Alexa terdiam dalam nuansa sarapan yang terasa mencekam.
Semua orang sedang sibuk mengisi perut mereka masing-masing, tanpa ada suara dan hanya terdengar suara dentingan alat makan saja.
Namun yang mengusik Alexa bukan karena suasana di meja ruang makan, yang berisi Beta, Gamma, Delta hingga para pejabat penting packhouse istana lainnya.
Melainkan ketidakberadaan Hera diantara banyaknya anggota keluarga packhouse istana.
Hera yang seharusnya duduk diantara mereka, malah tidak muncul bahkan sejak semalam.
Dentingan suara alat makan milik Alpha Elios yang telah diletakkan di atas piringnya terdengar.
Alexa mendongak, mengamati Alpha Goldenmoonpack itu yang ternyata sudah selesai makan, kemudian beranjak berdiri dan pergi begitu saja, diikuti oleh semua orang dimeja makan.
Alexa cepat-cepat menghabiskan minumannya dan menyusul Alpha Elios menuju ruang kerja.
Alexa cemberut ketika melihat Alpha Elios yang sudah disibukkan dengan berbagai macam tumpukkan pekerjaan di atas meja kerjanya.
"Alpha Elios."
"Masuklah."
Alexa melangkah masuk, mendekati meja kerja dan segera menahan kertas ditangan pria setengah serigala itu.
Elios menaikkan sebelah alisnya.
"Kenapa Hera tidak keluar untuk ikut sarapan bersama. Bahkan sejak semalam ketika kita makan malam, dia juga tidak ikut bersama kita?"
Alexa menarik lepas kertas dalam genggaman tangan Alpha Elios dan segera meletakannya begitu saja keatas meja.
Alexa tidak suka ketika Alpha Elios mengabaikannya hanya karena mengurus pekerjaan yang tidak pernah ada habisnya itu.
Alexa bahkan sudah duduk diatas pangkuan Alpha Elios dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher pasangannya itu.
"Hera tidak penah mau keluar jika tidak ada hal yang penting."
Alexa langsung mengangkat kepalanya, "Bahkan ketika makan juga. Kenapa? Bukankah seharusnya dia bergabung dan ikut makan bersama penghuni Istana lainnya. Karena Hera termasuk tuan rumah di Packhouse Istana ini."
Alpha Elios segera melingkari pinggang Alexa menggunakan kedua lengannya, memeluk tubuh perempuan itu dan mengecup keningnya pelan.
"Sejak kecil, Hera terbiasa melakukan semuanya didalam kamar. Dia suka menyembunyikan diri dan mengasingkan dirinya sendiri."
"Itu terdengar sangat mengerikan. Seharusnya Hera diperkenalkan oleh dunia luar dengan baik."
Alexa memiringkan kepala dengan bibir mencebik.
"Biar kutebak, kau pasti juga membiarkannya saja tanpa mau membujuknya?"
Alpha Elios menyipitkan sebelah mata, merasa Alexa semakin cerewet semenjak mereka mulai dekat dan tanpa sungkan melakukan skinship seperti yang mereka laukan seperti saat ini.
Pria itu segera menarik kepala Alexa dan menempelkannya didada.
"Hera sangat keras kepala Luna, dia melakukan semua yang dia inginkan dan aku tidak bisa memaksanya. Bahkan ketika dia memintaku untuk menyembunyikan identitasnya dari semua penduduk desa, aku hanya bisa menurut dan pasrah. Aku berusaha menyenangkan hatinya dengan selalu menuruti semua permintaannya."
"Kalau begitu ayo kita menikah."
Kedua mata Alpha Elios langsung terbelalak.
Alexa bahkan dengan gemas menarik kedua pipi manusia serigala itu.
"Apa?"
"Menikah Alpha. Kamu harus menikahiku karena kita akan segera menjadi orangtua, perutku akan semakin besar dan aku tidak mau kita hidup bersama tanpa status."
Alpha Elios mendengus geli.
Merasa Alexa tampak semakin lucu ketika menyinggung tentang status hubungan mereka saat ini.Bahkan sebenarnya tanpa pernikahan sekalipun, hubungan mereka sudah sah hanya dengan mating dan penyatuan. Karena di dunia imortal, pasangan telah ditentukan oleh tuhan tanpa harus diikat dengan sebuah acara sakral bernama pernikahan seperti di dunia manusia.
Tapi mengingat Alexa berasal dari dunia manusia, Elios mengangguk saja menyetujui.
