"Serius dia bicara begitu?" Vivi mengulang entah berapa kali yang membuat Dona hanya mengangguk malas "Kamu bilang kalau suruh kirim kesini?"
"Berapa kali aku harus jawab sih!""Aku hanya memastikan saja." Vivi memberikan reaksi santai.Pertemuan dengan Fandi berakhir tanpa ada pembicaraan lebih lanjut, Dona juga tidak ingin membuka pembahasan apapun. Dona benar-benar tidak menyangka jika Fandi akan meminta bantuan yang berhubungan dengan perusahaannya, baginya tindakan yang dilakukan sangat berani. Mereka turun di apartemen dan melangkah bersama menuju unit yang berada di lantai yang sama, tapi Dona memilih untuk pulang ke rumah orang tuanya setelah beberapa saat."Andrew nggak papa kamu kesini?" Dona mengalihkan pembicaraan dengan memberikan tatapan dalam."Dia ada yang harus diurus, daripada sendirian mending kesini. Nggak usah bahas aku, Fandi bagus buat melupakan Irwan lagian kalau aku lihat dia cowok baik." Vivi menaik turunkan alis"Akang dapat acc magang?" Fandi menganggukkan kepalanya mendengar pertanyaan Clara "Perusahaan besar itu? Yakin bisa masuk disana?""Namanya usaha," ucap Fandi santai.Fandi tidak akan memberitahukan semua yang terjadi, membiarkan Clara dengan pikirannya. Perusahaan yang ditujunya memang tidak main-main, beberapa temannya pasti juga menginginkan perusahaan itu, tapi dirinya mendapatkan keuntungan yaitu mengenal Dona yang bekerja disana."Kang, hubungan kita nggak bisa lebih?" Fandi menghentikan gerakan tangannya di keyboard menatap Clara dalam "Aku sudah bilang kalau hubungan kita hanya teman tidak lebih, tapi kalau kamu menginginkan lebih..."Fandi terdiam, mengingat percakapannya dengan Reno sebelum berangkat ke Singapore untuk membuka hati. Menatap Clara yang seketika membuatnya berpikir tentang banyak kata-kata Reno, tapi jarak usia mereka sangat jauh dan sifat mereka berbeda."Aku takut kalau tidak berhasil," lanjut Fandi k
"Pak Fandi, langsung saja naik ke lantai lima. Ibu Vivi sudah menunggu dan nanti akan diarahkan beliau bertemu Ibu Dona."Fandi melakukan apa yang dikatakan resepsionis, naik ke lantai lima dengan matanya menatap sekitar. Mengirim pesan pada Dona dan mendapatkan jawaban beberapa hari kemudian membuat Fandi langsung datang dan tidak membuang waktu untuk bertemu dengan Dona. Perbuatannya dengan Clara tidak berdampak apapun dalam hubungan mereka, menganggap tidak pernah terjadi apapun dan kembali seperti sebelumnya."Pak Fandi, mari ikut saya."Fandi menatap wanita yang ikut dengan Dona pada saat mengantarkan makanan, kalau tidak salah namanya tadi Vivi. Mengikuti langkah Vivi menuju ruangan yang tidak tahu apa, pintu terbuka dan langsung menampilkan Dona bersama dengan pria yang tampak seperti ayahnya."Silakan duduk, beliau adalah Pak Bima. Pak Bima adalah direktur di perusahaan ini, Bu Dona sendiri adalah wakil direktur." Vivi menjelaskan pada Fan
"Akang?"Fandi menelan saliva kasar melihat penampilan Clara, pakaian yang dipakainya hanya dress hitam yang tipis dan bisa terlihat apa dibaliknya. Clara membuka pintu lebar membuat Fandi masuk dan tidak lama pintu tertutup juga terkunci, langkah Fandi masuk semakin dalam.Tempat tinggal Clara tidak seperti miliknya, menghabiskan waktu disini tapi selalu pulang ke apartemennya sendiri. Pertemuannya dengan direktur perusahaan membuat Fandi harus menenangkan dirinya, pembicaraan yang membuat Fandi harus berpikir tentang kegiatannya untuk besok yang langsung bersama dengan direktur."Ada kejadian apa?" Clara memilih duduk disamping Fandi "Proposal diterima?"Fandi menganggukkan kepalanya "Kalian berdua besok harus datang kesana.""Kamu sendiri? Langsung kerja?" Fandi menganggukkan kepalanya "Tahu gitu tadi aku ikut kamu, sesekali bolos bukan masalah.""Masalah. Semuanya sangat penting, besok kamu kesana sama Gilbert. Kita tidak aka
"Kamu pulang?" Dona menatap tajam kearah Vivi."Menurutmu aku harus menemani kamu sama Fandi?" Dona memutar bola matanya malas "Mengenal lebih dalam sebelum bersama dengan Om Bima.""Siapa yang mau kenalan sama Ayah?" Azka duduk di meja makan sambil memakan beberapa makanan yang sudah jadi "Kamu masak banyak sekali?""Kalian berdua ada disini gimana nggak masak banyak." Dona memutar bola matanya malas "Memang kamu nggak bisa disini aja?" Vivi menggelengkan kepalanya "Aku minta ijin Andrew aja.""Jangan! Andrew tahu ada Azka, aku nggak mau jadi perang dunia lagi." Vivi langsung menolak yang membuat Dona dan Azka berdecak keras "Mending aku...""Sayang, tamu kamu sudah datang." Endi menghentikan kalimat yang akan keluar dari mulut Vivi.Dona menatap jam yang ada di dinding seketika memukul keningnya pelan, Vivi melakukan hal yang sama dan langsung mengambil langkah cepat mengambil barang-barangnya dan langsung berpamitan pada merek
