Hari ini adalah hari yang telah ditunggu Kaivan dan Krystal. Ya, mereka mengadakan resepsi pernikahan megah di salah satu hotel berbintang lima. Setelah perjuangan panjang mereka, akhirnya mereka tiba pada hari yang telah mereka nanti-nantikan. Pun pernikahan ini telah didekorasi dengan konsep yang Krystal inginkan. Awalnya, Kaivan ingin Doni yang mengurus segala pernikahannya tetapi ternyata Krystal menginginkan sendiri mengurus segala pernikahannya. Seperti saat ini, di belakang Krystal sudah ada gaun pengantin yang sangat indah. Gaun ini adalah gaun yang juga Krystal inginkan. Segala sesuatunya memang yang Krystal inginkan. Sedangkan Kaivan tentu hanya mendukung segala apa yang Krystal inginkan. Bisa dikatakan gaun ini bukanlah gaun mewah dengan banyaknya taburan hiasan berlian. Tidak. Ini adalah gaun pengantin yang tampak sederhana tetapi tetap berkelas. Alasan Krystal ingin memilih sendiri karena Krystal tidak ingin Kaivan memesan gaun pengantin dengan hiasan berlian.“Nyonya K
“Apa kamu ini sudah kehilangan akal sehatmu? Bagaimana kamu meminta waktuku di saat resepsi pernikahanku berlangsung?” seru Kaivan seraya menghunuskan tatapan dingin dan tajam pada Citra yang berdiri di hadapannya.Ya, kini Kaivan berada tepat di hadapan Citra. Hal gila yang telah Kaivan putuskan yaitu meninggalkan Krystal sendirian hanya untuk menemui Citra. Terpaksa Kaivan harus melakukan ini. Kaivan tidak memiliki pilihan lain. Jika Kaivan membiarkan Citra menemuinya dan Krystal—dia takut Citra akan berbicara yang tidak-tidak. Andai saja dulu dirinya tidak jadi memakai jasa wedding organizer milik Citra tidak akan menjadi seperti ini.Awalnya ketika Kaivan kembali bertemu dengan Citra; Kaivan pikir tidak akan ada pembahasan di masa lalu. Karena memang Kaivan saat ini hanya menganggap Citra sebagai teman lama. Kala dulu Citra sudah pergi, Kaivan berpikir bahwa itu adalah keinginan Citra. Pun Kaivan enggan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Citra. Mungkin karena dulu Kaiva
Tangis Krystal mendera di dalam taksi. Bayangannya mengingat dengan jelas suaminya berciuman dengan wanita lain. Sesak. Bagai tertancap pisau rasanya, Krystal tak sanggup menahan luka ini. Ingin rasanya Krystal berlari dari kenyataan. Berharap semua ini hanya mimpi tapi kenyataannya tidak. Ini semua adalah nyata. Krystal melihat dengan jelas dengan mata kepalanya sendiri.“Kamu jahat, Kai,” isak Krystal pilu. Tangisnya terdengar bahwa dia begitu menderita.Ya, Krystal tak lagi memedulikan penampilannya. Gaun pengantinnya sudah kacau. Make up yang tak lagi sempurna. Rambut pun sudah berantakan. Bahkan mata Krystal sudah dipenuhi maskara dan eyeliner yang hancur melebur menjadi satu.“Nyonya, di belakang ada dua mobil sport yang mengikuti kita,” kata sang sopir taksi seraya melirik dari kaca spion.Krystal masih terisak—dia menoleh ke belakang dengan mata yang masih memerah akibat tangis yang tak kunjung reda. Dan seketika raut wajah Krystal berubah mendapati dua mobil yang mengikuti ta
Aryan melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Saat darah disudut bibirnya mulai menetes, dia segera menghapusnya dengan sapu tangan. Sesekali Aryan menatap Krystal yang duduk di sampingnya tampak begitu hancur dan terluka. Riasan wajah Krystal berantakan. Ya, Aryan sejak tadi hanya diam. Dia tak mengajak Krystal bicara. Karena dia tahu saat ini Krystal membutuhkan waktu. Pun Aryan sengaja membawa Krystal karena dalam keadaan seperti ini, Krystal pasti tidak memiliki tempat di mana untuk menenangkan diri.Mobil yang dilajukan Aryan mulai memasuki sebuah hotel mewah di Kawasan Jakarta Selatan. Aryan sengaja membawa Krystal ke hotel. Saat ini yang Krystal butuhkan adalah menenangkan diri.“Turunlah, Krys. Kita sudah sampai,” ucap Aryan yang langsung membuyarkan lamunan Krystal. “Kita sudah sampai?” Krystal mengedarkan pandangannya, menatap dirinya dan Aryan berada di sebuah hotel berbintang lima Kawasan Jakarta Selatan. Sejenak, Krystal terdiam melihat Aryan membawanya ke sebuah hot
