Pesta pernikahan Alpha Elios dan Luna Alexa berlangsung dengan begitu hikmat.
Hera turut merasa senang meski hanya bisa mendengarkan melalui balkon kamarnya.
Semua orang penting dari kerajaan lain, bahkan beberapa Raja vampir turut serta menghadiri acara sakral tersebut.
Namun begitu di penghujung acara, semua orang tiba-tiba dikejutkan oleh kedatangan Zeus bersama dengan tangan kanannya, Enrico.
"King Demon Zeus."
Semua orang, secara serempak langsung menunduk hormat, tak menyangka bahwa seorang penguasa tertinggi seperti Zeus datang berkunjung ke Goldenmoon pack dengan kedua kakinya sendiri.
Bahkan Alpha Elios yang baru saja selesai melakukan ritual pernikahan bersama pasangannya, terlihat begitu sangat terkejut ketika mendapati sosok Zeus yang benar-benar nyata dihadapan mereka.
"Yang Mulia. Merupakan suatu kehormatan bagi saya karena Anda sudi berkunjung ke Pack kecil saya ini."
Alexa secara spontan meremas kuat lengan Alpha Elios ketika pandangan matanya tanpa sengaja bertemu pandang dengan orang yang paling dihormati di tempat ini.
Entah hanya perasaanya saja, atau memang benar Alexa seperti merasakan tatapan tak biasa dari Zeus yang terus tertuju kearahnya.
Sang penguasa kegelapan itu seperti menatapnya penuh maksud.
Alpha Elios yang menyadari kegelisahan dari Luna-nya itu, segera mengambil sikap siaga dan berusaha menyembunyikan Alexa dibalik punggungnya.
"Kau mengadakan acara pesta dan tidak mengundang, King Demon Zeus," kata Enrico dengan mimik wajah meremehkan.
Alpha Elios segera menunduk, menatap tangan kanan Zeus itu tanpa mengurangi rasa sopan santunnya.
"Mohon maaf karena tidak memberikan undangan secara terhormat tuan Enrico. Hanya saja, saya tidak ingin membuat Yang Mulia Raja merasa direndahkan jika saya sampai berani mengundang penguasa tertinggi ke-pack kecil saya ini."
Zeus hanya menampilkan mimik wajah datar.
Namun, pria iblis itu diam-diam tengah menajamkan penciumannya pada semerbak aroma chery yang sejak awal kedatangannya telah membuat pria iblis itu mabuk kepayang.
Zeus beberapa kali tampak melirik sekitar, namun tidak ada gadis pemilik aroma manis itu diantara banyaknya tamu undangan.
Bahkan aroma darah manusia yang sedari tadi bersembunyi dibalik punggung Alpha Elios tertutup dengan mudah oleh aroma chery segar itu.
Zeus memejamkan mata sesaat, lalu memusatkan pikirannya. Dalam penerawangannya, Zeus dapat melihat Hera yang ternyata berada di dalam kamarnya.
Zeus mengulas senyum tipis, lalu kembali menatap kearah Alpha Elios dan pasangannya berada.
"Apa acaramu sudah selesai, Alpha Elios?"
Enrico mengerutkan keningnya, menoleh tak mengerti pada tuannya yang malah bicara basa-basi.
Bukankah kedatangan mereka kemari adalah untuk menyeret paksa manusia yang berlindung dibalik tubuh Alpha Elios itu sebagai tumbal.
"Kami baru saja menyelesaikan ritual pernikahan, Yang Mulia. Anda bisa duduk dan biarkan pelayan kami menjamu anda secara terhormat."
Zeus menatap Alpha Elios dengan serius, hingga membuat Alexa berjengkit karena tak sengaja melihat kilatan merah di kedua netra pria iblis itu.
Pria iblis itu menyunggingkan senyum miringnya, "Apa kau ingin terus menyembunyikannya Elios?"
Elios tampak mengerutkan keningnya, "Maaf. Apa maksud anda Yang Mulia?"
"Bawa tuan puteri Goldenmoon pack turun menemuiku."
