"Apa maksud mu?! Jackob terlihat tidak sabar
''Jangan berpura-pura bodoh Jack! Kamu tau betul apa maksudku.'' Shanara enggan menjelaskan. ''Kamu menghilang begitu saja, aku mencarimu di seluruh kota Amber.'' Jadi selama ini kamu di sini?'' Shanara tersenyum sinis lalu berkata, ''Untuk apa mencariku?'' Bukankah sudah ada Maggie?'' Shanara teringat kejadian empat tahun lalu, saat dia melarikan diri dari Om Franky. Tujuan pertamanya adalah apartement Jackob karena hanya dia lah orang satu-satunya harapan nya saat itu, tapi tak di sangka saat tiba di sana dia melihat Maggie masuk apartement laki-laki itu yang lansung di sambut di pintu dengan mesra, mereka bercumbu di depan matanya. Hatinya yang hancur memilih meninggalkan kota Amber. Sekarang laki-laki ini berani menyalahkannya karena pergi tanpa pamit?'' Shanara merasakan luka lama berdarah laki ketika melihat wajah yang sangat di bencinya itu. ''Maggie?! Ucap Jackob mengernyitkan kening, apakah Shanara tau apa yang terjadi dengannya dan Maggie. ''Iya Maggie!'' Bukan kah kamu sudah mendaptkan dari nya apa yang tidak kamu dapatkan dariku?'' Shanara semakin emosi, mengingat Jackob yang lansung melahap Maggie di pintu apartement nya saat itu. Mendengar ucapan Shanara wajah Jackob tiba-tiba terlihat panik, dia buru-buru menjelaskan. ''Shanara.'' Semua itu salah paham ! Saat itu aku banyak minum, Maggie menggodaku. Jackob berusaha membela diri. ''Humph! Shanara mendengus memaling kan wajah, dia malas melihat wajah laki-laki di hadapannya itu, Selama dua tahun berpacaran dengan nya Jackob sering mengajaknya melakukan hubungan suami Istri tapi Shanara yang berpegang teguh pada prinsip selalu menolak ajakan Jackob. Pesan mamanya adalah sebagai wanita harus bisa menjaga mahkotanya dengan baik karena itu adalah harga dirinya, dan itu akan dia serahkan kepada laki-laki yang sudah sah menjadi pendamping hidupnya kelak. Dia tau setiap kali dia menolak, Jackob semakin menjauh darinya, tapi hubungan mereka bertahan hingga dua tahun, selama dua tahun itu Shanara tidak pernah tau apa yang Jackob lakukan di belakangnya sampai pada detik dimana dia sangat membutuhkannya, laki-laki itu menghianatinya dengan saudari tirinya sendiri. ''Shanara, Aku tau kesalahan ku, aku minta maaf! tapi saat itu aku benar-benar khilaf dan dalam pengaruh minuman. Jackob masih berusaha membujuk Shanara. ''Apa pun alasan mu sekarang semua ini tidak penting Jack! hubungan kita telah berakhir empat tahun lalu. Ucap Shanara sambil menarik tangannya dari cengkraman Jackob, Namun laki-laki itu tambah mempererat pegangannya. ''Shanara! Aku tau kamu masih mencintaiku, kita bisa kembali seperti dulu lagi, Aku janji akan menghormati semua keputusan mu. ''Sudahlah Jack! Tidak ada gunanya, cinta yang pernah aku miliki untuk mu itu sudah terkubur bersama semua masa lalu ku bersama mu empat tahun lalu. Shanara benar-benar tidak ingin mendengarkan penjelasan apapun dari laki-laki seperti Jackob. Dalam hatinya kini hanya tersisa luka yang dalam dan kebencian pada laki-laki itu. ''Jackob !! Tiba-tiba suara seorang wanita mengagetkan mereka berdua, mendengar suara yang di kenalnya itu Jackob spontan melepaskan cengkraman tangannya pada pergelangan tangan Shanara. ''Shanara ! Wanita yang baru datang itu spontan terkejut ketika melihat Shanara. ''Maggie,,! Shanara juga sedikit terkejut ketika melihat Maggie. Namun rasa kagetnya itu menghilang seketika. Satu detik yang lalu Jackob mengajaknya balikan dan sekarang di hadapan nya berdiri wanita yang menjadi penyebab kehancuran hubungan mereka. ''Haha! Dunia memang kecil, tapi siapa sangka bisa bertemu dengan mu disini!'' Maggie tertawa sambil menghapiri Shanara dan lansung merangkul lengan Jackob dengan mesra. ''Hemph! Jack sepertinya salah paham yang kamu maksud tadi, Seperti ini ya?! Ucap Shanara mendengus, dalam hati dia merasa jijik dengan kedua orang di hadapan nya itu. ''Shanara, apa maksudmu? Maggie tampak penasaran dengan apa yang yang di maksud Shanara itu, dia melirik Jackob yang menatap Shanara, sepertinya Jackob masih memiliki perasaan kepadanya, Maggie merasa kesal, Selama ini dia sangat iri kepada Shanara, gadis itu memiliki segalanya, sebagai putri seorang pengusaha sukses Shanara memang tidak pernah kekurangan, di tambah lagi dia memiliki kekasih yang tampan dan putra tunggal dari keluarga ternama di kota Amber.Maggie yang saat itu satu sekolah dengan nya mendapatkan kesempatan masuk di keluarga Isabella saat ibunya menikahi ayah gadis itu yang merupakan duda di tinggal mati istri pertamanya.
