Lotte Hotel Moscow
Malam telah menunjukkan pukul 23.30 waktu Rusia. Jalanan yang mulai sepi membuat Tania sedikit takut dan was-was. Meskipun kini dia berada di dalam mobil milik Lexi yang bisa disebut super car, namun tetap saja kecemasan masih melanda wanita cantik ini. Dengan bantuan GPS yang ada di mobil Lexi, dia dapat menemukan hotel tempatnya menginap dengan mudah. Beruntung, vallet hotelnya menginap tetap beroperasional selama 24 jam. Dengan langkah cepat, Tania segera memasuki lift yang tengah terbuka dan langsung menekan lantai tempat kamarnya berada. Setelah sampai di kamarnya, Tania langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur putih dan netranya menatap langit-langit di atas kamarnya.
"What a hard day ..." gumamnya tanpa ia sadari matanya mulai terpejam perlahan.
****
Lounge n Pub, St. Petersburg
Lexi yang tengah dalam keadaan gusar, galau dan putus asa menenggelamkan dirinya dalam minuman beralkohol jenis vodka dan beberapa minuman alkohol yang ada di pub tempat ia biasa menghibur diri.
"Bartender!!!! One more!" seru Lexi yang sudah setengah mabuk.
"Maaf, Tuan Lexi. Tapi Anda sudah sangat mabuk. Apa saya perlu memanggil sekretaris Anda, Nona Yuri untuk datang menjemput Anda?" tanya salah seorang bartender di pub itu.
"Heh!! Siapa kau berani mengaturku! Apa kau mau seperti mamaku yang selalu membicarakan tentang norma dan etika, hah!!" teriak Lexi menarik seragam bartender pria itu dengan tiba-tiba.
"M--maaf, Tuan Lexi. Maafkan saya." bartender itu kemudian pergi dari hadapan Lexi dan sang serigala pun masih bergumul dengan vodka yang masih tersisa sedikit di botolnya.
"Eits, sudah cukup! Kita pulang!" suara seorang wanita tiba-tiba datang dari samping Lexi dan memegang botol vodka yang sedang dipegang Lexi.
"Kau! Katrina?" sahut Lexi masih mengenali sepupu seksinya.
"Hah! What's matter? Kenapa mabuk?" tanya Katrina langsung duduk di sebelah Lexi.
"Nothin! Kenapa kau tahu aku di sini?" tanya Lexi penasaran.
"Just same like you, nothin!" sahut Katrina tersenyum lebar.
"Hahaha. Joseph, Jacob, atau ... Andre?" kelakar Lexi menenggak minumannya lagi.
"Yah, kau tahu aku 'kan? Aku hanya mau tubuh mereka, tapi tak pernah ingin ada ikatan." Katrina dengan santainya menjawab kata-kata Lexi dan ikut menenggak vodka dari gelas Lexi.
"You're sick!" sahut Lexi sambil tertawa.
"Bukannya kau juga sama, sepupu tampanku?" Katrina mendekatkan tubuhnya ke Lexi hingga netra hijau dan netra kontak lens ungu tua miliknya saling bertemu dan bertatapan, intim dan menggairahkan.
"Sayangnya ... you're not my type, Lexi!" Katrina langsung menarik diri setelah memancing 'panas' tubuh Lexi.
"Shitt!!!" ucapnya sambil tertawa lebar namun lama-lama terdengar seperti anak kecil yang menangis.
"Ada apa denganmu? Would you tell me?" tanya Katrina menatap sepupunya dengan tatapan sendu.
"Aku bosan!" sahut Lexi dengan nada kesal.
"Bosan? Bosan karena apa?"
"Semuanya! Hidupku, nasibku, takdirku ... semuanya benar-benar membuatku muak!" sahut Lexi masih dengan nada kesal.
Katrina hanya bergeming, "Kita mabuk sampai pagi, bagaimana?" ajak Katrina menyenggol bahu sepupu tampannya itu.
"Hah, I wish I could! But I can't. Aku masih harus menjemput seseorang," balas Lexi melihat gelas vodka-nya yang telah kosong dan juga botol tinggi dan bening di depannya.
"Siapa? Tania?"
Lexi menganggukkan kepalanya. "Hari ini aku telah membuat seorang Eva Laika dan Maria Anna Luka Hendrikova murka, hahahhahhaaha ...."
"Maksudmu?" bingung Katrina dengan ucapan sepupunya itu.
