Sebenarnya Angel tidak mengerti bagaimana cara menunjukkan perasaan cinta seperti yang ayahnya perintahkan. Apakah dia harus menempel pada Jaydan dengan tidak tahu malu, atau mengirimi lelaki itu makanan seperti yang sering dilakukan laki-laki lain terhadapnya, atau mengajaknya berkencan seharian di tempat indah? Angel tidak tahu. Dia tidak biasa mengajak seorang pria berkencan karena selama ini selalu dia yang diajak. Angel tidak pernah menjadi pihak yang menginginkan, dia selalu diinginkan. Ini kali pertama baginya dan itu tidak mudah terlebih setelah penolakan yang dia dapat.
Adam bilang, Angel bisa memulainya dari hal-hal kecil seperti mencari tahu apa yang Jaydan sukai lalu berikan hal itu padanya. Katanya begitu, tapi Angel tidak mau terlihat ngebet jika harus mencari tahunya sendiri. Oleh karena itu, dia memerintahkan seseorang untuk mencari tahu hobi dan kegemaran Jaydan. Tadi siang Angel sudah mendapat laporan tentang hal itu, dan saat ini gadis yang rambut panjangnya dibuat sedikit bergelombang itu sedang menanti kedatangan Jaydan untuk memberikan kotak berisi camilan yang sering lelaki itu makan.Gadis itu biasanya selalu melihat Jaydan di Green Roof, sebuah kawasan di kampus Nethern yang tampak seperti taman hijau di atas atap. Para mahasiswa biasanya menggunakan tempat itu untuk belajar bersama di kala senja, nongkrong-nongkrong santai, atau sekadar menikmati cuaca cerah seperti sore ini."Angel, di sini kamu rupanya, kami mencarimu sejak tadi hampir ke seluruh penjuru gedung," kata Michelle hiperbola.Mustahil dia mau mengitari gedung Nethern University yang teramat luas itu."Iya, kamu sedang apa sih, di sini?" timpal Austin tak habis pikir.Biasanya setelah kelas usai, tiga orang itu akan langsung keluar jalan-jalan, entah ke mall atau ke tempat lain yang menyenangkan."Tidak ada, aku hanya sedang menikmati udara di sini," dusta Angel terlalu malu untuk mengakui yang sebenarnya.Michelle dan Austin saling pandang, seperti tak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan Angel."Tumben sekali," seru Austin lagi lalu duduk di samping Angel.Gadis 21 tahun itu memejam jengkel namun ia tahan dan enggan memperlihatkan."Eh, apa itu?" Michelle menunjuk kotak makanan di pangkuan Angel.Austin segera mengambil bungkusan itu, mengeluarkan isinya, lantas membuka kotak makanannya."Wah, kue ikan!" pekik Austin girang."Itu untuk kami?" tanya Austin, Angel yang bingung harus jawab apa hanya mengangguk, terlalu malu mengatakan yang sebenarnya.Kue ikan adalah jajanan yang cukup terkenal di sana, rasanya manis dan berisi aneka rasa yang bisa dipilih sesuai selera. Mulai dari rasa kacang hijau sampai es krim aneka varian. Dinamakan kue ikan karena bentuknya menyerupai ikan koi yang lucu dan menggemaskan. Di dekat kampus Nethern ada kedai yang menjual makanan tersebut yang selalu ramai dikunjungi para mahasiswa karena rasanya yang super enak. Angel juga memesannya di sana.Pada akhirnya ketiga gadis itu menghabiskan waktu sekitar tiga puluh menit di sana. Mereka asyik mengobrol membahas ini dan itu, tapi Angel terlihat tidak banyak bicara. Sepanjang berada di sana, matanya tak berhenti menjelajah ke setiap sudut tempat--berharap maniknya bisa segera menangkap sosok yang sejak tadi dia tunggu. Dan benar saja, dari arah depan sana, Angel tak sengaja melihat Jaydan sedang berjalan memasuki are Green Roof. Senyumnya terukir tipis, akhirnya setelah penantian panjang, rindu