Author POV
Ting! Lift terhenti diangka tujuh. Chris mulai menekan kombinasi angka password apartemennya. Kepalanya serasa mau pecah. Hari ini ia telah memecat beberapa karyawan kepercayaannya.
Rupanya selama ini mereka telah membelot ke perusahaan kompetitor. Pantas saja akhir-akhir ini beberapa kali perusahaannya kalah tender sementara, draft proposal telah begitu teliti dikerjakan oleh team worknya. Rupanya tikus-tikus kecil itu telah membocorkan strategi penawarannya.
Baru saja dia ingin masuk ke pantry karena haus, ia mendengar suara-suara orang yang sedang berbicara. Dia makin menajamkan pendengarannya di balik pintu penghubung, sejak mendengar nama Marilyn turut disebut-sebut.
"Selamat ya, Non. Akhirnya si Enon bisa juga nikah sama Den Chris. Kalau emang ujung-ujungnya si Enon bisa bersatu juga sama Aden, buat apa dulu kita susah-susah ngejebak adek Enon sama Den Chris? Padahal ya, Non. Bibik mah udah
"Direject lagi ya, Lyn konsep kita sama nenek sihir itu?" Putra dan Bayu, dua dua rekan kerja aku aku menyusul duduk di depan kubikelku. Nenek sihir yang mereka maksud adalah Bu Astuti, atasan kami semua.Aku mengangguk lesu seraya mengantuk-antukkan kepalaku yang sedang pusing tujuh keliling ke meja kubikel. Ruang kerjaku yang memang kecil, jadi terasa makin sempit dengan hadirnya Putra dan Bayu yang memang memiliki tubuh tinggi besar."Menurut Bu Astuti, konsep kita itu terlalu mainstream. Makanya kita disuruh mencari ide-ide yang lebih fresh, khas anak muda zaman now," keluhku."Lah dia aja product anak muda zaman old, mengingat status kejombloannya diusia empat puluh lima, pake segala ngebahas konsep zaman now segala. Paling juga itu nenek sihir nggak ngerti soal konsep kekinian. Doi cuma sok-sokan gaul aja biar disangka up to date."Putra memang paling lemes mulutnya di antara kami bertiga. Bila
Akhirnya setelah melalui perdebatan yang alot yang melibatkan team creative dan si nenek sihir, Plan B lah konsep yang kami ajukan. Dan ternyata akhirnya di approve juga oleh Bu Astuti.Kami menggunakan tema classic romantic sebagai back groundnya. Penerangan yang di buat temaram, bunga mawar merah di setiap sudut-sudut pilar, dan bermacam-macam bingkisan untuk bertukar kado. Intinya kami sukses menyulap tempat ini sesuai dengan apa yang kami harapkan. Tidak percuma aku bolak balik dari toko ke toko untuk mencari ornament-ornament dan pernak pernik yang menarik. Team kami ingin agar hasil project kami tampil maksimal, karena boss besar kami kabarnya akan datang. Dan aku, anak baru yang masih bisa dikategorikan anak bawang, tentu saja mensupport dari belakang.Aku menyanggul rambutku dan menggunakan gaun berwarna peach. Gaunku ini sangat simple dan hanya sebuah pita besar yang menghiasi pinggangku. Aku juga merias wajahku senatural mungkin. Make up yang te
Author POVChris sedang mengendarai porsche hitamnya dengan mengebut. Dia janji bertemu dengan client pada pukul 20.00 WIB di Hotel Hilton. Dan sekarang sudah pukul delapan malam kurang dua puluh menit. Kalau ia tidak mengebut, sepertinya ia akan terlambat dari janji pertemuan yang sudah susah-susah dijadwalkan oleh sekretarisnya.Karena mereka semua adalah orang-orang sibuk. Jadi untuk bisa duduk bersama dalam waktu yang bersamaan harus benar-benar dijadwalkan. Kalau saja tadi dia tidak menemui orang tua Maddie untuk secara resmi membatalkan pernikahan mereka, pasti ia akan bisa tiba tepat waktu.Drrtt... drtt... drrtt...Layar ponselnya menampilkan nama Marilyn. Tumben. Ada apa setan cantik itu menelepon. Setelah tahu bahwa Marilyn tidak bersalah dalam insiden di apartemennya, ia telah mengganti nama panggilan Marilyn dari setan kecil menjadi setan cantik. Ya, tentu saja itu semua hanya ter
