Share

065 - Aldeo

Auteur: Alma Varda
last update Dernière mise à jour: 2024-10-29 19:42:56

Sesuai rencanaku yang sebelumnya, pagi ini aku pergi ke kampus hanya untuk menyelesaikan sekaligus memperbaiki skripsiku. Dan targetku dalam minggu ini adalah aku sudah mendapatkan persetujuan dari para dosen pembimbing untuk segera maju ke tahap selanjutnya. Rasanya aku sudah tidak sabar lagi dengan kelulusanku. Aku benar-benar ingin perkuliahanku segera selesai supaya hubunganku dan Dinda tidak perlu disembunyikan lagi. Dan kita berdua juga tidak perlu khawatir jika ingin pergi jalan-jalan ke luar rumah.

“Meja yang lain masih banyak yang kosong.” Kataku sambil melirik ke arah Rika yang mendadak duduk di sampingku.

“Gue maunya duduk di sini. Gimana dong?”

“Gue maunya lo pergi. Gimana dong?”

“Takut pacar bohongan lo marah ya?” Tanya Rika sambil tersenyum menggodaku.

+

Makin gue tanggepin, makin menjadi ini anak…

Terserah dia lah…

Bodo amat.

Mending gue fokus selesaiin skripsi.

Biar abis istirahat nanti gue bisa langsung temui Prof. Djarot lagi.

+

“Deo, bantuin gue ngerjain
Chapitre verrouillé
Continuer à lire ce livre sur l'application

Related chapter

  • Beda Usia, Beda Usaha   065b

    + Buset dah. Males banget gue kalo harus turun tangan buat ngelerai orang sebanyak ini. Mana masih pagi pula. Nggak ada keran air di deket sini lagi. + Semakin lama aku mencari cara untuk melerai mereka, semakin aku membiarkan Gagas dan Kevin menjadi sasaran kekerasan fisik dari Mirza dan mahasiswa yang lainnya. “Heh! Lo semua bisa berhenti nggak?!” Bentakku dengan suara yang sangat lantang. + Buset! Kagak mempan lagi. Ini pada sarapan apa sih? Banyak bener tenaganya. Duh. Mau nggak mau nih. Udah lama juga gue nggak ninju orang beneran. + Aku menarik kerah kemeja salah seorang laki-laki yang sepertinya bukan teman satu angkatanku, lalu mendorong dia untuk bergerak minggir. Awalnya dia meronta, dan berusaha melawanku, namun aku berhasil untuk mengancamnya dengan mengarahkan kepalan tangan kananku di wajahnya. Enam anak lainnya kemudian juga terpaksa aku ancam dengan cara yang sama. Dua dari mereka melawanku balik, namun aku berhasil menghindari mereka dan memberi mereka

  • Beda Usia, Beda Usaha   066

    Seperti dugaanku, Mirza dan teman-temannya tidak mau berkata jujur di depan Erwin dan beberapa staff keamanan fakultas. Untung saja, Gagas masih sanggup untuk menjelaskan kronologi kejadiannya dari awal dengan sangat jelas. Selain itu, Erwin juga mengecek langsung hasil CCTV yang ditunjukkan oleh salah satu tim keamanan yang baru saja masuk ke dalam ruangan. Dan memang benar, sesuai dengan penjelasan Gagas sebelumnya bahwa Mirza lah yang menyerang mereka terlebih dahulu. Fakta yang sebenarnya akhirnya terungkap dengan sendirinya. Meskipun tetap saja kita bersebelas masih harus diinterogasi satu per satu, dan memakan waktu hampir lima belas menit. Karena Erwin secara rinci mengorek penyebab perkelahian kita. “Siapa aja yang terlibat taruhan?” Tanya Erwin sambil menatap kita satu per satu dengan sorot mata yang tajam. “Saya tanya sekali lagi. Siapa aja yang terlibat taruhan?” Tanya Erwin dengan intonasi suara yang lebih galak daripada sebelumnya. Karena tidak ada satu pun yang berani