Sontak saja, beberapa warrior langsung bersikap siaga dengan senjata mereka.
Beberapa tamu undangan mulai diserang rasa panik sekaligus bingung.
Sementara Alexa sudah berdiri gemetar ketika merasakan tubuh Alpha Elios yang mendadak menjadi menegang dan kaku, bahkan sampai terdengar geraman dari nada suara Alpha itu.
"Yang Mulia, bukankah tujuan kita kemari untuk membawa Luna Alexa dan menjadikannya tumbal Anda malam ini?"
Zeus menatap tajam Enrico yang akhirnya menunduk lalu menutup mulut.
Sementara Alpha Elios sudah menampilkan netra mata emasnya yang berkilat ketika mendengar tujuan kedatangan mereka untuk menculik Alexa dan menjadikannya tumbal.
Elios menggeram seakan ingin menantang sang penguasa kegelapan dan menunjukan kuasanya di Goldenmoonpack.
Meski Elios menghormati Zeus sebagai penguasa Immortal, Alpha Elios tidak bisa membiarkan Alexa dalam bahaya, terlebih di pack kekuasaanya sendiri.
Bagaimanapun juga, Zeus hanyalah tamu. Dan Elios adalah tuan rumahnya.
"Apa tujuan Anda berkunjung sebenarnya, Yang Mulia?"
Zeus kembali mengulas senyum miring ketika mendengar nada geram dari Alpha dihadapannya itu.
Dengan santai, Zeus berkata, "Mengambil milikku."
Alpha Elios melakukan serangan secara mendadak, namun bisa di tangkis begitu cepat oleh Enrico sebelum mengenai tuannya.
Sementara dalam posisinya, Zeus masih diam berdiri dengan desisan suara kesal karena mendapatkan ribuan pedang yang terarah mengelilingi lehernya oleh para warrior bodoh Goldenmoon pack.
Alexa yang menyadari situasi semakin mencekam secara reflek melangkah mundur dan segera ditahan oleh beberapa Omega ketika tubuhnya hampir oleng dan terjatuh.
"Turunkan senjata kalian dari King Demon Zeus, Sialan! Dasar tidak sopan!" Enrico berteriak lantang, membuat hampir semua warrior mundur karena gemetar.
Suasana mendadak menjadi begitu mencekam ketika, semua pedang itu melayang begitu saja dan terlempar kesembarang arah.
Semua orang menunduk dengan takut ketika melihat kilat mata Zeus telah sepenuhnya berubah menjadi sehitam malam.
"Yang Mulia, apakah Anda tidak ingin memberikan perintah kepada saya?" Zeus menoleh kearah Enrico dan langsung memberinya lirikan kearah lantai atas.
Tanpa diperintah dua kali, Enrico segera melesat keatas, menuju kamar Hera untuk menjemput gadis beraroma chery itu.
"Yang Mulia, apa tujuan Anda sebenarnya datang kemari. Tolong jangan membuat kekacauan di tempat saya ini." Alpha Elios terlihat begitu kesal.
Sementara Zeus hanya menatap Alpha Elios dengan sebelah alis terangkat.
Tersirat jelas wajah khawatir manusia serigala itu ketika Zeus menatap Alexa sekali lagi, sebelum Alexa itu tiba-tiba sudah jatuh pingsan.
Elios segera melesat dengan cepat kearah Alexa dan menahan tubuh Luna-nya, lalu mendudukannya di atas sofa.
"Adik perempuanmu yang kau sembunyikan itu adalah belahan jiwaku. Aku hanya mengambil apa yang seharusnya sudah menjadi milikku sejak dulu."
Semua makhluk disana dibuat tercengang ketika mendengar pengakuan dari Sang penguasa kegelapan itu.
Alpha Elios bahkan terkejut bukan main. Tidak pernah menyangka bahwa Hera adalah belahan jiwa King Demon Zeus.