"Eva mengundangku makan malam di rumahnya dan ternyata dia juga mengundang mama ..."
"Let me guessssss, kau mengajak Tania ke rumah keluarga Medyedev supaya Eva cemburu? Tapi, Tante Maria ...."
"Hampir benar! Tapi aku tak ada niatan untuk membuat Eva cemburu! Sebaliknya, aku ingin dia tahu posisinya di hatiku saat ini," jelas Lexi.
"Dan ... mama--mu?"
"Yah, aku juga tak menyangka akan bertemu dengan mama dan Tania harus mengalami kejadian ini," tambah Lexi.
"Lalu bagaimana dengan perjanjian 'mati' antara Medyedev dan Hendrikova? Bukankah kakek buyut telah membuat perjanjian darah dengan Medyedev?"
"I don't care! Aku tak peduli dengan hal macam itu! Selama ini aku selalu menuruti apa yang mama inginkan, sekarang aku ingin hidupku sendiri!" tegas Lexi menatap tajam Katrina.
"Tapi Lexi, Tania itu 'kan ..."
"Apa? Menikah? Aku juga tak peduli! Apa kau lupa siapa aku? Serigala Tanah Lenin! Wanita mana yang tak tunduk padaku? Jika aku inginkan Tania, maka harus kudapatkan, bagaimanapun caranya! Sama seperti kau, 'kan yang menginginkan sesuatu harus mendapatkannya," sindir Lexi.
"Hahhaha, kau tahu aku, sepupuku sayang. Tapi ... yah, kurasa kini aku harus berubah. Berubah menjadi lebih baik." Katrina memandang Lexi dengan senyuman manis miliknya.
"Heiiiii ...." Rangkul Lexi ke bahu sepupu seksinya itu dengan pelukan hangat layaknya dua pasang insan yang dimabuk asmara.
"Apa kau sudah selesai? Kuantar ke rumahmu," Katrina menawarkan diri.
"Hnnn, mobilku juga dipakai Tania hari ini. Aku menyuruhnya memakai mobilku.
"Apa? Tania memakai mobilmu? Which car?" tanya Katrina tertegun.
"Mobil sport kesayanganku ... the red ones."
"Aneh, padahal tak ada seorang pun yang boleh memegang apalagi sampai mengendarai mobil kesayangannya Lexi. Tapi Tania ..."gumam Katrina menatap punggung Lexi yang mulai tak sadarkan diri karena mabuk.
****
Lotte Hotel Moscow
Keesokan paginya, Tania terbangun ketika mendengar pintu kamar hotelnya diketuk-ketuk dengan cukup kencang dan tanpa henti. Suara bising itu membuat Tania spontan membuka langsung netranya dan melihat ke arah pintu kamar yang masih diketuk dengan kencang. Netranya melihat tubuhnya yang masih terbalut dengan pakaian yang semalam ia pakai sewaktu menghadiri undangan makan malam di keluarga Medyedev. Segera, Tania melangkah menuju pintu kamar hotelnya dan langsung membuka tanpa 'mengintip' di balik bolongan kecil yang ada di pintu kamarnya.
"Ya ..." sapanya ketika Tania membuka pintu dia terkejut karena di depan netranya berdiri tiga orang berbadan tegap dengan memakai pakaian yang sama dengan para pria yang membawa Lexi semalam.
"Kalian!!!" terkejut Tania membelalakkan matanya.
"Selamat pagi, Nona Tania. Kami datang ke sini dan menemui Anda baik-baik. Dan kami ingin Anda bisa bekerjasama dengan kami," jelas salah satu dari ketiga pria tegap tersebut.
"Apa maksud Anda? Bekerjasama dalam hal apa?" netra Tania sedikit menyipit penuh curiga.
"Kami ingin Anda ikut dengan kami karena nyonya besar ingin bertemu dengan Anda," jelas mereka lagi.
Perasaan Tania semakin tak menentu. Dalam hatinya ia bergumam kenapa ia harus berurusan dengan pria macam Lexi yang penuh masalah! Dia hanya ingin ketenangan dan kenyamanan, lepas mulut harimau masuk kandang serigala! Begitulah kira-kira pemikiran Tania saat ini.
"Nona Tania! Kami tak memiliki waktu banyak! Kenapa Anda malah diam" sahut pria lainnya dengan nada emosi.
