Home / Romansa / Beautiful Fault / Chapter 42 Not a Perfect Man

Share

Chapter 42 Not a Perfect Man

Author: JasAlice
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Seharusnya di saat Can menaiki Gondola, ia bisa merasakan atmosfer yang sangat menyejukkan hatinya. Menyusuri kanal-kanal di bagian kota dari Venice, lalu melewati Grand Canal juga Rialto Bridge dengan perahu air berkapasitas maksimal enam orang. Ia memilih menuruti Akira untuk hanya mereka berdua saja yang memesan.

Perempuan itu mengatakan ingin menyusuri kanal tanpa ada orang lain yang ikut bersama mereka.

Can mengembuskan napas panjang.

Ayse dari batas pinggiran kanal melihat dirinya dan Akira yang menaiki perahu. Can tahu, jika Ayse akan memilih kembali ke unitnya yang sebenarnya berada di lantai sama seperti Can. Perempuan itu hanya mengambil unit yang berada paling ujung. Cukup jauh dari unit yang ditempati Can.

Seandainya perempuan yang berada di sampingnya adalah Ayse, ia akan jauh lebih bahagia.

“Can! Foto kita yang aku upload di sosial media cukup banyak mendapatkan respons publik!” seruny

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Beautiful Fault   Chapter 43 Mistress

    Bunyi bel menginterupsi sentuhan bibir Akira yang akan kembali melumat bibir Can. Keduanya saling berpandangan dan dalam hatinya, Can mendapatkan sedikit oksigen. Waktu yang tepat, pikirnya.“Siapa yang bertamu malam-malam?” tanya Akira, berada di atas tubuh Can, mengurung pria itu dengan memakai handuk pendek berwarna putihnya.Ia tidak mampu lagi mengendalikan hasratnya. Kedatangan mereka untuk bulan madu, bukan? Lalu, di saat ia sudah cukup menahan diri, tidak pernah disentuh lebih jauh selain malam kali pertama mereka melebur, Akira merindukan sentuhan Can.Akira ingin dimiliki kembali pria itu dan ketika Can lengah ... terbaring di atas ranjang sambil memainkan ponsel, ia langsung merangsang dengan sentuhan kecil dan bermain cukup lama di bibir tipis suaminya.Can tertawa kecil, memecahkan kebingungan Akira sekaligus detak jantung pria itu yang memburu. Akira sangat pandai mengambil kesempatan dan jika saja ia

  • Beautiful Fault   Chapter 44 Sadness

    Bisakah Akira mengumpati hari ini? Hanya tiga hari mereka menikmati bulan madu atau bisa disebut sebagai liburan. Ya. Tidak ada hubungan intim yang terjalin di antara ia bersama suaminya, tiga hari belakang.Selalu saja ada hal—urgent—yang terjadi di unit mereka atau bagaimana bagian layanan kebersihan datang. Orang yang datang berbeda. Terakhir, seorang pria yang datang dan jika dipikir, kenapa mereka datang tepat di saat Akira ingin memadu kasih bersama suaminya?“Kita harus pulang sekarang juga?” tanya perempuan itu menatap lemah Can yang sibuk mengemasi pakaiannya ke dalam koper.Pria itu membiarkan Akira duduk di sisi ranjang dan tidak terlalu menggubris sorot lain manik coklat itu.“Salah satu staf keungangan nyaris membuat kerugian besar dan aku harus turut andil menindaklanjuti juga memperbaiki beberapa hal. Itu bukan perkara mudah,” jelasnya.“Menurutmu bulan madu kita tidak penting di band

  • Beautiful Fault   Chapter 45 Want a Divorce

    “Aku tidak tau jika kau memutuskan untuk pulang lebih cepat.”Bahkan, Ayse pun tidak mendapatkan pemberitahuan lebih dulu mengenai keputusan Can.Ia duduk tenang di single sofa, memerhatikan Can yang berbaring di sofa panjang, meluruskan kaki dengan menumpukan lengan kirinya di atas kepala, menutup matanya di sana. Sudah dua menit berlalu, tapi pria itu seolah mengembalikan pikiran jernihnya.“Can?” panggil Ayse.“Apa aku harus menceraikan Akira?”Pertanyaan itu sukses membuat bibir Ayse terbuka. Manik hazelnya membeliak, tidak mendapati Can menurunkan lengannya supaya keduanya bisa bersitatap dan memahami respons raut muka masing-masing.Napas perempuan itu tercekat. Ia mengerjap berulang kali, meyakinkan jika ucapan Can bukanlah sebuah angin lalu. “Kau membual, Can? Ini tidak lucu sama sekali,” cetusnya dengan intonasi sedikit tinggi, tampak serius dan merasa tidak nyaman dengan p

