"Itu 'kan ...." Sepasang netra dengan kontak lens warna coklat gelap melihat dengan jelas Tania pergi bersama dengan beberapa orang pria. Tangannya langsung meraih ponsel yang ada di dalam tasnya dan mengikuti hingga ke depan pintu hotel dan mengambil gambar Tania beserta ketiga pria berbadan tegap tersebut.
"Hahaahaha, Tania! Wanita 'suci' di mata Lexi yang ternyata tak lebih dari wanita jalang!" ucapnya seraya menyeringai.
Tanpa pikir panjang, seseorang tersebut langsung mengirimkan foto Tania dengan para pria yang pergi dengannya ke nomor Lexi dan tersenyum sangat puas! "Let me open your eyes, Richard Lexi Hendrikova!" tawa seseorang itu dan menyipitkan netranya di balik lensa kacamata berwarna hitam.
****
Kediaman Richard Lexi, Rublevka
Tinggggg ...
Bunyi bertubi-tubi pesan yang masuk di ponsel milik Lexi membuatnya sedikit terusik. Sambil membuka matanya perlahan, Lexi meraba-raba ponsel yang ia letakkan di sisi kanan dekat meja lampu tidurnya. Dengan keadaan masih setengah sadar, Lexi membuka pesan yang dikirim ke ponselnya dan seketika itu pula netra hijau Altai miliknya segera terbuka lebar!
"Ini ..." tubuhnya langsung bangun dan rasa pusing di kepalanya masih sangat terasa karena vodka yang ia minum semalam.
"Kau sudah bangun?" Katrina masuk ke dalam kamar Lexi sambil membawakan segelas susu hangat dan roti panggang berisi sosis.
"Kau yang membawaku ke sini?" tanya Lexi dengan mimik datar dan netra tajam menatap Katrina.
"Kau pikir siapa lagi? Tania?" sindir Katrina meletakkan sarapan Lexi di kasurnya.
"Ternyata mama lebih dari ekspetasiku!"
"Maksudmu?"
Lexi memberikan ponselnya pada Katrina dan wajah wanita seksi itu terkejut ketika melihat Tania pergi bersama dengan para pengawal dari keluarga Hendrikova.
"Ini 'kan ..." Katrina membisu.
"Ya. Apa yang ada di pikiranmu mungkin sama denganku!" sahut Lexi netranya menerawang ke luar jendela kamarnya.
"lalu, apa yang akan kau lakukan, Lexi? Mamamu telah bertindak. Kau tahu sendiri bukan bagaimana jika kepala keluarga Hendrikova telah bertindak?" netra Katrina mantap menatap Lexi.
"Ternyata mamaku sendiri telah menjsdi musuhku, jika sudah begini mau bagaimana lagi ... take it or leave it!"
Tanpa membuang waktu, Lexi segera beranjak dari tempat tidurnya dan menghubungi Yuri.
"Yuri, siapkan orang-orang terbaik kita! Bawa mereka ke kantorku! 1 jam lagi aku segera sampai!"
Katrina memegang lengan sepupunya itu, berharap tak ada lagi kejadian seperti keturunan pendahulu mereka, Dinasti Romanov.
"Are you sure 'bout this?"
"Jika aku tak yakin, aku tak 'kan melakukannya, Katrina!" mantap Lexi menjawab dan menyuruh Katrina segera meninggalkan rumahnya.
"Apapun itu, Lexi. Tetaplah berpikir waras dan layaknya manusia normal!" ucap Katrina tanpa berlama-lama di tempat Lexi langsung pergi dari kediamannya.
