Sebuah mobil van warna hitam tengah menanti di lubang yang cukup besar diameternya dan merupakan pintu masuk dungeon milik keluarga Hendrikova. Yuri serta beberapa pengawal pribadi Lexi membawa dan melindungi Tania jikalau ada serangan balasan dari pengawal keluarga Hendrikova. Tania yang mengalami luka di bagian lutut sebelah kanan dan siku sebelah kirinya segera mendapat pertolongan dari Yuri. Dengan telaten, Yuri membersihkan luka di lutut dan siku Tania dengan alkohol dan menutupinya dengan perekat.
"Anda baik-baik saja, Nona Tania?" tanya Yuri melihat wajah Tania yang pucat dan gemetar.
"A--Anda kenapa, Nona? Are you okay?" tanya Yuri sekali lagi kali ini ingin memegang tangan Tania namun yang terjadi adalah tepisan keras dari Tania!
"JANGAN SENTUH AKU!!!" teriak Tania dari dalam mobil van yang masih berada di pintu masuk dungeon Hendrikova.
Yuri dan para pengawal lainnya terkejut namun berusaha untuk menyembunyikannya, "Nona, tolong jangan teriak. Jika tidak, kita akan ketahuan oleh pengawal keluarga Hendrikova," pinta Yuri memelankan suaranya.
"Aku tak peduli!!! Aku hanya ingin keluar dari sini! Dari tempat laknat ini! Maria, wanita gila itu memberiku dua pilihan Yuri, mati jika aku masih berada di tempat ini atau hidup jika aku meninggalkan tempat ini!" penuh emosi dan air mata ucapan yang keluar dari mulut Tania.
Yuri hanya bergeming, tak lama beberapa orang yang membawa AK-47 berhasil mengejar mereka sehingga membuat Yuri dan pengawal pribadi Lexi membawa Tania bergegas pergi dari sana.
"Antarkan aku ke bandara!" ucap Tania dengan wajah lusuh dan rambut berantakan.
"Tidak! Kami akan membawa Anda ke rumah sakit untuk pengobatan!" tegas Yuri menatap tajam Tania.
"Aku tak mau pergi ke rumah sakit! Aku mau kau antar aku ke bandara!"
"Dengan kondisi Anda yang sekarang? " tanya Yuri seraya memperhatikan kondisi Tania yang tak kacau.
"Baiklah, antar aku ke hotel dan tunggu aku di luar. Aku akan berganti baju."
"Tetap tidak bisa, Nona Tania!" kali ini Yuri telah bersikap sebagai seorang bodyguard dan bukan sekretaris.
"YURI!!!!" bentak Tania kencang.
Beberapa orang di dalam van itu mulai tak senang dengan sikap Tania yang tak bisa diajak kooperatif. Bahkan salah satu di antara mereka langsung menodongkan Glock 45 ke kepala Tania. Tak pelak, Tania yang sedang dalam keadaan cemas, ketakutan dan panik menjadi semakin sulit untuk dikendalikan.
PLAK!!!
Tamparan keras dan kencang langsung dilayangkan oleh Yuri kepada salah seorang yang menodongkan Gloxk 45 ke kepala Tania tadi. Yuri yang tak pernah terlihat marah saat ini bagaikan leopard yang lepas dari kandang.
"BODOH, TOLOL!!! APA YANG KAU LAKUKAN! BERANI-BERANINYA KAU MENODONGKAN SENJATAMU IRU PADA TAMU TUAN LEXI! KAU CARI MATI, HAHHHHH!!!!" teriak Yuri kencang hingga membuat mobil yang berada di sebelah van mereka melihat ke arah mereka.
"Ma--maaf, Ketua. Saya tak tahan karena Nona ini tak bisa diajak kerjasama," sahut anak buah Yuri dengan mimik penyesalan.
Tania lagi-lagi berada dalam suasana yang tak menyenangkan! Seisi orang dalam van tersebut seperti sedang tersulut emosi dan sedang dalam tekanan yang besar. "Maaf ..." ucap Tania pelan.
