“Kita ada kunjungan ke universitas.”
Dona mengerutkan keningnya mendengar jadwal yang disampaikan Vivi, seingatnya tidak ada jadwal kunjungan ke universitas dan kalaupun ada biasanya bukan dia melainkan ayahnya atau orang lain.“Bukannya Pak Bima yang biasanya lakukan?’ tanya Dona penasaran.“Pak Bima minta ibu yang menggantikan, materi sudah dikirim ke email dan ibu tinggal baca.” Vivi menjawab dengan nada formal dan sopan.Mereka berdua bisa berubah dengan sangat cepat, bersikap professional ketika berhubungan dengan pekerjaan ada atau tidak ada orang. Berbeda cerita jika sudah diluar jam kerja atau pekerjaan mereka sudah selesai sepenuhnya, menghabiskan waktu bersama jika tidak memiliki kesibukan dan kebanyakan berada di apartemen seperti semalam.“Jam berapa?” tanya Dona sambil membuka email.“Setelah makan siang jadi kita makan siang disana, pihak panitia sudah menyiapkan makanan untuk kita.”“Makanan halal?” Dona m“Acara bentar lagi mulai kita kesana sekarang.”Fandi hanya mengikuti temannya untuk datang ke acara yang diadakan kampus, mahasiswa yang mendapatkan beasiswa dari kampusnya membuat Fandi mau tidak mau harus mendatangi acara seminar macam ini. Teman-temannya mengatakan jika yang menjadi pembicara adalah pengusaha besar yang terkenal di Indonesia dan juga sudah memiliki perwakilan di Singapore, rasa penasaran dan ingin tahu membuat Fandi ikut serta dengan teman-temannya.“Setelah dari acara kita hangout di cafe,” usul Maria yang diangguki lainnya.“Kamu ikut?” tanya Clara yang berjalan disamping Fandi.“Belum memutuskan,” jawab Fandi cuek.Clara, wanita yang ada disampingnya ini langsung dekat dari awal mereka bertemu. Berasal dari negara yang sama hanya beda daerah, Clara tinggal di Bali dan mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliahnya di Singapore. Usia mereka berjarak cukup jauh mungkin hampir sepuluh tahun, tinggalnya di depan apar
“Bisa berhenti menatap seperti itu?” Dona mendengus pelan mendengar pertanyaan Fandi, kejutan yang benar-benar mengejutkan dirinya. Tidak sampai disitu Vivi seketika meminta Fandi dan Dona pulang bersama, alasan yang diberikan adalah Andrew, Dona tahu jika itu semua hanya akal-akalan Vivi padahal sebelumnya sudah mengatakan tidak peduli pada pria itu.“Kita langsung pulang atau bagaimana?” Fandi memilih bertanya pada Dona tentang apa yang harus dilakukan setelah ini.“Pulang.”“Ok.” Tidak ada pembicaraan lagi, mereka berdua sibuk dengan pikirannya masing-masing. Fandi beberapa kali melihat Dona dari sudut matanya, masih teringat dengan reaksi yang diberikan saat melihatnya, satu lagi harusnya Fandi mengucapkan terima kasih pada Vivi yang memberikan usul agar mereka pulang bersama.“Kamu bagus tadi saat di depan, cara berbicara dan materi menjadi satu kesatuan belum lagi contoh yang kamu berikan.” Fandi membuka suaranya memberik
"Serius dia bicara begitu?" Vivi mengulang entah berapa kali yang membuat Dona hanya mengangguk malas "Kamu bilang kalau suruh kirim kesini?""Berapa kali aku harus jawab sih!""Aku hanya memastikan saja." Vivi memberikan reaksi santai.Pertemuan dengan Fandi berakhir tanpa ada pembicaraan lebih lanjut, Dona juga tidak ingin membuka pembahasan apapun. Dona benar-benar tidak menyangka jika Fandi akan meminta bantuan yang berhubungan dengan perusahaannya, baginya tindakan yang dilakukan sangat berani. Mereka turun di apartemen dan melangkah bersama menuju unit yang berada di lantai yang sama, tapi Dona memilih untuk pulang ke rumah orang tuanya setelah beberapa saat."Andrew nggak papa kamu kesini?" Dona mengalihkan pembicaraan dengan memberikan tatapan dalam."Dia ada yang harus diurus, daripada sendirian mending kesini. Nggak usah bahas aku, Fandi bagus buat melupakan Irwan lagian kalau aku lihat dia cowok baik." Vivi menaik turunkan alis
"Akang dapat acc magang?" Fandi menganggukkan kepalanya mendengar pertanyaan Clara "Perusahaan besar itu? Yakin bisa masuk disana?""Namanya usaha," ucap Fandi santai.Fandi tidak akan memberitahukan semua yang terjadi, membiarkan Clara dengan pikirannya. Perusahaan yang ditujunya memang tidak main-main, beberapa temannya pasti juga menginginkan perusahaan itu, tapi dirinya mendapatkan keuntungan yaitu mengenal Dona yang bekerja disana."Kang, hubungan kita nggak bisa lebih?" Fandi menghentikan gerakan tangannya di keyboard menatap Clara dalam "Aku sudah bilang kalau hubungan kita hanya teman tidak lebih, tapi kalau kamu menginginkan lebih..."Fandi terdiam, mengingat percakapannya dengan Reno sebelum berangkat ke Singapore untuk membuka hati. Menatap Clara yang seketika membuatnya berpikir tentang banyak kata-kata Reno, tapi jarak usia mereka sangat jauh dan sifat mereka berbeda."Aku takut kalau tidak berhasil," lanjut Fandi k
