Jesselyn berdiri di belakang tubuh Alpha Elios dengan kepala tertunduk dalam.
Mengamati Alpha Goldenmoonpack itu yang tengah duduk di sisi ranjang Hera sambil menggenggam erat satu tangan adiknya dengan cemas.
Ana yang baru saja tiba di Goldenmoonpack, tampak menatap khawatir Hera yang sedang terbaring lemah diatas ranjang kamar.
Pelayan wanita itu menatap Jessy dengan wajah bingung, yang dibalas Jesselyn dengan hendikan dikedua bahunya dan gelengkan kepala lengkap dengan wajah muram.
Semua pengawal yang di beri tugas mengawal Hera selama diperjalanan, juga tengah menunduk menatap khawatir tuan putri mereka dari arah luar pintu kamar.
Mereka semua, jelas sangat merasa cemas karena telah membawa Hera kembali dalam keadaan pingsan.
"Kalian semua pergilah," kata Alpha Elios dengan nada suara datar.
Tanpa diperintah dua kali, mereka memilih segera pergi undur diri guna memberikan waktu pribadi untuk Alpha Elios yang tampak masih ingin menemani Hera didalam kamar gadis itu.
Elios menatap Hera dengan raut wajah sendu yang sudah tidak bisa ia tutupi lagi.
"Hera?"
Alpha Elios mendekatkan satu tangan adiknya itu dan mengecup punggung tangan Hera dengan penuh kasih sayang. Satu tangan lainnya terulur untuk menyingkirkan anak rambut Hera yang jatuh menutupi kening gadis itu.
"Kumohon, sadarlah. Jangan mendahului kematianku."
PLAK!
Alpha Elios terbelalak.
Menatap tak percaya pada Hera yang ternyata sudah sadar dari pingsannya.
Gadis itu tampak mencebikkan bibirnya hingga Alpha Elios secara spontan bangkit dari duduknya dan langsung membawa tubuh adiknya itu masuk ke dalam pelukan.
"Dasar kakak tidak berperikekakakan. Bisa-bisanya aku punya seorang kakak yang sangat bodoh sepertimu. Aku ini hanya pingsan bukan mati."
Alih-alih marah, Alpha Elios malah terkekeh gemas ketika mendengar suara merajuk adiknya itu.
Elios segera menangkup wajah Hera dengan kedua tangannya.
"Lupakan saja. Sekarang ceritakan padaku, apa yang terjadi padamu sebenarnya Hera. Bagaimana kau bisa kembali dalam keadaan pingsan?"
Hera yang tampak masih kesal tiba-tiba langsung dibuat terdiam.
Hingga beberapa detik kemudian, Hera mendadak menutup kedua telinganya sendiri, dengan kepala yang tertunduk dalam. Kilasan bayangan tubuh tegap berotot itu kembali terbayang dalam pikirannya, hingga membuat Alpha Elios segera membawa tubuh Hera kembali kedalam pelukannya berusaha menenangkan.
"Hera tenanglah ..."
"Alpha aku melihatnya," kata gadis itu dengar tubuh dan suara bergetar.
Elios terlihat begitu cemas ketika adiknya terus bergerak gelisah dalam pelukannya.
"Hera, tenangkan dirimu."
"Alpha. Aku melihat seseorang, dia ... dia .... "
Elios segera menangkup wajah Hera kembali dan menatap wajah adiknya itu dengan tatapan serius, "Apa kau mengalami mimpi yang buruk, Hera?"
"Aku tidak tahu. Tapi aku seperti bisa melihat seseorang yang berdiri membelakangiku. Alpha mungkinkah itu bentuk tubuh manusia? Apakah, tubuhmu juga sebesar itu?"
Alpha Elios mengerutkan keningnya, menatap Hera dengan raut wajah penuh selidik.
"Bagaimana kau, bisa melihat itu? Apakah itu karena kau sering menyentuh tubuhku?"Hera secara reflek langsung memukul lengan Alpha Elios lagi hingga pria itu terkekeh sendiri.
Dipeluknya kembali tubuh Hera kedalam dekapan tubuh hangatnya.
Alpha Elios diam-diam mengucap syukur, karena Hera hanya pingsan sebentar dan terlihat sudah baik-baik saja saat ini.
