“Sayang, kamu pintar sekali. Habis minum susu langsung tidur. Anak Mama yang tampan sangat pintar.”Krystal memeluk Kenard dan memberikan kecupan di kening Kenard. Baru saja Kenard selesai menyusu. Putra kecilnya itu sudah langsung tertidur begitu pulas dalam pelukan Krystal. Kini Krystal tengah duduk di ranjang seraya memeluk Kenard di pangkuannya. Krystal tengah menunggu Kaivan yang sedang berbicara dengan sang dokter. Ya, hari ini dokter sudah memperbolehkan Krystal bersama dengan bayinya pulang ke rumah. Hanya saja, Kaivan tidak langsung begitu saja menyetujui ucapan sang dokter. Kaivan harus kembali memastikan Krystal dan Kenard baik-baik saja. Itu kenapa Kaivan bertemu dengan sang dokter untuk menanyakan kesehatan Krystal dan Kenard. Padahal sudah berkali-kali Krystal mengatakan dirinya sehat tapi tetap saja Kaivan tidak mau terjadi sesuatu. Berlebihan memang. Tapi itulah Kaivan. Pria itu terlalu overprotective jika menyangkut istri dan anaknya.“Kamu mirip sekali seperti Papa
Suara tangis bayi membuat Krystal dan Kaivan yang tengah tertidur pulas harus terbangun. Perlahan Krystal mengerjapkan matanya beberapa kali. Tepat ketika Krystal sudah membuka mata—dia langsung mengalihkan pandangannya pada jam dinding. Ya, waktu masih menunjukan pukul dua pagi.“Krys, biarkan pengasuh Kenard saja yang mendiamkan Kenard. Putra kita masih ada susunya, kan?” ujar Kaivan yang tak tega pada sang istri.“Kau Kenard menangis terus seperti ini, artinya dia tidak mau minum susu dari botol, Kai. Kamu tidur saja. Aku sebentar menyusui Kenard dulu,” kata Krystal seraya menyibak selimut. Lalu dia turun dari ranjang, dan melangkah menuju kamar Kenard.Kaivan mengembuskan napas panjang. Dia tidak mungkin membiarkan sang istri sendirian begadang. Detik selanjutnya, Kaivan turun dari ranjang dan langsung menyusul Krystal yang telah melangkah masuk ke dalam kamar Kenard.Di kamar Kenard, Krystal menatap putranya terus menangis dalam gendongan sang pengasuh. Benar apa yang diduga Krys
“Nyonya Krystal.” Sang pelayan melangkah mendekat pada Krystal yang tengah duduk di ruang keluarga, bersantai sambil memangku Kenard.“Iya? Ada aoa?” Krystal mengalihkan pandangannya, menatap sang pelayan mendekat padanya.“Nyonya, di depan ada Tuan Galen,” ujar sang pelayan yang sontak membuat Krystal terkejut. “Galen sudah ada di depan?” ulang Krystal memastikan.Sang pelayan menganggukan kepalanya. “Benar, Nyonya … Tuan Galen sudah ada di depan.”Tampak senyuman di wajah Krystal terlukis mendengar Galen sudah datang. Ya, Krystal memang Krystal tengah menunggu kedatangan Galen—yang harusnya sudah tiba sejak minggu lalu. Akan tetapi, Galen terpaksa menunda keberangkatannya ke Indonesia karena ada urusan di kampusnya. Pun Krystal harus mengerti karena memang kuliah di salah satu universitas terbaik di Amerika tidaklah mudah. Dan hal itu menyebabkan adiknya begitu sibuk.“Aku akan ke sana,” ucap Krystal hangat, dan tersenyum bahagia.“Baik, Nyonya.” Sang pelayan segera menundukan kep
“Pagi, Kak.” Galen menyapa Kaivan dan Krystal bersamaan kala kakak ipar dan kakaknya itu memasuki ruang makan. “Pagi, aku pikir kamu belum bangun Galen.” Krystal duduk bersamaan dengan Kaivan. Lalu dia mengambil kopi ekspreso sekaligus roti gandum untuk sarapan Kaivan. Pun Kaivan menerima sarapan yang disiapkan oleh Krystal, dan langsung menikmatinya.“Bagaimana kuliahmu, Galen?” tanya Kaivan seraya menatap Galen dengan tatapan yang terlihat begitu santai namun tetap menunjukan ketegasannya.“Kuliahku baik-baik saja, Kak. Semua berjalan dengan lancar. Hanya saja aku masih sedikit terkejut dengan sistem belajar di sana. Hampir semua mahasiswa memiliki kepandaian yang luar biasa hebat. Setiap kali ada diskusi aku selalu kalah dengan cara pemikiran mereka. Mereka mampu memberikan ide yang luar biasa. Bahkan apa yang tidak terbesit di otakku mereka mampu memunculkan ide,” ujar Galen memberitahu. Sesekali Galen mengembuskan napas panjang ketika mengatakan itu.Senyuman samar di wajah Kaiv