Lexi yang telah selesai berpakaian kemudian menuju 'secret chamber' yang selama ini tak diketahui orang lain, baik sepupu apalagi sang mama. Di dalam secret chamber itu terdapat beberapa jenis senjata api mulai dari laras pendek hingga laras panjang. Satu per satu Lexi mengamati senjata api yang dimilikinya. Namun dia menuju ke satu kotak kaca di mana kotak itu khusus menyimpan senjata api laras pendek favoritnya, Desert Eagle yang sekali menembak bisa menghancurkan isi kepala seseorang! Tanpa pikir panjang dan membuang waktu, Lexi segera mengambil senjata api itu dan meninggalkan kediamannya.
"Tania ... bertahanlah!!" ucap Lexi mempercepat langkahnya
****
Dungeon ( Ruang Bawah Tanah) Keluarga Hendrikova
Mobil sedan hitam yang membawa Tania segera memasuki tempat gelap dan tersembunyi dari matahari. Dengan paksa, ketiga pria berbadan tegap tersebut menurunkan Tania dari dalam mobil dan membawanya ke suatu ruangan yang terang namun kanan kiri ruangan itu sangat gelap. Hanya ada satu ruangan yang terang dan pintu besi tiada berkaca atau berjendela.
"Di mana ini? Tempat apa ini?" tanya Tania melihat sekeliling.
"Ini adalah dungeon milik keluarga Hendrikova," jelas salah seorang pria tersebut.
"Dungeon?" gumam Tania sedikit takut dan bergidik.
"Silakan," satu di antara mereka membuka pintu ruangan itu dan seorang wanita mengenakan blazer hitam dan rok skinny dengan heels hitam sekitar 7 cm telah duduk sambil menyilangkan kedua kakinya dan tersenyum menyambut Tania.
"Selamat datang, Nona Tania. Bagaimana perjalananmu?" tanya wanita itu sambil tersenyum.
"Anda ... bukankah Anda ..." Tania sangat terkejut melihat wanita di depannya yang tak lain adalah ibunda Richard Lexi.
"Tinggalkan kami!" perintah Maria Anna kepada anak buahnya.
"Jadi Anda yang menyuruh mereka untuk menangkap saya, Nyonya?" tanya Tania menyipitkan matanya.
Maria hanya tersenyum dan berkata, "Maaf bila para pengawal saya tak sopan terhadap Anda."
"Apa yang Anda inginkan?" dingin Tania.
"Kenapa Anda tak duduk dulu, Nona Tania sehingga kita bisa bicara dengan santai?" ujar Maria membuka tangannya lebar memmberi isyarat agar Tania duduk.
Setelah duduk, Maria menelepon salah satu pelayannya dan meminta membawakan teh Inggris dan sepiring camilan untuk mereka. Tania hanya melihat tingkah dan sikap Maria yang begitu berkelas. Dilihat dari manapun, baik pakaian, sikap serta ucapan ... semuanya menunjukkan jika Lexi memang bukan dari kalangan biasa.
"Maaf, Nyonya. Tapi saya ke sini bukan untuk minum atau makan. Saya ingin meminta penjelasan kenapa dan ada apa saya di bawa ke tempat seperti ini?" tanya Tania penuh curiga.
"Nona Tania, kudengar Anda berasal dari keluarga terpandang. Berarti Anda pernah diajarkan sopan santun, etika, table manner oleh keluarga Anda, bukan?" tanya Maria sesekali menyeringai.
Tania terdiam sejenak, dia kemudian duduk di kursi kayu coklat tua yang ada di ruang itu, berhadapan dengan Maria, ibunda Lexi.
"Jadi, apa yang Anda inginkan, Nyonya?"
Sebuah ketukan pintu besi menghentikan obrolan mereka berdua. Seorang butler yang memakai seragam layaknya pelayan restoran membawakan mereka dua cangkir teh Inggris dan kue kering khas Rusia yang serta beberapa kue lainnya. "Silakan dinikmati, Nona Tania." Maria mengambil sebuah garpu kecil dan mulai menyantap strawberry cheese cake yang begitu menggoda selera mata dan mulut.
