“Maaf mengganggu waktu, Paman dan Bibi. Tapi ada hal yang ingin aku sampaikan pada kalian.”Suara Citra dengan bibir bergetar dan nada yang terdengar penuh rasa bersalah. Citra menundukan kepalanya, tak berani menatap Farel dan Elisa.Tampak Farel terdiam kala mendengar apa yang diucapkan oleh Citra. Pun Elisa ikut terdiam kala mendengar apa yang diucapkan oleh Citra.“Apa yang ingin kamu sampaikan, Citra?” Farel bertanya dengan tatapan dingin pada Citra.“Aku ingin minta maaf untuk kejadian hari ini, Paman. Sungguh, aku minta maaf. Ini semua kesalahanku. Bukan kesalahan Kaivan. Dengan segala kerendahan hatiku, aku minta maaf pada Paman dan Bibi. Akibat berita yang tersebar hari ini, pasti keluarga Paman menanggung malu,” ucap Citra dengan nada yang penuh rasa bersalah dan mata yang mulai berembun. Farel mengembuskan napas kasar. “Kenapa kamu melakukan ini, Citra? Kamu tahu hari ini adalah hari resepsi pernikahan Kaivan dan Krystal. Di sini bukan hanya nama baik Kaivan yang dipertar
Pelupuk mata Krystal bergerak. Perlahan Krystal mengerjapkan mata dan mulai membuka matanya. Saat Krystal melihat cahaya matahari menembus jendala—dia langsung menyipitkan matanya. Memijat pelan pelipisnya. Kepalanya sedikit pusing. Krystal berusaha menggali ingatannya di mana dia berada. Sebuah kamar megah yang dia yakin bahwa kamar ini adalah hotel berbintang lima. Akan tetapi, kenapa bisa ada di kamar hotel ini? Apa yang terjadi padanya?“Kamu sudah bangun?” Suara berat Kaivan sontak membuat Krystal terkejut.“K-Kaivan?” Krystal terperanjat terkejut melihat Kaivan masuk ke dalam kamar. Seketika Krystal membatu. Melihat Kaivan membuat ingatannya langsung terkumpul. Bagaikan kepingan-kepingan puzzle yang kembali menyatu.Ya, Krysal mengiat semuanya. Kejadian di pesta, lalu berakhir dengan tadi malam dirinya berdebat dengan Kaivan dan dirinya pun pingsan. Semua penjelasan Kaivan yang mucul dalam benak Krystal saat ini. Namun, nyatanya penjelasan itu hanya bagaikan omong kosong belaka
Kaivan tidak menyerah begitu saja meski berkali-kali Krystal menolak dirinya. Pun Krystal memintanya untuk segera pergi. Tapi Kaivan tetap bersikeras untuk tetap berada di sisi sang istri. Semakin Krystal meminta diberikan jarak maka semakin Kaivan mengikis jarak itu. Kaivan tidak bisa meninggalkan istrinya yang bahkan saat ini kondisinya begitu lemah.“Pulanglah, Kai. Aku ingin sendiri.” Krystal bangkit dari ranjang, dan memilih meninggalkan Kaivan yang sejak tadi tak henti menatapnya.“Tidak, Krys. Aku tidak akan pulang. Aku akan tetap ada di sini,” tegas Kaivan penuh penekanan.“Terserah.” Krystal melangkah masuk ke dalam kamar mandi, dia mengabaikan keberadaan Kaivan. Ya, sebenarnya Krystal ingin sekali pergi menjauh dari Kaivan. Tapi kenyataannya semua sulit karena Kaivan tidak juga pergi darinya.Kaivan memejamkan mata. Meredakan amarah dalam dirinya. Bertepatan dengan Krystal yang berada di dalam kamar mandi, dering ponsel Kaivan berbunyi. Tampak raut wajah Kaivan kesal melihat