  • Beautiful Fault   Chapter 46 Can't Get Out

    Can menutup pintu Range Rover, lalu menatap ke arah rumah mewah Keluarga Muammer. Ada sebersit ragu untuk datang ke rumah ini, terlebih Akira sedang tidak baik.“Aku akan mencoba terlebih dulu,” putusnya segera menaiki anak tangga ke pintu utama rumah Akira.Di dalam pelayan sudah menyambut kedatangannya, membantu melepaskan mantel milik Can. Tiba-tiba, suara yang familier tertangkap oleh indera pendengarannya.“Can?!”Pria itu menoleh ke lantai atas, melihat Akira menyunggingkan senyum manis. Di belakangnya, Nyonya Erdem mengulas senyum hangat dan membiarkan Keponakannya menuruni anak tangga. Ia berusaha memperlambat langkah kakinya ketika Nyonya Erdem memperingati Akira takut terjatuh.“Can ...”Tubuhnya tidak bergerak sama sekali ketika Akira sudah mendekapnya erat. Ia diam. Membiarkan Akira menangis kecil dan berucap bergetar, “Maafkan aku yang terlalu egois, Can ...”

  • Beautiful Fault   Chapter 47 Hidden Desire

    Nyonya Sener melihat Can yang sibuk mengurus beberapa berkas di meja kerja, tepat di ruangan yang khusus menjadi ruang kerja putranya di rumah.“Apa Mama menganggumu, Can?”Pria itu mengalihkan pandangan ke arah pintu dan tersenyum. “Tidak sama sekali, Ma. Aku hampir selesai dan hanya memeriksa beberapa berkas untuk kubawa nantinya ke Istanbul,” jelasnya membuat Nyonya Sener tersenyum kikuk.Ia melangkah masuk dan mendapati pria itu memang sedang bekerja. Wanita itu duduk, menatap lekat putranya dengan raut yang terlihat cukup berbeda. “Kau akan membawa Ayse ikut bersamamu ke Istanbul?”Can yang akan membuka lembaran selanjutnya dalam berkas yang dipegangnya berhenti. Ia menilik manik mata yang berbeda itu. Rambut mereka berwarna sama, hitam. Sedangkan manik mata Can menurun dari Tuan Sener. Perpaduan yang serasi.“Aku ingin mengulang kebersamaan kami yang tertunda di sana,” balasnya tanpa menyangka

  • Beautiful Fault   Chapter 48 Linking Heart

    Kebohongan yang diucapkan Can adalah ketika pria itu akan pergi ke kamarnya setelah beristirahat sebentar di unit Ayse. Ia ingin berada di unit Ayse setelah penerbangan dari Ankara menuju Istanbul.Tapi, pria itu justru mandi dan mengganti bajunya di kamar Ayse dan sekarang sibuk berada di sofa kamarnya.Laptop dan beberapa berkas sedang menemani malamnya di saat jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.“Kau tidak kembali ke unitmu?” tanya Ayse mengambil duduk di samping Can.Ia sudah bosan duduk di atas ranjang, memainkan ponselnya. Tapi, melihat Can yang sibuk dengan pekerjaannya dan tidak sedikitpun membuka pembicaraan pada Ayse, cukup membuat perempuan itu bingung sekaligus merasa terabaikan.Ayse jarang sekali diabaikan seperti ini. Perempuan itu cukup merasa asing dengan atmosfer yang pria itu ciptakan.“Aku harus menyelesaikan beberapa hal terlebih dulu, lalu aku akan kemba