"Syukurlah saya belum terlambat untuk menyelamatkanmu. Terima kasih Tuhan! Terima kasih!Kamu tidak apa-apa, sayang?mana yang sakit? Beritahu saya, sayang?"Sebenarnya aku ingin sekali menjawab pertanyaan yang terdengar penuh dengan kecemasan itu. Tapi entah kenapa lidahku terasa kelu. Tubuhku pun tidak bisa aku gerakkan. Aku ingin sekali melihat wajah pemilik suara bariton itu. Entah mengapa mendengar suara itu, aku jadi merasa aman dan... dicintai. Perasaan asing itu menyelinap diam-diam di sudut hatiku. Aku ingin selamanya dicintai seperti itu.Perlahan aku mulai membuka mata. Rasa pusing seketika berdentam-dentam di kepalaku. Aku ada di mana ini? Dominasi warna putih dan aroma obat-obatan khas rumah sakit mulai mengganggu penciumanku. Aku merasa dejavu. Aku seperti pernah merasakan tempat ini dan suasana seperti ini di waktu lalu."Kamu sudah sadar, Lyn?bagaimana perasaanmu?"Aku merasakan sebuah
Author POVMaddie mulai menyusun barang bawaan sekaligus pakaian dalam untuk Marilyn. Si tuan posesif Chris berulang-ulang kali mengingatkannya bahwa adiknya itu hanya dibalut jas dan selimut, sewaktu dibawa ke rumah sakit, tanpa dalaman sama sekali.Rasanya tidak puas-puasnya dia memaki Albert dalam hati. Ia nyaris tidak percaya, seorang Albert Tjandrawinata yang merupakan incaran para wanita abad ini, bisa melakukan hal keji seperti itu pada adiknya.Ia semakin kesal bila teringat akan kebodohannya hingga sampai mencelakakan adiknya sendiri,ndemi ingin memiliki tangkapan abad ini. Ya itu adalah julukan untuk Albert dari teman-teman kalangan jet setnya.Tapi adiknya itu selain cantiknya warbiasah, lugunya juga nauzubillah. Perpaduan seperti inilah yang membuatnya gampang dimanipulasi oleh orang-orang yang memiliki niat terselubung terhadapnya. Ia tahu, saat pertama kali Albert datang ke rumah untuk
"Ssstt... tidurlah sayang. Tidak akan terjadi apa-apa. Saya akan menjagamu. Saya akan selalu menjagamu..."Aku membuka mataku perlahan. Ah mimpi itu datang lagi. Suara bariton yang berulang kali memanggilku sayang. Siapa dia? Benarkah itu, Eldath?Mendadak aku merasakan lenganku dijalari rasa hangat. Pandanganku jatuh pada sosok gagah Chris yang tertidur dengan posisi duduk di samping bedku. Ia tertidur dalam posisi menggenggam erat tanganku.Untuk pertama kalinya aku bisa menatapi wajahnya sedekat ini. Rahangnya yang kokoh, alis mata yang tebal, hidung yang sangat mancung, terlebih lagi bulu-bulu yang bertebaran di rahangnya. Chris sungguh tampan dan sangat manly."Sudah puas menatapi wajah saya ?" Aku kaget saat tiba-tiba Chris membuka matanya. Aku malu sekali karena ketahuan memandangi wajahnya."Suka dengan yang kamu lihat?" Lagi-lagi Chris membuatku tidak bisa berbicara. Tetapi berbohong