Tania tetap bergeming. Maria melirik ke arah Tania dan meletakkan garpu kecilnya. "Kau bisa pergi!" perintah Maria pada butler tersebut.
"Apa Anda malu, Nona Tania? Kenapa tak dimakan?" tanya Maria tersenyum.
"Maaf Nyonya. Saya sudah bilang ..."
"Pakaian Anda ..." Maria menunjuk pakaian yang sama dengan yang semalam digunakan untuk datang ke acara makan malam bersama Lexi.
"Saya tahu!" ucap Tania mulai tak nyaman dengan sikap Maria terhadapnya.
"Apa yang Anda tahu, Nona Tania?"
"Pakaian ini adalah pakaian yang sama yang saya gunakan semalam untuk bertemu dengan Anda dan Nona Eva Laika juga ..." Tania enggan menyebut nama Lexi.
"Juga?" pancing Maria.
"Lexi. Tuan Richard Lexi, putra Anda." sahut Tania tak senang.
"Anda tahu Nona Tania, status dan posisi Richard Lexi di keluarga kami? Dia adalah keturunan Dinasti Romanov. Dengan kata lain, Lexi memiliki darah bangsawan. Dan darah bangsawan sangatlah murni dan suci! Anda mengerti maksud saya, bukan?"
"Saya paham dan sangat mengerti, Nyonya. Tapi maaf, bukan saya yang menyalakan bara api di atas api unggun yang sudah berapi. Saya hanyalah arang yang tersasar di bara api yang salah!" sahut Tania mengepalkan tangannya.
"Apa? Maksud Anda ...." Maria semakin penasaran.
"Sejak awal, saya adalah tamu dari anak Anda. Dan yang saya tahu, Tuan Richard Lexi bekerja sebagau seorang kuratot museum. Saya hanya tertarik dengan Tuan Lexi karena dia telah banyak membantu saya selama di Rusia. Jika dia salah menanggapi kebaikan saya ... apa yang bisa saya lakukan?" sedikit congkak Tania.
"Kau!!!" Maria mulai meninggikan suaranya.
Tampak seringai dari bibir Tania tersungging melihat Maria yang kebakaran jenggot menanggapi ucapannya.
"Dengar, Nona Tania! Aku, Maria Anna Luka Hendrikova tak akan pernah memberikan restu atau izin pada Levi untuk menyukai, mencintai apalagi menikahimu! Seorang wanita yang telah bersuami dan masih sah menjadi istri orang lain, apakah pantas melakukan hal seperti itu!?"
Netra Tania membelalak ketika Maria melemparkan ke wajahnya foto-foto antara dia dan Lexi serta foto pernikahan dirinya dan Andre!
"I--ini?? Anda ...." Maria dengan gemetar memegang foto-foto itu.
"Kenapa? Terkejut? Apa Anda kira selama ini aku diam saja dan melepaskan serigalaku berbuat bebas di luar sana? Jangan mimipi, Nona Tania!"
"Lalu, apa mau Anda Nyonya Maria?" bergetar bibir Tania menahan tangis.
"Pergi dan tinggalkan Rusia hari ini juga!!"