Maggie tidak membiarkan kesempatan itu lepas begitu saja, sejak detik pertama menginjakan kaki di rumah mewah keluarga Clerk dia sudah menganggap semua itu sudah menjadi milikinya. Jackob terlihat salah tingkah, bertemu kembali dengan Shanara setelah empat tahun berpisah membuatnya benar-benar melupakan Maggie yang saat itu berada dalam ruang pemeriksaan. Dia masih mencintai Shanara dan selama empat tahun belakangan dia tidak dapat melupakannya, tapi kecerobahannya empat tahun lalu membuat Maggie hamil, sebagai laki-laki dari keluarga terhormat dia tentu harus bertanggung jawab. Pihak keluarga akan menikahkan mereka setelah Maggie tamat sekolah, tapi siapa sangka gadis itu keguguran saat usia kandungannya menginjak bulan ketiga. Dan Jackob adalah penyebab Maggie keguguran karena saat itu mereka bertengkar dan Maggie terpeleset di tangga apartement nya. ''Shanara! Kamu sudah menghilang dari kehidupan Jackob selama empat tahun, apa sekarang kamu masih berfikir untuk merayunya?" Ucap Maggie ketus, dia tidak akan memberi Shanara kesempatan untuk merampas Jackob dari tangannya yang sudah susah payah dia dapatkan. "Hemph! Siapa yang datang padaku dan minta berbalikan?" Kamu boleh memilikinya, aku tidak tertarik "Tempat sampah memang cocok untuk menampung sampah!" Ucap Shanara berlalu tanpa memberi kesempatan kedua orang itu untuk mengucapkan kata-kata. Wajah Maggie seketika memerah karena marah. "Jack! Kamu lihat gadis yang kamu puja-puja itu! Sikapnya begitu sombong. Jackob yang menatap punggung Shanara menghilang di balik koridor rumah sakit merasa hatinya seperti di tusuk benda tajam, dia tidak menyangka, Shanara yang berhati lembut bisa mengucapkan kata-kata kasar seperti itu. Wajahnya berubah menjadi dingin, melihat Maggie yang masih merangkul lengan nya itu membuat kemarahannya bertambah, dengan kasar dia menepis tangan Maggie. " Kenapa kamu kesini?" Bukankah dokter sedang memeriksa mu?" Ucap Jackob ketus "Sudah selesai! Lagipula jika aku tidak mencarimu, apa kamu masih ingat siapa tunangan mu?" Ucap Maggie dengan nada tinggi, Selama empat tahun ini dia telah mengorbankan segalanya untuk Jackob tapi laki-laki ini selalu saja dingin padanya. Tapi Maggie adalah wanita yang pantang menyerah untuk memiliki semua yang Shanara miliki dia bisa melakukan apapun, hingga menaklukan Jackob. Sekarang empat tahun sudah, walau laki-laki itu belum mencintai nya tapi dia juga tidak bisa meninggalkannya dan Shanara jangan pernah bermimpi mengambil kembali apa yang sudah dia dapat. ''Bagaimana hasilnya?'' Tanya Jackob pada Maggie dengan nada tidak begitu antusias, hari ini dia terpakasa pergi ke kota Adelite untuk menemui dokter terkenal di rumah sakit ini, Sebenarnya dia enggan tapi mamanya memaksa, ''Jackob dia calon istri mu dan kalian akan menikah satu bulan lagi.'' Ucapan mamanya saat itu terngiang di telinganya. Maggie mengalami cidera pada rahimnya setelah mengalami keguguran empat tahun lalu dan selama ini mereka terus mencari dokter-dokter