"Apa yang baru saja Anda katakan Nona Tania?" tanya Yuri penasaran.
"Aku minta maaf karena diriku, kalian jadi seperti ini," tertunduk kepala Tania penuh penyesalan.
"Apa yang Anda katakan, Nona? Memang inilah tugas kami! Melindungi tuan kami, mengabdi hingga kami tak lagi diperlukan dan dibutuhkan, Anda tak perlu merasa sungkan apalagi bersalah." ucap Yuri tersenyum.
Sebuah ucapan yang setidaknya membuat sedikit tenang hati Tania setelah kejadian yang tak menyenangkan terjadi pada dirinua secara tiba-tiba.
****
Kediaman Hendrikova
Lexi dan sang mama masih berada di dungeon milik klan Hendrikova. Netra yang sama-sama memiliki keindahan itu saling menatap datar namun dalam dan menyembunyikan ekspresi kemarahan antara keduanya. Tak ingin lagi berdebat dengan sang mama, Lexi berjalan mengambil Desert Eagle miliknya dan menyembunyikannya di balik jas hitam panjangnya. "Ini terakhir kalinya aku menginjakkan kaki di rumah ini. Karena Mama telah bertindak di luar batas, maaf jika aku harus melawanmu, Ma." Ucap Lexi netranya kemudian melihat sekelompok orang yang ternyata pengawal pribadi Maria.
"Bagaimana?" tanya Maria debgan suara rendah.
"Maaf, Madam. Kami kehilangan wanita itu. Sebuah mobil van hitam telah membawanya pergi," jelas satu dari kelima orang tersebut dengan jelaa membawa AK-47 di depan Lexi.
Maria menatap Lexi dan mengisyaratkan para pengawalnya untuk pergi. "Kau tahu Lexi, Mama sempat memberikan dua pilihan oada Nona Tania. Hidup atau mati! Hidup, jika dia meninggalkan negara ini dan mati ... jika dia masih berhubungan denganmu!" jelas Maria mengurai senyum manisnya.
"Kenapa Mama berkata seperti itu? Kenapa Mama mengancamnya?" tanya Lexi menuntut jawaban.
"Kau tahu jawabanku, Lexi! Ini semua karena hutang dan balas budi kita kepada klan Medyedev. Bukankah kau sendiri juga tahu jika ...."
"PERSETAN DENGAN PERJANJIAN DAN KONTRAK ITU! HIDUPKU TAK DIATUR DENGAN KONTRAK! AKU, RICHARD LEXI AKAN MELENYAPKAN DAN MENGHANCURKAN KONTRAK ITU, AKAN KUHANCURKAN SEMUA ORANG YANG MENGHALANGI DAN MENENTANGKU!"
"Termasuk Mama?" tanya Maria menanggapi dengan tenang emosi Lexi yang meledak-ledak.
"YA!!!" ucap Lexi spontan.
Maria tak dapat menyembunyikan kesedihan, kekecewaannya juha kemarahannya. Air matany mulai mengalir mendengar Lexi mengucapkan kata-kata yang menyakiti hatinya. Dengan kepalan tangan yang kuat, Maria mengusir Lexi untuk ketiga kalinya! Dan Lexi, tanpa banyak kata dan waktu segera pergi dari dungeon milik keluarganya dan meninggalkan sang mama juga untuk kesekian kalinya.
"Di mana kau?"
[Saya berada di hotel tempat Nona menginap, Tuan]
"Apa ada yang mengikuti kalian?"
[Tidak ada, Tuan]
"Hnn, bagus. Aku akan segera ke sana."
Tak lama setelah Lexi mematikan ponselnya, nomor asing yang tak dia kenal menghubungi ponselnya. Lexi hanya menatap ponselnya namun tak mengangkatnya. Tapi sepertinya pemilik nomor asing itu tak kenal menyerah dan mau tak mau, Lexi yang sedikit penasaran pun akhirnya mengangkat nomor asing itu.
