"Dia kepala rumah sakit, dokter jantung anak. Sayangnya adalah saudaraku yang juga adiknya Lucas yaitu Jimmy. Mereka bertiga sahabat Jimmy yang setia kemanapun pergi." Dona menjelaskan secara detail tanpa ada yang terlewat, Fandi hanya menganggukkan kepalanya.
Mengikuti langkah Dona dalam diam, tidak mengeluarkan sama sekali. Keempat dokter berhenti di lift yang berbeda, meninggalkan mereka berdua yang masih belum mengeluarkan suara sama sekali. Fandi menatap Dona yang sibuk dengan ponselnya, melihat itu yang Fandi lakukan hanya menggelengkan kepalanya. Pintu lift terbuka tidak lama kemudian, menatap kearah dimana Dona yang keluar dengan langkah pelan Fandi melakukan hal yang sama."Selamat datang, Bu Dona.""Ibu Siena, ini Pak Fandi yang akan mempelajari semua tentang perjanjian di rumah sakit ini." Dona langsung memperkenalkan mereka berdua, Fandi mengulurkan tangan yang disambut Siena "Aku tadi ketemu Jimmy and the gank dibawah. Kalian nggak berangkat"Ya, menguji calonku." Dona langsung memotong perkataan Irwan "Fandi, dia calonku dan sementara akan berada disini untuk mempelajari sesuatu. Sayang, dia Irwan kepala chef di hotel kita dan sebelahnya Naila ini istrinya dan dia adalah pakar gizi rumah sakit dan staf khusus H&D Group." Dona menatap Fandi yang langsung mengulurkan tangannya pada mereka berdua."Apa kita akan banyak interaksi dengan mereka?" tanya Fandi dengan nada lembutnya.Dona menggelengkan kepalanya langsung "Pekerjaan kita tidak terlalu banyak berhubungan sama mereka." Dona menatap Naila yang tampak perutnya membesar "Hamil lagi?" Dona seakan ingin memukul bibirnya yang seketika lancang bertanya hal tidak penting."Nggak, mbak. Gemuk ini belum sempat ngurusin badan." Naila menjawab dengan wajahnya memerah."Kita duluan, Don." Irwan memutuskan untuk mengakhiri pertemuan mereka berdua "Mari, Mas."Tatapan Dona tidak lepas dari kedua pasangan, lebih tepatnya tatapan iri d
Pernyataan yang diberikan Fandi beberapa hari yang lalu secara tiba-tiba membuat Dona tidak bisa berkata banyak, hembusan napas lega saat kembali ke ruangan Siena memberikan banyak pekerjaan pada Fandi dan mereka fokus pada pekerjaan. Pembicaraan di taman tidak terbahas sama sekali, selain itu Dona harus bolak balik rumah sakit dan pusat."Aku kira kamu tidak kesini," ucap Fandi saat melihat Dona berada dalam ruangan bersama dengannya "Endi bilang tidak kesini karena mengurus hotel.""Aku tahu," ucap Dona singkat dan kembali sibuk dengan pekerjaannya "Apa saja yang sudah kamu lakukan atau dapatkan?" Fandi mengerutkan keningnya "Apa aku juga harus laporan ke kamu?""Secara garis di perusahaan Singapore jawabannya adalah ya. Disini juga sama, makanya ketika kamu mengirim email diminta untuk cc ke beberapa itu." Dona menjelaskan tanpa menatap Fandi.Fandi menghembuskan napasnya "Baik, aku akan kirim progress harian."Dona hanya ing
Dona tidak tahu keputusan yang diambil benar atau tidak, tapi bukankah untuk membuka sesuatu yang baru harus memulainya bukan diam saja. Keputusan yang benar-benar gila sudah diambil Dona dan tidak bisa mundur sama sekali, perkenalan dengan Fandi baru terjadi beberapa minggu dan dengan cepat memilih untuk memulai hubungan lebih dalam."Kamu ada acara apa?" tanya Fandi membuyarkan lamunan Dona."Paling pulang ke rumah, kenapa? Mau ajak kemana?" "Belum kepikiran sama sekali. Kamu mau kemana? Apa kita bisa ke tempat saudaramu yang mencoba makanan sehat?" Fandi menatap harap pada Dona yang terdiam."Cafe menu sehat? Mau di cafe atau restorannya? Kamu nggak bosan dengan makanan sehat?" Fandi menggelengkan kepalanya "Aku kira bakal bosan.""Rasanya tidak terlalu buruk, jadi untuk merayakan kita yang pertama kali jadinya lebih baik kita melakukan dengan makan." Dona menatap tidak percaya dengan kalimat yang keluar dari bibir Fandi "Apa kamu bis