Angel tersampaikan juga meski tidak langsung pada orangnya. Mungkin hari ini gadis itu tidak berkesempatan memberikan makanan ada Jaydan, tapi segini saja hatinya sudah lumayan senang. Namun kesenangan itu tidak bertahan lama saat menyadari bahwa Jaydan datang tidak sendiri.Ada seseorang di sampingnya, seorang gadis menyebaljan yang selalu bertingkah sok manis--menurut Angel--hanya untuk mencari perhatian Jaydan. Mereka duduk di salah satu spot dekat pepohonan rindang, tampak asyik mengobrol dengan akrabnya. Menimbulkan rasa iri yang tidak bias pada hati Angel. Jaydan tidak pernah bersikap seramah itu padanya. Setiap mereka tidak sengaja berpapasan, lelaki itu akan menunjukkan ekspresi dingin dengan sorot tidak suka. Betapa miris nasib Angel karena harus menyukai orang yang membencinya."Loh, itu bukannya Jaydan dan Naina, ya?" ujar Austin yang juga menyadari kehadiran dua orang itu."Benar, itu mereka. Cih, ternyata gosip itu benar, Jaydan menolakmu karena sedang pendekatan dengan Naina atau mungkin mereka sudah jadian?" gumam Mischell tanpa menyadari perubahan raut wajagmh temannya yng sudah bermuram durja.Austin menepuk lengan Mischell keras agar gadis bermata indah itu menyadari kesalahannya. Mischell pun langsung menutup mulut, sambil menepuk bibirnya."Sori Angel, aku tidak bermaksud menyinggung perasaanmu.""Tidak masalah, itu bukan urusanku,' tukas Angel dingin."Omong-omong selera Jaydan payah sekali, ya, kenapa dia lebih memilih Naina dibanding dirimu. Padahal kamu sepuluh kali lipat lebih baik dari Naina.""Karena dia buta," jawab Angel asal."Ha ha ha, benar, benar, si Jaydan itu matanya bermasalah sehingga menjatuhkan pilihan pada orang yang salah. Kanu tenang saja Angel, di kampus atau bahkan negara ini masih banyak laki-laki yang seribu kali lebih baik dan mereka menyukaimu."Angel tersenyum saja seolah dia setuju dengan pernytaan Austin. Lelaki hebat yang menyukai Angel memang banyak tapi hanya Jaydan yang gadis itu inginkan dan dia kesal karena tidak bisa mendapatkan apa yang dia mau. Angel berdiri cepat, tempat itu mulai terasa membosankan. Mischell dan Austin mengikutinya. Di tengah perjalanan, seorang gadis tak sengaja menabrak Angel. Gadis itu yang sedang kesal langsung menumpahkan amarahnya pada orang yang menabraknya itu."Kau taruh di mana matamu, hah?!" bentak Angel cukup keras sampai menarik perhatian beberapa orang di sana, termasuk Jaydan dan Naina."Maafkan aku Angel, aku tidak sengaja, kumohon maafkab aku," pinta orang itu ketakutan.Berurusan dengan Lee Angel atau Angel Lee adalah sesuatu yang buruk. Orang itu bisa jadi bulan-bulanan orang suruhan Angel selama satu bulan lebih kalau hal itu sampai terjadi."Setelah menabrakku, kau pikir semudah itu aku akan memaafkanmu? Kau mengotori bajuku dengan makanan sampahmu itu!"Angel sedang kesal, kejadian barusan semakin memantik amarahnya untuk berkobar kian besar. Pakaian mahalnya ternoda oleh saus cabai dari burger yang dibawa orang itu. Angel mengutuk orang itu karena makan sambil berjalan dan tak melangkah hati-hati. Menyebalkan sekali!"Demi Tuhan aku tidak bermaksud begitu Angel, aku mengaku salah, tolong maafkan aku.""Kau ingin mendapat maaf dariku?""Iya, aku ingin kau memaafkanku, Angel, tolong."Angel menyeringai iblis, "Cium kakiku!" titahnya kejam."Hah?" kaget orang itu."Uhhhh," sahut Mischell dan Austin bersamaan sambil saling pandang senang."Cium kakiku baru akan memaafkanmu."Orang itu menunduk, ia