BANG!!!Sebuah tendangan benda keras mengejutkan Tania dan Maria. Para bodyguard Maria pun segera pergi melihat dan menyelidiki dari mana suara hentakan keras tersebut berasal. Usut punya usut, hentakan keras tersebut berasal dari atas, yaitu rumah utama keluarga Hendrikova."Cepat, cari Nona Tania sampai dapat! Cari di seluruh penjuru rumah ini!" perintah Yuri pada para anak buahnya.Segera, tak lama setelah perintah dari mulut Yuri meluncur, para anak buah pilihannya segera bergegas menyusur tiap sudut kamar dan ruang yang ada di mansion megah dan mewah itu.Lexi tak lama kemudian masuk ke dalam ruangan utama Hendrikova. Netra hijau Altai Lexi mulai menyeloroh seluruh ruangan yang ada di keluarga bangsawan itu. Sepi dan sunyi. Itulah gambaran kondisi kediaman Hendrikova sekarang ini. Tak ada asisten rumah tangga satu pun yang tampak terlihat oleh netranya. Kecurigaan Lexi semakin bertambah ketika dia tak melihat keberadaan sang mama dan berusaha menelep
Sebuah mobil van warna hitam tengah menanti di lubang yang cukup besar diameternya dan merupakan pintu masuk dungeon milik keluarga Hendrikova. Yuri serta beberapa pengawal pribadi Lexi membawa dan melindungi Tania jikalau ada serangan balasan dari pengawal keluarga Hendrikova. Tania yang mengalami luka di bagian lutut sebelah kanan dan siku sebelah kirinya segera mendapat pertolongan dari Yuri. Dengan telaten, Yuri membersihkan luka di lutut dan siku Tania dengan alkohol dan menutupinya dengan perekat."Anda baik-baik saja, Nona Tania?" tanya Yuri melihat wajah Tania yang pucat dan gemetar."A--Anda kenapa, Nona? Are you okay?" tanya Yuri sekali lagi kali ini ingin memegang tangan Tania namun yang terjadi adalah tepisan keras dari Tania!"JANGAN SENTUH AKU!!!" teriak Tania dari dalam mobil van yang masih berada di pintu masuk dungeon Hendrikova.Yuri dan para pengawal lainnya terkejut namun berusaha untuk menyembunyikannya, "Nona, tolong jangan teriak. J
Lexi, Yuri serta beberapa pengawalnya mengejar taksi yang membawa Tania pergi entah ke mana. Aksi bak Fast and Furious pun ditunjukkan mereka di jalanan kota Moskow yang sedang ramai kala itu. Yuri yang berada tepat di belakang taksi Tania sempat hampir mendekati taksi itu. Namun, sang supir taksi berhasil mengecoh mereka dan melajukan kendaraannya dengan kencang kembali. Lexi yang tak jauh berada di belakang Yuri langsung melajukan mobilnya dengan kencang dan menyalip mobil van yang dikendarai Yuri beserta pengawal Lexi."T--Tuan Muda!!" ucap salah satu pengawal pribadi Lexi membelalakkan matanya.Yuri menoleh ke arah samping kanan mobil van. Dan benar saja! Lexi, dengan wajah sangar tampannya mengejar taksi itu tanpa melihat samping kiri dan kanan! Tatapannya hanya terfokus pada taksi warna merah putih berpola bak papan catur yang tengah melaju kencang di depannya. Dengan tarikan gas yang dalam, Lexi menyalip mobil van yang ditumpangi Yuri serta pengawalnya."