“Krys, dengarkan aku. Kamu salah paham. Demi Tuhan aku tidak memiliki hubungan apa pun dengan Citra. Dia menghubungiku tadi pasti karena ingin minta maaf atas semua kekacauan terjadi, Krys.”Kaivan menggedor pintu kamar hotel Krystal yang telah tertutup rapat. Ya, sejak di mana Citra menghubunginya—Krystal memilih mengunci kamar hotel. Istrinya itu bahkan tidak mau membuka pintu sedikit pun. Bisa saja Kaivan mendobrak pintu kamar hotel ini tetapi, Kaivan tetap harus mengendalikan dirinya. Dia tak mau memaksa sang istri. Terlebih Kaivan mendengar Krystal yang tengah menangis. Ingin rasanya Kaivan memeluk Krystal. Namun, dalam hal ini adalah tidak mungkin. Krystal masih begitu marah dengannya.“Kystal buka pintunya, Krys!” seru Kaivan dengan keras.“Pergi, Kai! Kalau kamu masih ada di sini aku bersumpah akan melukai diriku sendiri! Sekarang pergi!” bentak Krystal dari dalam kamar hotel yang sontak membuat raut wajah Kaivan berubah. Tampak pancaran mata Kaivan menggelap kala mendengar Kr
Suara ketukan pintu membuat Krystal yang tertidur pulas di atas sofa empuk langsung membuka kedua matanya. Perlahan Krystal mengerjapkan mata beberapa kali kala mendengar suara ketukan pintu itu.Tampak kening Krystal mengerut ketika ada yang mengetuk pintu. Ya, ingatan Krystal langsung berputar kejadian beberapa jam lalu—di mana dirinya berdebat dengan Kaivan meminta Kaivan untuk pulang. Menangis dari pagi membuat Kystal akhirnya ketiduran di atas sofa. Bangun-bangun kepalanya sudah sedikit sakit.“Krystal?” Suara gedoran pintu dari luar bersamaan dengan memanggil nama Krystal. Sontak Krystal langsung menyadari kalau yang datang bukanlah Kaivan.“Aryan? Itu kamu?” tanya Krystal seraya bangkit berdiri dan mendekat ke arah pintu.“Iya, ini aku, Krys.” Aryan menjawab dari luar kamar.Krystal mendesah pelan. Rupanya yang menggedor pintu adalah Aryan. Bukan Kaivan. Paling tidak saat ini, Krystal tidak harus berdebat. Jujur saja, Krystal lelah jika harus berdebat dengan Kaivan. Meminta Kai
“Nyonya Citra, Anda bisa sakit kalau terus menangis seperti ini.” Marike—asisten Citra menegur Citra yang sejak tadi tidak henti menangis. Sejak di mana Citra bertemu dengan Kaivan—wanita itu tidak henti menangis.“Marike, apa yang harus aku lakukan sekarang? Kaivan membenciku,” isak Citra dengan air mata yang tak henti berlinang membasahi pipinya.Marike terdiam sejenak melihat keadaan Citra. Ada rasa iba dalam dirinya. Sudah lebih dari dua jam, tapi Citra tak kunjung berhenti menangis. Bossnya ini akan selalu menyalahkan diri atas apa yang terjadi. Padahal, apa yang terjadi sudah terjadi. Tidak akan pernah berubah. Namun setidaknya bisa diperbaiki. Walau kemungkinan utuh tidaklah mungkin.“Nyonya, apa Anda tidak mau menemui Nyonya Krystal? Paling tidak Anda menjelaskan dan juga meminta maaf padanya, Nyonya,” kata Marike memberikan saran pada Citra.“Kaivan melarangku menemui Krystal, Marike. Padahal aku ingin sekali bertemu dengannya. Paling tidak sebelum aku meninggalkan Indonesia,
“Untuk apa kamu ke sini, Citra?”Suara Krystal bertanya dengan nada dingin pada Citra yang ada di hadapannya. Ya, wanita yang datang pada Krystal saat ini adalah Citra. Sorot mata Krystal menghunus begitu dingin dan tajam pada Citra. Tampak raut wajah tak suka akan kedatangan Citra begitu terlihat di wajah cantik Krystal.“Krystal, boleh kita bicara sebentar?” tanya Citra dengan pelan seraya menggigit bibir bawahnya.“Maaf, aku sibuk.” Krystal hendak menutup pintu kamar hotelnya, namun gerak Krystal terhenti kala Citra menahan pintu itu.“Krys, aku mohon. Berikan aku waktu sebentar,” pinta Citra dengan tatapan penuh permohonan pada Krystal.“Apa maumu, Citra? Jangan menggangguku!” seru Krystal.“Please, Krystal. Aku mohon. Ini terakhir kalinya aku menemuimu. Aku berjanji padamu,” ucap Citra dengan nada penuh permohonan.Krystal mengembuskan napas kasar. Detik selanjutnya, Krystal terpaksa menganggukan kepalanya. Dia membiarkan Citra melangkah masuk ke dalam kamar hotelnya. Terlihat se