Elios bertanya-tanya dalam hati. Darimana Zeus mengetahui tentang keberadaan Hera yang merupakan seorang tuan putri dari Goldenmoon Pack, sementara selama ini keberadaannya selalu disembunyikan.
"Anda .... "
"Kakak, apa yang terjadi disini?"
Hera melangkah turun dengan langkah hati-hati dengan dibantu Enrico yang menuntun jalannya.
Pria Dracula itu tercengir lebar ketika melihat tatapan menghunus tajam dari Zeus karena pegangan tangannya dengan Hera.
Namun keadaan Hera yang buta tentu membuat Enrico lebih memilih menuntun Hera hingga tiba dilantai bawah, daripada mengambil resiko Hera terjatuh dan leher Enrico yang akan dipenggal habis oleh Zeus.
Melihat kedatangan Hera, Alpha Elios segera melangkah mendekat dan membawa adik perempuannya itu masuk kedalam pelukan tubuh berototnya.
"Kakak?"
"Maafkan aku Hera."
Hera tiba-tiba terdiam dan tidak bisa lagi berkata-kata.
Getaran suara Alpha Elios serta dekapan hangat dari tubuh kokohnya membuat Hera berpikir bahwa mungkin telah terjadi sesuatu pada Alexa seperti yang pria asing itu katakan ketika datang menjemputnya masuk kedalam kamarnya tadi.
Enrico memilih menyingkir dan segera memberi jalan ketika Zeus melangkah mendekat dan mengambil alih Hera kedalam pelukan tubuh besarnya hingga Hera terkejut.
Hera merasa panik.
Tiba-tiba, ingatan tentang sosok pria dalam imajinasinya ketika berada di Sungai Dewarabiru kembali terlintas ketika Hera merasakan percikan itu lagi.
Seperti sebuah mantra yang mengikat mereka dalam sebuah ikatan yang kuat.
"Si-siapa kau? Alpha Elios apa yang terjadi disini sebenarnya?"
Semua orang mulai bertanya-tanya, sebenarnya drama apa yang sedang terjadi di Goldenmoon Pack.
Siapakah gerangan gadis buta yang sedang dalam pelukan sang penguasa kegelapan?
Dan benarkah King Demon Zeus telah menemukan belahan jiwanya?
"Hera .... "
"Kakak, dimana Luna Alexa?"
Alpha Elios menarik napas pelan dan segera membawa tubuh Alexa yang telah kembali berada dalam gendongannya mendekat kearah Hera.
Hera tersentak kaget ketika satu tangannya diarahkan untuk menyentuh tubuh Alexa yang tengah berbaring dalam gendongan kakaknya.
"Lu-luna Alexa? Apa yang terjadi dengan Luna Alexa, kakak?"
"Dia hanya tidur tuan putri, berhentilah mengkhawatirkan kakak iparmu dan ikutlah bersama kami pergi ke Istana Darken." Enrico menyela. Sudah tidak tahan dengan drama murahan yang terjadi ditempat ini.
Enrico sudah gatal untuk segera membawa Hera pergi ke Istana Darken, karena hanya dengan begitu Enrico akan merasa bebas dari jerat Zeus dan memiliki banyak waktu untuk berkencan dengan mate-nya lagi.
Sementara Hera malah menautkan kedua alisnya bingung ketika mendengar suara pria asing yang tadi menjemputnya di dalam kamar masuk kedalam indra pendengarannya lagi.
Hera mendongakan kepala, mengangkat sebelah tangannya lalu menyentuh wajah Zeus dengan hati-hati seraya berguman pelan, "King Demon Zeus?"
"Hm."
Hera mendengar gumaman ketika tangannya tanpa sengaja menyentuh bibir tebal Zeus hingga pria itu memejamkan kedua mata. Lingkaran lengan kokohnya semakin erat membuat Hera secara reflek terpekik dan langsung menelan ludah gugup.
"Ikutlah denganku Hera."
Hera menunduk ketika mendengar suara berat Zeus memanggil namanya dengan suara serak yang begitu dalam.
Kedua tangannya bahkan meremas lengan Zeus yang masih setia melingkari pinggang kecilnya.