Elios sangat menyayangi adiknya itu.
"Aku tidak pernah menyentuh tubuhmu, aku hanya penasaran dengan bentuk tubuh manusia. Itu saja, makanya aku sering merabamu secara spontan." Hera segera melepaskan pelukan Alpha Elios dari tubuhnya.
"Omong-omong Alpha. Apakah kakak tahu kenapa pria memiliki ukuran tubuh yang lebih besar sementara perempuan memiliki tubuh lebih kecil? Bahkan tubuhku sendiri sering kau sebut mungil?"
Elios mendengkus dengan kekehan geli.
"Itu karena kau jarang makan, Hera."
"Ish." Desis Hera dengan bibir mencebik.
"Tapi orang itu seram." Hera bergumam pelan, namun Alpha Elios masih bisa mendengarnya dengan sangat jelas.
"Siapa yang seram?"
"Seseorang yang kulihat di sungai- ah tidak, maksudku dalam pikiranku aku seperti melihat seorang pria di sebuah sungai. Apa aku sudah gila karena berimajinasi seperti itu Alpha?"
Hera bergumam diakhir kalimat, namun gadis itu masih tetap terbayang akan kejadian demi kejadian yang dialaminya hari ini.
Terlalu janggal dan misterius.
Hera merasa begitu penasaran dan rasanya sangat ingin kembali ke sungai itu untuk mencari tahu kebenarannya.
Alpha Elios sudah membaringkan tubuh Hera kembali dengan nyaman dan segera menyelimuti tubuh mungil adiknya itu hingga sebatas dada.
"Kau pasti lelah, bagaimana jalan-jalanmu hari ini? Coba ceritakan padaku apa saja yang kau lakukan?"
Hera menggingit bibir bawahnya, karena teringat telah melakukan satu kesalahan besar.
Pergi ke sungai Dewarabiru yang sudah jelas terletak diluar perbatasan antara Goldenmoonpack dan hutan terlarang adalah sebuah dosa.
Alpha Elios pasti sudah mengetahuinya dari Ana dan Jesselyn.
Namun saat ini, Hera malah lebih mengkhawatirkan para pengawal yang menjaganya.
Apakah mereka akan mendapat hukuman lagi?
"Jangan hukum mereka Alpha, mereka sudah menjagaku dengan baik."
Alpha Elios malah menaikan sebelah alisnya.
"Siapa?""Mereka yang menjagaku, para pengawal dan kedua pelayan pribadiku. Jangan hukum mereka karena mereka tidak bersalah."
"Tapi kau kembali dalam keadaan pingsan Hera, dan mereka membiarkanmu berendam di sungai hingga tubuhmu hampir beku."
Hera memukul lengan Alpha Elios kesal.
"Itu berlebihan, tubuhku tidak beku."
"Lalu siapa yang harus ku hukum, Kamu?"
Hera langsung mencebikkan bibirnya. "Jangan hukum siapapun, aku tidak akan pergi kesana lagi."
"Jika kau melanggar?"
"Aku akan menerima hukuman apapun itu darimu."
Alpha Elios mendengkus, dengan gelengan kepala pelan.
Manusia setengah serigala itu kemudian memilih beranjak, namun sebelum pergi Alpha Elios menyempatkan diri untuk mengecup kening Hera sebentar lalu berjalan kearah pintu kamar.
"Kau tahu kelemahanku Hera, mana mungkin aku menghukum adikku."
Hera tersenyum ketika suara kakaknya telah menghilang ditelan jarak.
Gadis itu lalu menutup mata dan menggenggam selimut lebih erat.
Entah kenapa, otaknya terus terbayang akan tubuh tegap berotot pria dalam imajinasinya itu, dia bahkan tidak pernah bisa melihat apapun sejak dia terlahir di dunia ini.
Lalu apakah benar itu hanya mimpi belaka?
"Hera."
"Apa?"
Hera menoleh kesamping kirinya lagi, dan merasakan kehadiran Alpha Elios lagi disana.
Namun kali ini, gadis itu juga merasakan kehadiran seseorang yang baru dia rasakan auranya.
Orang baru yang pasti memiliki hubungan erat dengan kakaknya karena Hera bisa mencium aroma yang sama dari keduanya meskipun masih samar.
