Menjadi sempurna bukanlah keinginan Angel. Dia memang terlahir dengan berbagai kemudahan dalam hidupnya. Itu adalah takdir, siapa yang bisa menentang? Kalau pun ada yang mau protes, gadis itu selalu mempersilakan mereka untuk bertanya pada Tuhan. hidup bergelimang harta, keluarga bahagia, dan memiliki paras rupawan bak putri raja. Dunia memujanya, teman-teman satu strata bertaburan di sekeliling gadis itu. Menjadikannya gadis paling berkelas di Universitas Nethern. Salah satu universitas tersohor di Ibu Kota Athasian.
Semua barang dan pakaian yang tersemat pada tubuh Angel berasal dari berbagai merek terkenal dunia bahkan edisi terbatas. Tidak heran di mana dan ke mana pun gadis itu berpijak maka seluruh perhatian akan tertuju hanya padanya. Tidak ada yang lain. Meski terkenal sombong dan angkuh, begitu banyak pria yang mengantre dan berharap bisa mendapatkan hati Angel. Setiap hari mereka berlomba-lomba untuk mencuri perhatian dengan melakukan apa saja, asal Angel merasa senang. Tidak terkecuali jika mereka harus mempermalukan dirinya sendiri di depan umum.
Angel memiliki kebiasaan kejam yang sudah menjadi tradisi di kampus itu. Setiap ada orang yang menyatakan perasaan pada Angel maka orang itu harus bersedia menerima dan melakukan apa pun yang diperintahkan Angel sebagai syarat penerimaan cinta. Syarat yang diajukan biasanya berupa ujian-ujian mental yang mengharuskan korbannya melakukan tindakan memalukan yang mungkin bisa mereka sesali seumur hidup. Misalnya, Thomas yang menerima tantangan untuk buka baju di lapangan kampus dan melukis perutnya dengan gambar monyet yang sedang memegang baner bertuliskan "I love you", atau Alland yang diminta untuk berpakaian wanita dan menari-nari tak jelas di sepanjang koridor kelasa. Ada lagi yang terparah Henry, Angel meminta pria itu untuk bersujud seharian di tengah lapang pada cuaca dingin dan baru boleh berdiri ketika jam kuliah Angel selesai. Padahal ketika itu, Angel baru pulang pukul sepuluh malam dan Henry total bersujud menanti gadis itu selama delapan jam lamanya.
Beberapa orang menganggap tindakan Angel sudah benar-benar keterlaluan, namun tidak ada yang berani membantah apalagi melawannya. Civitas akademisi Nethern University pun seolah-olah buta dan tuli terhadap tindakan semena-mena Angel. Gadis itu merupakan putri kesayangan tuan Adam Lee. Pengusaha sukses yang merangkap sebagai donatur utama kampus tersebut. Sekalipun Angel kerap berbuat onar dan melakukan sesuatu yang tidak pantas. Gadis itu selalu bebas dari hukuman yang membuatnya semakin tidak mengenal tenggang rasa atau iba.
Bagi Angel, semua yang dia lakukan adalah hiburan terasyik dalam hidupnya yang membosankan. Aneh memang, di tengah kehidupan bak dongeng kerajaan, gadis itu masih bisa merasa kesepian. Angel adalah anak tunggal, dia juga tidak dekat dengan keluarga dari ayah atau almarhum ibunya. Terlebih Adam Lee memilih untuk hidup sendiri pasca ibu Angel meninggal saat Angel masih duduk di bangku kelas dua SMA. Atas permintaan Adam, sepupu-sepupunya sudah mencoba berbagai cara untuk mengakrabkan diri dengan Angel, kebetulan usia Renata dan Hena tidak terpaut jauh dengan Angel.
Sayangnya, Angel selalu menolak itikad baik itu. Parahnya, terkadang gadis angkuh itu malah mengejek saudara-saudaranya. Menuduh mereka mendekati Angel hanya demi tujuan tertentu. Mereka tidak benar-benar tulus ingin berteman dengan Angel. Sekadar hanya ingin numpang eksis dan memanfaatkan kepopuleran Angel agar mereka tampak sekelas dengan gadis berusia 21 tahun itu.
"Aku harap kau bisa datang ke pesta ulang tahunku, Angel. Adik dan teman-temanku adalah penggemar beratmu. Mereka sering membeli majalah-majalah bisnis yang menampilkan potret keluargamu. Adikku bahkan menjadi follower setiamu di i*******m. Cita-citanya mau jadi selebgram sepertimu," papar Alessa, mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi tingkat dua.