Krystal menatap ke arah jendela kamar hotelnya—malam semakin larut. Awan terlihat mendung. Tak ada bulan atau bintang yang menghiasi langit luas. Mendungnya awan sama dengan wajah Krystal yang tampak muram. Pancaran sinar kebahagiaan di mata Krystal tak lagi ada. Semuanya lenyap seakan diterpa badai. Manik mata cokelat muda Krystal yang indah telah tertutup oleh kesenduhan dan kepedihan yang mendalam. Mata Krystal memerah dan kelopak matanya sembab.Ya, sepulangnya Aryan; Krystal kembali menangis. Menangisi luka yang dia alami saat ini. Dalam benak Krystal menyadari bahwa dulu pasti Livia terluka seperti dirinya. Krystal pernah egois meminta Kaivan memilih antara dirinya dan Livia. Namun, Krystal melakukan itu karena Kaivan tidak mau melepaskannya. Ada rasa bersalah dalam diri Krystal. Lepas dari Livia berselingkuh tetapi Krystal pernah melukai Livia. Hati wanita mana yang bisa menerima suami yang begitu dicintai menyentuh wanita lain? Krystal mulai menyeka air matanya yang kembali
“Jika kamu tidak memiliki perasaan apa pun, maka kamu tidak mungkin berciuman dengan wanita itu, Kaivan.”Suara Krystal begitu keras dan lantang mengatakan itu. Napasnya memburu. Amarahnya seolah akan meledak. Ingatan Krystal berputar mengingat dengan jelas kala Kaivan berciuman dengan Citra. Mata Krystal terlihat jelas menunjukan luka dan kekecewaan yang mendalam. Dia melangkah menjauh dari Kaivan. Sungguh, Krystal tidak mau lagi menatap Kaivan. Semua yang ditutupi Kaivan membuat hati Krystal hancur.Kaivan mengembuskan napas berat mendengar Krystal kembali mengungkit dirinya yang ‘Dicium’ oleh Citra. Di sini Krystal salah paham. Kaivan tidak mungkin berciuman dengan Citra. Ya, Kaivan tak akan mungkin mengkhianati istrinya sendiri.“Krys, kamu salah paham,” ucap Kaivan dengan nada penuh permohonan agar Krystal mau mendengarkan penjelasannya.“Salah paham apa? Hah? Bahkan kamu meninggalkan pernikahan kita hanya demi Citra. Di mana letak salah pahamnya, Kaivan? Di mana!!” teriak Krysta
Kaivan menatap cemas Krystal yang tengah diperiksa oleh sang dokter. Tampak raut wajah Kaivan menjadi panik dan ketakutan yang melanda dirinya. Kaivan tak henti-henti mengumpati atas kebodohan dirinya sendiri. Andai dia menceritakan lebih awal maka hal ini tidak akan pernah terjadi. Ya, Kaivan memang menyesali semuanya. Dia tahu ini adalah kesalahan terbesarnya. Namun, menyesal sekarang adalah percuma. Semua telah terjadi. Fokus Kaivan saat ini adalah mengurus kekacauan ini. Kaivan yakin berita di luar sana tentang dirinya dan Citra telah tersebar luas.Saat sang dokter sudah memeriksa keadaan Krystal; Kaivan segera mendekat pada dokter itu dengan wajah yang semakin panik.“Bagaimana keadaan istriku?” tanya Kaivan dengan raut wajah cemas pada sang dokter.“Tuan Kaivan, istri Anda baik-baik saja. Tapi saya minta jangan membuat istri Anda memikirkan sesuatu hal yang membebaninya. Kandungan masih trimester pertama sangat rawan, Tuan. Terlebih saat ini kondisi kandungan Nyonya Krystal lem
“Maaf mengganggu waktu, Paman dan Bibi. Tapi ada hal yang ingin aku sampaikan pada kalian.”Suara Citra dengan bibir bergetar dan nada yang terdengar penuh rasa bersalah. Citra menundukan kepalanya, tak berani menatap Farel dan Elisa.Tampak Farel terdiam kala mendengar apa yang diucapkan oleh Citra. Pun Elisa ikut terdiam kala mendengar apa yang diucapkan oleh Citra.“Apa yang ingin kamu sampaikan, Citra?” Farel bertanya dengan tatapan dingin pada Citra.“Aku ingin minta maaf untuk kejadian hari ini, Paman. Sungguh, aku minta maaf. Ini semua kesalahanku. Bukan kesalahan Kaivan. Dengan segala kerendahan hatiku, aku minta maaf pada Paman dan Bibi. Akibat berita yang tersebar hari ini, pasti keluarga Paman menanggung malu,” ucap Citra dengan nada yang penuh rasa bersalah dan mata yang mulai berembun. Farel mengembuskan napas kasar. “Kenapa kamu melakukan ini, Citra? Kamu tahu hari ini adalah hari resepsi pernikahan Kaivan dan Krystal. Di sini bukan hanya nama baik Kaivan yang dipertar