"Apa kau membawa berita baik? Seorang Luna untuk Goldenmoonpack, Alpha?"
Alpha Elios menaikan sebelah alisnya.
"Bagaimana kau bisa tahu?"Hera bangun duduk, sebelah tangannya terulur untuk meraih tangan halus milik seseorang.
Senyumnya mengembang ketika merasakan tangan halus seorang gadis yang Hera yakini sedang menatapnya dengan wajah takut-takut.
"Apa aku terlihat galak, kenapa kamu sangat kaku?"
"Maaf, aku kira kamu akan marah karena ...."
"Aku senang kakakku akhirnya bisa menemukanmu. Kau pasti begitu cantik dan lembut."
"Kau juga cantik Hera."
"Benarkah? Sayangnya aku tidak bisa melihat wajahku sendiri?"
Hera mendadak muram, membuat Alexa merasa bersalah karena secara tidak sadar telah menyinggung kekurangan gadis itu.
Namun senyum manis yang masih tersungging dari bibir manis Hera dan pelukan hangatnya yang tiba-tiba itu, membuat Alexa menghela napas lega, tidak menyangka akan mendapatkan sambutan yang begitu hangat dari calon adik iparnya.
"Sudah kubilang, adikku tidak menggigit." Bisik Alpha Elios yang masih berdiri tepat dibelakang tubuh mereka.
Hera mengangkat wajah dan mengusir kakaknya dengan gerakan tangan, "Aku ingin berkenalan dengan Luna Alexa, tolong berikan kami waktu pribadi Alpha Elios"
Alpha Elios mendengkus, namun tetap beranjak pergi setelah mengecup kening mate-nya dan mengacak puncak kepala Hera sebelum pergi begitu saja meninggalkan kamar.
Hera menepuk sisi ranjang sebelahnya.
Meminta Alexa untuk duduk disebelahnya yang segera dituruti oleh gadis itu.
"Perkenalkan dirimu Luna, jika perlu kau juga harus sebutkan ciri-ciri dirimu agar aku bisa membayangkan betapa cantiknya wajahmu."
Alexa tersenyum kecil dan segera membalas genggaman tangan Hera.
"Aku Alexa Caitlin, aku memiliki tubuh kecil dan rambut hitam yang tergerai panjang ...," lalu Alexa melirik kearah sekitarnya sebentar, "dan aku seorang manusia biasa." Bisiknya yang membuat mulut Hera ternganga.
Gadis itu bahkan mengangkat satu tangannya dan menelusuri wajah Alexa dengan hati-hati.
"Aku tidak menyangka Alpha bisa menemukanmu secepat ini, dimana kalian bertemu, Alexa?"
Alexa langsung menunduk sedih, "Sebenarnya, aku tersesat didalam hutan."
"Sendirian?"
"Ya, dan kakakmu itu dengan sengaja menangkapku dan mengatakan bahwa aku adalah matenya. Aku tidak mengerti apa maksudnya, namun setelah satu bulan berjalan, aku baru sadar bahwa aku terjebak di dunia imortal."
Hera meraba lalu menggenggam kedua tangan Alexa dan tersenyum seakan bisa melihat gadis itu. Hera terus berusaha menunjukkan sikap hangat dan ramah agar Alexa merasa lebih nyaman.
"Pasti sangat berat untukmu. Tapi Goldenmoonpack adalah takdirmu Luna, kuharap kamu bersedia mendampingi Alpha Elios selamanya dan tidak akan pergi meninggalkannya begitu saja."
Alexa terdiam, menatap Hera dengan raut wajah muram.
Meskipun dia perlahan mulai terbiasa hidup di dunia imortal yang penuh dengankeanehan ini, Alexa tetap merasa takut untuk tinggal apalagi jika sampai harus menghabiskan hari tua ditempat ini.
Namun mengingat dia sudah tidak memiliki keluarga lagi, terlebih Alpha Elios yang sangat posesif padanya mau tak mau membuat Alexa pada akhirnya mengangguk setuju untuk menjawab perkataan Hera kali ini.
"Aku akan berusaha Hera."
"Ya, kau harus. Aku sangat senang akhirnya Goldenmoonpack memiliki seorang Luna."