"Baiklah, ada lagi yang kau inginkan Luna-ku?"
"Dipernikahan kita nanti, aku ingin kau mengundang semua penduduk dan orang-orang penting yang kau kenal. Jika perlu para raja dan ratu harus kau undang untuk memeriahkan acara."
Alpha Elios manarik sebelah alisnya."Hanya itu?"
"Aku juga ingin kau memperkenalkan Hera di hadapan mereka semua. Katakan bahwa Hera adalah tuan puteri dari Goldenmoon Pack."
Elios terlihat berpikir sejenak dengan pikiran menerawang, "Aku tidak yakin Hera akan setuju."
Lalu Alexa memukul lengan Elios.
Gadis itu begitu sensitif sejak mengetahui bahwa dirinya tengah mengandung anak Alpha Elios."Aku yang akan menyakinkan Hera, lakukan saja tugasmu dengan benar." Kesal Alexa.
Elios tersenyum geli dan segera mengecup puncak kepala pasangannya itu.
"Baiklah Luna, akan ku lakukan seperti yang kau mau."
***
Hera termenung di balkon kamarnya.
Gadis itu memejamkan mata, merasakan angin sepoi-sepoi yang menyapu kulit wajahnya.
Meski tidak bisa melihat suasana di sekitar packhouse istana dan melihat pemandangan disekitar. Hera cukup merasa yakin bahwa negeri yang dipimpin oleh kakaknya itu pasti terlihat begitu luas dan indah.
Hera merasa sangat bersyukur karena Goldenmoonpack sudah mendapatkan seorang Luna dan berharap Alpha Elios akan segera mendapatkan pewaris untuk Alpha generasi selanjutnya.
"Kenapa kau tidak keluar dari kamarmu, Hera?"
Alexa masuk tanpa permisi dan duduk dengan tampang kesal disofa.
Perempuan itu menatap Hera dengan sebelah mata menyipit dan siap melontarkan segala unek-uneknya.
"Aku tidak bisa melihat dunia, untuk apa aku keluar."
"Tapi Hera, bukan berarti kau harus menyembunyikan dirimu dari semua orang. Kamu harus melihat dunia dengan bertemu orang-orang diluaran sana."
"Aku selalu melihat dunia ketika jalan-jalan diakhir pekan."
Seperti ketika dia pergi ke sungai Dewarabiru kemarin.
Hera selalu menyempatkan waktu untuk mencari udara segar meski tetap dengan sembunyi-sembuyi.
"Tapi kamu mengasingkan diri dari dirimu sendiri Hera. Maafkan aku jika aku lancang, tapi menurutku- kamu butuh orang lebih banyak untuk melihat dunia. Kamu harus pergi ke desa dan merasakan kehangatan ramah tamah para penduduk disana, kau harus memperkenalkan diri sebagai tuan putri Goldenmoonpack. Jangan terus bersembunyi dan bertingkah seperti pengecut, kamu harus menunjukkan diri pada dunia- bahwa kamu adalah gadis yang hebat meski terlahir dalam keadaan buta."
"Aku pernah melakukannya Alexa."
Alexa terdiam, ketika Hera tiba-tiba berekspresi sendu.
"Dulu ketika aku masih kecil, Luna Quin melakukan itu semua untukku. Awalnya semua orang memberiku dukungan dan semangat, namun dibelakangku mereka diam-diam mengejek dan menyebutku tuan puteri yang tidak berguna, karena aku bahkan tidak bisa berubah menjadi serigala seperti yang seharusnya. Aku terlahir sebagai manusia lemah dan buta. Mereka bahkan mengatakan bahwa aku terkutuk dan terlahir sebagai perwujudan dari dosa. Aku takut keluar bukan karena aku marah atau malu. Karena daripada kedua rasa itu, aku justru lebih merasa takut. Aku takut mereka yang mengataiku akan mati seperti mereka yang mengataiku dulu. Ayahku, Alpha Eros membunuh mereka karena murka mendengar putrinya di hina, sementara aku merasa marah pada diriku sendiri karena tidak bisa menghentikan Ayah. Aku tidak bisa menyelamatkan mereka dari kemurkaan Alpha Eros saat itu. Itulah alasanku mengapa harus mengasingkan diri dan terus bersembunyi dari dunia ini."
Alexa tiba-tiba merenggut sedih, "Hera .... "
"Alpha Elios juga tempramental dan posesif seperti ayahku. Aku tidak ingin ada korban lainnya hanya karena keterbatasan fisikku."
Alexa langsung berdiri.
