Tapi Krystal membenci di mana dirinya dibohingi oleh Kaivan.“Apa maksudmu, Krys? Aku tidak pernah membohongimu!” Kaivan menangkup kedua tangan Krystal yang tengah memukulnya itu. “Jelaskan padaku, ada apa sebenarnya?”Krystal menangis kencang. “Kamu masih bertanya ada apa? Jelas kamu sudah berbohong padaku, Kai!”“Aku tidak berbohong, Krystal! Apa yang kamu maksud!”
“Sherly, kamu luar biasa. Aku menyukai permainanmu tadi malam.”Liam menatap pantulan cermin, sosok wanita yang tak memakai sehelai benag pun di tubuhnya. Hanya selimut tebal yang membungkus tubuh indah wanita itu. Ya, kini Liam tengah memasang dasi. Dia memuji permainan Sherly—teman kencannya. Well… Menghabiskan malam bersama dengan wanita yang berbeda sudah menjadi kesenangan Liam. Hidup Liam akan terasa mati jika hanya bersenang-senang dengan satu wanita saja.Wanita yang bernama Sherly itu bangkit berdiri, dengan santai wanita itu memungut kemeja putih yang dipakai oleh Liam tadi malam untuk menutupi tubuh polosnya. Kemudian, dia melangkah mendekat pada Liam. Pun Liam menyeringai melihat Sherly memakai kemeja putihnya. Tubuh wanita itu tercetak begitu jelas. Puncak dadanya yang berwarna merah jambu begitu menggugah selera Liam. Ingin rasanya Liam kembali menyerang wanita itu. Membuat wanita itu tak berdaya di bawahnya. Namun, sayangnya ingatan Liam berputar bahwa hari ini pria itu
Suara ketukan pintu membuat Kaivan yang tengah tertidur pulas langsung terbangun dari tidurnya. Kaivan mengerjapkan mata beberapa kali. Sesaat Kaivan mengembuskan napas kesal ketika mendengar suara ketukan pintu. Didetik selanjutnya, tatapan Kaivan teralih pada Krystal yang terlelap dalam pelukannya. Biasanya Krystal sangat mudah terbangun jika mendengar suara-suara. Tapi kali ini sepertinya, Krystal begitu terlelap. Perlahan, Kaivan sedikit menggeser tubuh Krystal. Dia menarik selimut menutupi tubuh istrinya itu.“Hmmm…” Krystal menggeliat ketika Kaivan menggeser tubuhnya. Kaivan langsung mengusap lembut punggung Krystal agar Krystal kembali tidur lelap.Hingga ketika Krystal kembali terlelap, Kaivan bangkit berdiri. Pria itu mengambil ponsel yang ada di atas nakas. Melihat ke layar—waktu menunjukan pukul satu pagi. Tidak biasanya pelayan membangunkannya di pagi buta seperti ini.Dengan raut wajah kesal, Kaivan melangkah menuju pintu dan segera membuka kenop pintu kamarnya itu.Cekle
Kaivan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Raut wajah pria itu begitu dingin dan sorot matanya tajam dan tegas. Pagi ini Kaivan lebih dulu bangun dari pada Krystal. Dia meninggalkan note di atas nakas untuk Krystal—yang mengatakan hari ini dirinya berangkat lebih awal karena urusan pekerjaan. Padahal hari ini Kaivan ingin menemui seorang pria yang sejak kemarin ingin dia temui.Hingga detik ini, Kaivan masih belum memberitahu pada Krystal tentang laporan yang diberikan Doni tadi malam. Dia tidak akan mungkin menceritakan jika bukti belum terkumpul. Dan beruntung, Krystal tidak lagi membahas tentang kehamilan Livia. Krystal menuruti perkataannya. Meski sering adanya kecanggungan di antaranya dan Krystal. Namun, Kaivan mampu mengatasi. Paling tidak saat ini yang Kaivan butuhkan adalah Krystal mau mengerti. Itu sudah lebih dari cukup membantu Kaivan melupakan sejenak masalah yang terus dia pikirkan belakangan ini.Tak berselang lama, mobil yang dilajukan oleh Kaivan mulai memasuk