[Apa kau sudah menemukannya?]
Mata Lexi membelalak kaget!
[Kenapa diam? Aku sedang bertanya padamu, Richard Lexi ... apa kau sudah menemukan wanita sucimu itu?]
"Jadi kau yang mengirim foto-foto itu, Ardelle?"
[Menurutmu ...??]
"Kenapa? Kenapa kau membantuku?"
[Karena aku bukan bajingan seperti dirimu, Lexi! Karena aku akan melakukan apapun demi orang yang aku cintai! Meskipun orang itu telah mengusirku dari hidupnya!]
Lexi terdiam. Kata-kata Ardelle bagaikan panah yang menembus langsung jantung dan paru-parunya.
[Aku, wanita yang kau usir dari negara ini dan hidupmu telah membantumu. Apa imbalan yang bisa kuterima?]
"Imbalan? Jadi kau melakukan ini demi imbalan?"
[There's nothing free, Lexi. Hahahaaaha]
"Apa yang kau inginkan?"
[Tidur bersamaku satu malam!]
"Apa!!"
Lagi-lagi Lexi bergeming.
[Hahaha ... forget it! Lagipula aku sudah di pesawat. Aku akan pergi. Jaga dirimu, Lexi]
Ardelle langsung mematikan ponselnya dan Lexi tak mengucapkan apapun padanya, hingga ...
"Terima kasih, Ardelle. Jaga dirimu baik-baik." Lexipun segera masuk ke mobilnya dan menuju hotel Tania menginap.
****
Lotte Hotel Moscow
Tania yang kini telah berada di kamarnya segera mengganti pakaiannya dengan kaos oblong warna putih, jeans skinny, sneakers warna merah menyala dan jaket army serta topi dan kacamata hitam juga tas selempang kecil warna hitam. Tania melihat dirinya di cermin kamar hotelnya dan tak lama suara ketukan pintu mengagetkan lamunannya. Segera, Tania membuka pintu dan terlihat Yuri berada tepat di depan netranya.
"Apa Anda sudah selesai, Nona?" tanya sekretaris dan pengawal pribadi Lexi itu.
Tania mengangguk.
"Bisa kita pergi sekarang?"
"Pergi? Pergi ke mana?" Tania penasaran.
"Maaf, tapi saya tak bisa mengatakannya, Nona. Silakan." Yuri membuka tangannya lebar tanda mempersilakan Tania untuk jalan di depannya.
Tania yang dikawal Yuri dan beberapa pria berbadan tegap memang sempat menyita perhatian para tamu yang menginap di hotel tersebut. Malu, risih, rasa tak nyaman bersarang di benak Tania. Dia mencari cara untuk bisa lepas dari jeratan Lexi dan anak buahnya. Sesampainya di pintu keluar, Tania yang melihat sebuah taksi yang baru saja menurunkan penumpang berhenti tak jauh dari jangkauannya. Dengan langkah cepat, Tania lari menuju taksi itu!
"Cepat jalan!" perintah Tania.
"Nona! Nona! Ah, sial!! Kejar taksi itu!" perintah Yuri terkejut dengan aksi yang dilakukan Tania.
Lexi yang tak lama tiba di Lotte Hotel sempat melihat kejadian itu dari kejauhan, "Hah, benar-benar kelinci liar!" ucapnya sambil tertawa dan segera mengejar taksi yang membawa Tania pergi.
