"Kita kemana?" tanya Dona ketika mereka didalam mobil sambil menatap sekitar.
"Kencan." Fandi menjawab singkat dengan fokusnya tetap ke jalan "Kencan pertama kita."Dona hanya tersenyum dengan tatapan menggoda "Kita resmi sekarang jadinya?""Menurutmu? Jelas kita sudah berhubungan, kamu sudah memberikan jawaban." Fandi memberikan ekspresi kesal pada pertanyaan Dona, suara tawa terdengar keras "Kenapa malah ketawa?""Kamu ternyata lucu juga." Fandi berdecak pelan mendengar perkataan Dona "Jadi kita kencan dimana?""Cafenya Naila, aku sudah reservasi tadi melalui dia."Dona seketika terdiam mendengar jawaban Fandi, dirinya melupakan suatu hal yang dikatakan Fandi saat di ruangan. Mendatangi cafe yang dipegang Naila tidak pernah ada dalam bayangan Dona, walaupun hubungan mereka baik-baik saja tetap saja belum bisa melakukan secara langsung."Kita di cafe mana?" tanya Dona sedikit penasaran."Cafe yang masuk dalamPerkataan Fandi tidak ada yang salah, hanya saja Dona merasa semuanya akan terasa sangat cepat. Dona belum siap dengan hubungan lebih dalam, hubungan intim yang takutnya mengingatkan atas apa yang dilakukan mantan suaminya. Dona belum bisa menghilangkan bayangan mantan suaminya dan juga cara Irwan yang mengobati luka batinnya ketika berhubungan intim."Kenapa diam? Ada yang salah dari kata-kataku tadi?" suara Fandi terdengar khawatir, membuyarkan lamunan Dona yang seketika menggelengkan kepalanya "Memikirkan apa?""Kita pulang kemana?" tanya Dona menatap sekitar dengan ekspresi sedikit takut."Apartemen." Fandi menjawab dengan tetap fokus pada keadaan jalan "Kamu keberatan?" "Apa kita akan...""Kamu memikirkan kata-kata tadi di cafe? Aku tidak akan melakukan jika kamu nggak mau dan siap. Hubungan intim pastinya harus dari dua belah pihak yang saling menikmati, kalau salah satu tidak menikmati itu namanya pemaksaan." Fandi berkata tetap t
"Pak Fandi kemana?" tanya Siena saat masuk kedalam ruangan dengan matanya menatap sekitar "Aku hubungi dan cari nggak ketemu.""Bukannya sama kamu?" Dona menatap bingung yang hanya dijawab Siena dengan gelengan kepala "Dia nggak ada omongan sama sekali, memang ada yang penting?""Hari ini harusnya membahas tentang limbah, kontrak perjanjian dengan perusahaan yang mengelola limbah." Siena menjawab sambil menarik kursi depan meja Dona "Kalian sudah jadian?" Dona mengerutkan keningnya "Mas Leo bilang aura kamu berubah.""Leo sok tahu," bantah Dona langsung "Leo nggak tahu apa-apa, jangan dipercaya.""Azka juga bilang hal yang sama kalau aura kamu berubah," lanjut Siena tanpa bersalah "Kamu hubungi Fandi, ingetin aja kalau ketemuannya jam sepuluh.""Aku perlu ikut?" Siena menganggukkan kepalanya "Buat apa?""Laporan sama Mas Bima." Siena mengatakan dengan nada tegasnya "Fandi kapan hari terlihat bicara sama Naila, aku nggak tahu bica
"Kamu benar akan melakukan itu?" tanya Jimmy memastikan kembali keputusan Fandi setelah perusahaan pembuangan limbah keluar ruangan "Memang sudah mendapatkan pengganti? Agak sulit mencari pengganti.""Aku mempelajarinya semalam dan saat tadi melihat di lapangan baru aku menyadari sesuatu, kita bisa buka semacam kompetisi buat perusahaan." Fandi menjawab santai yang membuat Jimmy dan Siena saling pandang."Kalau melakukan itu akan memakan waktu, banyak hal yang harus diperhatikan. Pembuangan limbah rumah sakit tidak mudah dan biasanya juga tidak banyak yang melakukannya." Siena membuka suaranya."Aku tadi menghubungi beberapa barangkali bisa dijadikan refrensi, lagian mereka pasti akan mengubah sesuai dengan apa yang aku katakan. Tidak banyak yang mau melepaskan kesempatan besar kerjasama dengan H&D Group." Fandi mengatakan dengan penuh percaya diri."Sayangnya mereka tidak tahu jika rumah sakit ini masuk dalam bagian H&D Group," ucap Siena yang me
"Nggak salah aku diundang ke rumah pemilik perusahaan?" tanya Fandi memastikan apa yang di dengarnya, Dona menganggukkan kepalanya "Kapan? Aku harus pakai apa?"Dona hanya bisa memutar bola matanya malas mendengar pertanyaan Fandi "Pakaian biasanya saja, mereka juga nggak melihat harga pakaianmu.""Tapi...buat apa mereka mengundang aku? Apa kamu sudah memberitahukan hubungan kita?" Fandi memberikan tatapan penuh selidik, menundukkan kepalanya agar bisa melihat Dona lebih dalam "Kamu kasih tahu hubungan kita? Bukankah hubungan ini baru beberapa...""Bukan, mereka hanya mau tahu tentang pria yang dekat sama aku. Semua itu gara-gara omongan abang, Lucas maksudnya karena mulutnya terlalu lemes buat bicara." Dona menjawab segala kenyataan."Apa perlu aku ajak kamu ke rumah? Mengenal keluargaku?" Fandi masih setia menatap Dona "Aku mengenal keluargamu tapi kamu belum mengenal keluargaku sama sekali, lebih tepatnya baru bertemu mereka sebentar, jadi apa