Alexa meringis pelan.
"Hera sebenarnya, aku tidak tahu apa itu Luna dan apa tugasnya? Bagaimana aku bisa menjadi pendamping kakakmu yang begitu dihormati di tempat ini."Hera menepuk punggung tangan Alexa hati-hati.
"Aku akan menjelaskannya kepadamu, tapi berjanjilah padaku kalau kamu harus tetap disini dan jangan pernah meninggalkan Alpha Elios. Aku tahu kamu masih meragukannya bukan?"
"Aku tidak bisa berjanji, tapi aku akan berusaha."
"Kalau begitu, kita harus mulai dari memperkenalkan dirimu pada semua orang yang tinggal di packhouse Istana ini. Ayo tuntun aku, akan aku tunjukan jalannya."
Alpha Elios menarik napas lega.
Pria itu masih berdiri bersandar di depan pintu kamar Hera dan menguping pembicaraan mereka.
Manusia setengah serigala itu merasa begitu bahagia karena Hera nyatanya bisa menerima Alexa sebagai Luna Goldenmoonpack meski tahu bahwa Alexa hanyalah seorang manusia biasa.
Zeus duduk dikursi kebesarannya dengan jubah hitam besar yang membalut punggung kokohnya. Pria iblis itu menatap tajam kearah depan, tepatnya pada beberapa kawanan makhluk yang tengah bersujud dibawah singgasananya. Zeus masih diam, sudah lebih dari satu setengah jam dan membiarkan seorang raja Vampir hingga beberapa makhluk lain memohon ampun karena telah melakukan satu kesalahan besar.
Alexa terdiam dalam nuansa sarapan yang terasa mencekam. Semua orang sedang sibuk mengisi perut mereka masing-masing, tanpa ada suara dan hanya terdengar suara dentingan alat makan saja. Namun yang mengusik Alexa bukan karena suasana di meja ruang makan, yang berisi Beta, Gamma, Delta hingga para pejabat penting packhouse istana lainnya. Melainkan ketidakberadaan Hera diantara banyaknya anggota keluarga packhouse istana. Hera yang seharusnya duduk diantara mereka, malah tidak muncul bahkan sejak semalam. Dentingan suara alat makan milik Alpha Elios yang telah diletakkan di atas piringnya terdengar. Alexa mendongak, mengamati Alpha Goldenmoonpack itu yang ternyata sudah selesai makan, kemudian beranjak berdiri dan pergi begitu saja, diikuti oleh semua orang dimeja makan. Alexa cepat-cepat menghabiskan minumannya d
Pesta pernikahan Alpha Elios dan Luna Alexa berlangsung dengan begitu hikmat. Hera turut merasa senang meski hanya bisa mendengarkan melalui balkon kamarnya. Semua orang penting dari kerajaan lain, bahkan beberapa Raja vampir turut serta menghadiri acara sakral tersebut. Namun begitu di penghujung acara, semua orang tiba-tiba dikejutkan oleh kedatangan Zeus bersama dengan tangan kanannya, Enrico. "King Demon Zeus." Semua orang, secara serempak langsung menunduk hormat, tak menyangka bahwa seorang penguasa tertinggi seperti Zeusdatang berkunjung ke Goldenmoon pack dengan kedua kakinya sendiri. Bahkan Alpha Elios yang baru saja selesai melakukan ritual pernikahan bersama pasangannya, terlihat begitu sangat terkejut ketika mendapati sosok Zeus yang benar-benar nyata dihadapan mereka. "Yang Mulia. Merupakan suatu keh
Ana bergerak gelisah di dalam kereta kuda, berulang kali tampak melirik kearah luar jendela hingga membuat Hera yang sedang duduk disebelahnya merasa terusik dengan gerakan resah pelayan setianya itu. Hera lalu meraba-raba, menyentuh lengan atas Anastasya dan menanyakan kegelisahan pelayan yang ditunjuk untuk menemaninya selama tinggal di Istana kegelapan. "Ana, kau kenapa?" Ana terkejut. Memaksakan senyuman lalu balas menyentuh tangan Hera. "Saya hanya sedikit merasa cemas Nona Hera. Karena sebentar lagi kita akan tinggal di Istana kegelapan," gumam pelayan itu pelan, bahkan nyaris tak terdengar. Ana diam-diam meringis merasa bersalah karena telah berbohong. Namun, dia tidak punya pilihan lain selain harus melakukan kebohongan itu. Karena tidak mungkin dirinya menceritakan masalah pribadinya pada Hera bukan? &nb