"Maaf, tapi saya tak ada hubungan apapun dengan Tuan Lexi jika nyonya besar kalian ingin tahu! Saya dan Tuan Lexi, kami hanya partner bisinis dan tak lebih, jadi jika nyonya besar mengira kami memiliki hubungan lebih ... sorry to say, NO WAYYYYY!!!" tegas Tania berniat menutup pintu kamarnya namun tak disangka, salah satu dari mereka menahan dengan tangan kekarnya dan menarik lengan Tania secara paksa dan memelintir tangannya hingga Tania teriak kesakitan. Salah satu dari pria itu berkata, "Kami telah meminta Anda baik-baik, tapi Anda yang meminta supaya kami menggunakan cara yang ekstrem. Jika Anda teriak, tak segan kami akan memotong lidah Anda! Jadi tolong bekerjasamalah dengan kami, Nona Tania!"
Tak pelak, ucapan salah satu pria itu membuat bergidik Tania dan mau tak mau dia mengikuti kemauan mereka. Tania dan 'rombongan' para pria berbadan body builder itupun segera masuk ke dalam lift yang sedang terbuka. Tania yang masih menahan rasa sakit di pergelangan tangannya menahan tangis dan ingin rasanya segera pergi dari tempat itu. Tak lama, setelah lift mencapai lobby hotel, mereka pun segera bergegas menuju mobil yang telah diparkir di depan pintu keluar masuk hotel agar tak menimbulkan kecurigaan. Para pria tegap itu akhirnya berhasil membawa Tania keluar dari hotel tanpa adanya kecurigaan, baik dari staf hotel terlebih petugas keamanan hotel tempat Tania menginap, kecuali satu orang yang mengetahui identitas wanita yang pergi bersama pria-pria berbadan tegap tersebut.
"Itu 'kan ...."
---Bersambung---
"Itu 'kan ...." Sepasang netra dengan kontak lens warna coklat gelap melihat dengan jelas Tania pergi bersama dengan beberapa orang pria. Tangannya langsung meraih ponsel yang ada di dalam tasnya dan mengikuti hingga ke depan pintu hotel dan mengambil gambar Tania beserta ketiga pria berbadan tegap tersebut."Hahaahaha, Tania! Wanita 'suci' di mata Lexi yang ternyata tak lebih dari wanita jalang!" ucapnya seraya menyeringai.Tanpa pikir panjang, seseorang tersebut langsung mengirimkan foto Tania dengan para pria yang pergi dengannya ke nomor Lexi dan tersenyum sangat puas! "Let me open your eyes, Richard Lexi Hendrikova!" tawa seseorang itu dan menyipitkan netranya di balik lensa kacamata berwarna hitam.****Kediaman Richard Lexi, RublevkaTinggggg ...Bunyi bertubi-tubi pesan yang masuk di ponsel milik Lexi membuatnya sedikit terusik. Sambil membuka matanya perlahan, Lexi meraba-raba ponsel yang ia letakkan di sisi kanan dekat meja l
BANG!!!Sebuah tendangan benda keras mengejutkan Tania dan Maria. Para bodyguard Maria pun segera pergi melihat dan menyelidiki dari mana suara hentakan keras tersebut berasal. Usut punya usut, hentakan keras tersebut berasal dari atas, yaitu rumah utama keluarga Hendrikova."Cepat, cari Nona Tania sampai dapat! Cari di seluruh penjuru rumah ini!" perintah Yuri pada para anak buahnya.Segera, tak lama setelah perintah dari mulut Yuri meluncur, para anak buah pilihannya segera bergegas menyusur tiap sudut kamar dan ruang yang ada di mansion megah dan mewah itu.Lexi tak lama kemudian masuk ke dalam ruangan utama Hendrikova. Netra hijau Altai Lexi mulai menyeloroh seluruh ruangan yang ada di keluarga bangsawan itu. Sepi dan sunyi. Itulah gambaran kondisi kediaman Hendrikova sekarang ini. Tak ada asisten rumah tangga satu pun yang tampak terlihat oleh netranya. Kecurigaan Lexi semakin bertambah ketika dia tak melihat keberadaan sang mama dan berusaha menelep