Gadis itu awalnya ragu untuk mengundang ratu kecantikan kampus Nethern untuk datang ke acara ulang tahunnya yang terlampau biasa, jauh dari kata berkelas. Tapi, dia juga tidak ingin mengecewakan adik perempuannya. Alessa sudah berjanji akan mengajak Angel untuk datang.
"Apa aku mengenalmu?" sahut Angel dengan wajah dingin. Responnya kentara terganggu karena Alessa tiba-tiba menghadang langkahnya yang hendak menuju kelas.
"Aku Alessa, kita pernah sekelas di mata kuliah Mr. Gerald semester lalu. Waktu itu kita juga sempat satu kelompok dalam tugas akhir, aku yang kau hubungi untuk menyusun salindia presentasi," jelas Alessa masih penuh semangat dan menggebu-gebu antuisas.
"Ah, benarkah, tapi maaf aku tidak punya waktu untuk datang ke acaramu."
Angel hendak beranjak namun Alessa kembali mencegatnya.
"Kumohon datanglah walau hanya sebentar. Adikku benar-benar ingin bertemu denganmu. Itu permintaan terakhirnya. Dia sangat mengidolakanmu."
"Aku tidak pernah mau datang ke acara yang tidak ingin kuhadiri. Sampai sini kuharap kau mengerti," tegas Angel sambil lalu diikuti kedua temannya yang tampak tersenyum meremehkan ke arah Alessa.
"Tapi Angel adikku—"
"Aku tidak peduli dengan adikmu! Terserah itu kesempatan terakhirnya atau apa aku tidak peduli. Kenal saja tidak kenapa aku harus repot menemuinya. Pergi dari hadapanku sekarang atau akan kubuat kau menghilang dari kampus ini selamanya."
Sorot mata Angel teramat tajam menusuk, membuat nyali Alessa menciut putus asa. Sakit hati jelas dia rasa, namun tak dipungkiri Alessa pun cukup mawas diri untuk tidak memaksakan kehendak. Dia sudah membayangkan konsekuensi dari tindakannya. Alessa pun sudah memprediksi setiap kata-kata pedas yang akan dilontarkan si ratu tega itu. Tapi, entah mengapa rasanya hati Alessa begitu hancur sekarang.
Dua orang pria memperhatikan aksi kepongahan Angel dari lantai dua. Satu pria memandang lurus ke bawah dengan ekspresi datar. Sementara pria lain sedang ternganga sambil geleng-geleng kepala melihat perilaku Angel yang benar-benar mirip nenek sihir.
"Kira-kira kapan dia akan tobat? Tidak bosan apa setiap hari menyakiti hati orang? Astaga, Angel benar-benar manusia berhati iblis. Keputusanmu menolak cintanya sangat tepat, Jay. Kau pantas mendapatkan gadis yang seribu kali lebih baik darinya."
Karel terus saja mengoceh; mengeluarkan keluh kesahnya terhadap tindakan Angel. Sementara yang diajak bicara tak memedulikannya sama sekali. Dia lebih tertartik menumbuk perhatian ke bawah sana. Pada tiga orang gadis yang masih bisa melenggang percaya diri setelah menghakimi perasaan gadis lainnya.