  • Beautiful Fault   Chapter 49 Shackles

    Ayse memutuskan untuk mengunjungi Grand Baazar, Istanbul, Turki.Ia ingin mengintip kembali kemegahan dari pasar tertua dan terbesar di dunia. Seingatnya, kali terakhir ia pergi ke sini adalah hari terakhir sebelum ia dan Can memutuskan kembali ke Ankara setelah menikmati keindahan Bosphorus.Perempuan itu mengulum senyum. Ia mengulurkan tangan dan meraih beberapa pernak-pernik aksesori yang menarik perhatiannya.“Aku ambil dua gelang ini,” ucap Ayse mengangsurkan gelang yang berwarna sama.Evil eye atau mata setan.Souvenir yang terkenal di Turki dengan perpaduan warna biru tua, putih dan biru muda dalam bentuk bulat. Konon sebagai jimat pelindung dari nasib buruk. Sebuah kebudayaan masyarakat tradisional Turki.Nama khas di sana adalah Nazar Boncugu.“Untuk pasanganmu, Nona?” tanya seorang lelaki tua yang sibuk membungkus pesanan Ayse, meskipun ia mengulum senyum,

  • Beautiful Fault   Chapter 50 Tears

    Can memandang lekat gelang yang lima belas menit lalu diberikan Ayse. Mereka menyelesaikan makan malam dan perbincangan ringan, lalu setelahnya Can memutuskan kembali ke unit. Sekarang, ia berdiri di pembatas balkon, menikmati keindahan Kota Istanbul di malam hari.Beberapa keluarga terdekatnya berada di kota ini. Tapi, ia hanya mengunjungi sesekali ataupun sekadar urusan pekerjaan.Benar yang dikatakan Ayse. Ia memang bertandang untuk kali pertama setelah kepulangannya dari negeri orang, datang ke sini hanya untuk mencari Ayse.Masih segar diingatannya mengenai tubuh perempuan itu yang nyaris dilecehkan di salah satu klub ternama. Pria itu membuang napas kasar, masih tidak terima perlakuan pria lain yang selalu mencari celah untuk membuat Ayse bisa mendapatkan mimpi terburuknya.Ia tidak pernah suka melihat pria yang merusak tubuh perempuan lain. Can selalu menekan dalam benaknya, tapi justru ia harus melakukannya

Latest chapter

  • Beautiful Fault   Chapter 62 Ending

    “Can ... bagaimana jika ada yang masuk? Orangtuamu akan mengetahui hasrat putranya yang selama ini tersimpan di balik sikap sopan dan tenangnya. Bahkan, kau bisa membuat namaku buruk sebagai imbasnya.”Pria tampan itu mengulum senyum. Lebih tepatnya ia menahan kedutan kedua sudut bibir, memerhatikan Ayse mendelik sebal seraya berusaha menjauhkan tubuhnya dari dekapan Can.Can berhasil masuk ke kamar Ayse tengah malam dan bahagia mendapati perempuan itu belum tertidur.Ayse sibuk duduk bersandar di kepala ranjang, memainkan iPad miliknya dan membuat desain wajah perempuan itu bersama dirinya. Sungguh ia tidak memerhatikan jika Ayse memiliki imajinasi yang tinggi dan kreatifitas mumpuni.“Kenapa kau belum tidur dan terlihat sibuk membuat sketsa tadi, hm?”Perempuan itu memicingkan mata tidak suka, diabaikan ucapannya. Tapi bagaimanapun Ayse mengalah, mengendurkan perlakuannya yang sedari tadi berusaha mendorong tubuh Can.

  • Beautiful Fault   Chapter 61 Kiss Me

    “Aku sepakat dengan permintaanmu, Can. Sebaiknya kita lebih fokus merawat anak kita dan aku akan membebaskanmu jika pun kau bersama dia nantinya.”Can menatap lekat perempuan yang duduk di hadapannya. Perempuan itu menatapnya lurus, ditemani oleh Tuan dan Nyonya Erdem yang duduk di sisi Akira.Ia datang berkunjung untuk memperbaiki semuanya, meskipun Can sempat berpikir jika hal ini tidak akan mudah terjadi. Tapi sepertinya ia salah menduga karena tepat di ruang tengah ini, Can mendapatkan kesempatan yang tidak mungkin terulang kembali.“Tenang saja. Kita akan bercerai sesuai yang sudah kau inginkan sejak awal,” tambahnya menyorot tegas Can.Tidak ada hal yang bisa membuat Can beranggapan jika ucapan itu sekadar hal yang mudah dibohongi Akira. Ia sudah mengucapkan dengan kalimat tegasnya. Kening Can yang sebelumnya mengkerut, kini berangsur menipis.“Keponakanku sudah mengambil pilihan yang kau inginkan, Can. Seharusny