"Semua akan baik-baik saja," ucap Dona sambil menepuk punggung tangan Fandi."Aku tahu," sahut Fandi berusaha untuk tenang.Hubungan mereka terlalu cepat, Dona merasakan ini semua. Keraguan masih hadir didalam dirinya pada hubungan ini, sikap Fandi yang baik justru semakin membuat dirinya ketakutan. Sikap yang sama seperti mantan suaminya saat mereka masih berpacaran, semuanya berubah setelah menikah dan Dona mengalami semua yang membuatnya trauma."Kita nggak bawa apa-apa?" Fandi bertanya hal yang sama berkali-kali semenjak keluar dari ruangan sampai sekarang yang bahkan hampir terlihat pagar rumah."Kita sudah mau sampai, bunda sama ayah bilang nggak perlu bawa apa-apa. Kamu sudah bertemu yang lain jadinya untuk apa takut dan cemas? Semua akan baik-baik saja." Dona menenangkannya beberapa kali."Baiklah."Mobil masuk kedalam gerbang, Fandi tidak sempat melihat sekitar karena memang fokusnya adalah memarkirkan mobilnya dengan am
Fandi merasakan suatu hal yang berbeda saat berada di rumah keluarga kaya tersebut, tidak seperti keluarga kaya pada umumnya. Mereka saling mendukung satu sama lain, melindungi Dona dengan sangat baik seakan takut terjadi sesuatu."Aku penasaran di usia kamu begini kenapa belum menikah? Kita tidak berbicara tentang kawin karena pastinya sudah kamu rasakan." Lucas membuka suaranya yang membuat Fandi hampir tersedak salivanya sendiri "Apa ada sesuatu? Setidaknya kami harus tahu bagaimana pria yang dekat dengan Dona." Lucas menambahkan kata-katanya yang diangguki Fandi."Selingkuh," jawab Fandi dengan satu kata yang membuat semua memandang kearahnya "Pacarku selingkuh dan hamil anak pria itu, pria yang sayangnya adalah kakak aku sendiri.""APA!?"Suara teriakan terdengar, tidak hanya dihadapan Fandi tapi seseorang dibelakangnya. Fandi membalikkan badan mendapati para orang tua berada tidak jauh dari tempat mereka dan sepertinya akan bergabung bersama
Dona memejamkan matanya saat mengatakan statusnya pada Fandi, tidak berani menatap reaksi Fandi yang sudah tahu tentang statusnya. Sentuhan di tangan membuka mata Dona, tatapan hangat dan lembut diberikan Fandi yang membuat jantungnya seketika berdetak kencang."Apa kamu trauma dalam hubungan?" Fandi bertanya dengan nada lembutnya."Sedikit," jawab Dona tanpa keraguan "Banyak hal yang terjadi pada pernikahanku, sempat membuat ketakutan dalam menjalin hubungan.""Sekarang? Masih takut?" Dona mengangkat bahunya "Kamu sudah mencoba dengan pria lain?" Dona menganggukkan kepalanya sedikit ragu "Hasilnya?""Tidak bagus," jawab Dona sebenarnya, Fandi mengerutkan keningnya "Kami berdua pada saat itu sama-sama kehilangan, tanpa ikatan hanya menuntaskan hasrat dan aku setuju sampai akhirnya dia memutuskan menikah dengan cinta pertamanya." Fandi menganggukkan kepala mendengar cerita Dona, menunggu reaksi Fandi setelah mendengar ceritanya "Apa akan menjadi ma
Fandi bernapas lega masalah limbah rumah sakit telah selesai, tidak hanya itu saja beberapa kontrak telah diubah sesuai dengan undang-undang dan pastinya kesepakatan bersama. Dona hanya bisa mengapresiasi kerja Fandi sejauh ini, harapannya adalah tidak menempatkan Fandi di hotel, sudah cukup dirinya melihat Naila di rumah sakit dan pastinya tidak ingin melihat Irwan di hotel."Kerjamu bagus juga," ucap Dona dengan nada bangganya "Ayah nggak salah dalam menilai orang.""Aku harus membuktikan pada keluargamu, nama firma dan pribadi menjadi taruhannya." Fandi mengatakan dengan penuh semangat.Dona menganggukkan kepalanya mendengar kata-kata Fandi yang memang benar adanya, tes yang diberikan ayahnya memang memiliki banyak tujuan dan Dona tidak menyalahkan apa yang dikatakan Fandi."Selanjutnya kita kemana?" pertanyaan Fandi membuyarkan lamunan Dona."Aku belum tahu, Lucas dan Endi juga belum mengatakan apa-apa." Dona mencoba mengingat pertemu