Bersambung
Kesalahan terbodoh yang seharusnya tidak Angel lakukan adalah berharap pada manusia. Dia tidak menyangka bahwa perasaan yang kata orang sangat indah untuk dikisahkan justru terasa menyesakkan untuknya. Penolakan itu sudah berlalu sejak dua pekan lalu namun bayang-bayang bagaimana sikap dingin Jaydan padanya masih menyisakan luka yang basah. Gadis itu belum pernah ditolak sebelumnya, dia tidak mengerti mengapa Jaydan bisa mengabaikannya di saat laki-laki lain sibuk berlomba untuk bjsa berdiri di samping gadis 21 tahun itu.Malam pasca penolakan Angel bahkan bertanya-tanya pada dirinya sendiri di cermin, apa kekurangan Angel? Apa yang tidak dia miliki sampai tak sedikit pun Jaydan bersedia meliriknya. Apakah Angel memang tidak semenarik itu di matanya atau memang Jaydan saja yang bermasalah. Entah otaknya rusak atau apa, yang jelas laki-laki itu sudah membuat kesalahan besar karena lancang tak mau menerima cinta Angel.Langit mulai menggelap ketika senja mengantar
Sebenarnya Angel tidak mengerti bagaimana cara menunjukkan perasaan cinta seperti yang ayahnya perintahkan. Apakah dia harus menempel pada Jaydan dengan tidak tahu malu, atau mengirimi lelaki itu makanan seperti yang sering dilakukan laki-laki lain terhadapnya, atau mengajaknya berkencan seharian di tempat indah? Angel tidak tahu. Dia tidak biasa mengajak seorang pria berkencan karena selama ini selalu dia yang diajak. Angel tidak pernah menjadi pihak yang menginginkan, dia selalu diinginkan. Ini kali pertama baginya dan itu tidak mudah terlebih setelah penolakan yang dia dapat. Adam bilang, Angel bisa memulainya dari hal-hal kecil seperti mencari tahu apa yang Jaydan sukai lalu berikan hal itu padanya. Katanya begitu, tapi Angel tidak mau terlihat ngebet jika harus mencari tahunya sendiri. Oleh karena itu, dia memerintahkan seseorang untuk mencari tahu hobi dan kegemaran Jaydan. Tadi siang Angel sudah mendapat laporan tentang hal itu, dan saat ini gadis yang rambut panj
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ Angel menutup buku kuliahnya dan segera membenahi barang-barangnya untuk bersiap keluar kelas. Mata kuliah terakhir sebelum jeda satu jam baru saja berakhir. Tidak ada rencana khusus selama jeda kuliah. Michelle dan Austin mengajaknya untuk makan siang di luar kampus namun gadis itu menolak karena dia sedang malas ke mana-mana. Walaupun belum ada tujuannya yang jelas Angel tetap memutuskan untuk meninggalkan kelas. Baru saja keluar, dia sudah dihadang oleh seorang pria tampan yang menunjukkan senyum lebar sampai gigi putihnya terlihat. Angel membeliakkan mata, tampak tidak senang dengan kehadiran pria itu. "Siang, Cantik, mau pergi makan siang denganku hari ini?" tawar pria itu. "Tidak." "Ayolah, kemarin kan aku sudah memenuhi keinginanmu untuk menjahili Stella, kenapa kau masih menolakku. Katanya imbalannya aku bisa kencan denganmu kapan pun selama satu minggu." "Teruslah bermimpi sampai du
Musik keras menghentak-hentak gendang telinga Angel. Satu jam lamanya dia menenggelamkan diri dalam keramaian kelab malam bersama kedua temannya. Austin dan Michelle tengah asyik berdansa dengan pria yang baru saja mereka temui di tempat itu. Meliuk-liukkan badan mengikuti irama musik sambil sesekali berpagutan bibir dan bermesraan tak kenal malu. Hal semacam itu memang sudah lumrah terjadi di tempat ini. Michelle dan Austin bahkan sering one night stand dengan pria yang sama sekali tidak mereka kenal. Hanya bersenang-senang satu malam tanpa memedulikan kehormatan dan juga martabatnya sebagai perempuan baik-baik yang sudah hilang entah sejak kapan. Pastinya, jauh sebelum Angel mengenal mereka, kedua wanita itu memang sudah menjalani kehidupan seperti ini. Untungnya, meski mereka berteman baik tapi Angel tidak pernah tertarik untuk mengikuti gaya hidup kedua temannya dalam urusan percintaan. Cukup menjadi perempuan kejam saja sudah membuatnya bahagia. Rasanya Angel tida
Sejujurnya Jaydan bukan tidak menyesal sama sekali atas perkataan kasarnya kemarin. Dia ingin meminta maaf pada Angel namun bingung bagaimana memulainya. Terlebih gadis itu selalu menunjukkan sikap dingin dan tidak bersahabat ketika berpapasan dengan Jaydan. Sekarang pria itu dengan polosnya menyusuri setiap sudut kampus yang mungkin didatangi Angel hanya karena hasutan Karel yang memintanya untuk segera minta maaf. Awalnya pria ceria nan cerewet itu memang berjanji menemaninya menemui Angel meski dengan sedikit paksaan. Sayangnya, Karel tiba-tiba dipanggil ke ruang dekan dan itu membuat pria jangkung itu bersorak senang. Dia lebih memilih menghadap dekankillerdibandingkan menyaksikan amukan Angel. Alhasil di sinilah Jaydan sekarang, dia harus keluar jauh dari area kelasnya di lantai dua untuk berkeliling d
Ask Dad for Dinner Satu pekan berlalu, akhirnya Naina sudah diizinkan pulang dari rumah sakit. Ini hari terakhirnya dan dia sedang mempersiapkan kepulangannya dengan dibantu Jaydan dan Karel. Sejak insiden mengerikan pekan lalu, dua lelaki itu memang terbilang cukup sering menjenguk Naina. Ada sekitar tiga sampai empat kali, tepatnya Karel membersamai Jaydan menjenguk Karel sebanyak tiga kali, sementara satu harinya hanya Jaydan sendiri yang datang ke sana. Tentu hal itu membuat Naina senang. Jaydan sangat perhatian padanya sampai rela menyisihkan sedikit waktu untuk menemaninya di rumah sakit selama masa perawatan. "Kamu yakin sudah baik-baik saja, Nai, itu kepala masih sakit tidak?" tanya Karel berdiri di dekat lemari es setelah mengambil minuman dingin dari tempat tersebut.