"Kamu, belahan jiwaku?"
Zeus menunduk dan berbisik tepat ditelinga kiri gadis itu, "Ya, aku milikmu. Sepenuhnya."
Ana bergerak gelisah di dalam kereta kuda, berulang kali tampak melirik kearah luar jendela hingga membuat Hera yang sedang duduk disebelahnya merasa terusik dengan gerakan resah pelayan setianya itu. Hera lalu meraba-raba, menyentuh lengan atas Anastasya dan menanyakan kegelisahan pelayan yang ditunjuk untuk menemaninya selama tinggal di Istana kegelapan. "Ana, kau kenapa?" Ana terkejut. Memaksakan senyuman lalu balas menyentuh tangan Hera. "Saya hanya sedikit merasa cemas Nona Hera. Karena sebentar lagi kita akan tinggal di Istana kegelapan," gumam pelayan itu pelan, bahkan nyaris tak terdengar. Ana diam-diam meringis merasa bersalah karena telah berbohong. Namun, dia tidak punya pilihan lain selain harus melakukan kebohongan itu. Karena tidak mungkin dirinya menceritakan masalah pribadinya pada Hera bukan? &nb
Hera duduk dengan tenang dikursinya sambil menikmati daging kelinci yang telah tersaji di atas meja makan besar. Ada begitu banyak variasi olahan daging kelici hingga membuat Hera bingung harus mengambil yang mana terlebih dahulu. Aroma dari masing-masing masakan berbahan utama daging kelinci itu sangat menggoda hidungnya. Alhasil Hera mencobanya satu persatu. Meski tidak bisa melihat, Hera biasa menggunakan indra penciumannya dan menggunakan kedua tangannya sendiri untuk makan
Suara tirai yang dibuka, mengusik tidur Hera. Gadis itu langsung mengambil posisi duduk dengan nyaman di atas ranjang ketika merasakan seseorang yang berada di dalam kamarnya. Bukan Zeus, melainkan aroma tidak asing yang telah menemaninya sejak Hera masih kecil. "Anastasya, kau kah itu?" Anastasya tersenyum lembut saat mendengar Hera yang menyadari keberadaannya.
Zeus terbang diatas awan dengan sepasang sayap besarnya yang berwarna gelap.Pria iblis itu lalu turun dan segera mendaratkan sepasang kakinya di tepi lautan yang membentang luas.Tanpa dipanggil, seekor mermaid perempuan muncul dari dalam air dan tersenyum lebar ketika melihat Zeus berkunjung ke lautan tengah malam.Emerald berenang mendekat hingga tubuhnya terdampar ditepian laut.Gadis bersurai coklat itu kemudian berdiri lalu menunduk hormat dihadapan Zeus dengan tubuh manusianya."Apa yang membuat Yang Mulia penguasa kegelapan sampai jauh-jauh datang kemari? Apakah anda ingin mendapatkan pelayanan dari saya lagi, Yang Mulia Zeus?"Zeus menatap Emerald dengan tatapan mata nyalang menghunus tajam."Dimana Rajamu?""Apa yang Anda inginkan?""Aku ingin membunuhnya."Kepala Emerald tertunduk gugup.Aura hit
"Ana, bisakah kau ceritakan padaku apakah Istana Darken sekarang terlihat indah?"Ana mengulas senyum manis begitu Hera bertanya padanya.Seperti yang biasa Hera lakukan ketika masih tinggal di Goldenmoonpack, gadis itu membuka jendela dan merasakan sapuan angin yang menyapu kulit wajah hingga menerbangkan beberapa helai rambut panjangnya yang indah.