  • Beda Usia, Beda Usaha   067

    Ketika lukaku sedang dibersihkan di klinik, aku baru menyadari bagaimana kondisi luka yang ada di wajahku. Pantas saja bibirku terasa perih, dan rahangku juga terasa nyeri sejak tadi. Tapi untung saja, kondisiku tidak terlalu parah dan tidak separah Gagas atau Kevin. + Dinda gimana ya sekarang? Dia khawatir nggak ya sama gue? Mau gue hubungin tapi ini masih jam kerja dia. Nanti kalo dia tambah marah, malah repot sendiri gue. Tapi kalo nggak gue hubungin dia, yang ada gue malah kepikiran terus + Aku sengaja duduk dan memejamkan kedua mataku ketika menunggu Gagas dan Kevin yang sedang diperiksa, karena aku tidak ingin mendapatkan banyak pertanyaan dari Desi ataupun Rika. “Kejadian ini semua tuh gara-gara Bu Dinda tau nggak sih!” Kata Rika dengan intonasi suara yang kesal. “Kalo dari awal dia nggak muncul di kelas kita, gue yakin nggak akan ada musibah kayak gini.” “Ini tuh gara-gara Mirza kali, Rik. Bu Dinda mana tau mereka taruhan. Si Mirza aja ini yang makhluk sumbu pendek d

  • Beda Usia, Beda Usaha   068

    Mengingat ruangan Erwin itu juga termasuk ruang kerjanya Dinda, aku memutuskan untuk menemani Kevin dan Gagas sampai masuk ke dalam ruangan tersebut. Selain aku perlu membantu mereka berdua, aku juga perlu melihat Dinda, meskipun hanya sebentar saja. Akan tetapi, hari ini keberuntungan sepertinya sedang tidak memihak kepadaku lagi. Dinda tidak ada di tempat duduk biasanya dia kerja. Hanya ada Erwin di dalam ruangan yang sedang sibuk di depan layar komputer. Dan karena tidak ada kepentingan apa pun, aku segera pamit ke luar dari ruangan setelah memberikan dua ransel kepada masing-masing pemiliknya. + Nggak mungkin juga gue nanya ke Erwin soal keberadaan Dinda… Dinda di mana ya? Masih ngajar apa dia? + Kedua langkah kakiku sengaja aku perlambat supaya aku bisa mengamati sekitarku untuk mencari keberadaan Dinda. Baru setelah aku melewati koridor yang ada di dekat ruang kepala program studi, aku akhirnya menemukan Dinda yang sedang bercengkerama dengan salah seorang karyawan fakult

  • Beda Usia, Beda Usaha   069

    “Kenapa jam segini baru pulang?” Tanya Dinda ketika aku menghampirinya yang sedang duduk di sofa sambil mengerjakan sesuatu di tablet kerjanya. “Aku tadi nungguin Prof. Djarot buat minta tanda tangan. Lalu anterin Kevin sama Gagas ke rumah sakit dulu.” Jawabku sambil duduk dan menatap kedua mata Dinda. “Ada apa sama mereka berdua?” “Dicek lebih detil aja. Buat mastiin mereka berdua nggak ada luka di dalem dan baik-baik aja.” Jawabanku barusan tidak sepenuhnya jujur. Aku menyembunyikan fakta di mana aku meminta Kevin, dan Gagas untuk visum, karena mereka berdua masih belum mengambil keputusan untuk membawa semuanya ke jalur hukum. “Lalu? Gimana hasilnya?” “Aman.” Jawabku jujur. “Luka dalem nggak ada yang membahayakan. Cuma benturan aja. Luka luar udah diobati juga. Kevin sih yang paling parah. Dia ada banyak luka, terkilir di tangan sama kaki juga.” "Kita laporin polisi aja gimana?" + Ini memang Dinda yang udah kepikiran lapor polisi atau dia baca pikiran gue? + "Ya, coba be