  • Beautiful Fault   Chapter 60 Give Up for a While

    Ayse menggeliat saat dirasakannya ada sentuhan yang terus membelai puncak kepalanya. Ia pun mengerjap, menyipitkan mata sampai ia terkesiap, mendapati wanita yang menjadi Ibu dari pria yang sangat dicintainya, duduk di tepi ranjang untuk menyapa Ayse. “Selamat pagi, Nak.”Dengan cepat Ayse mendudukkan tubuhnya, menatap dengan salah tingkah karena sepertinya ia mulai tidak tahu diri telah berada di mana. Ia menunduk meminta maaf, “Bibi ... Aku lupa menghidupkan alarm, supaya aku bangun lebih pagi. Maafkan aku, Bibi,” ucap Ayse dengan wajah memerah.Ia malu dengan sikapnya sendiri.Tapi, wanita yang tampak lembut menyorotnya, memberikan kehangatan dalam genggaman tangan membuatnya memberanikan diri untuk bersitatap. Sekalipun ia masih belum bisa mengembalikan kepercayaan dirinya. “Seharusnya aku yang meminta maaf padamu, Nak. Ini baru pukul setengah enam pagi. Aku sengaja datang ke mari hanya

  • Beautiful Fault   Chapter 59 Chaos

    PLAK!“BERANINYA KAU MELUKAI PERASAAN KEPONAKANKU, CAN!”Nyonya Sener membungkam mulutnya dan tidak bisa berhenti meneteskan air mata saat putra semata wayangnya diperlakukan dengan kasar. Seumur hidupnya, tidak pernah sedikit pun ia ringan tangan untuk memukul putranya.Anaknya sangat penurut sejak kecil.Entah kenapa hingga detik ini, ia mengambil langkah yang berbeda dan menentang beberapa kesepakatan ‘sah’ di dalam hidupnya.Tuan Sener hanya menatap sendu perlakuan yang sangat wajar diterima Can saat pria itu berani mengambil langkah seperti ini. Ayse berada di samping pria itu dengan bulir air mata yang turun.Pun sama apa yang dirasakan dan terlihat oleh Akira yang berdiri berdampingan dengan Tuan dan Nyonya Erdem.Keduanya tidak ingin membiarkan anak dari keluarganya mendapatkan perlakuan semena-mena. &ldquo

  • Beautiful Fault   Chapter 58 Must End

    “Ayse?”Perempuan itu langsung tertunduk mendapati Can yang bertamu ke apartemennya. Ayse tidak melihat lagi siapa yang bertamu dari celah kecil. Jika ia tahu, mungkin perempuan itu bisa menyembunyikan mata sembab dengan memakai masker atau jika ada alternatif yang lebih baik, ia akan memilihnya. Kesedihannya harus tersamarkan.“Ha-hai, Can. Kau membawa hadiah untukku?” Ia berusaha mengendalikan ekspresi, tersenyum semringah menatap ke beberapa paper bag yang dibawa Can.Ia seperti melihat beberapa gaun dan kotak sepatu. Mungkin, heels?“Apa yang tidak kau beritahu dengan cepat, Ayse?”Suara dingin itu membuat Ayse terpaksa menatap Can dengan sorot takut. Napas perempuan itu tercekat dan bibirnya terasa kelu melihat Can menatapnya tegas dan dingin.Ayse berdeham sebentar, lalu memundurkan langkahnya, “Silakan masuk.&r

  • Beautiful Fault   Chapter 57 Bad Reputation

    “DASAR PELAYAN TIDAK BECUS! KAU SUDAH MENGOTORI GAUN MAHALKU!”Seluruh tatapan pengunjung restoran tertuju pada dua orang yang kini menjadi objek perhatian. Perempuan muda dengan tinggi 178 sentimeter itu mengumpat, melihat betapa bodohnya pelayan berusia muda di hadapannya telah mengotori gaun miliknya.“Maafkan aku, Nona ...” lirih Ayse, tertunduk dengan nampan dalam pelukannya.Ia berani mengakui hal jika dirinya memang tidak sengaja menumpahkan minuman dingin yang terakhir dibawanya. Itu menjadi permintaan tambahan setelah perempuan itu memesan air putih. Karena pesanan itu diminta terakhir, tidak bersamaan dengan makanan yang sudah terhidang.Perempuan itu mengetatkan rahangnya, menatap tajam Ayse dalam balutan seragam kerjanya. “Seharusnya kau dipecat! Kinerjamu tidak bagus dan kau sangat bodoh!” cecar perempuan dengan wajah memerah dan meraih mantel di sisi kursi lainnya.Ayse semakin merasa

