Mentari menyapa pagi di villa taman bunga Puncak Cipanas, cahayanya memantul kilau pada titik air di ujung daun pohon palem yang semalam tertimpa hujan. Dering ponsel mengalunkan nada akustik aransemen ulang tembang kenangan, sebagai tanda panggilan masuk dari Tesla.“Halo Sayang,” sapa Amy“Kamu di mana?” Tanya Tesla dari seberang sana.“Masih di puncak, maaf semalam gak ngabarin kamu. Amy ketiduran,” jelas Amy.“Ya sudah, pokoknya yang terpenting hati-hati dan jangan telat makan,” pesan Tesla penuh perhatian, tapi terdengar garing di telinga Amy.Setelah panggilan berakhir, diletakkan kembali pada tempat yang semestinya. Amy menggeliat bak penari balet, meregangkan badan yang masih tergolek di pembaringan. Suara gemeretak dari persendian terdengar indah tertangkap pendengarannya.Sosok tubuh lain yang tadi masih terlelap tenang, kini mulai terusik dengan semua kebisingan tanpa suara, yang tercipta hanya dari gerakan saja.Kelopak mata itu membuka seulas senyum ia sunggingkan, sebag
"Kamu sudah tidur, sayang?” tanya Tesla, berbisik pelan dan mesra di telinga Amy.Perempuan itu menggeliat, "Maaf, jam berapa sekarang? Kamu mau makan ya?" tanya Amy.Tesla tersenyum dan menggeleng, "Aku sudah kenyang, makan kue yang ada di lemari." jawabnya.Amy ikut tersenyum, "Enak gak?" tanyanya."Enak banget, kamu yang buat?" Amy menggeleng, "Kami sekarang jualan kue online, Ade yang buat aku yang pasarkan," jelas Amy."Gak jadi buka cafe?" tanya Tesla."Masih direncanakan, Ade sedang mengumpulkan modal," jawab Amy.Tesla mengangguk paham, "Aku doakan semoga bisnis kalian lancar, akur selalu dan jangan sampai selisih paham.""Aaaamiiin," sahut Amy.Tesla menarik wajah istrinya lebih mendekat, dan mengecup bibir wanita itu. Amy terdiam sejenak menikmati sentuhan sang suami, detik berikutnya dia memberikan perlawanan juga.Tesla tersenyum sumringah begitu ia mencapai punc
Amy menarik Ade masuk kedalam dekapannya, membelai lembut punggung sahabatnya itu, berharap tangis Ade segera mereda, agar Ade mampu menceritakan apa yang sebenarnya sedang terjadi.“Papa ... Papa aku jatuh, My. Sekarang beliau tidak sadarkan diri,” ujar Ade di tengah isaknya.“Innalillahi, siapa yang mengabari?” tanya Amy ikut panik.“Sinta, kakak tiriku. Aku harus balik My, tolong antarkan aku ke bandara,” pinta Ade.Amy mengangguk setuju, segera dibantunya gadis itu berkemas. Tidak banyak yang dibawa hanya beberapa lembar pakaian saja, setelah semuanya siap Amy mengantar si tomboy menuju bandara.“Ibu tiri aku punya dua anak dari pernikahan sebelumnya, dua-duanya perempuan. Sinta anak keduanya, Cuma Sinta yang masih memiliki rasa peduli kepadaku. Dulu waktu sekolah menengah pertama, aku pernah sakit tiga hari dan gak bangun sama sekali.Cuma Sinta yang rajin menjenguk ke kamar, mengantarkan makanan dan mengingatkan a
Seperti yang telah dipikirkannya, pagi hari setelah Tesla pergi mengajar, Amy juga pergi ke rumah ibunya. Dia berencana menyelidiki dan mencari bukti baru terkait perselingkuhan Tesla dengan Arem.Dengan mengendarai mobil milik Ade Irma, Amy mendatangi penjara tempat Arem ditahan. Jika mengikuti prosedur yang berlaku, seharusnya Arem masih mendekam di sana. Di jalan Amy singgah di sebuah toko roti, dia hendak membeli buah tangan untuk menjenguk Arem di penjara."Hai Amy," seseorang menyapanya, reflek Amy menoleh untuk melihat siapa gerangan orang itu."Hei," seru Amy tertahan, orang yang menyapanya tersenyum semringah."Yuni, apa kabar?" tanya Amy sambil menyambut uluran tangan perempuan seksi yang baru saja menyapanya."Baik, alhamdulillah," jawab orang yang dipanggil Amy dengan nama Yuni. "Sudah lama banget ya, kita gak ketemu," lanjutnya.Amy mengangguk, "Terakhir kali sewaktu kita sama-sama muke-up wisuda.""Duduk di sana yuk," Yuni menunjuk salah satu meja yang tersedia di toko r