tampak bimbang di sela rasa takutnya."Kenapa, kau keberatan?""Ti-tidak Angel, aku ... aku akan mencium kakimu."Angel mengembangkan senyum, ia berdiri angkuh sambil mengulurkan satu kakinya."Lakukanlah!" titahnya.Orang itu mulai bersujud di depan Angel, ia menangis lalu membungkuk untuk mencapai ujung sepatu Angel dengan mulutnya. Sebelum hal itu benar-benar terjadi, tubuh orang itu ditarik kuat ke belakang, seseorang membimbingnya untuk berdiri dan dialah Jaydan."Pergilah," suruh Jaydan pada orang itu."Tapi ... Angel--""Biar aku yang urus, kamu boleh pergi," kata Jaydan tenang. Orang itu menunduk penuh terima kasih pada Jaydan, ia melirik Angel sebentar lalu pergi dari sana dengan tergesa."Siapa yang menyuruhmu mencampuri urusanku?" ketus Angel pada Jaydan."Aku tidak bermaksud ikut campur, hanya saja apa yang kau lakukan barusan sangat tidak pantas. Mana mungkin aku bjsa membiarkannya begitu saja.""Ahhh, kau sedang berusaha menjadi presiden mahasiswa yang baik? Ingin memakmurkan penduduk Nethern dengan murahan hatimu? Bijak sekali," puji Angel bernada sindiran."Berhenti mengusik orang-orang," larang Jaydan tegas."Mereka yang mengusikku lebih dulu.""Tidak ada yang mengusikmu, kau hanya bertindak semena-mena.""Aku berkuasa, dan itu hakku. Kau tidak berhak melarang!""Hhh, percuma aku bicara dengan manusia berhati batu sepertimu.""Jangan bicara padaku kalau begitu."Mata Jaydan berkilat kesal, ia lalu mengajak Naina beranjak dari sana. Meninggalkan Angel yang mematung. Pada akhirnya, lagi dan lagi, hanya sikap ini yang bisa Angel tunjukkan pada seseorang yang dia cinta.BersambunggΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ Angel menutup buku kuliahnya dan segera membenahi barang-barangnya untuk bersiap keluar kelas. Mata kuliah terakhir sebelum jeda satu jam baru saja berakhir. Tidak ada rencana khusus selama jeda kuliah. Michelle dan Austin mengajaknya untuk makan siang di luar kampus namun gadis itu menolak karena dia sedang malas ke mana-mana. Walaupun belum ada tujuannya yang jelas Angel tetap memutuskan untuk meninggalkan kelas. Baru saja keluar, dia sudah dihadang oleh seorang pria tampan yang menunjukkan senyum lebar sampai gigi putihnya terlihat. Angel membeliakkan mata, tampak tidak senang dengan kehadiran pria itu. "Siang, Cantik, mau pergi makan siang denganku hari ini?" tawar pria itu. "Tidak." "Ayolah, kemarin kan aku sudah memenuhi keinginanmu untuk menjahili Stella, kenapa kau masih menolakku. Katanya imbalannya aku bisa kencan denganmu kapan pun selama satu minggu." "Teruslah bermimpi sampai du
Musik keras menghentak-hentak gendang telinga Angel. Satu jam lamanya dia menenggelamkan diri dalam keramaian kelab malam bersama kedua temannya. Austin dan Michelle tengah asyik berdansa dengan pria yang baru saja mereka temui di tempat itu. Meliuk-liukkan badan mengikuti irama musik sambil sesekali berpagutan bibir dan bermesraan tak kenal malu. Hal semacam itu memang sudah lumrah terjadi di tempat ini. Michelle dan Austin bahkan sering one night stand dengan pria yang sama sekali tidak mereka kenal. Hanya bersenang-senang satu malam tanpa memedulikan kehormatan dan juga martabatnya sebagai perempuan baik-baik yang sudah hilang entah sejak kapan. Pastinya, jauh sebelum Angel mengenal mereka, kedua wanita itu memang sudah menjalani kehidupan seperti ini. Untungnya, meski mereka berteman baik tapi Angel tidak pernah tertarik untuk mengikuti gaya hidup kedua temannya dalam urusan percintaan. Cukup menjadi perempuan kejam saja sudah membuatnya bahagia. Rasanya Angel tida