Krystal menatap nanar tiket pesawat yang telah dikirimkan oleh Maya lewat email pribadinya. Tampak raut wajah Krystal muram. Ada keraguan dalam dirinya meninggalkan Jakarta. Sebenarnya Krystal tahu dirinya sangatlah egois. Dia seperti lari dari masalah. Namun, Krystal melakukan ini demi kandungannya. Terakhir dokter mengatakan kandungannya lemah. Tujuan Krystal pergi karena ingin menenangkan hati dan pikirannya. Terlalu banyak masalah yang terjadi, membuat Krystal benar-benar rasanya tak sanggup. Krystal tidak mau berbohong kalau kejadian di mana dirinya melihat Kaivan dan Citra berciuman tak bisa dilupakan begitu saja. Kebohongan Kaivan, membuat hati Krystal sangat hancur. Andai Kaivan menceritakan ini sejak awal maka Krystal tak akan pernah sesakit ini. Hal yang paling dibenci adalah dibohongi. Krystal merasa tidak pernah dianggap oleh Kaivan.Krystal menyeka air matanya yang mulai jatuh berlinang membasahi pipinya. Dia terisak pelan. Detik selanjutnya, Krystal mengambil pena dan se
Beberapa bulan kemudian … Madrid, Spain. Krystal melangkah menelusuri kota Madrid bersama dengan sang suami yang selalu ada di sisinya. Tampak tatapan Krystal dan Kaivan menatap Kenard dan Kaindra yang tengah berlari-lari menikmati keindahan kita Madrid. Ya, usia kandungan Krystal saat ini memasuki minggu ke dua puluh sembilan. Perutnya kian membuncit. Dia bersama dengan suami sekaligus anak-anaknya tengah menikmati liburan sekaligus babymoon di Madrid. Kandungan Krystal sehat bahkan sangat sehat. Dokter pun mengizinkan Krystal untuk berpergian ke luar negeri. Itu yang membuat Kaivan membawa istri dan anak-anaknya pergi berlibur.“Kai … Kenard dan Kaindra senang sekali setiap kali kita ajak mereka berlibur,” ujar Krystal seraya memeluk lengan sang suami. Sesaat Krystal memejamkan matanya kala embusan angin menyentuh kulitnya.Kaivan tersenyum kala mendengar ucapan sang istri. “Aku juga senang jika melihat anak-anak kita menikmati liburan mereka.”Krystal mengalihkan pandangannya, me
“Papa … Mama … hari ini kita mau ke mana?” Suara Kenard dan Kaindra bertanya seraya menatap Kaivan dan Krystal. Tampak kedua bocah laki-laki itu sudah tampan dan rapi. Celana pendek dan kaus berwarna hitam dengan logo LV membuat Kenard dan Kaindra begitu menggemaskan.“Hari ini kalian akan melihat adik kalian, Sayang. Apa kalian mau?” Krystal mengelus lembut kedua pipi Kenard dan Kaindra. Ya, hari ini adalah hari di mana Krystal sudah dijadwalkan memeriksa kandungannya. Tentu Krystal sudah tak sabar ingin tahu bayi yang ada di kandungannya itu laki-laki atau perempuan. Sebenarnya Krystal hanya penasaran saja. Mengingat selama ini Kaivan begitu yakin kalau bayi yang ada di kandungannya ini adalah perempuan. Fokus utama Krystal memeriksakan kandungannya karena memang dirinya ingin tahu tumbuh kembang bayinya. Dan apa pun jenis kelamin anaknya nanti tetap membuat Krystal bersyukur.“Hari ini kami melihat adik?” Kenard dan Kaindra bertanya dengan kompak. Kedua bocah laki-laki itu begitu b
