Krystal duduk di sofa kamarnya dengan sorot mata lurus ke depan, dan pikiran yang menerawang. Sekitar tiga jam yang lalu Krystal baru saja melihat video proses pemakaman bibinya. Selama proses pemakaman ingatan Krystal kembali mengingat dikala dirinya dulu menangisi makam kedua orang tuanya. Dia dan Galen menangis bersimpuh di makam kedua orang tuanya. Waktu berjalan begitu cepat. Krystal tidak menyangka telah berhasil melewati banyak penderitaan. Dalam benak Krystal kala itu berpikir kalau dirinya tak akan mampu melewati badai kehidupannya. Tapi takdir berkata lain, hidup Krystal jauh lebih baik dari sebelumnya. Ya, Krystal memang bersedih atas kepergian bibinya. Namun, perkataan Kaivan yang mengatakan bibinya kini telah tenang bersama dengan ibunya membuat Krystal lebih tenang. Mungkin ini memang takdir yang paling terbaik untuk semuanya.Kaivan berdiri di ambang pintu, menatap hangat istrinya yang sejak tadi duduk di sofa. Kini Kaivan melangkah mendekat—lalu duduk di samping sang i
“Jelita?”Suara Krystal memanggil sosok wanita yang ada di hadapannya ini. Ya, di hadapan Krystal adalah Jelita—sepupunya yang bekerja di Jepang. Sudah lama sekali Krystal tak bertemu dengan sepupunya itu. Dan tak dipungkiri, Jelita sangatlah berubah. Wajah Jelita kini benar-benar sangat cantik. Krystal tak menyangka sudah lama dia tak bertemu Jelita, ternyata sepupunya bisa terlihat sangat cantik. Bahkan tadi Krystal sempat tak mengenali sepupunya itu.“Hi, Krystal.” Jelita tersenyum hangat, namun wajahnya tetap muram. Terlihat jelas mata Jelita masih begitu sembab. Tapi dia wanita itu tetap berusaha memaksakan senyuman di wajahnya kala tiba di depan Krystal.Krystal yang menatap mata Jelita sembab, dia langsung memeluk sepupunya itu dengan erat. Pun Jelita membalas pelukan Krystal. Kedua wanita itu saling berpelukan dengan sangat erat.“Sabar, ya, Jelita. Ibumu sudah bahagia di sana,” ujar Krystal seraya mengusap-usap punggung Jelita. Menenangkan sepupunya itu. Tentu Krystal tahu ke
“Anak Mama yang tampan, pintar sekali kamu minum susunya, Nak. Jangan cepat besar, ya, Sayang. Mama masih ingin terus menemanimu seperti ini.”Krystal menimang-nimang Kenard yang tengah tidur sambil menyusu. Ya, seperti biasa Kenard terkadang rewel jika minum susu dari botol. Kalau sudah seperti artinya Krystal harus memberikan ASI secara langsung.Kaivan berdiri di ambang pintu, menatap sang istri yang tengah menyusui Kenard. Tampak tatapan Kaivan menatap hangat istrinya itu. Cara Krystal mengasuh Kenard terlihat penuh kasih sayang. Kaivan rasanya tidak ingin berpaling dari pemandangan indah yang ada di depannya. Detik selanjutnya, Kaivan melangkah mendekat pada sang istri dan memeluk istrinya dari belakang. Refleks, Krystal terkejut kala ada yang memeluknya dari belakang.“Kai, kamu ini—”“Sssst … putra kita sedang tidur, Sayang,” bisik Kaivan ketika sang istri mengeluarkan suara sedikit keras.Krystal mendesah. “Kamu mengejutkanku, Kai,” ucapnya dengan suara yang lebih pelan.“Maaf
“Aku mengakui keberanianmu dalam mengambil keputusan, Kaivan. Project di Barcelona tidaklah main-main. Kamu harus mengeluarkan dana fantastis. Padahal akan ada kemungkinan kamu kalah. Banyak pesaing perusahaan games di Eropa. Bersaing dengan mereka tidaklah mudah. Aku rasa kamu tahu akan hal itu.”Aryan berujar seraya menyesap wine di tangannya. Tatapannya menatap Kaivan yang ada di hadapannya itu. Ya, kini Aryan berada di ruang kerja Kaivan. Dia dan Kaivan baru saja menyelesaikan meeting membahas project yang dia buat bersama dengan Kaivan, dan juga salah satu rekan bisnisnya dari Barcelona.Kaivan mengangkat bahunya tak acuh. Pun dia menyesap wine di tangannya seraya menyandarkan punggungnya di kursi kerjanya. “Dalam dunia bisnis keuntungan memang penting, tapi yang aku butuhkan saat ini pengalaman. Gagal atau berhasil selalu menjadi bagian dalam seorang pembisnis. Anggap saja kita sedang bermain dalam permainanan. Berusaha untuk menang, dan jangan sampai game over.”Alis Aryan tera