“Nyonya, ada apa, Nyonya? Kenapa Anda terlihat cemas?” Suara Dita bertanya kala melihat wajah gelisa Livia. Ditambah sejak tadi Livia mondar-mandir tidak jelas disertai dengan umpatan-umpatan kasar keluar dari mulutnya. Terlihat Dita bingung melihat Livia yang marah dan kesal.Livia menghempaskan tubuhnya ke sofa. Lalu dia memejamkan mata kesal. Jika ibu hamil duduk dengan berhati-hati. Lain halnya dengan Livia yang tak memedulikan lagi.“Nyonya, Anda sedang hamil. Ibu hamil dilarang memikirkan beban berat, Nyonya. Terakhir dokter mengatakan, Anda harus menjaga dengan baik kandungan Anda, Nyonya,” tutur Dita mengingatkan Livia.“Aku tidak peduli lagi dengan anak sialan ini. Lebih baik mati saja tidak apa-apa!” tukas Livia dengan penuh emosi. Sorot matanya menajam. Rahang mengetat. Tangannya terkepal begitu kuat. Amarah dalam dirinya benar-benar tak mampu tertahan. Livia bagaikan sebuah benda yang terkena bensin dan terbakar api.Tampak kerutan di kening Dita melihat kemarahan Livia y
“Siapa pria itu, Livia?”Suara Elisa bertanya dengan nada pelan dan tersirat tegas. Tatapannya tak lepas menatap sosok pria yang melangkah mendekat padanya. Elisa bisa melihat sosok pria itu terus menatap menantunya. Tatapan yang terlihat seperti begitu mengenal Livia.Livia pucat mendengar pertanyaan ibu mertuanya. “Ah, itu—”“Selamat siang, Nyonya Elisa Mahendra. Suatu kehormatan bagiku bertemu denganmu. Aku tidak menyangka kamub tengah bersama dengan Livia.” Pria itu menyapa Elisa. Memotong ucapan Livia.‘Sialan!’ umpat Livia yang memendung emosinya.Elisa mengamati lekat-lekat pria yang ada di hadapannya. “Maaf, kamu siapa? Apa kita pernah mengenal sebelumnya?” tanyanya yang bingung kala pria yang ada di hadapannya ini mengenal dirinya.“Mama, dia—”“Liam Baskara. Putra tunggal Juan Baskara.” Liam kembali memotong ucapan Livia. Tampak pria itu begitu santai kala mengenalkan dirinya sendiri.Livia tak henti mengumpat dalam hati kala Liam begitu berani memperekenalkan diri di depan
“Sialan!”Kaivan menggeram melihat rekaman CCTV yang ada di hadapannya. Sorot mata Kaivan terhunus begitu tajam. Rahangnya mengetat. Umpatan kasar terlontar di mulutnya. Ya, di rekaman CCTV itu Livia berada di sebuah klub malam bersama dengan seorang pria. Dan dengan berani pria itu mencium bibir Livia. Kaivan tidak cemburu. Tentu dia tidak cemburu. Selama ini Kaivan tidak pernah peduli dengan apa yang dilakukan oleh Livia. Namun, hal yang Kaivan benci adalah ketika Livia bersikap munafik di hadapannya seolah wanita itu adalah korban. Selain itu Livia pun masih menjadi istrinya—yang mana Livia masih menggunakan nama ‘Mahendra’ di belakang namanya. Ini sama saja Livia telah mempermalukannya!Kini Kaivan menggeser posisi rekaman CCTV agar terlihat jelas wajah sang pria yang tengah mencium Livia itu. Dia memperbesar hasil rekaman CCTV itu—Kaivan menautkan alisnya. Tiba-tiba, sepasang iris mata Kaivan menatap terkejut wajah sosok pria yang tengah mencium Livia.“Liam Baskara,” desis Kaiva