"Pak Fandi, langsung saja naik ke lantai lima. Ibu Vivi sudah menunggu dan nanti akan diarahkan beliau bertemu Ibu Dona."Fandi melakukan apa yang dikatakan resepsionis, naik ke lantai lima dengan matanya menatap sekitar. Mengirim pesan pada Dona dan mendapatkan jawaban beberapa hari kemudian membuat Fandi langsung datang dan tidak membuang waktu untuk bertemu dengan Dona. Perbuatannya dengan Clara tidak berdampak apapun dalam hubungan mereka, menganggap tidak pernah terjadi apapun dan kembali seperti sebelumnya."Pak Fandi, mari ikut saya."Fandi menatap wanita yang ikut dengan Dona pada saat mengantarkan makanan, kalau tidak salah namanya tadi Vivi. Mengikuti langkah Vivi menuju ruangan yang tidak tahu apa, pintu terbuka dan langsung menampilkan Dona bersama dengan pria yang tampak seperti ayahnya."Silakan duduk, beliau adalah Pak Bima. Pak Bima adalah direktur di perusahaan ini, Bu Dona sendiri adalah wakil direktur." Vivi menjelaskan pada Fan
"Akang?"Fandi menelan saliva kasar melihat penampilan Clara, pakaian yang dipakainya hanya dress hitam yang tipis dan bisa terlihat apa dibaliknya. Clara membuka pintu lebar membuat Fandi masuk dan tidak lama pintu tertutup juga terkunci, langkah Fandi masuk semakin dalam.Tempat tinggal Clara tidak seperti miliknya, menghabiskan waktu disini tapi selalu pulang ke apartemennya sendiri. Pertemuannya dengan direktur perusahaan membuat Fandi harus menenangkan dirinya, pembicaraan yang membuat Fandi harus berpikir tentang kegiatannya untuk besok yang langsung bersama dengan direktur."Ada kejadian apa?" Clara memilih duduk disamping Fandi "Proposal diterima?"Fandi menganggukkan kepalanya "Kalian berdua besok harus datang kesana.""Kamu sendiri? Langsung kerja?" Fandi menganggukkan kepalanya "Tahu gitu tadi aku ikut kamu, sesekali bolos bukan masalah.""Masalah. Semuanya sangat penting, besok kamu kesana sama Gilbert. Kita tidak aka
"Kamu pulang?" Dona menatap tajam kearah Vivi."Menurutmu aku harus menemani kamu sama Fandi?" Dona memutar bola matanya malas "Mengenal lebih dalam sebelum bersama dengan Om Bima.""Siapa yang mau kenalan sama Ayah?" Azka duduk di meja makan sambil memakan beberapa makanan yang sudah jadi "Kamu masak banyak sekali?""Kalian berdua ada disini gimana nggak masak banyak." Dona memutar bola matanya malas "Memang kamu nggak bisa disini aja?" Vivi menggelengkan kepalanya "Aku minta ijin Andrew aja.""Jangan! Andrew tahu ada Azka, aku nggak mau jadi perang dunia lagi." Vivi langsung menolak yang membuat Dona dan Azka berdecak keras "Mending aku...""Sayang, tamu kamu sudah datang." Endi menghentikan kalimat yang akan keluar dari mulut Vivi.Dona menatap jam yang ada di dinding seketika memukul keningnya pelan, Vivi melakukan hal yang sama dan langsung mengambil langkah cepat mengambil barang-barangnya dan langsung berpamitan pada merek
"Sudah datang ternyata," ucap Bima saat melihat Fandi duduk di kursinya "Vivi sudah memberitahu apa yang harus dilakukan?" Fandi menganggukkan kepalanya "Bagus, saya mau kamu baca dulu perjanjian ini. Saya minta pendapatmu."Fandi menerima berkas yang diberikan Bima, menatap kepergian bosnya dengan tatapan tanda tanya, mengalihkan perhatian pada berkas yang diberikan Bima, menghembuskan napas panjang jika hari ini akan berjalan lambat. Setidaknya pagi tadi mendapatkan vitamin yang membuatnya bersemangat, pemandangan indah sebelum kembali ke unitnya.Membelalakkan matanya saat mendapati apa yang diberikan Bima, tidak lain perjanjian perusahaan dengan perusahaan lain, menatap pintu dimana Bima berada dengan tatapan tanda tanya. Membaca dengan perlahan mencoba memahami maksud bosnya memberikan perjanjian penting ini, menggelengkan kepalanya perlahan berharap apa yang ada didalam kepalanya tidak benar."Om Bima ada didalam?" Fandi mengangkat kepalanya mendapat