Namaku Marilyn. Aku adalah anak kedua dari tiga bersaudara, yang kesemuanya adalah perempuan. Madeline adalah kakak sulungku. Orang-orang menjulukinya Miss Perfect. Karena menurut orang-orang, kakakku itu sempurna dan maha segala. Maddie, begitu biasanya kakakku disapa, sangat cerdas, teliti dan cekatan dalam segala hal. Ditambah dengan kecantikannya yang bersinar terang bagai cahaya mercusuar, tidak ada satu laki-laki pun yang sanggup menolak pesonanya. Dalam keluarga kami, Maddie adalah seorang ratu. Segala titahnya adalah mutlak dan wajib untuk dilaksanakan.Maureen adalah adik bungsuku. Kami sekeluarga sepakat menjulukinya Miss Glow In The Dark. Reen, biasanya adikku ini disapa, memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Dengan IQ yang nyaris mendekati sempurna, Reen menonjol di antara gadis-gadis lainnya. Jika para wanita kebanyakan menonjol karena kecantikan ataupun keseksian mereka, Reen berbeda. Adikku ini mempesona dengan kecerdasan dan
14 tahun kemudian."Lyn, coba kamu ambilkan sepatu kakak yang berwarna putih dan blazer hitam yang kamu setrika kemarin. Cepat sedikit ya, Lyn? Chris sebentar lagi akan sampai."Teriakan Maddie sukses memutus lamunan masa kecilku. Saat ini, kakakku tengah sarapan di dapur. Sebentar lagi pacarnya akan menjemput. Makanya Maddie sarapan dengan terburu-buru. Christian Diwangkara, pacar Maddie, memang paling anti jika disuruh menunggu."Iya, Kak. Sebentar Lyn cari dulu."Aku segera berlari ke lantai atas. Kamar Maddie memang terletak di lantai dua. Aku segera menyambar blazer hitam dari lemari, dan meraih sepatu dari rak. Aku meletakkan blazer di tempat tidur agar mudah terlihat, dan sepatu di samping pintu kamar, agar mudah terlihat. Aku menyelesaikan titah Maddie secepat mungkin, sebelum ia mengomeliku panjang pendek. Setelahnya aku kembali berlari ke dapur. Aku masih harus mencuci peralatan dapur yang kotor.Tin...
"Ssstt... tidurlah sayang. Tidak akan terjadi apa-apa. Saya akan menjagamu. Saya akan selalu menjagamu..."Aku membuka mataku perlahan. Ah mimpi itu datang lagi. Suara bariton yang berulang kali memanggilku sayang. Siapa dia? Benarkah itu, Eldath?Mendadak aku merasakan lenganku dijalari rasa hangat. Pandanganku jatuh pada sosok gagah Chris yang tertidur dengan posisi duduk di samping bedku. Ia tertidur dalam posisi menggenggam erat tanganku.Untuk pertama kalinya aku bisa menatapi wajahnya sedekat ini. Rahangnya yang kokoh, alis mata yang tebal, hidung yang sangat mancung, terlebih lagi bulu-bulu yang bertebaran di rahangnya. Chris sungguh tampan dan sangat manly."Sudah puas menatapi wajah saya ?" Aku kaget saat tiba-tiba Chris membuka matanya. Aku malu sekali karena ketahuan memandangi wajahnya."Suka dengan yang kamu lihat?" Lagi-lagi Chris membuatku tidak bisa berbicara. Tetapi berbohong
Author POVMaddie mulai menyusun barang bawaan sekaligus pakaian dalam untuk Marilyn. Si tuan posesif Chris berulang-ulang kali mengingatkannya bahwa adiknya itu hanya dibalut jas dan selimut, sewaktu dibawa ke rumah sakit, tanpa dalaman sama sekali.Rasanya tidak puas-puasnya dia memaki Albert dalam hati. Ia nyaris tidak percaya, seorang Albert Tjandrawinata yang merupakan incaran para wanita abad ini, bisa melakukan hal keji seperti itu pada adiknya.Ia semakin kesal bila teringat akan kebodohannya hingga sampai mencelakakan adiknya sendiri,ndemi ingin memiliki tangkapan abad ini. Ya itu adalah julukan untuk Albert dari teman-teman kalangan jet setnya.Tapi adiknya itu selain cantiknya warbiasah, lugunya juga nauzubillah. Perpaduan seperti inilah yang membuatnya gampang dimanipulasi oleh orang-orang yang memiliki niat terselubung terhadapnya. Ia tahu, saat pertama kali Albert datang ke rumah untuk