ahli untuk memulihkan kesehatan Maggi yang terancam tidak bisa hamil lagi. Tanpa dia sangka perjalanan ini telah mempertemukanya dengan orang yang selama ini dia cari. Shanara gadis yang selama dua tahun bersamanya yang sampai detik ini belum sempat dia sentuh, Setiap bertemu dengan nya pikiran kotor merasuki otak Jackob, dia tidak sabar menunggu saat gadis itu berdiri di hadapan nya tanpa busana, Jackob membayangkan tubuh sexy dan kulit mulus seperti mutiara itu. Tapi Shanara selalu menolak nya dengan alasan semua itu bisa di lakukan setelah menikah, dia juga mengancam jika Jackob tidak bisa menghormati keinginannya maka dia akan memilih putus. Tapi Jackob tidak ingin kehilangan gadis tercantik di kota Amber itu, apalagi dia adalah seorang putri dari keluarga Clerk. Clerk Corp adalah sebuah perusahaan ternama di kota Amber. ''Semua nya baik, dokter mengatakan setelah beberapa bulan treatment aku bisa hamil lagi.'' Ucap Maggie penuh semangat ''Kalau begitu ayo pulang! Aku lelah.'' Ucap Jackob sambil melangkah pergi tanpa menunggu Maggie bereaksi. Maggie mengertakan kakinya karena kesal dengan sikap Jackob yang tidak memperdulikannya itu. ''Shanara! aku tidak akan melepaskan mu kali ini.'' Ucapnya dalam hati sambil mengikuti Jackob menuju parkiran rumah sakit.Dua Hari setelah dia bertemu kembali dengan Jackob, Shanara merasa tidak nyaman dia meminta keluar dari rumah sakit secepat mungkin, tapi dokter Edward selalu menahannya dengan alasan masih ada beberapa pemeriksaan yang harus ia jalani. Tapi hari ini dengan wajah memelas Shanara berhasil mendapatkan ijin dokter Edward untuk meninggalkan rumah sakit. Shanara berada disana lebih dari satu minggu dan dia juga tidak membawa ponselnya, sahabatnya pasti mengkhawatirkannya. Dengan sedikit terburu-buru Shanara keluar dari rumah sakit dan memanggil taxi, duduk di kursi penumpang dia menyebutkan alamat apartement nya. Satu jam kemudian taxi berhenti di depan sebuah apartement di daerah D kota Adelite, kawasan ini adalah area kelas bawah dan apartemen di daerah D masih sangat terjangkau oleh karyawan swasta sepertinya ini. Dari jarak sekitar 20 meter sebuah mobil BMW
Mendengar ucapan Nyonya Elisabeth Shanara merasa gembira sekaligus kasihan, dia pikir mungkin begitulah nasib kebanyakan orang tua, walau kekayaan berlimpah, anak cucu jika sudah besar maka akan jarang bersama mereka. Shanara dapat mengerti perasaan Oma saat itu, selain dia memang sangat ingin belajar memasak dia juga berfikir menemani Oma akan membantu wanita tua itu sedikit bahagia, entah kenapa dalam hati muncul perasaan perduli pada wanita ini. "Oma, kalau begitu Shanara akan berkunjung pada hari libur." "Hem, itu bagus, Oma akan menyuruh sopir menjemput mu. "Ah, Shanara rasa itu tidak perlu Oma, tidak mau merepotkan." Shanara bisa naik bis saja. Ucapnya menolak "Akan lebih baik jika di jemput sopir, nanti kamu tidak akan kerepotan mencari alamat Oma. Pinta nyonya Elisabeth berharap gadis itu tidak menolak permintaannya.