Sehari update berkali-kali, parah, sih!Semoga kalian bacanya gak nabung bab ya, dan tetap kasih apresiasi di setiap bab, thank youuu😘 *** Behind Her Tears Angel bergegas keluar lab komputer dengan cepat begitu kelas selesai, ia bahkan tak memedulikan panggilan Michelle dan Austin yang bertanya hendak ke mana gadis itu pergi atau mereka yang ingin Angel menunggu agar bisa keluar bersama. Tidak bisa, Angel tidak ingin terlambat satu detik pun untuk momen langka yang sulit ia dapatkan di hari-hari biasa. Gadis itu menuruni tangga dengan semangat, senyumnya sedikit terangkat meski tidak terlalu lebar. Entah mengapa dia begituexcitedtentang ajakan makan malam ini. membayangkan dirinya bisa menghabiskan waktu panjang sambil mengobrol santai denga
Satu pekan berlalu sejak pertemuan Jaydan dan Angel hari itu. Pertemuan paling membekas dari semua pertemuan yang pernah terjadi di antara keduanya. Setidaknya begitulah menurut Jaydan. Sejak hari itu, Jaydan tidak pernah melihat Angel wara-wiri di kampus. Gadis itu seperti hilang ditelan bumi. Jaydan penasaran namun tidak memiliki cukup keberanian untuk menanyakan kabar Angel kepada dua teman dekatnya, Michelle dan Austin. Lelaki itu menopang dagunya sambil terus membuka lembar demi lembar buku yang dia ambil secara asal dari rak di seberang sana ketika pertama masuk ke perpustakaan. Pria itu tidak datang sendiri, dia ditemani Naina. Memang gadis itulah yang mengajak Jaydan ke sana, katanya Naina ingin minta bimbingan sang senior dalam mengerjakan salah satu tugas mata kuliah yang belum dia pahami. Memang pada dasarnya Jaydan orang baik jadi lelaki itu menyetujui permintaan Naina tanpa ragu. Sayangnya, konsentrasi Jaydan tidak terkumpul penuh di ruangan itu. Isi kep
Semuanya masih terasa seperti mimpi bagi Angel. Ujian hidupnya sungguh berat dan dia takjub pada dirinya sendiri karena bisa kuat dan bertahan sampai detik ini. Detik di mana ia bisa mengulang semua adegan demi adegan kehidupannya yang tak menyenangkan hanya dalam ingatan dan kenangan. Mendapat penolakan Jaydan di awal cerita, kehilangan sang ayah, dibenci semesta, berseteru dengan sahabat dan keluarga, bahkan sampai mendapat teror pembunuhan oleh dua orang gila yang dibutakan obsesi dan dendam kesumat.Ujian-ujian itu sungguh berat ketika dijalani namun ketika Angel berhasil melewatinya hanya tersisa perasaan lega terlepas dari hasilnya yang baik atau sebaliknya Angel tidak peduli. Dari semua kejadian yang menimpanya, Angel belajar banyak hal baru. Tentang rasa saling menghargai, pentingnya mempercayai seseorang, persahabatan yang tulus, pentingnya dukungan keluarga. Hal-hal sederhana yang tanpa sadar mampu menjadi penangkal berbagai masalah buruk dalam hidup.Memang
Tubuh Angel menghantam lemari sampai bergetar. Punggungnya terluka terkena pecahan kaca. Gerry terus melakukan serangan bahkan ketika Angel sudah tak berdaya karena lemas. Darah keluar sari telapak tangannya yang tersayat pecahan kaca.“Mati kau Angel Lee!” teriak Gerry siap menginjak bagian dada Angel.Sayang, sebelum aksinya berhasil sebuah tendangan mendarat di punggungnya dan Gerry pun tersungkur. Jaydan pelakunya, dia datang di momen yang tepat.“Angel,” cicit Jaydan khawatir, ia membantu kekasihnya untuk berdiri.Sementara Karel langsung melepaskan jaketnya dan menutupi bagian atas Alessa yang compang-camping. Amarah Karel mendidih, dia ingin melenyapkan Gerry dengan segera namun sekarang yang terpenting adalah Alessa. Lelaki itu ingin memberikan ketenangan dan kenyamanan untuk sang kekasih.“Kamu tunggu di sini,” kata Jaydan lagi setelah menyisihkan Angel ke tempat yang aman.Tatapan nyalang tak ter