  • Beautiful Fault   Chapter 56 Jerk

    “Tolong, katakan di mana Can sekarang, Nyonya?”Sebuah gelengan lemah dari Nyonya Sener dan tatapan kejujuran itu membuat Nyonya Erdem mengembuskan napas panjang. Ia membuang pandangan, tidak tahu harus bertanya lebih jelas pada siapa di saat Keponakannya sendiri enggan untuk menjelaskan permasalahan yang terjadi.“Ada apa Anda menanyakan keberadaan putra kami, Nyonya?” tanya Tuan Sener, tidak mengerti saat menyambut kedatangan wanita itu yang bingung.Tuan rumah tersebut berinisiatif membawa tamu, sekaligus keluarga dari pihak menantu mereka untuk berbincang di ruang keluarga. Embusan napas itu kembali terdengar dan sorot mata Nyonya Erdem begitu tegas.Nyonya Sener tidak banyak bicara, jika saja kemungkinan di dalam pikirannya tidak singgah terlalu lama. Ia meragukan jika semuanya perlahan dilakukan Can secara ‘terang-terangan’. Raut wajah Nyonya Erdem terlihat jelas dan Ibu satu anak itu berusaha tidak mengetahui

  • Beautiful Fault   Chapter 55 Afraid to Lose You

    “Selama aku memimpikan sebuah pernikahan. Aku tidak pernah berpikir sedikit pun untuk mempersunting dua perempuan.”“Lalu, kenapa pemikiran aneh itu kau cetuskan? Apa bisa menjadi jalan keluar dari setiap hal yang sudah membuatku muak berada dalam pernikahan menyesakkan ini?”Ayse menggigit bibir bawahnya dan berusaha menahan desakan diri supaya tidak berkaca-kaca. Ia bisa melihat raut kekecewaan dari Can yang perlahan masuk ke dalam kamar. Sorotnya menyatakan jika pria itu sedih dengan ungkapan Ayse yang semakin menyulitkan Can keluar dari lubang yang sama. Ia ingin bebas, meskipun akan sulit karena memikirkan satu nyawa yang akan hadir.“Aku sudah berniat menceraikan Akira, tapi mendengar semua penuturanmu dan rasa sedihku juga terhadap calon anakku. Bagaimana aku bisa lebih baik untuk berpikir? Sejauh ini aku masih bertahan karena kau yang terus mengingatkanku, Ayse.”Perempuan itu terdiam.Henin

  • Beautiful Fault   Chapter 54 Second Wife

    Ayse keluar dari apotek, mengeratkan mantel panjang yang membalut tubuh rampingnya. Ia menggigit bibir bawah, merasa sesak dalam hati dan juga denyutan di kepala. Seharian ia menunggu Can mengabarinya. Tapi, tidak ada satu pun hal yang bisa membuatnya tenang. Alhasil, dirinya mengabaikan makan dan merasakan tubuh lemah.Ia menggerakkan tangan, menghentikan taksi yang lewat dan segera masuk, menyebutkan di mana gedung apartemennya berada. Di dalam mobil, ia berusaha untuk tenang, meskipun pelupuk matanya berkaca-kaca.Ayse bahkan tidak bisa menghubungi nomor ponsel milik Can. Ia mengembuskan napas gusar. Berusaha tenang dan harus kembali sehat supaya besok pagi ia bisa pulang ke Ankara.“Ambil saja kembaliannya. Terima kasih telah mengantarku sampai ke sini,” ucapnya tersenyum manis, dibalas anggukan dan sapaan ‘selamat malam’ dari sang sopir ketika taksi sudah singgah di depan lobi.Ayse meringis pelan, masuk ke dal

DMCA.com Protection Status