Barcelona, Spain. Suara tangis bocah perempuan sontak membuat Maya yang baru saja menuruni tangga—dan langsung mempercepat langkahnya menghampiri putrinya yang ada di taman. Tampak wajah Maya panik mendengar tangis putrinya yang keras.“Rania? Sayang kamu kenapa?” Maya menghampiri putrinya yang duduk di taman sambil menangis.“Nyonya.” Sang pengasuh menyapa Maya dengan sopan.“Ada apa dengan putriku? Kenapa Rania menangis seperti ini?” Maya bertanya seraya duduk di samping putrinya yang masih terus menangis. Maya pun segera memeluk erat putri kecilnya itu.“Maaf, Nyonya. Nona Rania menangis karena tangannya digigit semut. Tapi saya sudah memberikan minyak kayu putih di tangan Nona Rania, Nyonya,” ujar sang pengasuh sopan.Maya mengembuskan napas panjang kala mendengar ucapan sang pengasuh. “Kamu boleh pergi sekarang. Biar aku yang menenangkan putriku.”“Baik, Nyonya. Kalau begitu saya permisi.” Sang pelayan menundukan kepalanya, lalu pamit undur diri dari hadapan Maya.“Mama … sakit,
Pantai Matira, Pulau Bora-bora “Darwin … Daisy … berenangnya jangan jauh-jauh, Sayang. Pelan-pelan, Nak.”Suara Felicia menegur kedua anak-anaknya itu yang berenang semakin jauh darinya. Tampak Felicia mulai mendengkus sebal. Kedua anak-anaknya itu sangat keras kepala. Seperti saat ini ketika Felicia mengatakan jangan berenang jauh malah kedua anak-anaknya itu berenang semakin jauh. Sungguh, setiap hari Felicia harus memiliki stock kesabaran yang banyak.“Sayang … biarkan Darwin dan Daisy berenang. Mereka hebat dalam berenang. Kamu tidak perlu khawatir, Sayang.” Arya merengkuh bahu Felicia sembari memberikan kecupan di puncak kepela istrinya itu.Ya, kini Aryan dan Felicia tengah berlibur ke Pantai Matira, Pulau Bora-bora. Mereka berdua berenang bersama dengan kedua anak-anak mereka. Felicia yang memakai bikini seksi dan Aryan bertelanjang dada. Mereka berdua berjemur di bawah sinar matahari sekaligus berendam di air.Darwin Mahendra Dwitama adalah anak laki-laki pertama Aryan dan Fe
Lima tahun berlalu … “Mama … itu Papa … yeay! Papa ada di televisi. Papa … Papa … Papa …”Suara Kenard dan Kaindra memekik kegirangan melihat Kaivan tengah di wawancarai. Tampak kedua bocah laki-laki itu begitu bangga sekaligus senang setiap kali melihat ayah mereka berada di televisi.Ya, Kenard Bastian Mehendra anak pertama laki-laki Kaivan dan Krystal ini kini berusia enam tahun. Sedangkan Kaindra Bastian Mehendra anak kedua laki-laki Kaivan dan Krystal berusia tiga tahun. Well, tak hanya itu saja tapi saat ini Krystal pun tengah hamil lima belas minggu. Bagi Krystal kehamilan yang ketiga merupakan kecolongan. Pasalnya Krystal hanya menginginkan dua anak saja tapi kenyataannya Krystal kecolongan hamil anak ketiga. Alasan bisa kecolongan karena Krystal lupa minum pil KB. Pun Kaivan selama ini setiap kali melakukan hubungan suami istri dengannya tidak pernah memakai pengaman. Kaivan selalu bilang kalau pria itu tidak melarat jadi tidak masalah memiliki anak banyak. Sedangkan Krystal
Beberapa bulan kemudian …“Makanan apa ini? Kenapa membuatku mual sekali?” Suara Felicia berseru kala baru saja memakan udang bakar—yang dia minta pelayan untuk membuatnya.“Nyonya, ini menu udang bakar yang biasa Anda makan. Bumbunya masih tetap sama, Nyonya. Tidak ada yang saya ganti,” jawab sang pelayan dengan sopan.Felicia menyingkirkan piring yang berisikan udang bakar itu. “Aromanya membuatku mual. Kamu pasti menambahkan bumbu yang berbeda.”Sang pelayan menggarukan kepalanya tak gatal. Tampak wajah sang pelayan menjadi bingung. Pasalnya dia tidak menambahkan bumbu yang berbeda. Udang bakar yang dia sajikan adalah udang bakar yang sama seperti biasa disajikan.“Ada apa ini?” Aryan melangkah masuk ke dalam kamar. Pria itu mendengar seperti suara sang istri tengah kesal.“Tuan.” Sang pelayan segera menundukan kepalanya kala melihat Aryan datang.Felicia mengalihkan pandangannya, menatap Aryan yang baru saja datang. “Sayang, pelayan ini memberikanku udang bakar dengan bumbu berbed