Di tangan Naina ada sebuah boneka beruang yang cukup lucu. Ia mendekati Angel seraya memamerkan senyum mengerikan ala psikopat yang ada di film-film thriler. Tangan satunya lagi memegang belati yang masih berlumuran darah Moca. Darah Angel mendidih detik itu juga, ia ingin berontak tapi waswas Naina menyerangnya dengan benda tajam itu."Kak Angel, kau mau tahu tidak bagaimana caraku menganiaya kucing kesayanganmu?" tanya Naina dengan suara dibuat seramah mungkin."Pertama, aku tangkap dia seperti ini," katanya sambil mencekik leher boneka beruang."Lalu dia mengeong kesakitan, aku yakin kau pasti menangis guling-guling kalau melihatnya. Setelah itu, aku sayat lehernya begini!"Sret!Suara robekan terdengar begitu nyata, Angel membayangkan boneka itu adalah Moca. Napasnya tiba-tiba sesak, dia tidak sanggup mendengar kelanjutan cerita Naina."Setelah itu aku tusuk bagian perutnya sampai seluruh jeroannya keluar seperti ini."Naina mengh
Tangan kanan Gerry menangkup pipi Angel sekuat mungkin, “Tidak usah berlaga bodoh, Angel Lee. Aku muak melihatnya! Ayo jawab, di mana kau melihat Antonio mati, hm?”“Apa urusanmu? Kenapa kau ingin tahu hal itu?”“Aku? Aku bukan siapa-siapa, hanya seorang anak malang yang harus kehilangan ayah terkasihnya karena monster kejam seperti ibumu. Antonio itu ayahku, Angel Lee, dan ibumu merenggut nyawanya dengan sadis tepat di depan matamu. Kau ingat sekarang, hah?!”Gerry mendorong kepala Angel sampai membentur lantai, Alessa memekik—ingin membantunya tapi tak bisa karena kedua tangannya terikat. Alhasil Alessa hanya bisa menangis sambil memohon ampun pada Gerry.“Kau dan ibumu sama-sama perempuan monster, Angel Lee! Kenapa kau masih hidup, hah? Akan lebih baik jika orang-orang seperti keluargamu mati cepat dan berkumpul di neraka! Tebus semua dosa kalian selamanya!”Angel menangis, dia ingat kejadian
Penculikan ini terjadi beberapa saat lalu, tepatnya saat senja menghilang dan langit menggelap. Angel dan keluarga Alessa tengah bersiap menutup kedai. Para pengawal pun terlihat masih setia menanti nonanya di depan sana. Tepat pukul delapan persiapan untuk pulang sudah selesai. Ibu dan adik Alessa naik ke mobil lebih dulu sedangkan Alessa dan Angel keluar terakhir karena harus mengunci kedai terlebih dahulu.Tersisa dua pengawal yang masih menunggu Angel, tiba-tiba gerombolan pria berpakaian hitam berdatangan. Jumlahnya cukup banyak, mungkin ada sepuluh sampai lima belas orang. mereka memukuli pengawal Angel dan langsung menyeret Angel dan Alessa ke mobil. Pengawal yang sebelumnya sudah masuk mobil mencoba melawan namun mereka kalah jumlah dari kumpulan gangster itu.Sepanjang perjalanan Angel dan Alessa berontak, mereka baru diam ketika sang penculik membius keduanya sampai tak sadarkan diri. begitu membuka mata Angel sudah berada di sebuah bangunan yang membawa memo