Kediaman Keluarga Wijaya"Ini sarapannya, Pa." Daniella, sang istri Niko Wijaya tengah menghidangkan nasi goreng sosis kesukaan sang suami."Aku tak makan di rumah, Sayang. Ada rapat mendadak yang harus aku hadiri pagi ini." Sahut Niko Wijaya terburu-buru dan langsung segera pergi meninggalkan kediamannya begitu mencium mesra kening sang istri.Ting ... ting ... ting ...Sebuah bunyi tanda pesan masuk pada ponsel Daniella terdengar jelas di atas meja makan yang tampak penuh dengan masakan, walau hanya untuk sebuah sarapan pagi. Dengan kilat, Daniella membuka pesan yang ia terima di ponselnya itu dan ...DUARRRRR ...!!!Bagai tersambar petir di siang bolong, tubuh dan kakinya seketika langsung lemas dan gontai melihat sebuah foto yang dikirimkan oleh seseorang yang tiada bernama melalui WhatssApp-nya. Foto yang jelas memperlihatkan Andre dan seorang wanita tinggi dan cantik yang wajahnya ditutupi kacamata besar dan menggandeng lengan Andre dengan m
Kediaman Keluarga Wijaya"Aku ingin kau cerai dengan Tania!" ucap Daniella menyipitkan tajam matanya."A--apa? Ma?? Cerai? Mama ingin aku cerai dari Tania?" Andre membelalakkan matanya terkejut."Ya! CERAI! Tak sudi aku punya menantu binal macam kau!!" Daniella tak lagi mampu menahan emosi dan kesalnya."Mama salah paham. Tolong dengarkan aku dulu, Ma. Andre bisa jelaskan semuanya, tolong dengarkan penjelasan Andre, Ma ..." pinta Andre sambil meraih tangan Daniella.PLAK!!Daniella menampik tangan Andre dengan keras hingga meninggalkan warna merah pada tangan putih sang dosen."Aku ... Daniella Wijaya sampai kapanpun tak akan pernah mau mengakuimu lagi sebagai MENANTU DI KELUARGA WIJAYA! SILAKAN PERGI DARI SINI DAN RUMAH TANIA! JANGAN SEKALIPUN KAU BERANI MENGINJAKKAN KAKI DI RUMAH INI ATAU TANIA ... JIKA TIDAK ..." Daniella membungkuk dan mendekatkan wajahnyake arah Andre."J--jika tidak ..." getar suara Andre."Aku tidak jamin
Kediaman Keluarga MedyedevPRANGPRANGPRANGSuara barang pecah belah yang dibanting dengan keras dari ruang makan keluarga Medyedev membuat para asisten rumah tangga di keluarga milyuner itu menjadi takut, panik namun juga khawatir dengan keadaan nona mereka, Eva Laika. Tak ada satu pun dari mereka yang berani mendekati ruang makan yang saat ini hampur seperti ruang sampah! Piring dan gelas yang dipecahkan oleh nona besar mereka membuat serpihan-serpihan dari barang pecah belah tersebut berhamburan memenuhi ruang makan."No--Nona Besar, sadarlah ... sadarlah Nona Besar, jangan menyakiti diri sendiri," ucap kepala asisten rumah tangga Hendrikova."DIAM! DIAM SEMUANYA! JANGAN ADA YANG IKUT CAMPUR!" teriak Eva dengan wajah lusuh, gaun yang tak lagi rapi dan terlihat mahal serta rambut yang acak-acakan."Aku salah apa, Lexi? Kenapa kau perlakukan aku seperti ini? Kenapa kau tak pernah melihat ketulusanku mencintaimu!!!" teriak Eva