Lexi, Yuri serta beberapa pengawalnya mengejar taksi yang membawa Tania pergi entah ke mana. Aksi bak Fast and Furious pun ditunjukkan mereka di jalanan kota Moskow yang sedang ramai kala itu. Yuri yang berada tepat di belakang taksi Tania sempat hampir mendekati taksi itu. Namun, sang supir taksi berhasil mengecoh mereka dan melajukan kendaraannya dengan kencang kembali. Lexi yang tak jauh berada di belakang Yuri langsung melajukan mobilnya dengan kencang dan menyalip mobil van yang dikendarai Yuri beserta pengawal Lexi."T--Tuan Muda!!" ucap salah satu pengawal pribadi Lexi membelalakkan matanya.Yuri menoleh ke arah samping kanan mobil van. Dan benar saja! Lexi, dengan wajah sangar tampannya mengejar taksi itu tanpa melihat samping kiri dan kanan! Tatapannya hanya terfokus pada taksi warna merah putih berpola bak papan catur yang tengah melaju kencang di depannya. Dengan tarikan gas yang dalam, Lexi menyalip mobil van yang ditumpangi Yuri serta pengawalnya."
Kediaman Keluarga Wijaya"Ini sarapannya, Pa." Daniella, sang istri Niko Wijaya tengah menghidangkan nasi goreng sosis kesukaan sang suami."Aku tak makan di rumah, Sayang. Ada rapat mendadak yang harus aku hadiri pagi ini." Sahut Niko Wijaya terburu-buru dan langsung segera pergi meninggalkan kediamannya begitu mencium mesra kening sang istri.Ting ... ting ... ting ...Sebuah bunyi tanda pesan masuk pada ponsel Daniella terdengar jelas di atas meja makan yang tampak penuh dengan masakan, walau hanya untuk sebuah sarapan pagi. Dengan kilat, Daniella membuka pesan yang ia terima di ponselnya itu dan ...DUARRRRR ...!!!Bagai tersambar petir di siang bolong, tubuh dan kakinya seketika langsung lemas dan gontai melihat sebuah foto yang dikirimkan oleh seseorang yang tiada bernama melalui WhatssApp-nya. Foto yang jelas memperlihatkan Andre dan seorang wanita tinggi dan cantik yang wajahnya ditutupi kacamata besar dan menggandeng lengan Andre dengan m
Kediaman Keluarga Wijaya"Aku ingin kau cerai dengan Tania!" ucap Daniella menyipitkan tajam matanya."A--apa? Ma?? Cerai? Mama ingin aku cerai dari Tania?" Andre membelalakkan matanya terkejut."Ya! CERAI! Tak sudi aku punya menantu binal macam kau!!" Daniella tak lagi mampu menahan emosi dan kesalnya."Mama salah paham. Tolong dengarkan aku dulu, Ma. Andre bisa jelaskan semuanya, tolong dengarkan penjelasan Andre, Ma ..." pinta Andre sambil meraih tangan Daniella.PLAK!!Daniella menampik tangan Andre dengan keras hingga meninggalkan warna merah pada tangan putih sang dosen."Aku ... Daniella Wijaya sampai kapanpun tak akan pernah mau mengakuimu lagi sebagai MENANTU DI KELUARGA WIJAYA! SILAKAN PERGI DARI SINI DAN RUMAH TANIA! JANGAN SEKALIPUN KAU BERANI MENGINJAKKAN KAKI DI RUMAH INI ATAU TANIA ... JIKA TIDAK ..." Daniella membungkuk dan mendekatkan wajahnyake arah Andre."J--jika tidak ..." getar suara Andre."Aku tidak jamin
Kediaman Keluarga MedyedevPRANGPRANGPRANGSuara barang pecah belah yang dibanting dengan keras dari ruang makan keluarga Medyedev membuat para asisten rumah tangga di keluarga milyuner itu menjadi takut, panik namun juga khawatir dengan keadaan nona mereka, Eva Laika. Tak ada satu pun dari mereka yang berani mendekati ruang makan yang saat ini hampur seperti ruang sampah! Piring dan gelas yang dipecahkan oleh nona besar mereka membuat serpihan-serpihan dari barang pecah belah tersebut berhamburan memenuhi ruang makan."No--Nona Besar, sadarlah ... sadarlah Nona Besar, jangan menyakiti diri sendiri," ucap kepala asisten rumah tangga Hendrikova."DIAM! DIAM SEMUANYA! JANGAN ADA YANG IKUT CAMPUR!" teriak Eva dengan wajah lusuh, gaun yang tak lagi rapi dan terlihat mahal serta rambut yang acak-acakan."Aku salah apa, Lexi? Kenapa kau perlakukan aku seperti ini? Kenapa kau tak pernah melihat ketulusanku mencintaimu!!!" teriak Eva