“Di mana Angel?” tanya Jaydan berusaha mengatur napas dan amarahnya, dia tidak ingin terlihat terpancing oleh Naina.“Dia ada di depanku bersama si cupu, temannya yang sangat loyal. Kakak ingin mendengar suara mereka?”“Argh, sakit ...,” ringis Alessa, Karel yakin itu suara kekasihnya.Dia mendekat pada Jaydan—langsung memaki tindakan Naina.“Berengsek! Kau apakan kekasihku, hah?!”Karel lebih emosional dibanding Jaydan, hatinya sakit mendengar jerit kesakitan Alessa di sana.“Aw, rupanya kau sudah jadi kekasih si Cupu, kak Karel. Aku tidak melukainya kok, kau tenang saja. kami hanya sedikit bermain-main. Di depanku sekarang sudah ada tali tambang, bensin, dan pisau tajam yang kugunakan untuk mencabik tubuh kucing kesayangan Angel. Kira-kira kau dan kak Jaydan ingin kami memainkan benda yang mana?”“Sekali kau sentuh Alessa, kau akan mati di tang
Karel tidak mengerti mengapa Jaydan mengajaknya pergi ke kampus malam-malam di saat suasana dan aktivitas penghuninya mulai berkurang. Jelas saja, ini malam hari dan sedang dalam masa libur semester juga. Sudah pasti suasana malamnya tidak akan seramai malam-malam masa sebelum liburan. Karena penjaga sekolah sudah sangat dekat dengan Jaydan, ditambah ayah lelaki itu adalah rektor di sana jadi penjaga pun mengizinkan Jaydan dan Karel untuk mengakses sekretariat BEM dengan mudah. Jaydan memeriksa loker anggota yang tidak dikunci dan laci-laci di lemari tempat menyimpan berkas.“Sebenarnya apa yang kau cari, Jay? Katakan padaku agar aku bisa membantumu. Kalau begini kan aku bingung harus mencari apa.”“Buku catatan milik Gerry, aku ingat pernah melihatnya di ruangan ini,” jawab Jaydan sambil terus mencari tanpa henti.“Buku catatan Gerry? Kenapa kau mencarinya?”Jaydan menjeda aksinya sejenak, Karel ini memang tipika
Angel menghubungi beberapa pengacara keluarganya untuk mengurus kasus teror yang kemarin dia dapat. Laporan terhadap pihak kepolisian pun sudah dilakukan sebagai bentuk kewaspadaan. Ditakutkan ada serangan lain yang Angel dapatkan, alhasil kini kediaman Angel benar-benar dilindungi oleh beberapa petugas polisi dan ada pengawal pribadi juga yang dia sewa.Gadis itu akan memastikan keselamatan dirinya dan keluarga Alessa terjamin selama mereka tinggal bersama di kediaman mendiang Adam Lee. Cukup hanya Moca saja yang menjadi korban, Angel tidak ingin kehilangan sesuatu atau sosok yang dia sayangi lagi. Dia bersumpah tidak akan memaafkan manusia biadab itu siapa pun pelakunya.“Bagaimana Al, kamu sudah menemukan tanda-tanda orang mencurigakan yang terekam kamera cctv?” tanya Angel, ia dan Alessa sedang sibuk memeriksa hasil rekaman cctv dan black box mobil yang terparkir di sekitar kediamannya ketika kejadian pembantaian terhadap Moca terjadi.Sejauh ini
Di sebuah ruangan gelap dan lembap seseorang tengah tersenyum puas mengingat hasil kerjanya yang pasti berhasil membuat geger di rumah Angel. Orang itu duduk di sebuah sofa sambil menyelonjorkan kakinya ke atas meja. Semua rencana yang dia atur benar-benar berjalan dengan baik. Tidak ada satu pun yang mencurigai dirinya sebagai pelaku kejahatan terhadap Angel. Berbulan-bulan dia membuat hidup Angel menderita dan rasanya itu belum cukup. Orang itu tidak akan berhenti sebelum Angel benar-benar mati seperti orang yang dia sayang dulu. Kalau bukan karena ibu gadis iblis itu, mungkin dia tidak akan kehilangan ayah tercintanya.Clek!Suara pintu yang terbuka terdengar begitu nyaring di ruangan kedap suara itu. Gadis berhoodie hitam masuk sambil melepas topi dan maskernya. Dua barang itu dilempar tepat ke tong sampah yang ada di sudut ruangan. Dia duduk di samping sang lelaki setelah saling