  • Beda Usia, Beda Usaha   070

    Malam ini aku tidak bisa tidur nyenyak karena perkataan Dinda terbukti benar. Aku yakin efek dari obat penghilang rasa sakit yang tadi kutelan di klinik sudah menghilang, karena sekarang aku benar-benar merasakan nyeri yang jauh lebih sakit daripada sebelumnya. + Ah, buset dah… Padahal tadi gue pas ml masih kuat-kuat aja kayak biasanya… Kenapa mesti tengah malem kayak gini sih sakitnya… Mana Dinda udah tidur lagi… + Aku menggeser tubuhku sekali lagi secara perlahan. Aku berusaha mencari posisi tidur yang nyaman, namun semua posisi yang aku coba ternyata tidak ada yang nyaman. Rasa nyeri yang luar biasa dari punggungku, sepertinya menjalar ke hampir seluruh bagian tubuhku. “Kamu kenapa?” Tanya Dinda dengan suara yang terdengar sedikit parau. Dia perlahan membuka kedua matanya dan menatapku yang hendak bergeser lagi. “Kamu kok malah bangun?” Tanyaku yang berusaha menutupi rasa sakitku. “Kamu gerak-gerak terus, jadinya aku ikutan kaget dan nggak bisa tidur…” + Buset, padahal

  • Beda Usia, Beda Usaha   071

    “Yo, gue denger dari Desi, lo tadi pagi daftar sidang ya?” Tanya Gagas yang baru saja duduk di depanku. Dia terlihat jauh lebih segar daripada kemarin, meskipun tetap saja wajahnya dihiasi dengan banyak plester. + Desi ini kerjaannya kalo di kampus sebenernya ngapain ya? Urusan gue daftar sidang aja dia sampe bisa tau segala… + “Iya. Tapi baru masuk-masukin syarat ke orang tata usaha. Masih harus diproses dulu.” “Ajegile… Itu mah lo udah tinggal nunggu dikabarin sama mbak-mbak tata usaha doang. Abis itu lo dikasih jadwal sidang, maju, lulus deh.” Kata Gagas sambil mengaduk-aduk nasi gorengnya. + Iya, bener… Gue udah ngerjain semua ujian akhir, tinggal sidang doang… Dikit lagi lulus dan nggak perlu nyembunyiin hubungan gue sama Dinda lagi… + “Yo, lo beneran udah mau maju sidang?” Tanya Kevin sambil duduk di sebelah Gagas. + Buset dah! Ini Desi lagi pasti. Berapa orang yang dia kasih tau soal hidup gue? + “Belom. Masih daftar dan kirim berkas. Belom dapet jadwal buat m

  • Beda Usia, Beda Usaha   072

    Sebelum aku kembali pulang ke rumah, aku sengaja meminta Tegar untuk mengantarkanku ke rumah sakit terlebih dahulu. Sebenarnya aku yakin tidak ada yang terlalu parah, akan tetapi aku sengaja melakukan cek secara menyeluruh demi menuruti keinginan Dinda. Aku juga membeli beberapa obat yang aku butuhkan dan semuanya aku sesuaikan dengan saran dokter. Sesampainya di rumah, aku langsung menghampiri Dinda untuk menunjukan hasil pemeriksaan dari rumah sakit. Dia sedang duduk di atas sofa sambil membaca sesuatu di tabletnya, dan mengunyah jeruk bali yang terlihat begitu segar. “Kamu udah beli obat juga kan?” Tanya Dinda setelah membaca hasil laporan pemeriksaanku. “Udah, sayang…” Jawabku sambil mengambil potongan jeruk bali yang ada di atas piring. “Terus gimana? Punggung kamu masih sakit?” “Nggak. Baik-baik aja. Aku dua jam yang lalu udah minum obat lagi kok.” “Ada yang mau aku omongin sama kamu.” Kata Dinda yang kemudian mematikan tabletnya, dan meletakkannya di atas meja. + Kayakn