Eva memberikan sebuah amplop coklat yang berisi foto Tania pada seorang pria pembunuh berdarah dingin yang telah lama bekerja untuk keluarga Hendrikova. Pria itu dengan senyum dinginnya kemudian berkata, "Anda ingin saya menghabisi nyawa wamita cantik ini?""Kenapa? Masalah?"tanya Eva dengan dingin."Tidak. Tapi menurutku sayang sekali jika dia harus dihabisi! Setidaknya, biarkan aku 'bermain' sebentar dengannya." Seringai pria yang lebih mirip orang Asia itu."Whatever! You can have her after that ... kill her!!" ucap Eva dengan netra tajam."Ok, no problem." Sahut sang pri itu menganggukkan kepalanya."Aku berikan padamu informasi di dalamnya tentang 'paket' mu. Aku ingin semuanya berjalan alami, tak ada jejak, tak ada cacat! Apa kau mengerti!?""Tenang saja, Nona Eva. Bukankah Anda juga tahu sudah berapa lama saya mengabdi untuk keluarga Medyedev ""Bukan urusanku! Dan sebaiknya segera kau kerjakan apa yang aku perintahkan!" E
"Kurasa ini bukan jalan menuju kediaman Lexi. Sebenarnya kita mau ke mana?" Tania mulai curiga dengan sang pria tersebut yang terlihat menyeringai dari balik spion mobilnya."Kita akan sampai Nona sebentar lagi." Ucap pria tersebut kemudian tak lama membelokkan mobil yang mereka kendarai ke sebuah gudang gelap dan sunyi."T--tempat apa ini? Siapa kau sebenarnya?" Tania mulai ketakutan."Silakan berteriak! Tak ada satu pun yang akan mendengar atau menolongmu, hahahha." Pria itu menodongkan senjata api tepat di wajah Tania dan memaksa Tania turun dari mobilnya."Cepat jalan!" ucap pria itu mendorong kasar tubuh Tania."Siapa yang menyuruhmu? Apa Nyonya Besar yang memintamu melakukan ini?" tanya Tania seraya berjalan masuk ke gudang itu dan memgangkat tangannya."Nyonya Besar? Hahahha, nanti Anda tahu sendiri siapa yang telah menunggu Anda di dalam."Seorang wanita mengenakan long-coat warna coklat gelap, sepatu boots, serta kacamata hita
Sheremetyevo Int. AirportAndre langsung terbang ke negeri Beruang Merah saat dirinya dikirimi foto-foto mesra Tania dan Lexi. Tanpa membuang waktu, dia segera menaiki taksi bandara dan pergi ke Museum Hermitage, tempat Lexi bekerja. Rasa cemas, khawatir dan takut menyelimuti relung hati pria bermata seksi itu. Sesekali dia melihat ponselnya dan ingin mencoba menghubungi Tania namun berkali-kali pula ia urung melakukannya."Thank you, Sir." Ucap Andre turun dari taksi yang membawanya.Matanya menyeloroh melihat bangunan indah itu masih sama dengan yang ia lihat ketika beberapa bulan yang lalu Andre datang pertama kali ke tempat itu. Dengan langkah cepat, ia masuk ke dalam museum itu dan memutar balik netra dan retinanya, menyeloroh, meringsek ke semua sudut ruangan Museum Hermitage, namun tak jua membuahkan hasil. Putus asa, Andre menanyakan keberadaan Lexi dengan salah satu petugas keamana tempat itu dan begitu terkejutnya Andre ketika ia mengetahui bahwa Lexi seb
Kedatangan Andre ke kantor Lexi membuatnya terkejut sekaligus kesal. Dengan memasang senyum penuh kepalsuan, Lexi tersenyum selayaknya tuan rumah yang menyambut kedatangan tamu."Silakan duduk, Tuan Andre." Lexi membuka tangannya dan mempersilakan Andre duduk di kursi yang ada di depannya."Cukup basa basimu, Tuann Richard Lexi! Di mana Tania?" Andre mulai tersulut emosi."Apa? Tania? Apa maksud Anda, Tuan Andre?"Andre yang sedang panas langsung memberikan pukulan keras di wajah Lexi hingga ia tersungkur jatuh di karpet ruangannya."Kutanya sekali lagi, di mana kau sembunyikan Tania!? Apa kau masih mengelak juga, hah! Laki-laki keparat! Berapa banyak hal lagi yang akan kau bohongi soal identitasmu pada Tania, hah!" Andre menarik kerah Lexi yang tersungkur dan berteriak padanya."Get off your dirty hands of me! Aku tak perlu menjawab pertanyaanmu, Tuan Andre! Dan Tania, kenapa Anda masih peduli padanya? Bukankah kalian akan bercerai?"