“Pagi, Krystal.” Jelita menyapa Krystal yang tengah duduk di taman tengah berjemur bersama dengan Kenard. Wanita itu langsung menghampiri Krystal, dan duduk di samping Krystal.“Pagi, Jelita. Maaf tadi aku dan Kaivan tidak bisa sarapan denganmu.” Krystal berujar dengan suara pelan, dan lembut. Ya, saat tadi Kaivan dan Krystal bangun pagi; mereka tidak bisa sarapan bersama di ruang makan karena Kaivan tiba-tiba mendapatkan telepon dari rekan bisnisnya yang ada di New York. Itu kenapa Kaivan sampai detik ini masih berada di ruang kerjanya. Sedangkan Krystal tadi harus menyusui Kenard. Pagi ini Kenard sedikit rewel tidak mau ditinggal olehnya.“Iya, tidak apa-apa, Krys. Aku mengerti. Kamu dan Kaivan juga pasti sibuk.” Jelita tersenyum seraya mengamati wajah Kenard. Dan didetik selanjutnya, tatapan Jelita teralih pada lengan Krystal yang terlihat jelas memiliki bekas luka bakar. Tampak raut wajah Jelita sedikit bingung. Selama ini memang Krystal sering memakai long dress berlengan pendek
“Kai?” Krystal tersenyum melihat Kaivan masuk ke dalam kamar. Dia tengah berbaring di ranjang sembari menyusui Kenard. Seharian ini Kenard tidak mau jauh darinya. Bahkan setiap kali digendong pengasuh pun Kenard selalu menangis. Hal itu yang membuat Krystal seharian ini memeluk putra kecilnya itu.Kaivan mendekat pada sang istri—lalu dia membaringkan tubuhnya di ranjang sambil melihat putra kecilnya itu yang tengah menyusu. Senyuman di wajah Kaivan pun terlukis melihat pemandangan indah itu. Ini adalah hal yang Kaivan sukai. Melihat istrinya itu tengah menyusui putra kecil mereka. Rasa haru bahagia selalu melingkupi Kaivan. Sejak hadirnya Kenard di kehidupan mereka, bayi mungil itu memang menjadi pelengkap kebahagiaannya dengan sang istri.“Hari ini aku dengar Kenard tidak mau jauh darimu.” Kaivan berucap sembari membelai pipi bulat Kenard serta memberikan kecupan di sana.Krystal mengangguk. Kemudian, dia menatap hangat putra kecilnya itu. “Iya, Papa. Kenard sedang rewel. Kenard hari
“Nona Jelita ini adalah Anika, sekretaris pertama Tuan Kaivan. List apa saja tugas Anda sudah ada di meja kerja Anda. Paling penting Anda harus memeriksa dokumen sebelum memberikannya pada Tuan Kaivan. Jika dokumen tersebut dalam menggunakan Bahasa Inggris, pastikan dokumen itu harus dalam Bahasa Inggris yang formal. Tuan Kaivan sangat teliti. Beliau akan sangat marah jika menemukan berkas dalam Bahasa Inggris yang tidak menggunakan bahasa formal. Meski itu hanya satu kalimat saja, Tuan Kaivan akan marah besar. Mungkin lebih banyaknya Anika akan memberitahu secara detail apa saja pekerjaan Anda. Apa sampai di sini ada hal yang ingin Anda tanyakan pada saya?”Suara Doni berujar memberi penjelasan singkat pada Jelita. Pun Doni sekaligus mengenalkan Anika—sekretaris pertama Kaivan. Ya, sebelumnya Doni sudah memperkenalkan Jelita pada para staff yang lainnya.“Aku sudah paham, Doni. Terima kasih banyak.” Jelita menjawab ucapan Doni dengan sopan, dan lembut. Dia sedikit menundukan kepala s
“Apa jadwalku setelah ini, Doni?”Suara Kaivan bertanya dengan nada yang begitu dingin, dan tegas. Pria itu kini tengah membaca dokumen yang baru saja diberikan Doni itu. Dan ketika Kaivan sudah yakin bahwa dokumen itu adalah benar, dia langsung membubuhkan tanda tangan ke dokumen tersebut—lalu memberikannya kembali pada Doni.“Tuan, malam ini Anda harus meeting dengan Tuan Khafi, rekan bisnis Anda dari Dubai. Sebelumnya beliau meminta maaf karena harus bertemu dengannya di malam hari. Beliau besok pagi harus ke London, Tuan. Itu kenapa beliau meminta meeting dengan Anda di malam hari. Apa Anda keberatan dalam hal ini, Tuan? Kalau Anda keberatan saya akan segera reschedule meeting Anda dengan beliau.” Doni berujar memberitahu Kaivan kalau aka nada meeting di malam hari. Namun, tentu Doni harus memastikan apa Kaivan mau meeting dengan rekan bisnisnya di malam hari atau tidak. Mengingat belakangan ini Kaivan selalu berusaha pulang tepat waktu. Tentu Doni paham karena putra Tuannya itu b