Latest chapter

  • Beda Usia, Beda Usaha   088 - Aldeo

    Segala cara aku lakukan untukku bisa mengalihkan perhatianku dari perasaan gelisah yang sejak kemarin menghantuiku. Mendadak selera makanku hilang begitu saja. Aku mencoba untuk bekerja pun juga malah berakhir dengan melamun. Lagu-lagu yang aku dengarkan untuk membuat perasaan cemasku lebih tenang juga sama sekali tidak bekerja. Dinda masih belum pulang, dan belum memberiku kabar, dan rasanya waktu sedang berjalan dengan sangat lambat. + Gue tiduran di kamar aja apa ya? Kali aja gue bisa beneran ketiduran dan berhenti overthinking? + Mencoba untuk tidur adalah cara yang saat ini sedang aku coba untuk membunuh perasaan cemasku. Tubuhku berbaring lurus, kedua mataku terpejam, akan tetapi pikiranku masih saja terus berjalan. Aku lalu mengambil ponselku yang terletak di atas nakas. + Dinda kok lama? Lagi apa ya dia? Gue dengerin lagu lagi aja deh… Gue sambungin speaker aja… Biar kencengnya satu ruangan dan bisa ngalahin kencengnya pikiran gue… + Aku kembali memejamkan kedua m

  • Beda Usia, Beda Usaha   087 - Adinda

    “Sori ya, aku telat. Macet banget tadi.” Kata Gani yang terdengar seperti habis berlari. “It’s okay. Aku juga baru aja nyampe kok.” Kataku dengan intonasi suara yang santai. “Kita pesen dulu aja ya? Kamu mau makan apa?” “Kamu aja yang pesen, aku nggak usah.” “Yah, jangan kayak gitu dong… Masa aku makan sendiri sih?” “Aku buru-buru soalnya. Tapi kalo kamu mau makan, pesen aja nggak apa-apa.” “Ya udah, aku pesenin makanan sama cemilan buat kita ngobrol dulu ya? Kamu mau apa?” “Es Americano aja.” + Gue bales chat Deo nanti aja deh, kalo udah selesai… Biar gue fokus dulu ngobrolnya sama Gani… Toh, Deo udah gue kasih tau kalo gue udah di kafe… Gila, gue padahal nggak ngapa-ngapain dan Cuma mau nyelesaiin masalah gue sama Gani aja, tapi rasanya kok aneh ya? Berasa kayak gue jahat banget dan udah nyelingkuhin Deo secara halus… Tapi, nggak lah. Gue kan cuma mau ngobrol doang sama Gani. Bukan ngajakin dia balikan… Ini gue yang bayar apa Gani yang bayar ya? Dia sih bilangnya mau

  • Beda Usia, Beda Usaha   086

    Di saat Gagas, Desi, dan Fatima sedang sibuk membicarakan kemenangan kita di pengadilan tadi pagi, aku sibuk memikirkan Dinda yang malam ini akan bertemu dengan Gani. Sejujurnya aku merasa sangat gelisah sekali dan rasanya aku ingin mempercepat waktu supaya pikiranku bergerak menjadi lebih tenang. “Kevin di mana sih ini? Kok lama bener.” Tanya Fatima sambil mengamati jam tangannya. “Masih bimbingan dia.” Jawab Gagas. “Kita tunggu lima menit lagi aja. Kalo dia nggak dateng, kita pesen dulu berarti.” Kata Desi. “Pesen sekarang aja gimana? Buat makanannya lumayan lama soalnya. Sambil nunggu Kevin, sambil nunggu makanan dateng. Perut gue udah nggak kuat nih.” “Ya udah. Kevin gimana tapi?” Tanya Fatima. “Kita pesenin, atau dia nanti aja pesennya pas udah dateng?” “Pesenin aja. Kan kuahnya dipisah, jadi nggak akan medhok mienya.” “Gue nggak tau ya Kevin sukanya apa…” Kata Desi. “Dia mah apa aja suka. Pesenin komplit aja, kan kita juga belum pada makan dari tadi.” Kata Gagas. “Ya, u