Tania yang tak tahan lagi menunggu Lexi terlalu lama di kamar yang sunyi memutuskan untuk segera mencari laki-laki itu. Derap langkah yang dibuat sepelan mungkin dan netra yang was-was membuat detak jantung Tania memompa adrenalin yang kuat dan kencang, bak olahraga ekstrem. Tak lama tepat di depan netranya, siluet seorang wanita bergaun pengantin dan pria berjas abu-abu serta pria yang sedang duduk membelakanginya tampak di depannya. Sambil berdetak dan berdegup kencang, Tania memberanikan diri mendekati ketiga siluet itu dan ternyata ...."Lexi!!" serunya bersuara sedikit kencang.Tak pelak, Eva yang sedang bicara dengan Lexi dalam keadaan emosi mengalihkan netranya pada Tania yang berdiri tak jauh di belakang Lexi, dan ....DORRRRR!!DORRRRR!!DORRRRR!!"Ahhhh!!" Tania teriak kencang karena tembakan proyektil yang dilepaskan Eva tepat mengenai lukisan yang ada di sebelah Tania! Membuat Tania membelalakkan netranya bulat dan lebar!"TANIA!
Villa Keluarga HendrikovaDi sudut salah satu ruangan yang remang hampir gelap, Tania dan Lexi tengah bersembunyi dari kejaran Eva dan ayahnya, Joni Pedrova Medyedev. Emosi yang tengah di puncak, membuat Eva dan sang ayah kalap dan membabi buta menghancurkan isi dari villa milik keturunan Dinasti Romanov tersebut."Aku takut, Lexi!" Tania sembunyi di dada bidang milik Lexi yang lebar."Jangan takut, aku di sini. Aku akan selalu melindungimu." Ucap Lexi mengecup kening Tania mesra."Tapi, kau dan Eva dulu ..." Tania ragu dengan ucapannya."Dulu ya dulu! Sekarang ya sekarang! Aku bukan orang yang memandang ke belakang, apa yang ada di hadapanku sekarang, itulah yang akan kupikirkan!" tegas pemilik netra hijau Altai itu menatap Tania."Aku hanya ..." Tania membenamkan kepalanya dalam pelukan dekapan hangat sang serigala."Ssssttt, jangan berisik! Kau tetaplah di sini, aku akan pergi menemui mereka." Ucap Lexi mendorong lembut tubuh kelinci yang
"Kau tak punya hak untuk bicara seperti itu, Lexi!"Seorang wanita turun dari jeep hitam tak jauh dari mereka. "A--Anda," Tania terkejut karena Maria, sang ibunda Lexi ada di sana. "Bantu Nona Eva!" perintah Maria pada pengawalnya."Mama? Kenapa Mama ada di sini?" tanya Lexi yang tampaknya tak terkejut."Tak usah basa basi Lexi!" Maria menyipitkan tajam matanya ke arah Tania yang masih berada di dekapan Lexi dan seorang pria yang tersungkur di tanah"Siapa kau?" tanya