Saat pagi menyapa, Krystal duduk di sofa seraya menatap truffle pasta yang dibuatkan oleh pelayan. Dia duduk bersama dengan Kaivan—yang tengah menikmati sarapan. Entah kenapa Krystal tidak mau makan. Krystal rasanya enggan untuk memasukan makanan ke dalam mulutnya. Bukan hanya truffle pasta, tapi di hadapan Krystal juga ada nasi goreng cumi yang dibuatkan oleh pelayan. Namun, tidak ada satu pun makanan yang disentuh oleh Krystal. Ya, pagi ini Kaivan meminta pelayan untuk membuatkan truffle pasta. Pun Kaivan juga meminta pelayan untuk membuatkan nasi goreng cumi. Kaivan sengaja meminta pelayan menyajikan beberapa menu makanan. Mengingat Krystal sedang tidak ingin makan. Tetapi sayangnya Krystal tetap tidak mau makan. Krystal hanya mau meminum jus saja.“Krystal, kenapa kamu tidak mau sarapan? Apa kamu tidak suka dengan makanannya?” tanya Kaivan seraya menatap Krystal yang tampak enggan untuk makan.“Aku minum jus saja, Kai. Aku sedang tidak ingin makan,” jawab Krystal pelan.Kaivan men
Beberapa bulan kemudian … Madrid, Spain. Krystal melangkah menelusuri kota Madrid bersama dengan sang suami yang selalu ada di sisinya. Tampak tatapan Krystal dan Kaivan menatap Kenard dan Kaindra yang tengah berlari-lari menikmati keindahan kita Madrid. Ya, usia kandungan Krystal saat ini memasuki minggu ke dua puluh sembilan. Perutnya kian membuncit. Dia bersama dengan suami sekaligus anak-anaknya tengah menikmati liburan sekaligus babymoon di Madrid. Kandungan Krystal sehat bahkan sangat sehat. Dokter pun mengizinkan Krystal untuk berpergian ke luar negeri. Itu yang membuat Kaivan membawa istri dan anak-anaknya pergi berlibur.“Kai … Kenard dan Kaindra senang sekali setiap kali kita ajak mereka berlibur,” ujar Krystal seraya memeluk lengan sang suami. Sesaat Krystal memejamkan matanya kala embusan angin menyentuh kulitnya.Kaivan tersenyum kala mendengar ucapan sang istri. “Aku juga senang jika melihat anak-anak kita menikmati liburan mereka.”Krystal mengalihkan pandangannya, me
“Papa … Mama … hari ini kita mau ke mana?” Suara Kenard dan Kaindra bertanya seraya menatap Kaivan dan Krystal. Tampak kedua bocah laki-laki itu sudah tampan dan rapi. Celana pendek dan kaus berwarna hitam dengan logo LV membuat Kenard dan Kaindra begitu menggemaskan.“Hari ini kalian akan melihat adik kalian, Sayang. Apa kalian mau?” Krystal mengelus lembut kedua pipi Kenard dan Kaindra. Ya, hari ini adalah hari di mana Krystal sudah dijadwalkan memeriksa kandungannya. Tentu Krystal sudah tak sabar ingin tahu bayi yang ada di kandungannya itu laki-laki atau perempuan. Sebenarnya Krystal hanya penasaran saja. Mengingat selama ini Kaivan begitu yakin kalau bayi yang ada di kandungannya ini adalah perempuan. Fokus utama Krystal memeriksakan kandungannya karena memang dirinya ingin tahu tumbuh kembang bayinya. Dan apa pun jenis kelamin anaknya nanti tetap membuat Krystal bersyukur.“Hari ini kami melihat adik?” Kenard dan Kaindra bertanya dengan kompak. Kedua bocah laki-laki itu begitu b