Eva memberikan sebuah amplop coklat yang berisi foto Tania pada seorang pria pembunuh berdarah dingin yang telah lama bekerja untuk keluarga Hendrikova. Pria itu dengan senyum dinginnya kemudian berkata, "Anda ingin saya menghabisi nyawa wamita cantik ini?""Kenapa? Masalah?"tanya Eva dengan dingin."Tidak. Tapi menurutku sayang sekali jika dia harus dihabisi! Setidaknya, biarkan aku 'bermain' sebentar dengannya." Seringai pria yang lebih mirip orang Asia itu."Whatever! You can have her after that ... kill her!!" ucap Eva dengan netra tajam."Ok, no problem." Sahut sang pri itu menganggukkan kepalanya."Aku berikan padamu informasi di dalamnya tentang 'paket' mu. Aku ingin semuanya berjalan alami, tak ada jejak, tak ada cacat! Apa kau mengerti!?""Tenang saja, Nona Eva. Bukankah Anda juga tahu sudah berapa lama saya mengabdi untuk keluarga Medyedev ""Bukan urusanku! Dan sebaiknya segera kau kerjakan apa yang aku perintahkan!" E
"Kurasa ini bukan jalan menuju kediaman Lexi. Sebenarnya kita mau ke mana?" Tania mulai curiga dengan sang pria tersebut yang terlihat menyeringai dari balik spion mobilnya."Kita akan sampai Nona sebentar lagi." Ucap pria tersebut kemudian tak lama membelokkan mobil yang mereka kendarai ke sebuah gudang gelap dan sunyi."T--tempat apa ini? Siapa kau sebenarnya?" Tania mulai ketakutan."Silakan berteriak! Tak ada satu pun yang akan mendengar atau menolongmu, hahahha." Pria itu menodongkan senjata api tepat di wajah Tania dan memaksa Tania turun dari mobilnya."Cepat jalan!" ucap pria itu mendorong kasar tubuh Tania."Siapa yang menyuruhmu? Apa Nyonya Besar yang memintamu melakukan ini?" tanya Tania seraya berjalan masuk ke gudang itu dan memgangkat tangannya."Nyonya Besar? Hahahha, nanti Anda tahu sendiri siapa yang telah menunggu Anda di dalam."Seorang wanita mengenakan long-coat warna coklat gelap, sepatu boots, serta kacamata hita
Tania yang tak tahan lagi menunggu Lexi terlalu lama di kamar yang sunyi memutuskan untuk segera mencari laki-laki itu. Derap langkah yang dibuat sepelan mungkin dan netra yang was-was membuat detak jantung Tania memompa adrenalin yang kuat dan kencang, bak olahraga ekstrem. Tak lama tepat di depan netranya, siluet seorang wanita bergaun pengantin dan pria berjas abu-abu serta pria yang sedang duduk membelakanginya tampak di depannya. Sambil berdetak dan berdegup kencang, Tania memberanikan diri mendekati ketiga siluet itu dan ternyata ...."Lexi!!" serunya bersuara sedikit kencang.Tak pelak, Eva yang sedang bicara dengan Lexi dalam keadaan emosi mengalihkan netranya pada Tania yang berdiri tak jauh di belakang Lexi, dan ....DORRRRR!!DORRRRR!!DORRRRR!!"Ahhhh!!" Tania teriak kencang karena tembakan proyektil yang dilepaskan Eva tepat mengenai lukisan yang ada di sebelah Tania! Membuat Tania membelalakkan netranya bulat dan lebar!"TANIA!
Villa Keluarga HendrikovaDi sudut salah satu ruangan yang remang hampir gelap, Tania dan Lexi tengah bersembunyi dari kejaran Eva dan ayahnya, Joni Pedrova Medyedev. Emosi yang tengah di puncak, membuat Eva dan sang ayah kalap dan membabi buta menghancurkan isi dari villa milik keturunan Dinasti Romanov tersebut."Aku takut, Lexi!" Tania sembunyi di dada bidang milik Lexi yang lebar."Jangan takut, aku di sini. Aku akan selalu melindungimu." Ucap Lexi mengecup kening Tania mesra."Tapi, kau dan Eva dulu ..." Tania ragu dengan ucapannya."Dulu ya dulu! Sekarang ya sekarang! Aku bukan orang yang memandang ke belakang, apa yang ada di hadapanku sekarang, itulah yang akan kupikirkan!" tegas pemilik netra hijau Altai itu menatap Tania."Aku hanya ..." Tania membenamkan kepalanya dalam pelukan dekapan hangat sang serigala."Ssssttt, jangan berisik! Kau tetaplah di sini, aku akan pergi menemui mereka." Ucap Lexi mendorong lembut tubuh kelinci yang