Hera terbaring di kamarnya dengan pikiran kosong. Gadis itu hanya terus melamun meski Ana dan Marrine sudah membujuknya untuk makan malam. Sejak siang hingga malam hari, Hera masih enggan menyentuh makanan yang disajikan oleh para pelayan istana. Bahkan ketika mereka ingin mengobati luka memar yang masih terlihat membekas di leher Hera, gadis itu melarang dan malah terus menjauhkan diri. Ana yang tidak pernah melihat Hera dalam keadaan seperti ini, merasa sangat cemas dan begitu khawatir. Biasanya jika sedang merajuk atau marah, Alpha Elios yang akan datang dan menenangkan adiknya. Namun ditempat ini, tidak ada Alpha Elios yang bisa membujuk Hera seperti biasa. "Ratu Hera, apakah anda tidak lapar? Kami sudah menyiapkan menu spesial .... " "Bagaimana caranya aku bisa keluar dari tempat ini?" Marrine ter
"Ratu Hera, apakah anda tidak ingin keluar untuk menghirup udara segar?"Diambang pintu masuk, Anastasya tampak berdiri disana dan mencoba mengajak Hera keluar karena gadis itu terlihat sangat tidak bersemangat, seperti seseorang yang tidak lagi memiliki gairah hidup.Anastasya sangat cemas dan begitu khawatir karena mendapati wajah lesu Hera dan mata bengkaknya pertanda sehabis menangis.
Hera mengerjapkan kedua matanya, berusaha menyesuaikan cahaya dan mengambil posisi duduk diatas ranjang.Wanita itu tampak mengamati sekelilingnya, pada ruangan klasik super luas yang saat ini tengah Hera tempati. Hera bahkan merasakan tubuhnya juga terasa sangat ringan, seakan semua beban berat yang selama ini dipikulnya telah menghilang dari atas pundak."Apakah ini surga?" Hera bertanya-tanya dalam hati atau lebih tepatnya pada dirinya sendiri.Lalu menundukkan kepalanya, melihat kearah kedua tangan dan tubuhnya sendiri."Jadi, aku benar-benar sudah mati?"Cklek."Ratu Hera?"Hera terkesiap.Secara spontan, gadis itu langsung menoleh kearah asal suara lalu mengerjapkan kedua matanya bingung sekaligus bertanya-tanya, siapakah gerangan ketika dirinya melihat seorang perempuan dengan rambut panjang hitam yang tersampir di bahu sebelah kiri, yang tengah berdiri diambang pintu kamar H
Seera membuka satu matanya, memastikan Hera benar-benar telah keluar dari dalam kamar meninggalkannya sendirian. Setelah yakin jika kondisi sudah aman, gadis kecil itu segera melompat turun dan berlari ke arah pintu. Sebelumnya Seera sudah mengambil gunting untuk memangkas bagian bawah rok gaun yang dikenakannya hingga sebatas lutut, membuat gaun panjang yang Seera kenakan menjadi gaun pendek agar memudahkan gadis itu bergerak nantinya. Tidak ada waktu untuk berganti baju, karena kesempatan untuk kabur seperti saat ini adalah hal yang paling langka Seera dapatkan. Seera kemudian berjalan mengendap-endap menuju kearah belakang Istana Kastil. Masuk kedalam kandang kuda menghampiri salah satu kuda pony berbulu putih kesayangannya. Delmon, salah seorang penjaga kudalanjut usia yang melihat kedatangan Seera segera berjalan mendekati tuan putri Istana Darken itu dengan tubuh sedikit membungkuk sopan. "Princess Seera, apa yang ingin and
Seera Aquinsha terlihat sedang berdiri di pembatas balkon, menatap kearah halaman samping Istana Darken dengan kedua tangan menopang dagu. Gadis kecil itu terlihat sedang dalam kondisi suasana hati yang buruk, terbukti dari bibir cembetut dan wajah ditekuknya. Tak lama kemudian, muncul sosok Marrine yang sedari tadi dibuat panik mencari-cari keberadaan Seera, dan langsung tersenyum lega begitu kedua netranya berhasil menemukan tuan putri dari Istana kegelapan itu. Marrine segera mendekat dan berdiri tepat di sebelah gadis kecil yang mengenakan gaun berwarna biru muda itu, ikut memperhatikan apa yang sedari tadi tampak menyita perhatian Seera. "Princess Seera, apa yang sedang anda lakukan disini, kita harus kembali melanjutkan latihan tata krama anda sekarang juga." "Aku bosan." "Tapi Princess, jika Queen Hera tahu nanti anda akan kena marah." Seera terlihat menghela napas kesal, sekali lagi kedua matanya kembali