Maria pada Andre."Saya suami sah dari wanita yang sedang berada di pelukan anak Anda. Namaku Andre." Jelasnya sambil membersihkan noda darah di mulutnya."Jadi kau suami Nona Tania? Bawa dia pergi dari sini! Putraku akan menikah dengan wanita ini!" Maria menunjuk Eva."Memang itulah yang akan saya lakukan, Nyonya. Tapi putra Anda ..." Andre kemudian berdiri dan menatap netra Lexi tajam. "Putra Anda telah menjadi parasit dalam pernikahan kami!""Tutup mulutmu! Kau t
"Hentikan!" suara lantang seorang wanita terdengar dari dalam kediaman Medyedev.Netra Andre membelalak ketika mengetahui siapa wanita yang baru saja mengeluarkan suara lantang itu. "Kau, E-Eva?""Hahahaha, akhirnya kau datang juga Andre. Bagaimana kabarmu? Apa kau sudah menerima paket cantik yang kukirim untukmu?" seringai Eva dengan cibiran."Wanita brengsek! Apa yang kau inginkan? Bukankah sudah cukup kau dengan menghancurkan Lexi, kenapa kau seret Tania ke dalam masalah pribadimu?" Andre tak dapat melihat Eva dengan tatapan datar. Netra laki-laki itu terus saja menyipitkan mata tajamnya ke arah wanita bergaun pengantin di depannya."Kau salah! Justru karena istri bodohmu itu yang berani-beraninya menggoda dan mengambil Lexi dariku! Harusnya aku yang bersama dengan Lexi dan bukan dia! Aku yang seharusnya menyandang kekasihnya dan bukan istrimu!" teriak Eva."A--apa? Kekasih?" Andre terperangah."Hahahah, suami macam apa yang tak mengetahu
Kedatangan Andre ke kantor Lexi membuatnya terkejut sekaligus kesal. Dengan memasang senyum penuh kepalsuan, Lexi tersenyum selayaknya tuan rumah yang menyambut kedatangan tamu."Silakan duduk, Tuan Andre." Lexi membuka tangannya dan mempersilakan Andre duduk di kursi yang ada di depannya."Cukup basa basimu, Tuann Richard Lexi! Di mana Tania?" Andre mulai tersulut emosi."Apa? Tania? Apa maksud Anda, Tuan Andre?"Andre yang sedang panas langsung memberikan pukulan keras di wajah Lexi hingga ia tersungkur jatuh di karpet ruangannya."Kutanya sekali lagi, di mana kau sembunyikan Tania!? Apa kau masih mengelak juga, hah! Laki-laki keparat! Berapa banyak hal lagi yang akan kau bohongi soal identitasmu pada Tania, hah!" Andre menarik kerah Lexi yang tersungkur dan berteriak padanya."Get off your dirty hands of me! Aku tak perlu menjawab pertanyaanmu, Tuan Andre! Dan Tania, kenapa Anda masih peduli padanya? Bukankah kalian akan bercerai?"