Hera duduk dengan tenang dikursinya sambil menikmati daging kelinci yang telah tersaji di atas meja makan besar. Ada begitu banyak variasi olahan daging kelici hingga membuat Hera bingung harus mengambil yang mana terlebih dahulu. Aroma dari masing-masing masakan berbahan utama daging kelinci itu sangat menggoda hidungnya. Alhasil Hera mencobanya satu persatu. Meski tidak bisa melihat, Hera biasa menggunakan indra penciumannya dan menggunakan kedua tangannya sendiri untuk makan
Suara tirai yang dibuka, mengusik tidur Hera. Gadis itu langsung mengambil posisi duduk dengan nyaman di atas ranjang ketika merasakan seseorang yang berada di dalam kamarnya. Bukan Zeus, melainkan aroma tidak asing yang telah menemaninya sejak Hera masih kecil. "Anastasya, kau kah itu?" Anastasya tersenyum lembut saat mendengar Hera yang menyadari keberadaannya.
Zeus terbang diatas awan dengan sepasang sayap besarnya yang berwarna gelap.Pria iblis itu lalu turun dan segera mendaratkan sepasang kakinya di tepi lautan yang membentang luas.Tanpa dipanggil, seekor mermaid perempuan muncul dari dalam air dan tersenyum lebar ketika melihat Zeus berkunjung ke lautan tengah malam.Emerald berenang mendekat hingga tubuhnya terdampar ditepian laut.Gadis bersurai coklat itu kemudian berdiri lalu menunduk hormat dihadapan Zeus dengan tubuh manusianya."Apa yang membuat Yang Mulia penguasa kegelapan sampai jauh-jauh datang kemari? Apakah anda ingin mendapatkan pelayanan dari saya lagi, Yang Mulia Zeus?"Zeus menatap Emerald dengan tatapan mata nyalang menghunus tajam."Dimana Rajamu?""Apa yang Anda inginkan?""Aku ingin membunuhnya."Kepala Emerald tertunduk gugup.Aura hit
"Ana, bisakah kau ceritakan padaku apakah Istana Darken sekarang terlihat indah?"Ana mengulas senyum manis begitu Hera bertanya padanya.Seperti yang biasa Hera lakukan ketika masih tinggal di Goldenmoonpack, gadis itu membuka jendela dan merasakan sapuan angin yang menyapu kulit wajah hingga menerbangkan beberapa helai rambut panjangnya yang indah.
Seera membuka satu matanya, memastikan Hera benar-benar telah keluar dari dalam kamar meninggalkannya sendirian. Setelah yakin jika kondisi sudah aman, gadis kecil itu segera melompat turun dan berlari ke arah pintu. Sebelumnya Seera sudah mengambil gunting untuk memangkas bagian bawah rok gaun yang dikenakannya hingga sebatas lutut, membuat gaun panjang yang Seera kenakan menjadi gaun pendek agar memudahkan gadis itu bergerak nantinya. Tidak ada waktu untuk berganti baju, karena kesempatan untuk kabur seperti saat ini adalah hal yang paling langka Seera dapatkan. Seera kemudian berjalan mengendap-endap menuju kearah belakang Istana Kastil. Masuk kedalam kandang kuda menghampiri salah satu kuda pony berbulu putih kesayangannya. Delmon, salah seorang penjaga kudalanjut usia yang melihat kedatangan Seera segera berjalan mendekati tuan putri Istana Darken itu dengan tubuh sedikit membungkuk sopan. "Princess Seera, apa yang ingin and
Seera Aquinsha terlihat sedang berdiri di pembatas balkon, menatap kearah halaman samping Istana Darken dengan kedua tangan menopang dagu. Gadis kecil itu terlihat sedang dalam kondisi suasana hati yang buruk, terbukti dari bibir cembetut dan wajah ditekuknya. Tak lama kemudian, muncul sosok Marrine yang sedari tadi dibuat panik mencari-cari keberadaan Seera, dan langsung tersenyum lega begitu kedua netranya berhasil menemukan tuan putri dari Istana kegelapan itu. Marrine segera mendekat dan berdiri tepat di sebelah gadis kecil yang mengenakan gaun berwarna biru muda itu, ikut memperhatikan apa yang sedari tadi tampak menyita perhatian Seera. "Princess Seera, apa yang sedang anda lakukan disini, kita harus kembali melanjutkan latihan tata krama anda sekarang juga." "Aku bosan." "Tapi Princess, jika Queen Hera tahu nanti anda akan kena marah." Seera terlihat menghela napas kesal, sekali lagi kedua matanya kembali