Sejujurnya Jaydan bukan tidak menyesal sama sekali atas perkataan kasarnya kemarin. Dia ingin meminta maaf pada Angel namun bingung bagaimana memulainya. Terlebih gadis itu selalu menunjukkan sikap dingin dan tidak bersahabat ketika berpapasan dengan Jaydan. Sekarang pria itu dengan polosnya menyusuri setiap sudut kampus yang mungkin didatangi Angel hanya karena hasutan Karel yang memintanya untuk segera minta maaf. Awalnya pria ceria nan cerewet itu memang berjanji menemaninya menemui Angel meski dengan sedikit paksaan. Sayangnya, Karel tiba-tiba dipanggil ke ruang dekan dan itu membuat pria jangkung itu bersorak senang. Dia lebih memilih menghadap dekankillerdibandingkan menyaksikan amukan Angel. Alhasil di sinilah Jaydan sekarang, dia harus keluar jauh dari area kelasnya di lantai dua untuk berkeliling d
Ask Dad for Dinner Satu pekan berlalu, akhirnya Naina sudah diizinkan pulang dari rumah sakit. Ini hari terakhirnya dan dia sedang mempersiapkan kepulangannya dengan dibantu Jaydan dan Karel. Sejak insiden mengerikan pekan lalu, dua lelaki itu memang terbilang cukup sering menjenguk Naina. Ada sekitar tiga sampai empat kali, tepatnya Karel membersamai Jaydan menjenguk Karel sebanyak tiga kali, sementara satu harinya hanya Jaydan sendiri yang datang ke sana. Tentu hal itu membuat Naina senang. Jaydan sangat perhatian padanya sampai rela menyisihkan sedikit waktu untuk menemaninya di rumah sakit selama masa perawatan. "Kamu yakin sudah baik-baik saja, Nai, itu kepala masih sakit tidak?" tanya Karel berdiri di dekat lemari es setelah mengambil minuman dingin dari tempat tersebut.
Sehari update berkali-kali, parah, sih!Semoga kalian bacanya gak nabung bab ya, dan tetap kasih apresiasi di setiap bab, thank youuu😘 *** Behind Her Tears Angel bergegas keluar lab komputer dengan cepat begitu kelas selesai, ia bahkan tak memedulikan panggilan Michelle dan Austin yang bertanya hendak ke mana gadis itu pergi atau mereka yang ingin Angel menunggu agar bisa keluar bersama. Tidak bisa, Angel tidak ingin terlambat satu detik pun untuk momen langka yang sulit ia dapatkan di hari-hari biasa. Gadis itu menuruni tangga dengan semangat, senyumnya sedikit terangkat meski tidak terlalu lebar. Entah mengapa dia begituexcitedtentang ajakan makan malam ini. membayangkan dirinya bisa menghabiskan waktu panjang sambil mengobrol santai denga
Satu pekan berlalu sejak pertemuan Jaydan dan Angel hari itu. Pertemuan paling membekas dari semua pertemuan yang pernah terjadi di antara keduanya. Setidaknya begitulah menurut Jaydan. Sejak hari itu, Jaydan tidak pernah melihat Angel wara-wiri di kampus. Gadis itu seperti hilang ditelan bumi. Jaydan penasaran namun tidak memiliki cukup keberanian untuk menanyakan kabar Angel kepada dua teman dekatnya, Michelle dan Austin. Lelaki itu menopang dagunya sambil terus membuka lembar demi lembar buku yang dia ambil secara asal dari rak di seberang sana ketika pertama masuk ke perpustakaan. Pria itu tidak datang sendiri, dia ditemani Naina. Memang gadis itulah yang mengajak Jaydan ke sana, katanya Naina ingin minta bimbingan sang senior dalam mengerjakan salah satu tugas mata kuliah yang belum dia pahami. Memang pada dasarnya Jaydan orang baik jadi lelaki itu menyetujui permintaan Naina tanpa ragu. Sayangnya, konsentrasi Jaydan tidak terkumpul penuh di ruangan itu. Isi kep