"Syukurlah saya belum terlambat untuk menyelamatkanmu. Terima kasih Tuhan! Terima kasih!Kamu tidak apa-apa, sayang?mana yang sakit? Beritahu saya, sayang?"Sebenarnya aku ingin sekali menjawab pertanyaan yang terdengar penuh dengan kecemasan itu. Tapi entah kenapa lidahku terasa kelu. Tubuhku pun tidak bisa aku gerakkan. Aku ingin sekali melihat wajah pemilik suara bariton itu. Entah mengapa mendengar suara itu, aku jadi merasa aman dan... dicintai. Perasaan asing itu menyelinap diam-diam di sudut hatiku. Aku ingin selamanya dicintai seperti itu.Perlahan aku mulai membuka mata. Rasa pusing seketika berdentam-dentam di kepalaku. Aku ada di mana ini? Dominasi warna putih dan aroma obat-obatan khas rumah sakit mulai mengganggu penciumanku. Aku merasa dejavu. Aku seperti pernah merasakan tempat ini dan suasana seperti ini di waktu lalu."Kamu sudah sadar, Lyn?bagaimana perasaanmu?"Aku merasakan sebuah
Author POVChris sedang mengendarai porsche hitamnya dengan mengebut. Dia janji bertemu dengan client pada pukul 20.00 WIB di Hotel Hilton. Dan sekarang sudah pukul delapan malam kurang dua puluh menit. Kalau ia tidak mengebut, sepertinya ia akan terlambat dari janji pertemuan yang sudah susah-susah dijadwalkan oleh sekretarisnya.Karena mereka semua adalah orang-orang sibuk. Jadi untuk bisa duduk bersama dalam waktu yang bersamaan harus benar-benar dijadwalkan. Kalau saja tadi dia tidak menemui orang tua Maddie untuk secara resmi membatalkan pernikahan mereka, pasti ia akan bisa tiba tepat waktu.Drrtt... drtt... drrtt...Layar ponselnya menampilkan nama Marilyn. Tumben. Ada apa setan cantik itu menelepon. Setelah tahu bahwa Marilyn tidak bersalah dalam insiden di apartemennya, ia telah mengganti nama panggilan Marilyn dari setan kecil menjadi setan cantik. Ya, tentu saja itu semua hanya ter
Akhirnya setelah melalui perdebatan yang alot yang melibatkan team creative dan si nenek sihir, Plan B lah konsep yang kami ajukan. Dan ternyata akhirnya di approve juga oleh Bu Astuti.Kami menggunakan tema classic romantic sebagai back groundnya. Penerangan yang di buat temaram, bunga mawar merah di setiap sudut-sudut pilar, dan bermacam-macam bingkisan untuk bertukar kado. Intinya kami sukses menyulap tempat ini sesuai dengan apa yang kami harapkan. Tidak percuma aku bolak balik dari toko ke toko untuk mencari ornament-ornament dan pernak pernik yang menarik. Team kami ingin agar hasil project kami tampil maksimal, karena boss besar kami kabarnya akan datang. Dan aku, anak baru yang masih bisa dikategorikan anak bawang, tentu saja mensupport dari belakang.Aku menyanggul rambutku dan menggunakan gaun berwarna peach. Gaunku ini sangat simple dan hanya sebuah pita besar yang menghiasi pinggangku. Aku juga merias wajahku senatural mungkin. Make up yang te