1 TAHUN KEMUDIAN.Hera berlari kecil meninggalkan taman bunga dengan menenteng rok gaun panjangnya menggunakan kedua tangan. Terus mengabaikan teriakan Marrine yang masih terdengar beberapa kali dibelakang sana.Senyumnya tak pernah pudar begitu mendengar kabar bahwa Zeus telah kembali.Sementara tak jauh dari posisinya, terlihat Marrine yang tampak sudah berhenti berlari dengan napas terputus-putus, mengusap keringat di keningnya sendiri menggunakan punggung tangan.Di usianya yang sudah bisa dikatakan tua ini, wanita setengah baya itu sudah tidak bisa lagi berlarian menyusul Hera yang telah menjauh. Marrine hanya bisa mengawasi ratunya itu dari arah kejauhan, meringis ngeri ketika melihat Hera yang beberapa kali terlihat hampir terjatuh karena tak sengaja menginjak rok gaunnya sendiri.Hera bahkan sudah berlari menaiki ribuan anak tangga pelataran yang akan membawanya kearah kastil Istana Darken yang terlihat semak
"Bukan begitu caranya!" Zeus mendelik. Merasa kesal karena Hera berulang kali terus memarahinya bahkan membentaknya. Akhir-akhir ini, Hera menjadi melunjak dan berani bersikap sok di hadapan King Demon Zeus. Seperti saat ini contohnya, raut wajah wanita itu tetap terlihat biasa saja meski King Demon Zeus sudah menampilkan wajah garangnya, tapi seakan sudah kebal dengan tatapan seperti itu, Hera lalu melengos tidak peduli sambil membenarkan posisi tubuh Ares dengan benar diatas pangkuan iblis itu agar bayi kecil mereka merasa nyaman. Ares sudah tidak menangis setelah Hera selesai menyusuinya lagi. Bayi kecil laki-laki itu memang sangat rakus dan kini tengah mengulum satu ibu jari tangan kanannya bahkan terlihat pasrah-pasrah saja ketika tubuhnya dijadikan kelinci percobaan oleh kedua orangtua kandungnya itu. "Letakkan tangan kirimu dibawah kepala antara leher dan kepalanya. Jangan mengabaikannya Zeus, kalau sampai salah nanti kepala Ares bisa tengleng." "Tengleng?" King Demon Zeus
"Hera?" Hera terkejut begitu ia terbangun dan langsung mendapati Alexa berada di dalam kamarnya. Wanita itu tampak mengamati sekeliling kamar, untuk memastikan bahwa dirinya benar-benar masih berada di dalam kamarnya di Istana Darken. "Luna Alexa, kau?" Alexa langsung menubruk tubuh Hera begitu saja, memeluknya. "Hera maafkan aku." Hera benar-benar terlihat masih tampak linglung. Nyawanya sepenuhnya belum terkumpul. Lalu ketika ia melihat kearah box bayi, Ares tiba-tiba sudah tidak berada di sana, membuat wanita itu panik. "Putraku! Dimana putraku Ares?" Alexa segera mengurai pelukan mereka dan menenangkan Hera. "Anastasya telah membawanya ke luar, sedang bermain bersama Abercio dan Alexandre." "Alexandre disini?" Alexa mengangguk."Aku sengaja membawanya kesini." Hera segera mengambil kedua tangan Alexa dan menatap tepat kedalam bola mata kakak ipar
"Saya benar-benar sangat terkejut ketika melihat anda tadi Yang Mulia Ratu."Ana sudah duduk dikursi sofa setelah tersadar dari pingsannya, wanita itu terus memperhatikan ratunya yang saat ini sudah menidurkan Pangeran Ares didalam box bayi seraya mengusap pelan puncak kepala bayi lelaki itu.Melihat Hera yang terus tersenyum mengamati Pangeran Ares, sungguh membuat Anastasya merasa terharu. Pasalnya baru kali ini Ana bisa melihat interaksi ratunya itu dengan anak kecil."Saya sudah mengirimkan pesan ke Goldenmoon pack tentang kembalinya anda Yang Mulia Ratu. Saya rasa Alpha Elios sedang merayakan kebangkitan anda kali ini."Hera kemudian segera duduk di single sofa tak jauh dari Anastasya berada."Apakah kakakku pergi ke Istana Darken ketika berita kematianku diumumkan, Ana?"Anastasya tampak terdiam."Ana, cepat ceritakan padaku apa yang sebenarnya sudah terjadi."