Sheremetyevo Int. AirportAndre langsung terbang ke negeri Beruang Merah saat dirinya dikirimi foto-foto mesra Tania dan Lexi. Tanpa membuang waktu, dia segera menaiki taksi bandara dan pergi ke Museum Hermitage, tempat Lexi bekerja. Rasa cemas, khawatir dan takut menyelimuti relung hati pria bermata seksi itu. Sesekali dia melihat ponselnya dan ingin mencoba menghubungi Tania namun berkali-kali pula ia urung melakukannya."Thank you, Sir." Ucap Andre turun dari taksi yang membawanya.Matanya menyeloroh melihat bangunan indah itu masih sama dengan yang ia lihat ketika beberapa bulan yang lalu Andre datang pertama kali ke tempat itu. Dengan langkah cepat, ia masuk ke dalam museum itu dan memutar balik netra dan retinanya, menyeloroh, meringsek ke semua sudut ruangan Museum Hermitage, namun tak jua membuahkan hasil. Putus asa, Andre menanyakan keberadaan Lexi dengan salah satu petugas keamana tempat itu dan begitu terkejutnya Andre ketika ia mengetahui bahwa Lexi seb
"Kurasa ini bukan jalan menuju kediaman Lexi. Sebenarnya kita mau ke mana?" Tania mulai curiga dengan sang pria tersebut yang terlihat menyeringai dari balik spion mobilnya."Kita akan sampai Nona sebentar lagi." Ucap pria tersebut kemudian tak lama membelokkan mobil yang mereka kendarai ke sebuah gudang gelap dan sunyi."T--tempat apa ini? Siapa kau sebenarnya?" Tania mulai ketakutan."Silakan berteriak! Tak ada satu pun yang akan mendengar atau menolongmu, hahahha." Pria itu menodongkan senjata api tepat di wajah Tania dan memaksa Tania turun dari mobilnya."Cepat jalan!" ucap pria itu mendorong kasar tubuh Tania."Siapa yang menyuruhmu? Apa Nyonya Besar yang memintamu melakukan ini?" tanya Tania seraya berjalan masuk ke gudang itu dan memgangkat tangannya."Nyonya Besar? Hahahha, nanti Anda tahu sendiri siapa yang telah menunggu Anda di dalam."Seorang wanita mengenakan long-coat warna coklat gelap, sepatu boots, serta kacamata hita
Eva memberikan sebuah amplop coklat yang berisi foto Tania pada seorang pria pembunuh berdarah dingin yang telah lama bekerja untuk keluarga Hendrikova. Pria itu dengan senyum dinginnya kemudian berkata, "Anda ingin saya menghabisi nyawa wamita cantik ini?""Kenapa? Masalah?"tanya Eva dengan dingin."Tidak. Tapi menurutku sayang sekali jika dia harus dihabisi! Setidaknya, biarkan aku 'bermain' sebentar dengannya." Seringai pria yang lebih mirip orang Asia itu."Whatever! You can have her after that ... kill her!!" ucap Eva dengan netra tajam."Ok, no problem." Sahut sang pri itu menganggukkan kepalanya."Aku berikan padamu informasi di dalamnya tentang 'paket' mu. Aku ingin semuanya berjalan alami, tak ada jejak, tak ada cacat! Apa kau mengerti!?""Tenang saja, Nona Eva. Bukankah Anda juga tahu sudah berapa lama saya mengabdi untuk keluarga Medyedev ""Bukan urusanku! Dan sebaiknya segera kau kerjakan apa yang aku perintahkan!" E
Kediaman Keluarga MedyedevPRANGPRANGPRANGSuara barang pecah belah yang dibanting dengan keras dari ruang makan keluarga Medyedev membuat para asisten rumah tangga di keluarga milyuner itu menjadi takut, panik namun juga khawatir dengan keadaan nona mereka, Eva Laika. Tak ada satu pun dari mereka yang berani mendekati ruang makan yang saat ini hampur seperti ruang sampah! Piring dan gelas yang dipecahkan oleh nona besar mereka membuat serpihan-serpihan dari barang pecah belah tersebut berhamburan memenuhi ruang makan."No--Nona Besar, sadarlah ... sadarlah Nona Besar, jangan menyakiti diri sendiri," ucap kepala asisten rumah tangga Hendrikova."DIAM! DIAM SEMUANYA! JANGAN ADA YANG IKUT CAMPUR!" teriak Eva dengan wajah lusuh, gaun yang tak lagi rapi dan terlihat mahal serta rambut yang acak-acakan."Aku salah apa, Lexi? Kenapa kau perlakukan aku seperti ini? Kenapa kau tak pernah melihat ketulusanku mencintaimu!!!" teriak Eva