Sebuah mobil van warna hitam tengah menanti di lubang yang cukup besar diameternya dan merupakan pintu masuk dungeon milik keluarga Hendrikova. Yuri serta beberapa pengawal pribadi Lexi membawa dan melindungi Tania jikalau ada serangan balasan dari pengawal keluarga Hendrikova. Tania yang mengalami luka di bagian lutut sebelah kanan dan siku sebelah kirinya segera mendapat pertolongan dari Yuri. Dengan telaten, Yuri membersihkan luka di lutut dan siku Tania dengan alkohol dan menutupinya dengan perekat."Anda baik-baik saja, Nona Tania?" tanya Yuri melihat wajah Tania yang pucat dan gemetar."A--Anda kenapa, Nona? Are you okay?" tanya Yuri sekali lagi kali ini ingin memegang tangan Tania namun yang terjadi adalah tepisan keras dari Tania!"JANGAN SENTUH AKU!!!" teriak Tania dari dalam mobil van yang masih berada di pintu masuk dungeon Hendrikova.Yuri dan para pengawal lainnya terkejut namun berusaha untuk menyembunyikannya, "Nona, tolong jangan teriak. J
Lexi, Yuri serta beberapa pengawalnya mengejar taksi yang membawa Tania pergi entah ke mana. Aksi bak Fast and Furious pun ditunjukkan mereka di jalanan kota Moskow yang sedang ramai kala itu. Yuri yang berada tepat di belakang taksi Tania sempat hampir mendekati taksi itu. Namun, sang supir taksi berhasil mengecoh mereka dan melajukan kendaraannya dengan kencang kembali. Lexi yang tak jauh berada di belakang Yuri langsung melajukan mobilnya dengan kencang dan menyalip mobil van yang dikendarai Yuri beserta pengawal Lexi."T--Tuan Muda!!" ucap salah satu pengawal pribadi Lexi membelalakkan matanya.Yuri menoleh ke arah samping kanan mobil van. Dan benar saja! Lexi, dengan wajah sangar tampannya mengejar taksi itu tanpa melihat samping kiri dan kanan! Tatapannya hanya terfokus pada taksi warna merah putih berpola bak papan catur yang tengah melaju kencang di depannya. Dengan tarikan gas yang dalam, Lexi menyalip mobil van yang ditumpangi Yuri serta pengawalnya."
Kediaman Keluarga Wijaya"Ini sarapannya, Pa." Daniella, sang istri Niko Wijaya tengah menghidangkan nasi goreng sosis kesukaan sang suami."Aku tak makan di rumah, Sayang. Ada rapat mendadak yang harus aku hadiri pagi ini." Sahut Niko Wijaya terburu-buru dan langsung segera pergi meninggalkan kediamannya begitu mencium mesra kening sang istri.Ting ... ting ... ting ...Sebuah bunyi tanda pesan masuk pada ponsel Daniella terdengar jelas di atas meja makan yang tampak penuh dengan masakan, walau hanya untuk sebuah sarapan pagi. Dengan kilat, Daniella membuka pesan yang ia terima di ponselnya itu dan ...DUARRRRR ...!!!Bagai tersambar petir di siang bolong, tubuh dan kakinya seketika langsung lemas dan gontai melihat sebuah foto yang dikirimkan oleh seseorang yang tiada bernama melalui WhatssApp-nya. Foto yang jelas memperlihatkan Andre dan seorang wanita tinggi dan cantik yang wajahnya ditutupi kacamata besar dan menggandeng lengan Andre dengan m