Pukul tiga keesokan harinya Shanara memasuki The Heaven bar lewat pintu karyawan setelah berada di dalam dia di sambut ramah oleh rekan kerja yang hampir tiga minggu ini tidak dilihatnya. "Shanara.." Akhirnya kamu kembali juga! Bar mulai sepi tanpa kamu. Ucap Vivian yang sudah bekerja disana lebih lama dari Shanara. "Maaf.. Aku.. Ucapannya segera di potong oleh Vivian "Kami semua sudah tau dari Clara." Katanya kamu habis kecelakanan." Bagaimana keadaan mu? Tanya Vivian tampak kawatir. Walau tidak sedekat Clara, Vivian adalah gadis yang baik dan ramah, Shanara tersenyum lalu berkata "Aku sudah tidak apa-apa." Tidak ada yang serius. Ucapnya "Oh syukurlah kalau begitu! Karena kalau kamu libur lebih lama lagi aku takut Daniel akan gulung tikar. Ucapnya sembari terkekeh. "Ahh ya! dia ada di ruangannya." Sana gih temui dia
"Silangkan kalau kalian mau mencoba." Tapi jangan lupa aku sudah mengingatkan kalian." Ucap Brad Masih tetap sibuk di belakang bar Shanara hanya mendengarkan komentar para pelanggan tersenyum sambil geleng-geleng kepala. Cocktail Tomb Rider yang ia ciptakan itu memang memiliki kemampuan membuat orang yang minum lemas secara perlahan. Karena rasa yang enak dan naiknya perlahan membuat orang terus memesan tanpa mendapat effek yang cepat. Tapi setiap alcohol pasti memabukan jika di konsumsi berlebihan. Saat sudah hampir pukul 10 keadaan bar sedikit santai. "Matt, Jordan." Aku tinggal sebentar." Ucapnya segera menuju kekamar mandi. Tiga menit kemudian dia keluar setelah mencuci tangan dan merapikan diri dia berniat kembali ke belakang bar, tinggal satu jam lagi dia sudah bisa pulang, hari pertama cukup melelahkan pikirnya.
Melihat adegan itu spontan semua menatap tajam ke arah Shanara terutama para wanita kesal sekaligus iri bisa berada dalam dekapan pria setampan itu. "Hey..!!! Bu..bukan kah dia..dia itu Gillian..?" Pekik salah satu wanita dari kerumunan orang. "Maksud mu?" Gillian Anderson?" Jerit wanita di samping wanita tadi. "Benar! Aku yakin sekali itu dia." Walau tidak seratus persen karena laki-laki itu sangat jarang muncul di media tapi laki-laki itu pernah muncul dalam sebuah interview ekslusive beberapa tahun lalu saat dia mengambil Alih kendali perusahaan raksasa milik keluarganya. Di kota Adelite siapa yang tidak kenal dengan keluarga Anderson, keluarga yang paling mendominasi dan merupakan keluarga terkaya nomor satu disana. Berita mengenai pengalihan hak kuasa Anderson Corp pada putra tunggal mereka Gillian Anderson itu cukup menggemparkan beberapa tahun lalu
Di balik tembok dekat pintu keluar Hellen menyentuh bagian dadanya, hatinya terasa sakit, saat keluar dari ruangan VIP The Heaven tadi dia tidak secara lansung meninggalkan tempat itu, dengan bersandar di tembok ruang VIP yang tidak kedap suara itu dia dapat mendengar dengan jelas apa yang mereka bicarakan. Hellen baru menyadari selama ini dirinya hanya di manfaatkan oleh mereka, Dia merasa sangat kecewa karena selama ini orang-orang yang dia anggap teman itu tidak pernah tulus padanya. Hellen melangkah keluar The Heaven dengan wajah tertunduk dan hati yang penuh emosi. Di tempat lain di sebuah Villa mewah kawasan A, Gillian duduk di ruang kerjanya menghadapi setumpuk dokumen namun pikiran laki-laki itu tidak berada di sana, sepasang mata nya yang tajam menatap jari-jari tangan nya, dia kembali teringat insiden di bar tadi, dia begitu dekat dengan gadis itu hingga menyentuh pinggang dan lengan nya, Tapi yang membuat Gillian merasa