Barcelona, Spain. Suara tangis bocah perempuan sontak membuat Maya yang baru saja menuruni tangga—dan langsung mempercepat langkahnya menghampiri putrinya yang ada di taman. Tampak wajah Maya panik mendengar tangis putrinya yang keras.“Rania? Sayang kamu kenapa?” Maya menghampiri putrinya yang duduk di taman sambil menangis.“Nyonya.” Sang pengasuh menyapa Maya dengan sopan.“Ada apa dengan putriku? Kenapa Rania menangis seperti ini?” Maya bertanya seraya duduk di samping putrinya yang masih terus menangis. Maya pun segera memeluk erat putri kecilnya itu.“Maaf, Nyonya. Nona Rania menangis karena tangannya digigit semut. Tapi saya sudah memberikan minyak kayu putih di tangan Nona Rania, Nyonya,” ujar sang pengasuh sopan.Maya mengembuskan napas panjang kala mendengar ucapan sang pengasuh. “Kamu boleh pergi sekarang. Biar aku yang menenangkan putriku.”“Baik, Nyonya. Kalau begitu saya permisi.” Sang pelayan menundukan kepalanya, lalu pamit undur diri dari hadapan Maya.“Mama … sakit,
Pantai Matira, Pulau Bora-bora “Darwin … Daisy … berenangnya jangan jauh-jauh, Sayang. Pelan-pelan, Nak.”Suara Felicia menegur kedua anak-anaknya itu yang berenang semakin jauh darinya. Tampak Felicia mulai mendengkus sebal. Kedua anak-anaknya itu sangat keras kepala. Seperti saat ini ketika Felicia mengatakan jangan berenang jauh malah kedua anak-anaknya itu berenang semakin jauh. Sungguh, setiap hari Felicia harus memiliki stock kesabaran yang banyak.“Sayang … biarkan Darwin dan Daisy berenang. Mereka hebat dalam berenang. Kamu tidak perlu khawatir, Sayang.” Arya merengkuh bahu Felicia sembari memberikan kecupan di puncak kepela istrinya itu.Ya, kini Aryan dan Felicia tengah berlibur ke Pantai Matira, Pulau Bora-bora. Mereka berdua berenang bersama dengan kedua anak-anak mereka. Felicia yang memakai bikini seksi dan Aryan bertelanjang dada. Mereka berdua berjemur di bawah sinar matahari sekaligus berendam di air.Darwin Mahendra Dwitama adalah anak laki-laki pertama Aryan dan Fe
Lima tahun berlalu … “Mama … itu Papa … yeay! Papa ada di televisi. Papa … Papa … Papa …”Suara Kenard dan Kaindra memekik kegirangan melihat Kaivan tengah di wawancarai. Tampak kedua bocah laki-laki itu begitu bangga sekaligus senang setiap kali melihat ayah mereka berada di televisi.Ya, Kenard Bastian Mehendra anak pertama laki-laki Kaivan dan Krystal ini kini berusia enam tahun. Sedangkan Kaindra Bastian Mehendra anak kedua laki-laki Kaivan dan Krystal berusia tiga tahun. Well, tak hanya itu saja tapi saat ini Krystal pun tengah hamil lima belas minggu. Bagi Krystal kehamilan yang ketiga merupakan kecolongan. Pasalnya Krystal hanya menginginkan dua anak saja tapi kenyataannya Krystal kecolongan hamil anak ketiga. Alasan bisa kecolongan karena Krystal lupa minum pil KB. Pun Kaivan selama ini setiap kali melakukan hubungan suami istri dengannya tidak pernah memakai pengaman. Kaivan selalu bilang kalau pria itu tidak melarat jadi tidak masalah memiliki anak banyak. Sedangkan Krystal
Beberapa bulan kemudian …“Makanan apa ini? Kenapa membuatku mual sekali?” Suara Felicia berseru kala baru saja memakan udang bakar—yang dia minta pelayan untuk membuatnya.“Nyonya, ini menu udang bakar yang biasa Anda makan. Bumbunya masih tetap sama, Nyonya. Tidak ada yang saya ganti,” jawab sang pelayan dengan sopan.Felicia menyingkirkan piring yang berisikan udang bakar itu. “Aromanya membuatku mual. Kamu pasti menambahkan bumbu yang berbeda.”Sang pelayan menggarukan kepalanya tak gatal. Tampak wajah sang pelayan menjadi bingung. Pasalnya dia tidak menambahkan bumbu yang berbeda. Udang bakar yang dia sajikan adalah udang bakar yang sama seperti biasa disajikan.“Ada apa ini?” Aryan melangkah masuk ke dalam kamar. Pria itu mendengar seperti suara sang istri tengah kesal.“Tuan.” Sang pelayan segera menundukan kepalanya kala melihat Aryan datang.Felicia mengalihkan pandangannya, menatap Aryan yang baru saja datang. “Sayang, pelayan ini memberikanku udang bakar dengan bumbu berbed