  • Beda Usia, Beda Usaha   085

    Di rumah, aku lumayan heran dengan Dinda yang baru saja pulang kerja, dan langsung terlihat kebingungan mondar-mandir seperti sedang mencari sesuatu. “Kamu nyari apa sih, sayang?” Tanyaku sambil mengamati Dinda yang membuka beberapa laci di ruang tengah. “Ini…” + Ini? Ada apa ya ini? Dinda keliatan nggak kayak biasanya… + “Ini apa?” “Kamu jangan marah ya tapi?” Dinda menatapku dengan sorot mata yang khawatir. “Aku lagi nyari kalung pemberian. Tapi, aku lupa taruh di mana.” + Kalung? Oh, kalung dari Gani nih pasti… + “Kamu duduk dulu sebentar. Aku ambilin kalungnya.” Kataku yang kemudian bergegas menuju ruang kerjaku terlebih dahulu. + Dinda mendadak sadar kehilangan kalungnya, atau ada apa ya? Gue kirain dia udah lupa sama kalungnya… + “Ini bukan yang kamu cari?” Tanyaku sambil menunjukkan kalung yang pada saat itu tidak sengaja aku temukan. “Iya, ini…” Jawab Dinda sambil mengamati kalungnya yang berwarna rosegold itu. “Dari Gani kan itu?” “Iya… Kalungnya kok bisa

  • Beda Usia, Beda Usaha   084 - Aldeo

    “Yo, besok jam sembilan pagi, lo bisa ngeluangin waktu buat hadir di persidangan nggak?” Tanya Kevin yang baru saja duduk di depanku. “Bisa.” Jawabku sambil tetap fokus dengan pekerjaanku sendiri karena aku sudah tidak terlalu kaget dengan berita ini. “Lo bawa surat panggilannya nggak?” “Bawa, nih. Gue memang mau tunjukin ke lo sekalian.” “Gagas sama yang lainnya udah tau?” Tanyaku sambil membuka amplop coklat dan mengeluarkan satu lembar kertas putih yang berisikan undangan untuk menghadiri pengadilan. “Udah. Ini Gagas lagi nemui Fatima sama Desi… Gue sampe tadi mampir ke pos polisi sebentar buat tanya ini logo suratnya asli atau nggak. Menurut lo asli kan ya ini, Yo? Bukan hoax.” “Iya, ini asli.” Jawabku dengan intonasi suara yang penuh keyakikan. “Lo udah siap buat besok?” “Ya, siap. Hadapi aja besok.” Jawab Kevin sambil mengeluarkan laptopnya. “Nanti gue mau nemuin Bu Dinda dulu. Besok gue pagi ada jadwal konsultasi, semoga dia nggak keberatan kalo gue minta jamnya dimunduri

  • Beda Usia, Beda Usaha   083 - Adinda

    “Halo, iya, kenapa, Sal?” Tanyaku yang baru saja bangun tidur dan ke luar dari kamar tidur karena aku tidak ingin menganggu Deo yang sedang tertidur nyenyak. “Dinda! Gue ada kabar baik buat lo!” Kata Salma dengan intonasi suara yang penuh dengan semangat. “Sal, ini masih setengah empat dan lo kenapa bisa sesemangat ini?” “Gue baru mau tidur ini. Dengerin gue baik-baik ya. Lo udah bangun kan?” “Udah… Apa buruan? Gue mau balik tidur lagi…” “Jadi, mahasiswa lo yang begajulan dan anarkis keroyokan itu, semuanya, udah berhasil ditangkep dan diamanin di dalem sel. Surat panggilan buat sidang juga udah selesai dibuat, jadi bilangin ke laki lo, dia sama temen-temennya harus siap. Karena hari ini dikirim, dan lusa kalian maju ke persidangan?” “Lusa? Kok bisa cepet banget sih, Sal? Ini gue nggak ngelindur kan ya ngomong sama lo?” “Nggak, Dinda. Ini beneran. Gue tadinya dapet jadwal buat kalian hari Jumat pagi. Tapi, mendadak gue dikabarin dan tanggalnya dipercepat. Gue sendiri juga sempe