Mendengar dua nama itu disebut sontak Jaydan menutup buku tebal di tangannya. Naina memandang itu nanar lalu fokus kembali pada apa yang akan Karel sampaikan tentang Angel. "Kenapa dia?" tanya Jaydan berusaha untuk tidak terlihat penasaran. "Hhh, ini kabar duka sebenarnya tapi gadis itu sudah terlalu kejam jadi aku bingung harus bereaksi apa." "Katakan saja apa beritanya!" desak Jaydan tidak sabar. "Hei, sabar, ini juga mau cerita. Kau ingat tidak, minggu lalu saat Angel menangis di parkiran?" Jaydan mengangguk, Naina yang tidak mengerti menatap kedua lelaki itu bergantian. "Rupanya saat itu Angel mendapat kabar bahwa ayahnya jatuh pingsan di kantornya, diduga karena penyakit jantungnya kumat." "Kau dengar dari siapa kabar ini?" Jaydan ingin memastikan, dia enggan percaya jika sumbernya tidak jelas. Karel menyapu pandangan sekitar, memastikan agar tidak ada yang mendengar pembicaraan mereka. "Tadi aku ke ruang k
Jaydan memandang keluar jendela dari kamarnya yang ada di lantai dua. Hujan mengguyur Ibu Kota malam ini, tahu jika penghuni bumi memerlukan ketenangan yang lebih dari biasanya. Terutama bagi pemuda yang sedang kalut hatinya bernama Jaydan itu. Sejak mendapat kabar mengejutkan dari Karel tadi siang, tidak sekali pun bayangan Angel sirna dari pikirannya. Dia abaikan ponsel yang terus berdering menampilkan nama Naina pada layarnya. Pria itu benar-benar tidak ingin diganggu oleh siapa pun. Tok tok tok! Baru saja Jaydan merapal keinginan untuk tidak diganggu siapa pun nyatanya kini sudah ada orang yang berniat mematahkan doa-doanya. Pria itu beranjak dari jendela dan membuka pintu. Ternyata ayahnyalah yang datang. Jaydan tersenyum lalu mempersilakan pria yang sangat dihormatinya itu masuk. Mereka duduk berhadapan, Jaydan di bibir ranjang sementara ayahnya di kursi belajar pria itu. Jaydan sengaja menunggu sang ayah untuk membuka percakapan. Lelaki itu yakin ayahn
Semuanya masih terasa seperti mimpi bagi Angel. Ujian hidupnya sungguh berat dan dia takjub pada dirinya sendiri karena bisa kuat dan bertahan sampai detik ini. Detik di mana ia bisa mengulang semua adegan demi adegan kehidupannya yang tak menyenangkan hanya dalam ingatan dan kenangan. Mendapat penolakan Jaydan di awal cerita, kehilangan sang ayah, dibenci semesta, berseteru dengan sahabat dan keluarga, bahkan sampai mendapat teror pembunuhan oleh dua orang gila yang dibutakan obsesi dan dendam kesumat.Ujian-ujian itu sungguh berat ketika dijalani namun ketika Angel berhasil melewatinya hanya tersisa perasaan lega terlepas dari hasilnya yang baik atau sebaliknya Angel tidak peduli. Dari semua kejadian yang menimpanya, Angel belajar banyak hal baru. Tentang rasa saling menghargai, pentingnya mempercayai seseorang, persahabatan yang tulus, pentingnya dukungan keluarga. Hal-hal sederhana yang tanpa sadar mampu menjadi penangkal berbagai masalah buruk dalam hidup.Memang
Tubuh Angel menghantam lemari sampai bergetar. Punggungnya terluka terkena pecahan kaca. Gerry terus melakukan serangan bahkan ketika Angel sudah tak berdaya karena lemas. Darah keluar sari telapak tangannya yang tersayat pecahan kaca.“Mati kau Angel Lee!” teriak Gerry siap menginjak bagian dada Angel.Sayang, sebelum aksinya berhasil sebuah tendangan mendarat di punggungnya dan Gerry pun tersungkur. Jaydan pelakunya, dia datang di momen yang tepat.“Angel,” cicit Jaydan khawatir, ia membantu kekasihnya untuk berdiri.Sementara Karel langsung melepaskan jaketnya dan menutupi bagian atas Alessa yang compang-camping. Amarah Karel mendidih, dia ingin melenyapkan Gerry dengan segera namun sekarang yang terpenting adalah Alessa. Lelaki itu ingin memberikan ketenangan dan kenyamanan untuk sang kekasih.“Kamu tunggu di sini,” kata Jaydan lagi setelah menyisihkan Angel ke tempat yang aman.Tatapan nyalang tak ter