1 TAHUN KEMUDIAN.Hera berlari kecil meninggalkan taman bunga dengan menenteng rok gaun panjangnya menggunakan kedua tangan. Terus mengabaikan teriakan Marrine yang masih terdengar beberapa kali dibelakang sana.Senyumnya tak pernah pudar begitu mendengar kabar bahwa Zeus telah kembali.Sementara tak jauh dari posisinya, terlihat Marrine yang tampak sudah berhenti berlari dengan napas terputus-putus, mengusap keringat di keningnya sendiri menggunakan punggung tangan.Di usianya yang sudah bisa dikatakan tua ini, wanita setengah baya itu sudah tidak bisa lagi berlarian menyusul Hera yang telah menjauh. Marrine hanya bisa mengawasi ratunya itu dari arah kejauhan, meringis ngeri ketika melihat Hera yang beberapa kali terlihat hampir terjatuh karena tak sengaja menginjak rok gaunnya sendiri.Hera bahkan sudah berlari menaiki ribuan anak tangga pelataran yang akan membawanya kearah kastil Istana Darken yang terlihat semak
"Bukan begitu caranya!" Zeus mendelik. Merasa kesal karena Hera berulang kali terus memarahinya bahkan membentaknya. Akhir-akhir ini, Hera menjadi melunjak dan berani bersikap sok di hadapan King Demon Zeus. Seperti saat ini contohnya, raut wajah wanita itu tetap terlihat biasa saja meski King Demon Zeus sudah menampilkan wajah garangnya, tapi seakan sudah kebal dengan tatapan seperti itu, Hera lalu melengos tidak peduli sambil membenarkan posisi tubuh Ares dengan benar diatas pangkuan iblis itu agar bayi kecil mereka merasa nyaman. Ares sudah tidak menangis setelah Hera selesai menyusuinya lagi. Bayi kecil laki-laki itu memang sangat rakus dan kini tengah mengulum satu ibu jari tangan kanannya bahkan terlihat pasrah-pasrah saja ketika tubuhnya dijadikan kelinci percobaan oleh kedua orangtua kandungnya itu. "Letakkan tangan kirimu dibawah kepala antara leher dan kepalanya. Jangan mengabaikannya Zeus, kalau sampai salah nanti kepala Ares bisa tengleng." "Tengleng?" King Demon Zeus
"Hera?" Hera terkejut begitu ia terbangun dan langsung mendapati Alexa berada di dalam kamarnya. Wanita itu tampak mengamati sekeliling kamar, untuk memastikan bahwa dirinya benar-benar masih berada di dalam kamarnya di Istana Darken. "Luna Alexa, kau?" Alexa langsung menubruk tubuh Hera begitu saja, memeluknya. "Hera maafkan aku." Hera benar-benar terlihat masih tampak linglung. Nyawanya sepenuhnya belum terkumpul. Lalu ketika ia melihat kearah box bayi, Ares tiba-tiba sudah tidak berada di sana, membuat wanita itu panik. "Putraku! Dimana putraku Ares?" Alexa segera mengurai pelukan mereka dan menenangkan Hera. "Anastasya telah membawanya ke luar, sedang bermain bersama Abercio dan Alexandre." "Alexandre disini?" Alexa mengangguk."Aku sengaja membawanya kesini." Hera segera mengambil kedua tangan Alexa dan menatap tepat kedalam bola mata kakak ipar
"Saya benar-benar sangat terkejut ketika melihat anda tadi Yang Mulia Ratu."Ana sudah duduk dikursi sofa setelah tersadar dari pingsannya, wanita itu terus memperhatikan ratunya yang saat ini sudah menidurkan Pangeran Ares didalam box bayi seraya mengusap pelan puncak kepala bayi lelaki itu.Melihat Hera yang terus tersenyum mengamati Pangeran Ares, sungguh membuat Anastasya merasa terharu. Pasalnya baru kali ini Ana bisa melihat interaksi ratunya itu dengan anak kecil."Saya sudah mengirimkan pesan ke Goldenmoon pack tentang kembalinya anda Yang Mulia Ratu. Saya rasa Alpha Elios sedang merayakan kebangkitan anda kali ini."Hera kemudian segera duduk di single sofa tak jauh dari Anastasya berada."Apakah kakakku pergi ke Istana Darken ketika berita kematianku diumumkan, Ana?"Anastasya tampak terdiam."Ana, cepat ceritakan padaku apa yang sebenarnya sudah terjadi."