"Kudengar, King Demon Zeus sedang menyibukkan diri didalam ruang kerjanya hari ini.""Benarkah? Menurutmu, apakah Yang Mulia menyesal setelah Lady Anastasya kemarin bicara begitu padanya?""Entahlah. Tapi aku salut dengan Lady Anastasya yang berani bicara seperti itu kemarin."Dua orang pelayan Istana Darken itu terlihat tengah asik bercengkrama setelah memastikan semua pekerjaan mereka telah selesai di kerjakan. Marrine yang merupakan seorang kepala pelayan di Istana Darken yang kebetulan baru saja tiba segera menegur kedua pelayan itu."Kalian berhentilan bergosip. Apakah kalian lupa bahkan tembok memiliki dua mata dan juga dua telinga."Kedua orang pelayan Istana Darken yang ketahuan sedang membicarakan King Demon Zeus itu langsung menunduk kaku, tidak berani menatap kearah Marrine.Salah satu dari kedua pelayan itu akhirnya berani membuka suara, meski dengan suara ya
Hari demi hari telah berlalu, keadaan Istana Darken kembali menjadi sepi mencekam. Ada kehidupan didalamnya namun semua makhluk disana seakan tak lagi memiliki gairah untuk terus melanjutkan hidup sejak kematian Hera di umumkan.Tidak ada upacara untuk hari kematian Hera seperti yang King Demon Zeus perintahkan. Tidak ada yang berani melihat bahkan hanya untuk sekedar mendekati peti mati yang menyimpan tubuh wanita itu.Semuanya berjalan seperti biasa. Seakan tidak pernah ada Hera di Istana kegelapan itu. King Demon Zeus hanya berkata, bahwa tubuh Hera telah dia kremasi dengan semestinya, tanpa menjelaskan secara rinci apa lagi yang Pria Iblis itu lakukan hingga beritanya seakan lenyap begitu saja.Tidak ada satu makhluk pun yang berani mengungkitnya, bahkan Alpha Elios dan segenap keluarga Goldenmoon pack tidak mendapatkan kabar baik.Hanya ada suara tangisan bayi kecil bernama Ares dan Abercio yang mampu membuat s
Lengkingan suara tangis bayi lelaki itu terdengar bersamaan dengan kedua mata Hera yang telah terpejam rapat. Tubuh lemahnya tergelepar begitu saja keatas ranjang dengan wajah pucat penuh dengan bulir keringat. Ester dan Yasmin yang membantu Hera bersalin langsung saling berpandangan dengan raut wajah cemas mereka.Ester kemudian bergegas menyentuh urat nadi di satu lengan Hera, sementara Yasmin sudah menyerahkan bayi lelaki penuh darah itu pada Marrine untuk segera dibersihkan."Yasmin, bagaimana ini? Queen Hera kehilangan denyut nadinya." Yasmin segera mendekat, meraih apapun yang ia sebut sebagai obat untuk memberikan pertolongan pertama dengan beberapa ramuan yang dia punya. Membaui hidung Hera agar wanita itu segera tersadar dengan mengoleskannya sedikit di pelipis dan dan kedua telapak kaki ratunya yang terasa semakin dingin.BRAK!"Hera!"Alpha Elios masuk kedalam ruang bersalin itu beg