"Kau tak punya hak untuk bicara seperti itu, Lexi!"Seorang wanita turun dari jeep hitam tak jauh dari mereka. "A--Anda," Tania terkejut karena Maria, sang ibunda Lexi ada di sana. "Bantu Nona Eva!" perintah Maria pada pengawalnya."Mama? Kenapa Mama ada di sini?" tanya Lexi yang tampaknya tak terkejut."Tak usah basa basi Lexi!" Maria menyipitkan tajam matanya ke arah Tania yang masih berada di dekapan Lexi dan seorang pria yang tersungkur di tanah"Siapa kau?" tanya Maria pada Andre."Saya suami sah dari wanita yang sedang berada di pelukan anak Anda. Namaku Andre." Jelasnya sambil membersihkan noda darah di mulutnya."Jadi kau suami Nona Tania? Bawa dia pergi dari sini! Putraku akan menikah dengan wanita ini!" Maria menunjuk Eva."Memang itulah yang akan saya lakukan, Nyonya. Tapi putra Anda ..." Andre kemudian berdiri dan menatap netra Lexi tajam. "Putra Anda telah menjadi parasit dalam pernikahan kami!""Tutup mulutmu! Kau t
"Hentikan!" suara lantang seorang wanita terdengar dari dalam kediaman Medyedev.Netra Andre membelalak ketika mengetahui siapa wanita yang baru saja mengeluarkan suara lantang itu. "Kau, E-Eva?""Hahahaha, akhirnya kau datang juga Andre. Bagaimana kabarmu? Apa kau sudah menerima paket cantik yang kukirim untukmu?" seringai Eva dengan cibiran."Wanita brengsek! Apa yang kau inginkan? Bukankah sudah cukup kau dengan menghancurkan Lexi, kenapa kau seret Tania ke dalam masalah pribadimu?" Andre tak dapat melihat Eva dengan tatapan datar. Netra laki-laki itu terus saja menyipitkan mata tajamnya ke arah wanita bergaun pengantin di depannya."Kau salah! Justru karena istri bodohmu itu yang berani-beraninya menggoda dan mengambil Lexi dariku! Harusnya aku yang bersama dengan Lexi dan bukan dia! Aku yang seharusnya menyandang kekasihnya dan bukan istrimu!" teriak Eva."A--apa? Kekasih?" Andre terperangah."Hahahah, suami macam apa yang tak mengetahu
Kedatangan Andre ke kantor Lexi membuatnya terkejut sekaligus kesal. Dengan memasang senyum penuh kepalsuan, Lexi tersenyum selayaknya tuan rumah yang menyambut kedatangan tamu."Silakan duduk, Tuan Andre." Lexi membuka tangannya dan mempersilakan Andre duduk di kursi yang ada di depannya."Cukup basa basimu, Tuann Richard Lexi! Di mana Tania?" Andre mulai tersulut emosi."Apa? Tania? Apa maksud Anda, Tuan Andre?"Andre yang sedang panas langsung memberikan pukulan keras di wajah Lexi hingga ia tersungkur jatuh di karpet ruangannya."Kutanya sekali lagi, di mana kau sembunyikan Tania!? Apa kau masih mengelak juga, hah! Laki-laki keparat! Berapa banyak hal lagi yang akan kau bohongi soal identitasmu pada Tania, hah!" Andre menarik kerah Lexi yang tersungkur dan berteriak padanya."Get off your dirty hands of me! Aku tak perlu menjawab pertanyaanmu, Tuan Andre! Dan Tania, kenapa Anda masih peduli padanya? Bukankah kalian akan bercerai?"