Di tangan Naina ada sebuah boneka beruang yang cukup lucu. Ia mendekati Angel seraya memamerkan senyum mengerikan ala psikopat yang ada di film-film thriler. Tangan satunya lagi memegang belati yang masih berlumuran darah Moca. Darah Angel mendidih detik itu juga, ia ingin berontak tapi waswas Naina menyerangnya dengan benda tajam itu."Kak Angel, kau mau tahu tidak bagaimana caraku menganiaya kucing kesayanganmu?" tanya Naina dengan suara dibuat seramah mungkin."Pertama, aku tangkap dia seperti ini," katanya sambil mencekik leher boneka beruang."Lalu dia mengeong kesakitan, aku yakin kau pasti menangis guling-guling kalau melihatnya. Setelah itu, aku sayat lehernya begini!"Sret!Suara robekan terdengar begitu nyata, Angel membayangkan boneka itu adalah Moca. Napasnya tiba-tiba sesak, dia tidak sanggup mendengar kelanjutan cerita Naina."Setelah itu aku tusuk bagian perutnya sampai seluruh jeroannya keluar seperti ini."Naina mengh
Tangan kanan Gerry menangkup pipi Angel sekuat mungkin, “Tidak usah berlaga bodoh, Angel Lee. Aku muak melihatnya! Ayo jawab, di mana kau melihat Antonio mati, hm?”“Apa urusanmu? Kenapa kau ingin tahu hal itu?”“Aku? Aku bukan siapa-siapa, hanya seorang anak malang yang harus kehilangan ayah terkasihnya karena monster kejam seperti ibumu. Antonio itu ayahku, Angel Lee, dan ibumu merenggut nyawanya dengan sadis tepat di depan matamu. Kau ingat sekarang, hah?!”Gerry mendorong kepala Angel sampai membentur lantai, Alessa memekik—ingin membantunya tapi tak bisa karena kedua tangannya terikat. Alhasil Alessa hanya bisa menangis sambil memohon ampun pada Gerry.“Kau dan ibumu sama-sama perempuan monster, Angel Lee! Kenapa kau masih hidup, hah? Akan lebih baik jika orang-orang seperti keluargamu mati cepat dan berkumpul di neraka! Tebus semua dosa kalian selamanya!”Angel menangis, dia ingat kejadian
Penculikan ini terjadi beberapa saat lalu, tepatnya saat senja menghilang dan langit menggelap. Angel dan keluarga Alessa tengah bersiap menutup kedai. Para pengawal pun terlihat masih setia menanti nonanya di depan sana. Tepat pukul delapan persiapan untuk pulang sudah selesai. Ibu dan adik Alessa naik ke mobil lebih dulu sedangkan Alessa dan Angel keluar terakhir karena harus mengunci kedai terlebih dahulu.Tersisa dua pengawal yang masih menunggu Angel, tiba-tiba gerombolan pria berpakaian hitam berdatangan. Jumlahnya cukup banyak, mungkin ada sepuluh sampai lima belas orang. mereka memukuli pengawal Angel dan langsung menyeret Angel dan Alessa ke mobil. Pengawal yang sebelumnya sudah masuk mobil mencoba melawan namun mereka kalah jumlah dari kumpulan gangster itu.Sepanjang perjalanan Angel dan Alessa berontak, mereka baru diam ketika sang penculik membius keduanya sampai tak sadarkan diri. begitu membuka mata Angel sudah berada di sebuah bangunan yang membawa memo
