Menggelengkan kepalanya beberapa kali, mencoba untuk sadar dengan apa yang terjadi pada mereka berdua. Mereka baru berkenalan dan Dona merasakan debaran yang sama seperti mantan suaminya dan juga Irwan, tapi perasaan ini sama ketika dulu pendekatan dengan mantan suaminya.
Pembicaraan di ruangan rapat sama sekali tidak di dengarnya, pikirannya benar-benar kosong, tidak ingin ayahnya atau yang ada di ruang rapat tahu tentang keadaannya. Dona beberapa kali mendapati Fandi melihat sekilas kearahnya, walaupun kemudian fokus kembali pada catatan yang pastinya berisi hasil rapat, rapat yang hanya membahas tentang perkembangan dan kendala dari perusahaan mereka. Perusahaan ini harus memberikan laporan pada H&D Group dan juga perusahaan milik Rayhan, bagaimanapun kakek Rayhan memiliki saham disini walaupun tidak banyak."Kamu ada libur kuliah kapan?" suara Bima mengejutkan Dona yang langsung menatap Fandi."Selama magang ini secara otomatis mengikuti apa yang perus"Pulang bersama?" Dona menawarkan diri saat melihat Fandi di lobby, menatap ragu pada Dona yang memberi kode untuk ikut."Aku yang setir," ucap Fandi tiba-tiba, Dona menatap ragu yang seketika Fandi mengeluarkan kartu "Aku punya SIM internasional dan tahu jalan pulang." Dona tidak mau berdebat memilih memberikan kunci mobilnya pada Fandi "Wow...." Dona menatap bingung "Bukankah ini mobil mahal?"Dona tidak menghiraukan pertanyaan Fandi, memilih masuk kedalam dengan duduk di kursi penumpang dan membiarkan Fandi mengambil alih kemudi. Setidaknya perlu istirahat setelah apa yang terjadi dan besok mereka akan berangkat ke Indonesia bersama, sampai sekarang tidak bisa berpikir dengan jernih tentang rencana keluarganya, bahkan bundanya tidak berada di pihaknya sama sekali."Besok penerbangan pagi, kita berangkat pakai apa?" Fandi memulai pembicaraan, mengalihkan pandangan dan mendapati Dona memejamkan matanya "Kamu sepertinya lelah, pekerjaan sebagai wakil Pak B
Melangkahkan kakinya menuju pintu keluar bandara, tidak ada barang yang dibawa membuat mereka berdua melangkah cepat. Mobil sudah menunggu kedatangan mereka, masuk kedalam dan sesuai dengan agenda yang mereka buat maka Fandi akan pulang terlebih dahulu."Kamu nanti naik apa?" tanya Dona menatap Fandi sekilas."Dijemput teman, mau aku kenalin?" Dona membelalakkan matanya mendengar ajakan Fandi "Apa belum boleh? Aku malah harus berhadapan sama semua saudaramu.""Kita tidak sedekat itu untuk...""Aku paham kalau kamu menganggap jika apa yang aku dan saudaramu lakukan tidak penting," potong Fandi yang membuat Dona memberikan tatapan kesalnya "Jadi?""TERSERAH!" Dona mengerucutkan bibirnya membuat tangan Fandi mengacak rambutnya pelan "Bagaimana kamu bisa tertarik sama aku padahal kita...""Suka tidak memerlukan alasan," potong Fandi lagi "Cinta bukan ilmu pasti, tidak bisa dirasakan dan semua terjadi secara alami."Dona memu
"Fandi?" Lucas menatap dari atas kebawah, Dona menatap malas apa yang dilakukan saudaranya "Dia akan sama tim lawyer kita?" Lucas mengalihkan pandangan kearah Endi dan Dona."Pak Bima menyampaikannya seperti itu, Pak." Dona menjawab formal.Lucas menganggukkan kepalanya "Kalau gitu kalian berdua pelajari tentang hukum untuk hotel dan rumah sakit, apa kita perlu mengubah atau tidak." "Bukan itu, ada baiknya Fandi membaca beberapa perjanjian kita dengan klien atau perusahaan lain. Fandi juga memiliki firma sendiri jadi kita akan mudah jika dia yang mengurusnya, sebelum itu terjadi kita harus tahu kemampuan Fandi." Endi menolak perkataan Lucas.Dona hanya diam, sesekali matanya menatap kearah Fandi yang sama seperti dirinya yaitu diam. Kedatangan mereka ke pusat tidak lebih agar saudaranya yang lain bisa menilai Fandi, padahal mereka berdua tidak menjalani hubungan apapun atau lebih tepatnya baru memutuskannya kemarin dan dalam uji coba sama seperti