Sheremetyevo Int. AirportAndre langsung terbang ke negeri Beruang Merah saat dirinya dikirimi foto-foto mesra Tania dan Lexi. Tanpa membuang waktu, dia segera menaiki taksi bandara dan pergi ke Museum Hermitage, tempat Lexi bekerja. Rasa cemas, khawatir dan takut menyelimuti relung hati pria bermata seksi itu. Sesekali dia melihat ponselnya dan ingin mencoba menghubungi Tania namun berkali-kali pula ia urung melakukannya."Thank you, Sir." Ucap Andre turun dari taksi yang membawanya.Matanya menyeloroh melihat bangunan indah itu masih sama dengan yang ia lihat ketika beberapa bulan yang lalu Andre datang pertama kali ke tempat itu. Dengan langkah cepat, ia masuk ke dalam museum itu dan memutar balik netra dan retinanya, menyeloroh, meringsek ke semua sudut ruangan Museum Hermitage, namun tak jua membuahkan hasil. Putus asa, Andre menanyakan keberadaan Lexi dengan salah satu petugas keamana tempat itu dan begitu terkejutnya Andre ketika ia mengetahui bahwa Lexi seb
"Kurasa ini bukan jalan menuju kediaman Lexi. Sebenarnya kita mau ke mana?" Tania mulai curiga dengan sang pria tersebut yang terlihat menyeringai dari balik spion mobilnya."Kita akan sampai Nona sebentar lagi." Ucap pria tersebut kemudian tak lama membelokkan mobil yang mereka kendarai ke sebuah gudang gelap dan sunyi."T--tempat apa ini? Siapa kau sebenarnya?" Tania mulai ketakutan."Silakan berteriak! Tak ada satu pun yang akan mendengar atau menolongmu, hahahha." Pria itu menodongkan senjata api tepat di wajah Tania dan memaksa Tania turun dari mobilnya."Cepat jalan!" ucap pria itu mendorong kasar tubuh Tania."Siapa yang menyuruhmu? Apa Nyonya Besar yang memintamu melakukan ini?" tanya Tania seraya berjalan masuk ke gudang itu dan memgangkat tangannya."Nyonya Besar? Hahahha, nanti Anda tahu sendiri siapa yang telah menunggu Anda di dalam."Seorang wanita mengenakan long-coat warna coklat gelap, sepatu boots, serta kacamata hita
Eva memberikan sebuah amplop coklat yang berisi foto Tania pada seorang pria pembunuh berdarah dingin yang telah lama bekerja untuk keluarga Hendrikova. Pria itu dengan senyum dinginnya kemudian berkata, "Anda ingin saya menghabisi nyawa wamita cantik ini?""Kenapa? Masalah?"tanya Eva dengan dingin."Tidak. Tapi menurutku sayang sekali jika dia harus dihabisi! Setidaknya, biarkan aku 'bermain' sebentar dengannya." Seringai pria yang lebih mirip orang Asia itu."Whatever! You can have her after that ... kill her!!" ucap Eva dengan netra tajam."Ok, no problem." Sahut sang pri itu menganggukkan kepalanya."Aku berikan padamu informasi di dalamnya tentang 'paket' mu. Aku ingin semuanya berjalan alami, tak ada jejak, tak ada cacat! Apa kau mengerti!?""Tenang saja, Nona Eva. Bukankah Anda juga tahu sudah berapa lama saya mengabdi untuk keluarga Medyedev ""Bukan urusanku! Dan sebaiknya segera kau kerjakan apa yang aku perintahkan!" E
Kediaman Keluarga MedyedevPRANGPRANGPRANGSuara barang pecah belah yang dibanting dengan keras dari ruang makan keluarga Medyedev membuat para asisten rumah tangga di keluarga milyuner itu menjadi takut, panik namun juga khawatir dengan keadaan nona mereka, Eva Laika. Tak ada satu pun dari mereka yang berani mendekati ruang makan yang saat ini hampur seperti ruang sampah! Piring dan gelas yang dipecahkan oleh nona besar mereka membuat serpihan-serpihan dari barang pecah belah tersebut berhamburan memenuhi ruang makan."No--Nona Besar, sadarlah ... sadarlah Nona Besar, jangan menyakiti diri sendiri," ucap kepala asisten rumah tangga Hendrikova."DIAM! DIAM SEMUANYA! JANGAN ADA YANG IKUT CAMPUR!" teriak Eva dengan wajah lusuh, gaun yang tak lagi rapi dan terlihat mahal serta rambut yang acak-acakan."Aku salah apa, Lexi? Kenapa kau perlakukan aku seperti ini? Kenapa kau tak pernah melihat ketulusanku mencintaimu!!!" teriak Eva