"Hera, maafkan aku. Aku tidak bermaksud membuka luka lama-mu, sungguh. Maafkan aku karena telah membuatmu menjadi sedih seperti ini."
Alexa menarik tubuh Hera kedalam pelukannya, tidak menyangka ternyata gadis itu menyimpan begitu banyak luka sejak masih kecil.
Tiba-tiba dia merasa begitu prihatin dan ingin membantu Hera keluar dari kejamnya dunia yang selama ini gadis itu pikul sendiri.
"Aku senang karena perhatianmu dan juga kata-katamu mengingatkanku pada sosok Ibuku. Kau memang pantas menjadi Luna di negeri ini Alexa, aku sangat menyayangimu."
Alexa mengulas senyum kecil dibibirnya, "Hera, aku membawa kabar baik untukmu, tapi kuharap kau tidak marah ya?"
Hera menautkan kedua alisnya, "Jika itu kabar baik, kenapa aku harus marah?"
Alexa berdehem sejenak, lalu meraih sebelah tangan Hera dan menggenggamnya, "Kau akan mendapatkan keponakan," bisiknya dengan suara pelan.
Mendengar kata keponakan, Hera sontak membekap mulutnya sendiri.
Wajahnya terlihat sangat terkejut dan terperangah ketika Alexa menarik tangannya secara tiba-tiba dan menempatkannya diatas perutnya yang masih rata.
Hera dapat merasakan kehidupan di dalam sana.
Alexa benar-benar tengah mengandung calon penerus Goldenmoonpack yang selanjutnya.
"Kau mengandung?"
Kedua mata Hera tampak berbinar bahagia.
"Benar Hera, dan Alpha Elios akan menikahiku besok."
Hera segera menarik tubuh Alexa masuk kedalam pelukannya.
"Maafkan aku Alexa, aku ikut senang dengan berita kehamilanmu dan juga pernikahanmu. Tapi maaf, aku tidak bisa ikut menyaksikan dan turun kebawah langsung acara pernikahan kalian."
Alexa mengangguk dan mengusap punggung Hera menenangkan.
"Tidak masalah, aku bisa mengerti. Tapi aku tetap mengharapkan hadiah pernikahan darimu?"Hera mengangguk setuju,"Itu pasti."
Pesta pernikahan Alpha Elios dan Luna Alexa berlangsung dengan begitu hikmat. Hera turut merasa senang meski hanya bisa mendengarkan melalui balkon kamarnya. Semua orang penting dari kerajaan lain, bahkan beberapa Raja vampir turut serta menghadiri acara sakral tersebut. Namun begitu di penghujung acara, semua orang tiba-tiba dikejutkan oleh kedatangan Zeus bersama dengan tangan kanannya, Enrico. "King Demon Zeus." Semua orang, secara serempak langsung menunduk hormat, tak menyangka bahwa seorang penguasa tertinggi seperti Zeusdatang berkunjung ke Goldenmoon pack dengan kedua kakinya sendiri. Bahkan Alpha Elios yang baru saja selesai melakukan ritual pernikahan bersama pasangannya, terlihat begitu sangat terkejut ketika mendapati sosok Zeus yang benar-benar nyata dihadapan mereka. "Yang Mulia. Merupakan suatu keh
Ana bergerak gelisah di dalam kereta kuda, berulang kali tampak melirik kearah luar jendela hingga membuat Hera yang sedang duduk disebelahnya merasa terusik dengan gerakan resah pelayan setianya itu. Hera lalu meraba-raba, menyentuh lengan atas Anastasya dan menanyakan kegelisahan pelayan yang ditunjuk untuk menemaninya selama tinggal di Istana kegelapan. "Ana, kau kenapa?" Ana terkejut. Memaksakan senyuman lalu balas menyentuh tangan Hera. "Saya hanya sedikit merasa cemas Nona Hera. Karena sebentar lagi kita akan tinggal di Istana kegelapan," gumam pelayan itu pelan, bahkan nyaris tak terdengar. Ana diam-diam meringis merasa bersalah karena telah berbohong. Namun, dia tidak punya pilihan lain selain harus melakukan kebohongan itu. Karena tidak mungkin dirinya menceritakan masalah pribadinya pada Hera bukan? &nb
Hera duduk dengan tenang dikursinya sambil menikmati daging kelinci yang telah tersaji di atas meja makan besar. Ada begitu banyak variasi olahan daging kelici hingga membuat Hera bingung harus mengambil yang mana terlebih dahulu. Aroma dari masing-masing masakan berbahan utama daging kelinci itu sangat menggoda hidungnya. Alhasil Hera mencobanya satu persatu. Meski tidak bisa melihat, Hera biasa menggunakan indra penciumannya dan menggunakan kedua tangannya sendiri untuk makan
Suara tirai yang dibuka, mengusik tidur Hera. Gadis itu langsung mengambil posisi duduk dengan nyaman di atas ranjang ketika merasakan seseorang yang berada di dalam kamarnya. Bukan Zeus, melainkan aroma tidak asing yang telah menemaninya sejak Hera masih kecil. "Anastasya, kau kah itu?" Anastasya tersenyum lembut saat mendengar Hera yang menyadari keberadaannya.
