Aryan melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Saat darah disudut bibirnya mulai menetes, dia segera menghapusnya dengan sapu tangan. Sesekali Aryan menatap Krystal yang duduk di sampingnya tampak begitu hancur dan terluka. Riasan wajah Krystal berantakan. Ya, Aryan sejak tadi hanya diam. Dia tak mengajak Krystal bicara. Karena dia tahu saat ini Krystal membutuhkan waktu. Pun Aryan sengaja membawa Krystal karena dalam keadaan seperti ini, Krystal pasti tidak memiliki tempat di mana untuk menenangkan diri.Mobil yang dilajukan Aryan mulai memasuki sebuah hotel mewah di Kawasan Jakarta Selatan. Aryan sengaja membawa Krystal ke hotel. Saat ini yang Krystal butuhkan adalah menenangkan diri.“Turunlah, Krys. Kita sudah sampai,” ucap Aryan yang langsung membuyarkan lamunan Krystal. “Kita sudah sampai?” Krystal mengedarkan pandangannya, menatap dirinya dan Aryan berada di sebuah hotel berbintang lima Kawasan Jakarta Selatan. Sejenak, Krystal terdiam melihat Aryan membawanya ke sebuah hot
Krystal menatap ke arah jendela kamar hotelnya—malam semakin larut. Awan terlihat mendung. Tak ada bulan atau bintang yang menghiasi langit luas. Mendungnya awan sama dengan wajah Krystal yang tampak muram. Pancaran sinar kebahagiaan di mata Krystal tak lagi ada. Semuanya lenyap seakan diterpa badai. Manik mata cokelat muda Krystal yang indah telah tertutup oleh kesenduhan dan kepedihan yang mendalam. Mata Krystal memerah dan kelopak matanya sembab.Ya, sepulangnya Aryan; Krystal kembali menangis. Menangisi luka yang dia alami saat ini. Dalam benak Krystal menyadari bahwa dulu pasti Livia terluka seperti dirinya. Krystal pernah egois meminta Kaivan memilih antara dirinya dan Livia. Namun, Krystal melakukan itu karena Kaivan tidak mau melepaskannya. Ada rasa bersalah dalam diri Krystal. Lepas dari Livia berselingkuh tetapi Krystal pernah melukai Livia. Hati wanita mana yang bisa menerima suami yang begitu dicintai menyentuh wanita lain? Krystal mulai menyeka air matanya yang kembali
“Jika kamu tidak memiliki perasaan apa pun, maka kamu tidak mungkin berciuman dengan wanita itu, Kaivan.”Suara Krystal begitu keras dan lantang mengatakan itu. Napasnya memburu. Amarahnya seolah akan meledak. Ingatan Krystal berputar mengingat dengan jelas kala Kaivan berciuman dengan Citra. Mata Krystal terlihat jelas menunjukan luka dan kekecewaan yang mendalam. Dia melangkah menjauh dari Kaivan. Sungguh, Krystal tidak mau lagi menatap Kaivan. Semua yang ditutupi Kaivan membuat hati Krystal hancur.Kaivan mengembuskan napas berat mendengar Krystal kembali mengungkit dirinya yang ‘Dicium’ oleh Citra. Di sini Krystal salah paham. Kaivan tidak mungkin berciuman dengan Citra. Ya, Kaivan tak akan mungkin mengkhianati istrinya sendiri.“Krys, kamu salah paham,” ucap Kaivan dengan nada penuh permohonan agar Krystal mau mendengarkan penjelasannya.“Salah paham apa? Hah? Bahkan kamu meninggalkan pernikahan kita hanya demi Citra. Di mana letak salah pahamnya, Kaivan? Di mana!!” teriak Krysta
Kaivan menatap cemas Krystal yang tengah diperiksa oleh sang dokter. Tampak raut wajah Kaivan menjadi panik dan ketakutan yang melanda dirinya. Kaivan tak henti-henti mengumpati atas kebodohan dirinya sendiri. Andai dia menceritakan lebih awal maka hal ini tidak akan pernah terjadi. Ya, Kaivan memang menyesali semuanya. Dia tahu ini adalah kesalahan terbesarnya. Namun, menyesal sekarang adalah percuma. Semua telah terjadi. Fokus Kaivan saat ini adalah mengurus kekacauan ini. Kaivan yakin berita di luar sana tentang dirinya dan Citra telah tersebar luas.Saat sang dokter sudah memeriksa keadaan Krystal; Kaivan segera mendekat pada dokter itu dengan wajah yang semakin panik.“Bagaimana keadaan istriku?” tanya Kaivan dengan raut wajah cemas pada sang dokter.“Tuan Kaivan, istri Anda baik-baik saja. Tapi saya minta jangan membuat istri Anda memikirkan sesuatu hal yang membebaninya. Kandungan masih trimester pertama sangat rawan, Tuan. Terlebih saat ini kondisi kandungan Nyonya Krystal lem