Kediaman Keluarga Wijaya"Aku ingin kau cerai dengan Tania!" ucap Daniella menyipitkan tajam matanya."A--apa? Ma?? Cerai? Mama ingin aku cerai dari Tania?" Andre membelalakkan matanya terkejut."Ya! CERAI! Tak sudi aku punya menantu binal macam kau!!" Daniella tak lagi mampu menahan emosi dan kesalnya."Mama salah paham. Tolong dengarkan aku dulu, Ma. Andre bisa jelaskan semuanya, tolong dengarkan penjelasan Andre, Ma ..." pinta Andre sambil meraih tangan Daniella.PLAK!!Daniella menampik tangan Andre dengan keras hingga meninggalkan warna merah pada tangan putih sang dosen."Aku ... Daniella Wijaya sampai kapanpun tak akan pernah mau mengakuimu lagi sebagai MENANTU DI KELUARGA WIJAYA! SILAKAN PERGI DARI SINI DAN RUMAH TANIA! JANGAN SEKALIPUN KAU BERANI MENGINJAKKAN KAKI DI RUMAH INI ATAU TANIA ... JIKA TIDAK ..." Daniella membungkuk dan mendekatkan wajahnyake arah Andre."J--jika tidak ..." getar suara Andre."Aku tidak jamin
Kediaman Keluarga MedyedevPRANGPRANGPRANGSuara barang pecah belah yang dibanting dengan keras dari ruang makan keluarga Medyedev membuat para asisten rumah tangga di keluarga milyuner itu menjadi takut, panik namun juga khawatir dengan keadaan nona mereka, Eva Laika. Tak ada satu pun dari mereka yang berani mendekati ruang makan yang saat ini hampur seperti ruang sampah! Piring dan gelas yang dipecahkan oleh nona besar mereka membuat serpihan-serpihan dari barang pecah belah tersebut berhamburan memenuhi ruang makan."No--Nona Besar, sadarlah ... sadarlah Nona Besar, jangan menyakiti diri sendiri," ucap kepala asisten rumah tangga Hendrikova."DIAM! DIAM SEMUANYA! JANGAN ADA YANG IKUT CAMPUR!" teriak Eva dengan wajah lusuh, gaun yang tak lagi rapi dan terlihat mahal serta rambut yang acak-acakan."Aku salah apa, Lexi? Kenapa kau perlakukan aku seperti ini? Kenapa kau tak pernah melihat ketulusanku mencintaimu!!!" teriak Eva
Eva memberikan sebuah amplop coklat yang berisi foto Tania pada seorang pria pembunuh berdarah dingin yang telah lama bekerja untuk keluarga Hendrikova. Pria itu dengan senyum dinginnya kemudian berkata, "Anda ingin saya menghabisi nyawa wamita cantik ini?""Kenapa? Masalah?"tanya Eva dengan dingin."Tidak. Tapi menurutku sayang sekali jika dia harus dihabisi! Setidaknya, biarkan aku 'bermain' sebentar dengannya." Seringai pria yang lebih mirip orang Asia itu."Whatever! You can have her after that ... kill her!!" ucap Eva dengan netra tajam."Ok, no problem." Sahut sang pri itu menganggukkan kepalanya."Aku berikan padamu informasi di dalamnya tentang 'paket' mu. Aku ingin semuanya berjalan alami, tak ada jejak, tak ada cacat! Apa kau mengerti!?""Tenang saja, Nona Eva. Bukankah Anda juga tahu sudah berapa lama saya mengabdi untuk keluarga Medyedev ""Bukan urusanku! Dan sebaiknya segera kau kerjakan apa yang aku perintahkan!" E
Tania yang tak tahan lagi menunggu Lexi terlalu lama di kamar yang sunyi memutuskan untuk segera mencari laki-laki itu. Derap langkah yang dibuat sepelan mungkin dan netra yang was-was membuat detak jantung Tania memompa adrenalin yang kuat dan kencang, bak olahraga ekstrem. Tak lama tepat di depan netranya, siluet seorang wanita bergaun pengantin dan pria berjas abu-abu serta pria yang sedang duduk membelakanginya tampak di depannya. Sambil berdetak dan berdegup kencang, Tania memberanikan diri mendekati ketiga siluet itu dan ternyata ...."Lexi!!" serunya bersuara sedikit kencang.Tak pelak, Eva yang sedang bicara dengan Lexi dalam keadaan emosi mengalihkan netranya pada Tania yang berdiri tak jauh di belakang Lexi, dan ....DORRRRR!!DORRRRR!!DORRRRR!!"Ahhhh!!" Tania teriak kencang karena tembakan proyektil yang dilepaskan Eva tepat mengenai lukisan yang ada di sebelah Tania! Membuat Tania membelalakkan netranya bulat dan lebar!"TANIA!