Zeus terbang diatas awan dengan sepasang sayap besarnya yang berwarna gelap.Pria iblis itu lalu turun dan segera mendaratkan sepasang kakinya di tepi lautan yang membentang luas.Tanpa dipanggil, seekor mermaid perempuan muncul dari dalam air dan tersenyum lebar ketika melihat Zeus berkunjung ke lautan tengah malam.Emerald berenang mendekat hingga tubuhnya terdampar ditepian laut.Gadis bersurai coklat itu kemudian berdiri lalu menunduk hormat dihadapan Zeus dengan tubuh manusianya."Apa yang membuat Yang Mulia penguasa kegelapan sampai jauh-jauh datang kemari? Apakah anda ingin mendapatkan pelayanan dari saya lagi, Yang Mulia Zeus?"Zeus menatap Emerald dengan tatapan mata nyalang menghunus tajam."Dimana Rajamu?""Apa yang Anda inginkan?""Aku ingin membunuhnya."Kepala Emerald tertunduk gugup.Aura hit
"Ana, bisakah kau ceritakan padaku apakah Istana Darken sekarang terlihat indah?"Ana mengulas senyum manis begitu Hera bertanya padanya.Seperti yang biasa Hera lakukan ketika masih tinggal di Goldenmoonpack, gadis itu membuka jendela dan merasakan sapuan angin yang menyapu kulit wajah hingga menerbangkan beberapa helai rambut panjangnya yang indah.
Hera terbaring di kamarnya dengan pikiran kosong. Gadis itu hanya terus melamun meski Ana dan Marrine sudah membujuknya untuk makan malam. Sejak siang hingga malam hari, Hera masih enggan menyentuh makanan yang disajikan oleh para pelayan istana. Bahkan ketika mereka ingin mengobati luka memar yang masih terlihat membekas di leher Hera, gadis itu melarang dan malah terus menjauhkan diri. Ana yang tidak pernah melihat Hera dalam keadaan seperti ini, merasa sangat cemas dan begitu khawatir. Biasanya jika sedang merajuk atau marah, Alpha Elios yang akan datang dan menenangkan adiknya. Namun ditempat ini, tidak ada Alpha Elios yang bisa membujuk Hera seperti biasa. "Ratu Hera, apakah anda tidak lapar? Kami sudah menyiapkan menu spesial .... " "Bagaimana caranya aku bisa keluar dari tempat ini?" Marrine ter
"Ratu Hera, apakah anda tidak ingin keluar untuk menghirup udara segar?"Diambang pintu masuk, Anastasya tampak berdiri disana dan mencoba mengajak Hera keluar karena gadis itu terlihat sangat tidak bersemangat, seperti seseorang yang tidak lagi memiliki gairah hidup.Anastasya sangat cemas dan begitu khawatir karena mendapati wajah lesu Hera dan mata bengkaknya pertanda sehabis menangis.