"Sudah datang ternyata," ucap Bima saat melihat Fandi duduk di kursinya "Vivi sudah memberitahu apa yang harus dilakukan?" Fandi menganggukkan kepalanya "Bagus, saya mau kamu baca dulu perjanjian ini. Saya minta pendapatmu."Fandi menerima berkas yang diberikan Bima, menatap kepergian bosnya dengan tatapan tanda tanya, mengalihkan perhatian pada berkas yang diberikan Bima, menghembuskan napas panjang jika hari ini akan berjalan lambat. Setidaknya pagi tadi mendapatkan vitamin yang membuatnya bersemangat, pemandangan indah sebelum kembali ke unitnya.Membelalakkan matanya saat mendapati apa yang diberikan Bima, tidak lain perjanjian perusahaan dengan perusahaan lain, menatap pintu dimana Bima berada dengan tatapan tanda tanya. Membaca dengan perlahan mencoba memahami maksud bosnya memberikan perjanjian penting ini, menggelengkan kepalanya perlahan berharap apa yang ada didalam kepalanya tidak benar."Om Bima ada didalam?" Fandi mengangkat kepalanya mendapat
Dona hampir saja melemparkan sesuatu pada Vivi saat menjawab pertanyaan Rayhan, memberikan kode agar tidak berkata yang tidak-tidak. Bagaimanapun Fandi masih anak baru dan magang, tidak mungkin sudah terbuka dalam seperti ini, melihat dari sudut matanya melihat reaksi dari Fandi yang tampak biasa saja."Om Bima selesai makan siang kita rapat," ucap Vivi setelah memesan makanan."Memang bahas apaan?" Dona menatap penasaran.Vivi menunjuk Rayhan yang menatap bingung "Kedatangan dia secara tiba-tiba, apalagi kalau bukan sidak. Benar nggak Mas Endi?" Vivi mengalihkan pandangan kearah Endi yang sibuk dengan ponselnya "Khawatir Tere? Makanya...""Banyak ngomong kamu," potong Endi dengan nada datarnya "Kita memang mau rapat, biasa bulanan."Fandi hanya diam mendengarkan tanpa berniat masuk dalam pembicaraan mereka, tatapannya beberapa kali mengarah pada Dona yang hanya diam, lebih tepatnya mereka hanya saling melihat tanpa berniat membuka suara.
Menggelengkan kepalanya beberapa kali, mencoba untuk sadar dengan apa yang terjadi pada mereka berdua. Mereka baru berkenalan dan Dona merasakan debaran yang sama seperti mantan suaminya dan juga Irwan, tapi perasaan ini sama ketika dulu pendekatan dengan mantan suaminya.Pembicaraan di ruangan rapat sama sekali tidak di dengarnya, pikirannya benar-benar kosong, tidak ingin ayahnya atau yang ada di ruang rapat tahu tentang keadaannya. Dona beberapa kali mendapati Fandi melihat sekilas kearahnya, walaupun kemudian fokus kembali pada catatan yang pastinya berisi hasil rapat, rapat yang hanya membahas tentang perkembangan dan kendala dari perusahaan mereka. Perusahaan ini harus memberikan laporan pada H&D Group dan juga perusahaan milik Rayhan, bagaimanapun kakek Rayhan memiliki saham disini walaupun tidak banyak."Kamu ada libur kuliah kapan?" suara Bima mengejutkan Dona yang langsung menatap Fandi."Selama magang ini secara otomatis mengikuti apa yang perus
"Pulang bersama?" Dona menawarkan diri saat melihat Fandi di lobby, menatap ragu pada Dona yang memberi kode untuk ikut."Aku yang setir," ucap Fandi tiba-tiba, Dona menatap ragu yang seketika Fandi mengeluarkan kartu "Aku punya SIM internasional dan tahu jalan pulang." Dona tidak mau berdebat memilih memberikan kunci mobilnya pada Fandi "Wow...." Dona menatap bingung "Bukankah ini mobil mahal?"Dona tidak menghiraukan pertanyaan Fandi, memilih masuk kedalam dengan duduk di kursi penumpang dan membiarkan Fandi mengambil alih kemudi. Setidaknya perlu istirahat setelah apa yang terjadi dan besok mereka akan berangkat ke Indonesia bersama, sampai sekarang tidak bisa berpikir dengan jernih tentang rencana keluarganya, bahkan bundanya tidak berada di pihaknya sama sekali."Besok penerbangan pagi, kita berangkat pakai apa?" Fandi memulai pembicaraan, mengalihkan pandangan dan mendapati Dona memejamkan matanya "Kamu sepertinya lelah, pekerjaan sebagai wakil Pak B