Villa Keluarga HendrikovaDi sudut salah satu ruangan yang remang hampir gelap, Tania dan Lexi tengah bersembunyi dari kejaran Eva dan ayahnya, Joni Pedrova Medyedev. Emosi yang tengah di puncak, membuat Eva dan sang ayah kalap dan membabi buta menghancurkan isi dari villa milik keturunan Dinasti Romanov tersebut."Aku takut, Lexi!" Tania sembunyi di dada bidang milik Lexi yang lebar."Jangan takut, aku di sini. Aku akan selalu melindungimu." Ucap Lexi mengecup kening Tania mesra."Tapi, kau dan Eva dulu ..." Tania ragu dengan ucapannya."Dulu ya dulu! Sekarang ya sekarang! Aku bukan orang yang memandang ke belakang, apa yang ada di hadapanku sekarang, itulah yang akan kupikirkan!" tegas pemilik netra hijau Altai itu menatap Tania."Aku hanya ..." Tania membenamkan kepalanya dalam pelukan dekapan hangat sang serigala."Ssssttt, jangan berisik! Kau tetaplah di sini, aku akan pergi menemui mereka." Ucap Lexi mendorong lembut tubuh kelinci yang
"Kau tak punya hak untuk bicara seperti itu, Lexi!"Seorang wanita turun dari jeep hitam tak jauh dari mereka. "A--Anda," Tania terkejut karena Maria, sang ibunda Lexi ada di sana. "Bantu Nona Eva!" perintah Maria pada pengawalnya."Mama? Kenapa Mama ada di sini?" tanya Lexi yang tampaknya tak terkejut."Tak usah basa basi Lexi!" Maria menyipitkan tajam matanya ke arah Tania yang masih berada di dekapan Lexi dan seorang pria yang tersungkur di tanah"Siapa kau?" tanya Maria pada Andre."Saya suami sah dari wanita yang sedang berada di pelukan anak Anda. Namaku Andre." Jelasnya sambil membersihkan noda darah di mulutnya."Jadi kau suami Nona Tania? Bawa dia pergi dari sini! Putraku akan menikah dengan wanita ini!" Maria menunjuk Eva."Memang itulah yang akan saya lakukan, Nyonya. Tapi putra Anda ..." Andre kemudian berdiri dan menatap netra Lexi tajam. "Putra Anda telah menjadi parasit dalam pernikahan kami!""Tutup mulutmu! Kau t
"Hentikan!" suara lantang seorang wanita terdengar dari dalam kediaman Medyedev.Netra Andre membelalak ketika mengetahui siapa wanita yang baru saja mengeluarkan suara lantang itu. "Kau, E-Eva?""Hahahaha, akhirnya kau datang juga Andre. Bagaimana kabarmu? Apa kau sudah menerima paket cantik yang kukirim untukmu?" seringai Eva dengan cibiran."Wanita brengsek! Apa yang kau inginkan? Bukankah sudah cukup kau dengan menghancurkan Lexi, kenapa kau seret Tania ke dalam masalah pribadimu?" Andre tak dapat melihat Eva dengan tatapan datar. Netra laki-laki itu terus saja menyipitkan mata tajamnya ke arah wanita bergaun pengantin di depannya."Kau salah! Justru karena istri bodohmu itu yang berani-beraninya menggoda dan mengambil Lexi dariku! Harusnya aku yang bersama dengan Lexi dan bukan dia! Aku yang seharusnya menyandang kekasihnya dan bukan istrimu!" teriak Eva."A--apa? Kekasih?" Andre terperangah."Hahahah, suami macam apa yang tak mengetahu
Kedatangan Andre ke kantor Lexi membuatnya terkejut sekaligus kesal. Dengan memasang senyum penuh kepalsuan, Lexi tersenyum selayaknya tuan rumah yang menyambut kedatangan tamu."Silakan duduk, Tuan Andre." Lexi membuka tangannya dan mempersilakan Andre duduk di kursi yang ada di depannya."Cukup basa basimu, Tuann Richard Lexi! Di mana Tania?" Andre mulai tersulut emosi."Apa? Tania? Apa maksud Anda, Tuan Andre?"Andre yang sedang panas langsung memberikan pukulan keras di wajah Lexi hingga ia tersungkur jatuh di karpet ruangannya."Kutanya sekali lagi, di mana kau sembunyikan Tania!? Apa kau masih mengelak juga, hah! Laki-laki keparat! Berapa banyak hal lagi yang akan kau bohongi soal identitasmu pada Tania, hah!" Andre menarik kerah Lexi yang tersungkur dan berteriak padanya."Get off your dirty hands of me! Aku tak perlu menjawab pertanyaanmu, Tuan Andre! Dan Tania, kenapa Anda masih peduli padanya? Bukankah kalian akan bercerai?"