“Di mana Angel?” tanya Jaydan berusaha mengatur napas dan amarahnya, dia tidak ingin terlihat terpancing oleh Naina.“Dia ada di depanku bersama si cupu, temannya yang sangat loyal. Kakak ingin mendengar suara mereka?”“Argh, sakit ...,” ringis Alessa, Karel yakin itu suara kekasihnya.Dia mendekat pada Jaydan—langsung memaki tindakan Naina.“Berengsek! Kau apakan kekasihku, hah?!”Karel lebih emosional dibanding Jaydan, hatinya sakit mendengar jerit kesakitan Alessa di sana.“Aw, rupanya kau sudah jadi kekasih si Cupu, kak Karel. Aku tidak melukainya kok, kau tenang saja. kami hanya sedikit bermain-main. Di depanku sekarang sudah ada tali tambang, bensin, dan pisau tajam yang kugunakan untuk mencabik tubuh kucing kesayangan Angel. Kira-kira kau dan kak Jaydan ingin kami memainkan benda yang mana?”“Sekali kau sentuh Alessa, kau akan mati di tang
Karel tidak mengerti mengapa Jaydan mengajaknya pergi ke kampus malam-malam di saat suasana dan aktivitas penghuninya mulai berkurang. Jelas saja, ini malam hari dan sedang dalam masa libur semester juga. Sudah pasti suasana malamnya tidak akan seramai malam-malam masa sebelum liburan. Karena penjaga sekolah sudah sangat dekat dengan Jaydan, ditambah ayah lelaki itu adalah rektor di sana jadi penjaga pun mengizinkan Jaydan dan Karel untuk mengakses sekretariat BEM dengan mudah. Jaydan memeriksa loker anggota yang tidak dikunci dan laci-laci di lemari tempat menyimpan berkas.“Sebenarnya apa yang kau cari, Jay? Katakan padaku agar aku bisa membantumu. Kalau begini kan aku bingung harus mencari apa.”“Buku catatan milik Gerry, aku ingat pernah melihatnya di ruangan ini,” jawab Jaydan sambil terus mencari tanpa henti.“Buku catatan Gerry? Kenapa kau mencarinya?”Jaydan menjeda aksinya sejenak, Karel ini memang tipika
Angel menghubungi beberapa pengacara keluarganya untuk mengurus kasus teror yang kemarin dia dapat. Laporan terhadap pihak kepolisian pun sudah dilakukan sebagai bentuk kewaspadaan. Ditakutkan ada serangan lain yang Angel dapatkan, alhasil kini kediaman Angel benar-benar dilindungi oleh beberapa petugas polisi dan ada pengawal pribadi juga yang dia sewa.Gadis itu akan memastikan keselamatan dirinya dan keluarga Alessa terjamin selama mereka tinggal bersama di kediaman mendiang Adam Lee. Cukup hanya Moca saja yang menjadi korban, Angel tidak ingin kehilangan sesuatu atau sosok yang dia sayangi lagi. Dia bersumpah tidak akan memaafkan manusia biadab itu siapa pun pelakunya.“Bagaimana Al, kamu sudah menemukan tanda-tanda orang mencurigakan yang terekam kamera cctv?” tanya Angel, ia dan Alessa sedang sibuk memeriksa hasil rekaman cctv dan black box mobil yang terparkir di sekitar kediamannya ketika kejadian pembantaian terhadap Moca terjadi.Sejauh ini
Di sebuah ruangan gelap dan lembap seseorang tengah tersenyum puas mengingat hasil kerjanya yang pasti berhasil membuat geger di rumah Angel. Orang itu duduk di sebuah sofa sambil menyelonjorkan kakinya ke atas meja. Semua rencana yang dia atur benar-benar berjalan dengan baik. Tidak ada satu pun yang mencurigai dirinya sebagai pelaku kejahatan terhadap Angel. Berbulan-bulan dia membuat hidup Angel menderita dan rasanya itu belum cukup. Orang itu tidak akan berhenti sebelum Angel benar-benar mati seperti orang yang dia sayang dulu. Kalau bukan karena ibu gadis iblis itu, mungkin dia tidak akan kehilangan ayah tercintanya.Clek!Suara pintu yang terbuka terdengar begitu nyaring di ruangan kedap suara itu. Gadis berhoodie hitam masuk sambil melepas topi dan maskernya. Dua barang itu dilempar tepat ke tong sampah yang ada di sudut ruangan. Dia duduk di samping sang lelaki setelah saling