"Kudengar, King Demon Zeus sedang menyibukkan diri didalam ruang kerjanya hari ini.""Benarkah? Menurutmu, apakah Yang Mulia menyesal setelah Lady Anastasya kemarin bicara begitu padanya?""Entahlah. Tapi aku salut dengan Lady Anastasya yang berani bicara seperti itu kemarin."Dua orang pelayan Istana Darken itu terlihat tengah asik bercengkrama setelah memastikan semua pekerjaan mereka telah selesai di kerjakan. Marrine yang merupakan seorang kepala pelayan di Istana Darken yang kebetulan baru saja tiba segera menegur kedua pelayan itu."Kalian berhentilan bergosip. Apakah kalian lupa bahkan tembok memiliki dua mata dan juga dua telinga."Kedua orang pelayan Istana Darken yang ketahuan sedang membicarakan King Demon Zeus itu langsung menunduk kaku, tidak berani menatap kearah Marrine.Salah satu dari kedua pelayan itu akhirnya berani membuka suara, meski dengan suara ya
Hari demi hari telah berlalu, keadaan Istana Darken kembali menjadi sepi mencekam. Ada kehidupan didalamnya namun semua makhluk disana seakan tak lagi memiliki gairah untuk terus melanjutkan hidup sejak kematian Hera di umumkan.Tidak ada upacara untuk hari kematian Hera seperti yang King Demon Zeus perintahkan. Tidak ada yang berani melihat bahkan hanya untuk sekedar mendekati peti mati yang menyimpan tubuh wanita itu.Semuanya berjalan seperti biasa. Seakan tidak pernah ada Hera di Istana kegelapan itu. King Demon Zeus hanya berkata, bahwa tubuh Hera telah dia kremasi dengan semestinya, tanpa menjelaskan secara rinci apa lagi yang Pria Iblis itu lakukan hingga beritanya seakan lenyap begitu saja.Tidak ada satu makhluk pun yang berani mengungkitnya, bahkan Alpha Elios dan segenap keluarga Goldenmoon pack tidak mendapatkan kabar baik.Hanya ada suara tangisan bayi kecil bernama Ares dan Abercio yang mampu membuat s
Lengkingan suara tangis bayi lelaki itu terdengar bersamaan dengan kedua mata Hera yang telah terpejam rapat. Tubuh lemahnya tergelepar begitu saja keatas ranjang dengan wajah pucat penuh dengan bulir keringat. Ester dan Yasmin yang membantu Hera bersalin langsung saling berpandangan dengan raut wajah cemas mereka.Ester kemudian bergegas menyentuh urat nadi di satu lengan Hera, sementara Yasmin sudah menyerahkan bayi lelaki penuh darah itu pada Marrine untuk segera dibersihkan."Yasmin, bagaimana ini? Queen Hera kehilangan denyut nadinya." Yasmin segera mendekat, meraih apapun yang ia sebut sebagai obat untuk memberikan pertolongan pertama dengan beberapa ramuan yang dia punya. Membaui hidung Hera agar wanita itu segera tersadar dengan mengoleskannya sedikit di pelipis dan dan kedua telapak kaki ratunya yang terasa semakin dingin.BRAK!"Hera!"Alpha Elios masuk kedalam ruang bersalin itu beg