Suara tepuk tangan riuh terdengar di ballroom hotel. Tampak para tamu undangan semuanya menatap Hans dan Maya yang tengah berciuman di altar. Ya, kini Hans dan Maya telah resmi menjadi sepasang suami istri. Semua keluarga serta para tamu undangan pun turut berbahagia atas pernikahan Hans dan Maya.Kilat kamera memenuh ballroom hotel. Menyorot pada dua insan yang tengah berbahagia. Tak hanya menyorot pada Hans dan Maya saja tetapi juga menyorot pada Aryan dan Felicia serta, Kaivan dan Krystal. Lebih tepatnya para wartawan itu begitu banyak menyorot Kaivan dan Krystal. Pasalnya, sejak tadi memang Kaivan dan Krystal banyak mengundang perhatian para wartawan. Terutama Kenard yang berada digendongan Kaivan. Tentu, tak heran jika Kenard menjadi sorotan. Pasalnya pernikahan Kaivan dan Krystal banyak sekali memiliki masalah sampai menjadikan mereka berdua menjadi sebuah berita yang hangat diperbincangkan.Pernikahan Hans dan Maya terbilang sangat mewah dan meriah. Beberapa rekan bisnis Hans d
Sebuah gaun berwarna pastel membalut tubuh Krystal tampak sangat indah dan memukau. Make up flawless di wajah Krystal membuatnya sangat cantik dan terlihat fresh. Ya, kini Krystal baru saja selesai dirias. Gaun yang membalut tubuhnya sangat anggun dan menawan. Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh semua orang. Di mana hari ini Hans dan Maya akan melangsungkan pernikahan.Terkadang jodoh memang datang secara tiba-tiba dan tak disangka-sangka. Seperti kali ini Krystal tak menyangka kalau kejadian waktu di mana Kenard diculik—membuat Hans dan Maya semakin dekat. Hubungan Hans dan Maya masih terbilang baru. Tapi nyatanya Hans dan Maya ingin segera meresmikan hubungan mereka ke sebuah jenjang menuju kebersamaan masa depan. Tentu Krystal bahagia. Karena memang Krystal berharap Maya mendapatkan jodoh yang terbaik. Setelah luka yang didapatkan Maya pada akhirnya, takdir membawa Maya pada seorang pria yang baik dan bertanggung jawab. Dan Krystal bisa melihat dari mata Hans; pria itu
Menjelang pernikahan Hans dan Maya, Krystal pun sibuk membantu persiapan pernikahan teman baiknya itu. Bukan hanya Krystal yang membantu persiapan pernikahan Hans dan Maya tetapi Felicia juga turut membantu. Well, tentunya jika berurusan dengan Felicia hal mudah akan menjadi sulit. Seperti contoh model gaun yang dipakai oleh Felicia harusnya bermodel kemben. Tapi tiba-tiba Felicia merubah model gaunnya ingin menjadi one of shoulder. Ya, dalam hal ini Krystal dan Maya sudah tidak lagi terkejut. Karena memang baik Krystal atau Maya sudah mengenal sifat Felicia. Terutama Krystal, dia sangat mengenal baik adik iparnya itu. Kejadian ini sama seperti Felicia menikah dengan Aryan. Dulu, Felicia sampai memesan banyak gaun pengantin akibat Felicia yang tiba-tiba merubah model gaun pengantinnya.“Nyonya Krystal.” Seorang pelayan menghampiri Krystal yang tengah sibuk pada iPad di tangannya. Pagi ini Krystal disibukan membaca email dari manager restoran. Selama ini memang yang memeriksa laporan k