Sheremetyevo Int. AirportAndre langsung terbang ke negeri Beruang Merah saat dirinya dikirimi foto-foto mesra Tania dan Lexi. Tanpa membuang waktu, dia segera menaiki taksi bandara dan pergi ke Museum Hermitage, tempat Lexi bekerja. Rasa cemas, khawatir dan takut menyelimuti relung hati pria bermata seksi itu. Sesekali dia melihat ponselnya dan ingin mencoba menghubungi Tania namun berkali-kali pula ia urung melakukannya."Thank you, Sir." Ucap Andre turun dari taksi yang membawanya.Matanya menyeloroh melihat bangunan indah itu masih sama dengan yang ia lihat ketika beberapa bulan yang lalu Andre datang pertama kali ke tempat itu. Dengan langkah cepat, ia masuk ke dalam museum itu dan memutar balik netra dan retinanya, menyeloroh, meringsek ke semua sudut ruangan Museum Hermitage, namun tak jua membuahkan hasil. Putus asa, Andre menanyakan keberadaan Lexi dengan salah satu petugas keamana tempat itu dan begitu terkejutnya Andre ketika ia mengetahui bahwa Lexi seb
"Kurasa ini bukan jalan menuju kediaman Lexi. Sebenarnya kita mau ke mana?" Tania mulai curiga dengan sang pria tersebut yang terlihat menyeringai dari balik spion mobilnya."Kita akan sampai Nona sebentar lagi." Ucap pria tersebut kemudian tak lama membelokkan mobil yang mereka kendarai ke sebuah gudang gelap dan sunyi."T--tempat apa ini? Siapa kau sebenarnya?" Tania mulai ketakutan."Silakan berteriak! Tak ada satu pun yang akan mendengar atau menolongmu, hahahha." Pria itu menodongkan senjata api tepat di wajah Tania dan memaksa Tania turun dari mobilnya."Cepat jalan!" ucap pria itu mendorong kasar tubuh Tania."Siapa yang menyuruhmu? Apa Nyonya Besar yang memintamu melakukan ini?" tanya Tania seraya berjalan masuk ke gudang itu dan memgangkat tangannya."Nyonya Besar? Hahahha, nanti Anda tahu sendiri siapa yang telah menunggu Anda di dalam."Seorang wanita mengenakan long-coat warna coklat gelap, sepatu boots, serta kacamata hita
Eva memberikan sebuah amplop coklat yang berisi foto Tania pada seorang pria pembunuh berdarah dingin yang telah lama bekerja untuk keluarga Hendrikova. Pria itu dengan senyum dinginnya kemudian berkata, "Anda ingin saya menghabisi nyawa wamita cantik ini?""Kenapa? Masalah?"tanya Eva dengan dingin."Tidak. Tapi menurutku sayang sekali jika dia harus dihabisi! Setidaknya, biarkan aku 'bermain' sebentar dengannya." Seringai pria yang lebih mirip orang Asia itu."Whatever! You can have her after that ... kill her!!" ucap Eva dengan netra tajam."Ok, no problem." Sahut sang pri itu menganggukkan kepalanya."Aku berikan padamu informasi di dalamnya tentang 'paket' mu. Aku ingin semuanya berjalan alami, tak ada jejak, tak ada cacat! Apa kau mengerti!?""Tenang saja, Nona Eva. Bukankah Anda juga tahu sudah berapa lama saya mengabdi untuk keluarga Medyedev ""Bukan urusanku! Dan sebaiknya segera kau kerjakan apa yang aku perintahkan!" E
Kediaman Keluarga MedyedevPRANGPRANGPRANGSuara barang pecah belah yang dibanting dengan keras dari ruang makan keluarga Medyedev membuat para asisten rumah tangga di keluarga milyuner itu menjadi takut, panik namun juga khawatir dengan keadaan nona mereka, Eva Laika. Tak ada satu pun dari mereka yang berani mendekati ruang makan yang saat ini hampur seperti ruang sampah! Piring dan gelas yang dipecahkan oleh nona besar mereka membuat serpihan-serpihan dari barang pecah belah tersebut berhamburan memenuhi ruang makan."No--Nona Besar, sadarlah ... sadarlah Nona Besar, jangan menyakiti diri sendiri," ucap kepala asisten rumah tangga Hendrikova."DIAM! DIAM SEMUANYA! JANGAN ADA YANG IKUT CAMPUR!" teriak Eva dengan wajah lusuh, gaun yang tak lagi rapi dan terlihat mahal serta rambut yang acak-acakan."Aku salah apa, Lexi? Kenapa kau perlakukan aku seperti ini? Kenapa kau tak pernah melihat ketulusanku mencintaimu!!!" teriak Eva