Suara tepuk tangan riuh terdengar di ballroom hotel. Tampak para tamu undangan semuanya menatap Hans dan Maya yang tengah berciuman di altar. Ya, kini Hans dan Maya telah resmi menjadi sepasang suami istri. Semua keluarga serta para tamu undangan pun turut berbahagia atas pernikahan Hans dan Maya.Kilat kamera memenuh ballroom hotel. Menyorot pada dua insan yang tengah berbahagia. Tak hanya menyorot pada Hans dan Maya saja tetapi juga menyorot pada Aryan dan Felicia serta, Kaivan dan Krystal. Lebih tepatnya para wartawan itu begitu banyak menyorot Kaivan dan Krystal. Pasalnya, sejak tadi memang Kaivan dan Krystal banyak mengundang perhatian para wartawan. Terutama Kenard yang berada digendongan Kaivan. Tentu, tak heran jika Kenard menjadi sorotan. Pasalnya pernikahan Kaivan dan Krystal banyak sekali memiliki masalah sampai menjadikan mereka berdua menjadi sebuah berita yang hangat diperbincangkan.Pernikahan Hans dan Maya terbilang sangat mewah dan meriah. Beberapa rekan bisnis Hans d
Sebuah gaun berwarna pastel membalut tubuh Krystal tampak sangat indah dan memukau. Make up flawless di wajah Krystal membuatnya sangat cantik dan terlihat fresh. Ya, kini Krystal baru saja selesai dirias. Gaun yang membalut tubuhnya sangat anggun dan menawan. Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh semua orang. Di mana hari ini Hans dan Maya akan melangsungkan pernikahan.Terkadang jodoh memang datang secara tiba-tiba dan tak disangka-sangka. Seperti kali ini Krystal tak menyangka kalau kejadian waktu di mana Kenard diculik—membuat Hans dan Maya semakin dekat. Hubungan Hans dan Maya masih terbilang baru. Tapi nyatanya Hans dan Maya ingin segera meresmikan hubungan mereka ke sebuah jenjang menuju kebersamaan masa depan. Tentu Krystal bahagia. Karena memang Krystal berharap Maya mendapatkan jodoh yang terbaik. Setelah luka yang didapatkan Maya pada akhirnya, takdir membawa Maya pada seorang pria yang baik dan bertanggung jawab. Dan Krystal bisa melihat dari mata Hans; pria itu
Menjelang pernikahan Hans dan Maya, Krystal pun sibuk membantu persiapan pernikahan teman baiknya itu. Bukan hanya Krystal yang membantu persiapan pernikahan Hans dan Maya tetapi Felicia juga turut membantu. Well, tentunya jika berurusan dengan Felicia hal mudah akan menjadi sulit. Seperti contoh model gaun yang dipakai oleh Felicia harusnya bermodel kemben. Tapi tiba-tiba Felicia merubah model gaunnya ingin menjadi one of shoulder. Ya, dalam hal ini Krystal dan Maya sudah tidak lagi terkejut. Karena memang baik Krystal atau Maya sudah mengenal sifat Felicia. Terutama Krystal, dia sangat mengenal baik adik iparnya itu. Kejadian ini sama seperti Felicia menikah dengan Aryan. Dulu, Felicia sampai memesan banyak gaun pengantin akibat Felicia yang tiba-tiba merubah model gaun pengantinnya.“Nyonya Krystal.” Seorang pelayan menghampiri Krystal yang tengah sibuk pada iPad di tangannya. Pagi ini Krystal disibukan membaca email dari manager restoran. Selama ini memang yang memeriksa laporan k