Seera membuka satu matanya, memastikan Hera benar-benar telah keluar dari dalam kamar meninggalkannya sendirian. Setelah yakin jika kondisi sudah aman, gadis kecil itu segera melompat turun dan berlari ke arah pintu. Sebelumnya Seera sudah mengambil gunting untuk memangkas bagian bawah rok gaun yang dikenakannya hingga sebatas lutut, membuat gaun panjang yang Seera kenakan menjadi gaun pendek agar memudahkan gadis itu bergerak nantinya. Tidak ada waktu untuk berganti baju, karena kesempatan untuk kabur seperti saat ini adalah hal yang paling langka Seera dapatkan. Seera kemudian berjalan mengendap-endap menuju kearah belakang Istana Kastil. Masuk kedalam kandang kuda menghampiri salah satu kuda pony berbulu putih kesayangannya. Delmon, salah seorang penjaga kudalanjut usia yang melihat kedatangan Seera segera berjalan mendekati tuan putri Istana Darken itu dengan tubuh sedikit membungkuk sopan. "Princess Seera, apa yang ingin and
Seera Aquinsha terlihat sedang berdiri di pembatas balkon, menatap kearah halaman samping Istana Darken dengan kedua tangan menopang dagu. Gadis kecil itu terlihat sedang dalam kondisi suasana hati yang buruk, terbukti dari bibir cembetut dan wajah ditekuknya. Tak lama kemudian, muncul sosok Marrine yang sedari tadi dibuat panik mencari-cari keberadaan Seera, dan langsung tersenyum lega begitu kedua netranya berhasil menemukan tuan putri dari Istana kegelapan itu. Marrine segera mendekat dan berdiri tepat di sebelah gadis kecil yang mengenakan gaun berwarna biru muda itu, ikut memperhatikan apa yang sedari tadi tampak menyita perhatian Seera. "Princess Seera, apa yang sedang anda lakukan disini, kita harus kembali melanjutkan latihan tata krama anda sekarang juga." "Aku bosan." "Tapi Princess, jika Queen Hera tahu nanti anda akan kena marah." Seera terlihat menghela napas kesal, sekali lagi kedua matanya kembali
1 TAHUN KEMUDIAN.Hera berlari kecil meninggalkan taman bunga dengan menenteng rok gaun panjangnya menggunakan kedua tangan. Terus mengabaikan teriakan Marrine yang masih terdengar beberapa kali dibelakang sana.Senyumnya tak pernah pudar begitu mendengar kabar bahwa Zeus telah kembali.Sementara tak jauh dari posisinya, terlihat Marrine yang tampak sudah berhenti berlari dengan napas terputus-putus, mengusap keringat di keningnya sendiri menggunakan punggung tangan.Di usianya yang sudah bisa dikatakan tua ini, wanita setengah baya itu sudah tidak bisa lagi berlarian menyusul Hera yang telah menjauh. Marrine hanya bisa mengawasi ratunya itu dari arah kejauhan, meringis ngeri ketika melihat Hera yang beberapa kali terlihat hampir terjatuh karena tak sengaja menginjak rok gaunnya sendiri.Hera bahkan sudah berlari menaiki ribuan anak tangga pelataran yang akan membawanya kearah kastil Istana Darken yang terlihat semak
"Bukan begitu caranya!" Zeus mendelik. Merasa kesal karena Hera berulang kali terus memarahinya bahkan membentaknya. Akhir-akhir ini, Hera menjadi melunjak dan berani bersikap sok di hadapan King Demon Zeus. Seperti saat ini contohnya, raut wajah wanita itu tetap terlihat biasa saja meski King Demon Zeus sudah menampilkan wajah garangnya, tapi seakan sudah kebal dengan tatapan seperti itu, Hera lalu melengos tidak peduli sambil membenarkan posisi tubuh Ares dengan benar diatas pangkuan iblis itu agar bayi kecil mereka merasa nyaman. Ares sudah tidak menangis setelah Hera selesai menyusuinya lagi. Bayi kecil laki-laki itu memang sangat rakus dan kini tengah mengulum satu ibu jari tangan kanannya bahkan terlihat pasrah-pasrah saja ketika tubuhnya dijadikan kelinci percobaan oleh kedua orangtua kandungnya itu. "Letakkan tangan kirimu dibawah kepala antara leher dan kepalanya. Jangan mengabaikannya Zeus, kalau sampai salah nanti kepala Ares bisa tengleng." "Tengleng?" King Demon Zeus
"Hera?" Hera terkejut begitu ia terbangun dan langsung mendapati Alexa berada di dalam kamarnya. Wanita itu tampak mengamati sekeliling kamar, untuk memastikan bahwa dirinya benar-benar masih berada di dalam kamarnya di Istana Darken. "Luna Alexa, kau?" Alexa langsung menubruk tubuh Hera begitu saja, memeluknya. "Hera maafkan aku." Hera benar-benar terlihat masih tampak linglung. Nyawanya sepenuhnya belum terkumpul. Lalu ketika ia melihat kearah box bayi, Ares tiba-tiba sudah tidak berada di sana, membuat wanita itu panik. "Putraku! Dimana putraku Ares?" Alexa segera mengurai pelukan mereka dan menenangkan Hera. "Anastasya telah membawanya ke luar, sedang bermain bersama Abercio dan Alexandre." "Alexandre disini?" Alexa mengangguk."Aku sengaja membawanya kesini." Hera segera mengambil kedua tangan Alexa dan menatap tepat kedalam bola mata kakak ipar
"Saya benar-benar sangat terkejut ketika melihat anda tadi Yang Mulia Ratu."Ana sudah duduk dikursi sofa setelah tersadar dari pingsannya, wanita itu terus memperhatikan ratunya yang saat ini sudah menidurkan Pangeran Ares didalam box bayi seraya mengusap pelan puncak kepala bayi lelaki itu.Melihat Hera yang terus tersenyum mengamati Pangeran Ares, sungguh membuat Anastasya merasa terharu. Pasalnya baru kali ini Ana bisa melihat interaksi ratunya itu dengan anak kecil."Saya sudah mengirimkan pesan ke Goldenmoon pack tentang kembalinya anda Yang Mulia Ratu. Saya rasa Alpha Elios sedang merayakan kebangkitan anda kali ini."Hera kemudian segera duduk di single sofa tak jauh dari Anastasya berada."Apakah kakakku pergi ke Istana Darken ketika berita kematianku diumumkan, Ana?"Anastasya tampak terdiam."Ana, cepat ceritakan padaku apa yang sebenarnya sudah terjadi."