  • Beda Usia, Beda Usaha   082

    “Kamu kalo belum ngantuk, cerita aja, sayang…” “Kamu memang belum ngantuk?” Tanya Dinda balik. “Belum.” Jawabku sambil memiringkan badanku untuk menatap ke arah Dinda yang berbaring terlentang di sebelahku. “Tadi, sebenernya itu, aku sama Bu Jenny lebih banyak ngobrolin berbagai macam hal di luar kepentingan aku. Terutama kita ngobrolin soal makanan sih, karena Bu Jenny hobi kuliner gitu. Dan untungnya aku bisa masak, dan tau sama masalah dapur, jadi aku bisa cepet nyambung sama dia.” “Kalo soal Pak Henry, ya…” Dinda menghela nafas pelan terlebih dahulu. “Ternyata bener firasat aku. Memang dia yang nggak beres…” Kata Dinda yang kemudian terdiam dan menatap kosong ke arah langit-langit kamar kita. “Kenapa Pak Henry?” “Korupsi.” Jawab Dinda dengan pelan. “Jualan kursi mahasiswa juga.” Aku mengernyitkan dahiku yang bagian tengah. “Maksudnya jualan kursi mahasiswa?” “Ya, jadi kalo ada calon mahasiswa yang mau daftar, Pak Henry bisa jamin buat orang itu bisa diterima tanpa tes, asa

  • Beda Usia, Beda Usaha   081 - Aldeo

    “Gimana tadi, sayang? Lancar kan?” Tanyaku langsung ketika Dinda berjalan menghampiriku. Dia tidak menjawab pertanyaaku barusan dan memilih untuk langsung memeluk tubuhku dengan erat. Aku tersenyum dan membalas pelukannya, sambil menciumi bagian kepalanya. “Aku anggep, pelukan dari kamu ini artinya rencana yang kita susun, akhirnya berjalan dengan lancar.” “Lancar banget.” Jawab Dinda sambil memelukku dan menatap kedua mataku. Kedua matanya berkaca-kaca dan bahkan terlihat seperti hampir menangis. “Thank you.” Katanya yang kemudian mengecup bibirku dengan lembut. “Aku udah beliin kopi pesenan kamu. Mau makan siang bareng nggak?” “Ugh, aku nggak bisa. Tadi aku dapet telepon dari orang HRD, dan aku mesti ketemuan sama mereka dulu.” “Ya udah, kamu habis itu balik ke gedung S1 atau S2.” “S2. Ada yang harus aku urus dulu sebelum resign. Maaf ya?” “Okay, tapi kamu jangan lupa makan ya, sayang?” “Iya…” “Karena urusan pentingnya biar kamu lancar buat resign, ya udah, nggak apa-apa. Se

  • Beda Usia, Beda Usaha   080 - Adinda

    Senin, tepat pukul sepuluh pagi, jantungku mendadak berdegup lebih cepat daripada biasanya karena aku sedang menunggu Bu Jenny untuk pergi ke bakery shop langganan dia. Pikiranku saat ini terbelah menjadi dua antara keselamatan Deo, dan Bu Jenny yang sebentar lagi akan muncul. Aku tau dan aku percaya dengan kemampuan Deo, hanya saja aku benar-benar khawatir dengannya. Dia sudah berani mengambil resiko untuk membantuku dan sekarang aku yang malah takut kehilangannya. + Dinda, tenang ya, Dinda… Semuanya bakalan baik-baik aja… Lo jangan terlalu overthinking dan parno nggak jelas. Tujuan lo kan bukan mau jahatin orang, jadi lo nggak perlu ketakutan berlebihan kayak gini… Inget, Deo udah berusaha banyak, sampe rela ngelakuin hal yang beresiko banget buat dia… Jadi lo mesti bisa fokus, dan kerjain semuanya dengan baik… Jangan bikin usaha yang udah Deo lakuin buat lo, jadi berantakan dan berakhir sia-sia… Pokoknya lo pasti bisa! Lo tinggal pura-pura nggak sengaja ketemu Bu Jenny…

DMCA.com Protection Status