“Maaf mengganggu waktu, Paman dan Bibi. Tapi ada hal yang ingin aku sampaikan pada kalian.”Suara Citra dengan bibir bergetar dan nada yang terdengar penuh rasa bersalah. Citra menundukan kepalanya, tak berani menatap Farel dan Elisa.Tampak Farel terdiam kala mendengar apa yang diucapkan oleh Citra. Pun Elisa ikut terdiam kala mendengar apa yang diucapkan oleh Citra.“Apa yang ingin kamu sampaikan, Citra?” Farel bertanya dengan tatapan dingin pada Citra.“Aku ingin minta maaf untuk kejadian hari ini, Paman. Sungguh, aku minta maaf. Ini semua kesalahanku. Bukan kesalahan Kaivan. Dengan segala kerendahan hatiku, aku minta maaf pada Paman dan Bibi. Akibat berita yang tersebar hari ini, pasti keluarga Paman menanggung malu,” ucap Citra dengan nada yang penuh rasa bersalah dan mata yang mulai berembun. Farel mengembuskan napas kasar. “Kenapa kamu melakukan ini, Citra? Kamu tahu hari ini adalah hari resepsi pernikahan Kaivan dan Krystal. Di sini bukan hanya nama baik Kaivan yang dipertar
Pelupuk mata Krystal bergerak. Perlahan Krystal mengerjapkan mata dan mulai membuka matanya. Saat Krystal melihat cahaya matahari menembus jendala—dia langsung menyipitkan matanya. Memijat pelan pelipisnya. Kepalanya sedikit pusing. Krystal berusaha menggali ingatannya di mana dia berada. Sebuah kamar megah yang dia yakin bahwa kamar ini adalah hotel berbintang lima. Akan tetapi, kenapa bisa ada di kamar hotel ini? Apa yang terjadi padanya?“Kamu sudah bangun?” Suara berat Kaivan sontak membuat Krystal terkejut.“K-Kaivan?” Krystal terperanjat terkejut melihat Kaivan masuk ke dalam kamar. Seketika Krystal membatu. Melihat Kaivan membuat ingatannya langsung terkumpul. Bagaikan kepingan-kepingan puzzle yang kembali menyatu.Ya, Krysal mengiat semuanya. Kejadian di pesta, lalu berakhir dengan tadi malam dirinya berdebat dengan Kaivan dan dirinya pun pingsan. Semua penjelasan Kaivan yang mucul dalam benak Krystal saat ini. Namun, nyatanya penjelasan itu hanya bagaikan omong kosong belaka
Kaivan tidak menyerah begitu saja meski berkali-kali Krystal menolak dirinya. Pun Krystal memintanya untuk segera pergi. Tapi Kaivan tetap bersikeras untuk tetap berada di sisi sang istri. Semakin Krystal meminta diberikan jarak maka semakin Kaivan mengikis jarak itu. Kaivan tidak bisa meninggalkan istrinya yang bahkan saat ini kondisinya begitu lemah.“Pulanglah, Kai. Aku ingin sendiri.” Krystal bangkit dari ranjang, dan memilih meninggalkan Kaivan yang sejak tadi tak henti menatapnya.“Tidak, Krys. Aku tidak akan pulang. Aku akan tetap ada di sini,” tegas Kaivan penuh penekanan.“Terserah.” Krystal melangkah masuk ke dalam kamar mandi, dia mengabaikan keberadaan Kaivan. Ya, sebenarnya Krystal ingin sekali pergi menjauh dari Kaivan. Tapi kenyataannya semua sulit karena Kaivan tidak juga pergi darinya.Kaivan memejamkan mata. Meredakan amarah dalam dirinya. Bertepatan dengan Krystal yang berada di dalam kamar mandi, dering ponsel Kaivan berbunyi. Tampak raut wajah Kaivan kesal melihat
“Krys, dengarkan aku. Kamu salah paham. Demi Tuhan aku tidak memiliki hubungan apa pun dengan Citra. Dia menghubungiku tadi pasti karena ingin minta maaf atas semua kekacauan terjadi, Krys.”Kaivan menggedor pintu kamar hotel Krystal yang telah tertutup rapat. Ya, sejak di mana Citra menghubunginya—Krystal memilih mengunci kamar hotel. Istrinya itu bahkan tidak mau membuka pintu sedikit pun. Bisa saja Kaivan mendobrak pintu kamar hotel ini tetapi, Kaivan tetap harus mengendalikan dirinya. Dia tak mau memaksa sang istri. Terlebih Kaivan mendengar Krystal yang tengah menangis. Ingin rasanya Kaivan memeluk Krystal. Namun, dalam hal ini adalah tidak mungkin. Krystal masih begitu marah dengannya.“Kystal buka pintunya, Krys!” seru Kaivan dengan keras.“Pergi, Kai! Kalau kamu masih ada di sini aku bersumpah akan melukai diriku sendiri! Sekarang pergi!” bentak Krystal dari dalam kamar hotel yang sontak membuat raut wajah Kaivan berubah. Tampak pancaran mata Kaivan menggelap kala mendengar Kr