Shanara memandang sambungan telepon yang telah terputus itu sambil geleng-geleng kepala, Begitulah hubungannya dengan Clara mereka tidak akan memperdulikan waktu jika ada hal yang cukup mendesak. Shanara meletakkan ponsel itu di meja samping ranjangnyanya, kemudian mematikan lampu, Beberapa saat kemudian dia pun terlelap dan bermimpi. Dalam mimpinya itu Shanara melihat seorang bocah laki-laki yang di dorong seseorang dari atas jembatan, bocah itu tercebur ke dalam sungai, Shanara mencoba mengenali kedua pria yang mendorong anak itu tapi pandangannya itu kabur dan kedua orang itu menghilang dengan cepat. Shanara berlari ketepi sungai untuk melihat bocah laki-laki tadi, entah kenapa saat ini tubuhnya tiba-tiba mengecil. Dia kembali ke saat usianya masih lima tahun. Melihat bocah laki-laki itu menggapai-gapai dan hampir tenggelam Shanara menjadi panik, tanpa berfikir panjang dia terjun kesungai u
lain yang lebih baik dari Jackob maka dia tidak terlalu keberatan melepaskan laki-laki itu walau dia nanti akan memilih kembali pada Shanara. Maggie teringat kejadian di The Heaven Bar minggu lalu, "Gillian" bisiknya, senyum merekah dibibir merahnya. Jika dia bisa mendapatkan pria itu maka dia tidak akan berfikir dua kali untuk mencampakan Jackob." Dan jika dia kembali pada Shanara maka perempuan sial itu akan mendapat bekas nya. Senyum di bibir Maggie semakin melebar. Dia menyusun rencana untuk tinggal beberapa saat di kota Adelite dan akan lebih baik jika dia bisa membuat sedikit masalah dengan Jackob, dia bisa menjadikan itu sebuah alasan untuk meminta waktu sendiri pikirnya. Maggie mengambil ponsel dari dalam tasnya dan segera menelpon sahabatnya Nancy. "Nan." Aku mau berlibur di kota Adelite untuk beberapa minggu." Uca
Shanara dapat merasakan nafas mint laki-laki itu yang membuat jantung nya berdegup tak beraturan. Memang benar yang dia ucap kan, ini yang kedua kalinya mereka bertemu dan selalu saja saat dia akan terjatuh dan berakhir dalam pelukan pria itu. "Eeh maaf.'' Ucap Shanara gugup sembari kembali berdiri. Kamu tidak apa-apakan? Tanya laki-laki itu dengan sikap yang amat lembut sambil memperhatikan Shanara dari atas ke bawah untuk memastikan kulit gadis itu tidak terkena kuah panas tadi. " Tidak aku tidak apa-apa.'' Terimakasih! Ucap Shanara sedikit bergetar karena gugup. Untung saja dia tadi bergerak cepat melempar mangkuk itu kesamping karena kalau tidak, tubuh dan wajahnya pasti terkena kuah panas itu. "Sha..'' Kamu tidak apa-apa?" Tanya Oma menghampiri seraya memandang Shanara dari atas ke bawah memeriksa keadaan gadis itu dengan raut panik masih melekat di wajahnya yang mulai keriput. "Ahh..eeh Oma.. Iya.. Maaf telah membuat mu kawatir, tadi Saya terpel
"Sha.." Apa kamu baik-baik saja?" Tanya Elizabeth ketika dia melihat wajah murung Shanara setelah menatap lekat pada lukisan di ruang tamunya itu. "Aah Oma." Iya Saya tidak apa-apa." Jawab Shanara sedikit gugup. Elizabeth menatap lekat wajah Shanara yang tiba-tiba berubah murung itu. "Apa kamu yakin Sha.?" Tanya Elizabeth untuk memastikan. "Iya oma, maaf sudah membuat oma kawatir, tadi saya hanya teringat masa lalu. Ucapnya menjelaskan. "Oh baiklah kalau begitu kita duduk dan minum dulu.'' Ajak Elizabeth sembari menuntun Shanara menuju Sofa. Sepertinya lukisan itu telah mengingatkan Shanara pada masa lalunya yang sepertinya bukanlah hal yang menyenangkan pikir Elizabeth. Dan dia pun tidak ingin memperpanjang masalah itu. Apa sebenarnya yang di alami gadis ini sehingga dia jadi tampak begitu sedih. Mungkin sebaiknya aku menyelidiki latar belakang Shanara. Pikir Elizabeth, walau status dan latar belakang keluarga tidak begitu penting baginya dan keluarga Ander