"Kita kemana?" tanya Dona ketika mereka didalam mobil sambil menatap sekitar."Kencan." Fandi menjawab singkat dengan fokusnya tetap ke jalan "Kencan pertama kita."Dona hanya tersenyum dengan tatapan menggoda "Kita resmi sekarang jadinya?" "Menurutmu? Jelas kita sudah berhubungan, kamu sudah memberikan jawaban." Fandi memberikan ekspresi kesal pada pertanyaan Dona, suara tawa terdengar keras "Kenapa malah ketawa?" "Kamu ternyata lucu juga." Fandi berdecak pelan mendengar perkataan Dona "Jadi kita kencan dimana?""Cafenya Naila, aku sudah reservasi tadi melalui dia."Dona seketika terdiam mendengar jawaban Fandi, dirinya melupakan suatu hal yang dikatakan Fandi saat di ruangan. Mendatangi cafe yang dipegang Naila tidak pernah ada dalam bayangan Dona, walaupun hubungan mereka baik-baik saja tetap saja belum bisa melakukan secara langsung."Kita di cafe mana?" tanya Dona sedikit penasaran."Cafe yang masuk dalam
Perkataan Fandi tidak ada yang salah, hanya saja Dona merasa semuanya akan terasa sangat cepat. Dona belum siap dengan hubungan lebih dalam, hubungan intim yang takutnya mengingatkan atas apa yang dilakukan mantan suaminya. Dona belum bisa menghilangkan bayangan mantan suaminya dan juga cara Irwan yang mengobati luka batinnya ketika berhubungan intim."Kenapa diam? Ada yang salah dari kata-kataku tadi?" suara Fandi terdengar khawatir, membuyarkan lamunan Dona yang seketika menggelengkan kepalanya "Memikirkan apa?""Kita pulang kemana?" tanya Dona menatap sekitar dengan ekspresi sedikit takut."Apartemen." Fandi menjawab dengan tetap fokus pada keadaan jalan "Kamu keberatan?" "Apa kita akan...""Kamu memikirkan kata-kata tadi di cafe? Aku tidak akan melakukan jika kamu nggak mau dan siap. Hubungan intim pastinya harus dari dua belah pihak yang saling menikmati, kalau salah satu tidak menikmati itu namanya pemaksaan." Fandi berkata tetap t
"Pak Fandi kemana?" tanya Siena saat masuk kedalam ruangan dengan matanya menatap sekitar "Aku hubungi dan cari nggak ketemu.""Bukannya sama kamu?" Dona menatap bingung yang hanya dijawab Siena dengan gelengan kepala "Dia nggak ada omongan sama sekali, memang ada yang penting?""Hari ini harusnya membahas tentang limbah, kontrak perjanjian dengan perusahaan yang mengelola limbah." Siena menjawab sambil menarik kursi depan meja Dona "Kalian sudah jadian?" Dona mengerutkan keningnya "Mas Leo bilang aura kamu berubah.""Leo sok tahu," bantah Dona langsung "Leo nggak tahu apa-apa, jangan dipercaya.""Azka juga bilang hal yang sama kalau aura kamu berubah," lanjut Siena tanpa bersalah "Kamu hubungi Fandi, ingetin aja kalau ketemuannya jam sepuluh.""Aku perlu ikut?" Siena menganggukkan kepalanya "Buat apa?""Laporan sama Mas Bima." Siena mengatakan dengan nada tegasnya "Fandi kapan hari terlihat bicara sama Naila, aku nggak tahu bica
"Kamu benar akan melakukan itu?" tanya Jimmy memastikan kembali keputusan Fandi setelah perusahaan pembuangan limbah keluar ruangan "Memang sudah mendapatkan pengganti? Agak sulit mencari pengganti.""Aku mempelajarinya semalam dan saat tadi melihat di lapangan baru aku menyadari sesuatu, kita bisa buka semacam kompetisi buat perusahaan." Fandi menjawab santai yang membuat Jimmy dan Siena saling pandang."Kalau melakukan itu akan memakan waktu, banyak hal yang harus diperhatikan. Pembuangan limbah rumah sakit tidak mudah dan biasanya juga tidak banyak yang melakukannya." Siena membuka suaranya."Aku tadi menghubungi beberapa barangkali bisa dijadikan refrensi, lagian mereka pasti akan mengubah sesuai dengan apa yang aku katakan. Tidak banyak yang mau melepaskan kesempatan besar kerjasama dengan H&D Group." Fandi mengatakan dengan penuh percaya diri."Sayangnya mereka tidak tahu jika rumah sakit ini masuk dalam bagian H&D Group," ucap Siena yang me
"Nggak salah aku diundang ke rumah pemilik perusahaan?" tanya Fandi memastikan apa yang di dengarnya, Dona menganggukkan kepalanya "Kapan? Aku harus pakai apa?"Dona hanya bisa memutar bola matanya malas mendengar pertanyaan Fandi "Pakaian biasanya saja, mereka juga nggak melihat harga pakaianmu.""Tapi...buat apa mereka mengundang aku? Apa kamu sudah memberitahukan hubungan kita?" Fandi memberikan tatapan penuh selidik, menundukkan kepalanya agar bisa melihat Dona lebih dalam "Kamu kasih tahu hubungan kita? Bukankah hubungan ini baru beberapa...""Bukan, mereka hanya mau tahu tentang pria yang dekat sama aku. Semua itu gara-gara omongan abang, Lucas maksudnya karena mulutnya terlalu lemes buat bicara." Dona menjawab segala kenyataan."Apa perlu aku ajak kamu ke rumah? Mengenal keluargaku?" Fandi masih setia menatap Dona "Aku mengenal keluargamu tapi kamu belum mengenal keluargaku sama sekali, lebih tepatnya baru bertemu mereka sebentar, jadi apa