"Dia kepala rumah sakit, dokter jantung anak. Sayangnya adalah saudaraku yang juga adiknya Lucas yaitu Jimmy. Mereka bertiga sahabat Jimmy yang setia kemanapun pergi." Dona menjelaskan secara detail tanpa ada yang terlewat, Fandi hanya menganggukkan kepalanya.Mengikuti langkah Dona dalam diam, tidak mengeluarkan sama sekali. Keempat dokter berhenti di lift yang berbeda, meninggalkan mereka berdua yang masih belum mengeluarkan suara sama sekali. Fandi menatap Dona yang sibuk dengan ponselnya, melihat itu yang Fandi lakukan hanya menggelengkan kepalanya. Pintu lift terbuka tidak lama kemudian, menatap kearah dimana Dona yang keluar dengan langkah pelan Fandi melakukan hal yang sama."Selamat datang, Bu Dona." "Ibu Siena, ini Pak Fandi yang akan mempelajari semua tentang perjanjian di rumah sakit ini." Dona langsung memperkenalkan mereka berdua, Fandi mengulurkan tangan yang disambut Siena "Aku tadi ketemu Jimmy and the gank dibawah. Kalian nggak berangkat
"Ya, menguji calonku." Dona langsung memotong perkataan Irwan "Fandi, dia calonku dan sementara akan berada disini untuk mempelajari sesuatu. Sayang, dia Irwan kepala chef di hotel kita dan sebelahnya Naila ini istrinya dan dia adalah pakar gizi rumah sakit dan staf khusus H&D Group." Dona menatap Fandi yang langsung mengulurkan tangannya pada mereka berdua."Apa kita akan banyak interaksi dengan mereka?" tanya Fandi dengan nada lembutnya.Dona menggelengkan kepalanya langsung "Pekerjaan kita tidak terlalu banyak berhubungan sama mereka." Dona menatap Naila yang tampak perutnya membesar "Hamil lagi?" Dona seakan ingin memukul bibirnya yang seketika lancang bertanya hal tidak penting."Nggak, mbak. Gemuk ini belum sempat ngurusin badan." Naila menjawab dengan wajahnya memerah."Kita duluan, Don." Irwan memutuskan untuk mengakhiri pertemuan mereka berdua "Mari, Mas."Tatapan Dona tidak lepas dari kedua pasangan, lebih tepatnya tatapan iri d
Pernyataan yang diberikan Fandi beberapa hari yang lalu secara tiba-tiba membuat Dona tidak bisa berkata banyak, hembusan napas lega saat kembali ke ruangan Siena memberikan banyak pekerjaan pada Fandi dan mereka fokus pada pekerjaan. Pembicaraan di taman tidak terbahas sama sekali, selain itu Dona harus bolak balik rumah sakit dan pusat."Aku kira kamu tidak kesini," ucap Fandi saat melihat Dona berada dalam ruangan bersama dengannya "Endi bilang tidak kesini karena mengurus hotel.""Aku tahu," ucap Dona singkat dan kembali sibuk dengan pekerjaannya "Apa saja yang sudah kamu lakukan atau dapatkan?" Fandi mengerutkan keningnya "Apa aku juga harus laporan ke kamu?""Secara garis di perusahaan Singapore jawabannya adalah ya. Disini juga sama, makanya ketika kamu mengirim email diminta untuk cc ke beberapa itu." Dona menjelaskan tanpa menatap Fandi.Fandi menghembuskan napasnya "Baik, aku akan kirim progress harian."Dona hanya ing
Dona tidak tahu keputusan yang diambil benar atau tidak, tapi bukankah untuk membuka sesuatu yang baru harus memulainya bukan diam saja. Keputusan yang benar-benar gila sudah diambil Dona dan tidak bisa mundur sama sekali, perkenalan dengan Fandi baru terjadi beberapa minggu dan dengan cepat memilih untuk memulai hubungan lebih dalam."Kamu ada acara apa?" tanya Fandi membuyarkan lamunan Dona."Paling pulang ke rumah, kenapa? Mau ajak kemana?" "Belum kepikiran sama sekali. Kamu mau kemana? Apa kita bisa ke tempat saudaramu yang mencoba makanan sehat?" Fandi menatap harap pada Dona yang terdiam."Cafe menu sehat? Mau di cafe atau restorannya? Kamu nggak bosan dengan makanan sehat?" Fandi menggelengkan kepalanya "Aku kira bakal bosan.""Rasanya tidak terlalu buruk, jadi untuk merayakan kita yang pertama kali jadinya lebih baik kita melakukan dengan makan." Dona menatap tidak percaya dengan kalimat yang keluar dari bibir Fandi "Apa kamu bis
"Kita kemana?" tanya Dona ketika mereka didalam mobil sambil menatap sekitar."Kencan." Fandi menjawab singkat dengan fokusnya tetap ke jalan "Kencan pertama kita."Dona hanya tersenyum dengan tatapan menggoda "Kita resmi sekarang jadinya?" "Menurutmu? Jelas kita sudah berhubungan, kamu sudah memberikan jawaban." Fandi memberikan ekspresi kesal pada pertanyaan Dona, suara tawa terdengar keras "Kenapa malah ketawa?" "Kamu ternyata lucu juga." Fandi berdecak pelan mendengar perkataan Dona "Jadi kita kencan dimana?""Cafenya Naila, aku sudah reservasi tadi melalui dia."Dona seketika terdiam mendengar jawaban Fandi, dirinya melupakan suatu hal yang dikatakan Fandi saat di ruangan. Mendatangi cafe yang dipegang Naila tidak pernah ada dalam bayangan Dona, walaupun hubungan mereka baik-baik saja tetap saja belum bisa melakukan secara langsung."Kita di cafe mana?" tanya Dona sedikit penasaran."Cafe yang masuk dalam