"Kudengar, King Demon Zeus sedang menyibukkan diri didalam ruang kerjanya hari ini.""Benarkah? Menurutmu, apakah Yang Mulia menyesal setelah Lady Anastasya kemarin bicara begitu padanya?""Entahlah. Tapi aku salut dengan Lady Anastasya yang berani bicara seperti itu kemarin."Dua orang pelayan Istana Darken itu terlihat tengah asik bercengkrama setelah memastikan semua pekerjaan mereka telah selesai di kerjakan. Marrine yang merupakan seorang kepala pelayan di Istana Darken yang kebetulan baru saja tiba segera menegur kedua pelayan itu."Kalian berhentilan bergosip. Apakah kalian lupa bahkan tembok memiliki dua mata dan juga dua telinga."Kedua orang pelayan Istana Darken yang ketahuan sedang membicarakan King Demon Zeus itu langsung menunduk kaku, tidak berani menatap kearah Marrine.Salah satu dari kedua pelayan itu akhirnya berani membuka suara, meski dengan suara ya
Hari demi hari telah berlalu, keadaan Istana Darken kembali menjadi sepi mencekam. Ada kehidupan didalamnya namun semua makhluk disana seakan tak lagi memiliki gairah untuk terus melanjutkan hidup sejak kematian Hera di umumkan.Tidak ada upacara untuk hari kematian Hera seperti yang King Demon Zeus perintahkan. Tidak ada yang berani melihat bahkan hanya untuk sekedar mendekati peti mati yang menyimpan tubuh wanita itu.Semuanya berjalan seperti biasa. Seakan tidak pernah ada Hera di Istana kegelapan itu. King Demon Zeus hanya berkata, bahwa tubuh Hera telah dia kremasi dengan semestinya, tanpa menjelaskan secara rinci apa lagi yang Pria Iblis itu lakukan hingga beritanya seakan lenyap begitu saja.Tidak ada satu makhluk pun yang berani mengungkitnya, bahkan Alpha Elios dan segenap keluarga Goldenmoon pack tidak mendapatkan kabar baik.Hanya ada suara tangisan bayi kecil bernama Ares dan Abercio yang mampu membuat s
Lengkingan suara tangis bayi lelaki itu terdengar bersamaan dengan kedua mata Hera yang telah terpejam rapat. Tubuh lemahnya tergelepar begitu saja keatas ranjang dengan wajah pucat penuh dengan bulir keringat. Ester dan Yasmin yang membantu Hera bersalin langsung saling berpandangan dengan raut wajah cemas mereka.Ester kemudian bergegas menyentuh urat nadi di satu lengan Hera, sementara Yasmin sudah menyerahkan bayi lelaki penuh darah itu pada Marrine untuk segera dibersihkan."Yasmin, bagaimana ini? Queen Hera kehilangan denyut nadinya." Yasmin segera mendekat, meraih apapun yang ia sebut sebagai obat untuk memberikan pertolongan pertama dengan beberapa ramuan yang dia punya. Membaui hidung Hera agar wanita itu segera tersadar dengan mengoleskannya sedikit di pelipis dan dan kedua telapak kaki ratunya yang terasa semakin dingin.BRAK!"Hera!"Alpha Elios masuk kedalam ruang bersalin itu beg