Krystal duduk di sofa kamarnya dengan sorot mata lurus ke depan, dan pikiran yang menerawang. Sekitar tiga jam yang lalu Krystal baru saja melihat video proses pemakaman bibinya. Selama proses pemakaman ingatan Krystal kembali mengingat dikala dirinya dulu menangisi makam kedua orang tuanya. Dia dan Galen menangis bersimpuh di makam kedua orang tuanya. Waktu berjalan begitu cepat. Krystal tidak menyangka telah berhasil melewati banyak penderitaan. Dalam benak Krystal kala itu berpikir kalau dirinya tak akan mampu melewati badai kehidupannya. Tapi takdir berkata lain, hidup Krystal jauh lebih baik dari sebelumnya. Ya, Krystal memang bersedih atas kepergian bibinya. Namun, perkataan Kaivan yang mengatakan bibinya kini telah tenang bersama dengan ibunya membuat Krystal lebih tenang. Mungkin ini memang takdir yang paling terbaik untuk semuanya.Kaivan berdiri di ambang pintu, menatap hangat istrinya yang sejak tadi duduk di sofa. Kini Kaivan melangkah mendekat—lalu duduk di samping sang i
“Jelita?”Suara Krystal memanggil sosok wanita yang ada di hadapannya ini. Ya, di hadapan Krystal adalah Jelita—sepupunya yang bekerja di Jepang. Sudah lama sekali Krystal tak bertemu dengan sepupunya itu. Dan tak dipungkiri, Jelita sangatlah berubah. Wajah Jelita kini benar-benar sangat cantik. Krystal tak menyangka sudah lama dia tak bertemu Jelita, ternyata sepupunya bisa terlihat sangat cantik. Bahkan tadi Krystal sempat tak mengenali sepupunya itu.“Hi, Krystal.” Jelita tersenyum hangat, namun wajahnya tetap muram. Terlihat jelas mata Jelita masih begitu sembab. Tapi dia wanita itu tetap berusaha memaksakan senyuman di wajahnya kala tiba di depan Krystal.Krystal yang menatap mata Jelita sembab, dia langsung memeluk sepupunya itu dengan erat. Pun Jelita membalas pelukan Krystal. Kedua wanita itu saling berpelukan dengan sangat erat.“Sabar, ya, Jelita. Ibumu sudah bahagia di sana,” ujar Krystal seraya mengusap-usap punggung Jelita. Menenangkan sepupunya itu. Tentu Krystal tahu ke
“Anak Mama yang tampan, pintar sekali kamu minum susunya, Nak. Jangan cepat besar, ya, Sayang. Mama masih ingin terus menemanimu seperti ini.”Krystal menimang-nimang Kenard yang tengah tidur sambil menyusu. Ya, seperti biasa Kenard terkadang rewel jika minum susu dari botol. Kalau sudah seperti artinya Krystal harus memberikan ASI secara langsung.Kaivan berdiri di ambang pintu, menatap sang istri yang tengah menyusui Kenard. Tampak tatapan Kaivan menatap hangat istrinya itu. Cara Krystal mengasuh Kenard terlihat penuh kasih sayang. Kaivan rasanya tidak ingin berpaling dari pemandangan indah yang ada di depannya. Detik selanjutnya, Kaivan melangkah mendekat pada sang istri dan memeluk istrinya dari belakang. Refleks, Krystal terkejut kala ada yang memeluknya dari belakang.“Kai, kamu ini—”“Sssst … putra kita sedang tidur, Sayang,” bisik Kaivan ketika sang istri mengeluarkan suara sedikit keras.Krystal mendesah. “Kamu mengejutkanku, Kai,” ucapnya dengan suara yang lebih pelan.“Maaf
“Aku mengakui keberanianmu dalam mengambil keputusan, Kaivan. Project di Barcelona tidaklah main-main. Kamu harus mengeluarkan dana fantastis. Padahal akan ada kemungkinan kamu kalah. Banyak pesaing perusahaan games di Eropa. Bersaing dengan mereka tidaklah mudah. Aku rasa kamu tahu akan hal itu.”Aryan berujar seraya menyesap wine di tangannya. Tatapannya menatap Kaivan yang ada di hadapannya itu. Ya, kini Aryan berada di ruang kerja Kaivan. Dia dan Kaivan baru saja menyelesaikan meeting membahas project yang dia buat bersama dengan Kaivan, dan juga salah satu rekan bisnisnya dari Barcelona.Kaivan mengangkat bahunya tak acuh. Pun dia menyesap wine di tangannya seraya menyandarkan punggungnya di kursi kerjanya. “Dalam dunia bisnis keuntungan memang penting, tapi yang aku butuhkan saat ini pengalaman. Gagal atau berhasil selalu menjadi bagian dalam seorang pembisnis. Anggap saja kita sedang bermain dalam permainanan. Berusaha untuk menang, dan jangan sampai game over.”Alis Aryan tera