“Sayang,” sapaan Tesla membuat Amy sedikit terperanjat.“Kamu kenal Yuni, bukan?" tanya Tesla sambil menunjuk ke arah perempuan cantik dan seksi itu."Kamu kok bisa kenal Yuni?" Amy balik bertanya dengan penuh rasa curiga."Hai Amy," Sapaan Yuni mengurung jawaban Tesla."Hay," Amy balas menyapa. “Sombong banget sih dari tadi aku perhatikan,” ujar Yuni dengan nada bercanda.“Bukan sombong tapi aku malu dekat kamu, takut dikira orang kita anak panti asuhan,” jawab Amy berseloroh, sambil melirik gaunnya dan Yuni yang terlihat sama."Oh ya? Kok bisa ya? Pasti kamu beli di Vani galeri?"Amy mengangguk, membenarkan tebakan Yuni "Iya di Vani emang ada dua gaun yang rada mirip, kemarin aku sampai bingung mau pilih yang mana, eh gak taunya yang ini kamu yang beli." tutur Yuni antusias.Acara pesta berakhir pukul sebelas malam, dalam perjalanan pulang Amy lebih banyak diam. Dia mer
Selepas makan siang bersama Yuni, Amy langsung pulang ke rumah orang tuanya. Dia sempatkan menelpon Ade, guna memastikan keadaan si tomboy.Menurut Ade ayahnya telah dimakamkan siang tadi, "Aku akan kembali ke Jakarta setelah hari ketujuh kematian papa." ujarnya."Oke, yang penting kamu ikhlaskan hati dan jaga kesehatan, jangan sampai drop, aku gak mau kamu kenapa-napa," ingat Amy.Selepas magrib Tesla datang menjemput Amy, duduk sebentar mengobrol dengan ibu dan bapak mertuanya sambil menunggu Amy bersiap-siap.Saat memasuki mobil hendak pulang, hidung Amy seperti mencium aroma parfum lain, yang tersamarkan oleh aroma parfum Tesla."Tadi kamu dari mana?" selidik Amy."Dari kampus lah, tidak ke mana-mana," jawab Tesla sesantai mungkin, dirinya sadar Amy curiga karena itu dia harus bersikap wajar untuk meredam kecurigaan suaminya itu."Ada yang numpang mobil kamu?" tanya Amy lagi.Tesla mengerutkan dahi, "Nggak, kenapa sih?" tanyanya pura-pura tak mengerti."Kok aku kayak mencium aroma
Hari ketujuh kematian orang tuanya, Ade Irma beserta ibu dan kedua saudara tirinya berkumpul di ruang tamu rumah mereka.Aryo—lelaki berusia 55 tahun, yang merupakan sahabat terdekat ayahnya datang bersama beberapa orang. Satu diantaranya mengaku sebagai notaris, yang ditunjuk almarhum untuk menjelaskan pembagian aset peninggalan Almarhum.Ayah Ade Irma hanyalah seorang pengusaha lokal, yang memiliki aset berupa sebuah rumah mewah, dan dua unit ruko di jalan utama. Rumah dan ruko itu dibelinya semasa beliau berumah tangga dengan istri keduanya.Kini semua itu jatuh ke tangan ibu dan kedua saudara tiri Ade, si tomboy hanya bisa menghela napas panjang kala menyadari bahwa dirinya tidak mendapatkan apa pun dari sang ayah."Ade, kapan kamu kembali ke Jakarta?" tanya Aryo, setelah pembacaan wasiat selesai dilakukan."Malam ini juga om," jawab Ade singkat."Kalau begitu berkemaslah, mari om antarkan," tawar Aryo."Tidak perlu, Om. Saya bisa naik taxi," jawab Ade."Jangan menolak, Tantemu in
“Kenapa harus di Balikpapan sih kenapa gak di Jakarta aja?” Protes Amy, sambil dia mempersiapkan pakaian dan perlengkapan yang dibutuhkan Tesla selama di luar kota.Lelaki itu hendak meresmikan toko sepatu yang dibukanya di kota Balikpapan. “Aku ambil barang dari Jakarta, Sayang. Lalu aku jual di sana.” Jawab Tesla dengan sabar.“Ya udah kamu hati-hati selama di sana.” Pesan Amy, “oh ya aku punya hadiah buat kamu,” Amy menyodorkan satu unit ponsel keluaran dan model terbaru untuk Tesla. “Wau!” seru Tesla kagum, “Dalam rangka apa nih Sayang, kok kasih hadiah segala?” tanyanya.“Aku lihat handphone kamu, layarnya sudah pecah-pecah jadi aku beliin yang baru,” jelas Amy dengan gaya santainya.Tesla merangkul pinggang sang istri, lalu mengecup kening wanita itu.”Makasih ya Sayang,” ucapnya penuh perasaan. Amy tersenyum dan mengangguk.Amy bukannya tidak senang suaminya memiliki usaha, hanya saja firasatnya mengatakan kalau ini hanya akal-akalan Tesla saja. Yang dikhawatirkan dengan adanya