"Direject lagi ya, Lyn konsep kita sama nenek sihir itu?" Putra dan Bayu, dua dua rekan kerja aku aku menyusul duduk di depan kubikelku. Nenek sihir yang mereka maksud adalah Bu Astuti, atasan kami semua.Aku mengangguk lesu seraya mengantuk-antukkan kepalaku yang sedang pusing tujuh keliling ke meja kubikel. Ruang kerjaku yang memang kecil, jadi terasa makin sempit dengan hadirnya Putra dan Bayu yang memang memiliki tubuh tinggi besar."Menurut Bu Astuti, konsep kita itu terlalu mainstream. Makanya kita disuruh mencari ide-ide yang lebih fresh, khas anak muda zaman now," keluhku."Lah dia aja product anak muda zaman old, mengingat status kejombloannya diusia empat puluh lima, pake segala ngebahas konsep zaman now segala. Paling juga itu nenek sihir nggak ngerti soal konsep kekinian. Doi cuma sok-sokan gaul aja biar disangka up to date."Putra memang paling lemes mulutnya di antara kami bertiga. Bila
Author POVTing! Lift terhenti diangka tujuh. Chris mulai menekan kombinasi angka password apartemennya. Kepalanya serasa mau pecah. Hari ini ia telah memecat beberapa karyawan kepercayaannya.Rupanya selama ini mereka telah membelot ke perusahaan kompetitor. Pantas saja akhir-akhir ini beberapa kali perusahaannya kalah tender sementara, draft proposal telah begitu teliti dikerjakan oleh team worknya. Rupanya tikus-tikus kecil itu telah membocorkan strategi penawarannya.Baru saja dia ingin masuk ke pantry karena haus, ia mendengar suara-suara orang yang sedang berbicara. Dia makin menajamkan pendengarannya di balik pintu penghubung, sejak mendengar nama Marilyn turut disebut-sebut."Selamat ya, Non. Akhirnya si Enon bisa juga nikah sama Den Chris. Kalau emang ujung-ujungnya si Enon bisa bersatu juga sama Aden, buat apa dulu kita susah-susah ngejebak adek Enon sama Den Chris? Padahal ya, Non. Bibik mah udah
Seminggu kemudianAkhirnya Aku kembali ke Jakarta. Setelah mempertimbangkan matang-matang nasehat ayah, finally aku mulai mencoba untuk menata kembali hidupku. Aku tidak mungkin seumur hidup menjadi pecundang dengan melarikan diri dari semua masalah. Lagipula dulu aku melarikan diri karena sebenarnya aku tidak mau menikah dengan Chris.Apalagi dasar pernikahan kami adalah karena terjebak dalam situasi yang salah. Bayangan aku harus hidup bersama dengan orang terus menerus menuduhku menjebaknya untuk menikahiku, membuat kepalaku memunculkan adegan-adegan mengerikan dan ketidakbahagiaan seumur hidupku.Saat biasanya seorang suami memanggil istrinya dengan berbagai panggilan sayang seperti bunda, honey, baby, sayang. Bayangkan saja Chris selalu memanggilku dengan panggilan setan kecil.Dan waktu selama empat tahun pun tidak mengubah sifat kakunya sama sekali. Tata bahasanya yang baku, minus perasa
Author POVBelum sempat Tian menjawab pertanyaan Chris, ada seorang wanita cantik berambut panjang berlari dari kejauhan dan langsung memeluk Tian. Chris bahkan bisa menebaknya walaupun hanya melihat bagian belakang tubuhnya.Yah wanita itu adalah Marilyn. Marilyn remaja dulu adalah seorang gadis yang sangat cantik, saking cantiknya sampai nyaris seperti tidak nyata.Setiap dia berada dalam suatu ruangan, maka sudah bisa dipastikan hampir semua kepala akan berputar melihatnya, minimal memandangnya dua kali. Baik itu secara terang-terangan ataupun dengan cara mencuri-curi pandang.Pria memandangnya karena kagum dan wanita memandangnya karena iri. Dan yang lebih membuat kecantikannya bersinar adalah karena dia sama sekali tidak menyadari kecantikannya.Ditambah lagi sikap lugu dan sedikit naif yang dimilikinya membuat para pria diluar sana sangat terobsesi untuk memiliki dan melindunginya. Itu a