Sementara itu di kediaman nyonya Anderson suasana terlihat kembali tenang para pelayan telah selesai mengerjakan tugas-tugas yang di berikan oleh kepala pelayan. "Apa kamu tidak kangen sama Oma?! Sudah hampir dua minggu kamu tidak menjenguk Oma loh! Suara berat Elizabeth terdengar memelas sambil menempelkan handphone ke telinganya. "Pokoknya Oma tidak mau tau, hari ini kamu harus datang menjenguk Oma! Titik!! Elizabeth menggunakan nada sedikit tinggi. Di seberang telepon Gillian tampak kehabisan alasan dia memijit keningnya, dia tau betul jika Oma sudah ngotot maka tidak ada yang bisa dia lakukan kecuali menuruti kehendak beliau, walau saat ini pekerjaan nya menumpuk. Gillian menghela nafas menyerah, dia lalu berkata " Baiklah oma." Nanti Gillian akan mengunjungi Oma. Mendengar cucu semata wayang nya itu telah se
"Tuan Ryan maaf aku permisi dulu." Jika ada kesempatan kita mengobrol lagi lain kali ucap Danniel memohon diri. Walau dalam hati Ray masih ingin bersama gadis cantik itu tapi dia tau Danniel adalah atasan Shanara dan urusan mereka pasti bersangkutan dengan pekerjaan. "Oh ya, silahkan, aku akan sering berkunjung nanti. Ray mengangguk Shanara menarik lengan Clara yang masih bengong memandang wajah Ray. Ketiga orang itu berjalan menuju area dalam restoran. Pandangan Ray terus tertuju pada punggung Shanara, pikiran dan hatinya di penuhi oleh bayangan gadis itu. Dia pikir baru kali ini ada gadis yang tidak terpana oleh ketampan yang dimiliki Seorang Ryan. Di dalam restoran Danniel mengajak Shanara dan Clara masuk dalam restoran di lantai utama, ruangan itu berukuran sangat luas. "Sha." Sekarang Seaview telah resmi di buk
Teressa tampak mencoba mengingat-ingat ucapan Ray tadi malam, memang benar laki-laki itu tidak memaksa nya, tidak menjanjikan apa-apa padanya dan dia juga berterus-terang dari awal padanya. Tapi dia tidak dapat menerima kenyataan itu, dia ingin dapat menaklukan hati Ray tapi melihat sifat laki-laki playboy itu, apakah dia mampu bersabar dan terus menerus menelan sakit hati. Tapi demi perubahan status dia pikir dia harus berusaha menaklukan sang playboy itu. Saat ini di kota Adelite pria-pria luar biasa yang termasuk golongan top 10 tidak banyak lagi yang tersisa, selain Ray ada dua lagi pria lainnya, dia adalah Jimmy Lewis dan Zander Smith. Keluarga Smith termasuk keluarga kaya top sepuluh, sedang kan keluarga Lewis tidak ada yang tau jelas karena Jimmy Lewis tidak lagi memiliki keluarga. Kabar mengatakan kedua orang tua Jimmy meninggal dalam sebuah kecelakaan dan dia di paksa mengambil
Clara sangat mengagumi kegigihan Shanara dalam bekerja, dia sama sekali tidak tertarik mengunakan penampilan nya untuk menggaet pria kaya demi status dan harta. "Ra! Bagaimana menurutmu?" Tanya Shanara pada Clara yang tampak sedang melamun. Clara sedikit gugup, lalu memperhatikan Shanara dari atas kebawah, Shanara yang kini mengenakan dress motif bunga tanpa lengan sebatas lutut itu tampak jauh lebih muda dari usianya. "Kamu benar-benar cantik Sha." Aku jadi makin iri! Puji Clara yang tampak sangat kagum. "Kamu bisa aja! Sahut Shanara malu-malu. Dia memang jarang mengenakan pakaian-pakaian seperti saat ini, dia lebih senang bercelana pendek dan kaos sedikit longgar. "Bener Sha, kamu terlihat sangat anggun dengan dress itu. Ucap Clara tulus. Shanara memandang dirinya di dalam cermin dia terlihat sep
Saat dia memasuki ruang tamu dia terkejut melihat siapa yang kini sedang duduk bersama kedua orang tuanya. "Maggie !!" Apa yang kamu lakukan disini?" Jackob kaget melihat Maggie yang tengah duduk santai mengobrol bersama kedua orang tua Jackob Tuan dan Nyonya Persley. "Jack! Kebetulan kamu kembali, Papa baru saja mau menelpon mu. Ucap Jarrot Persley yang lansung menghampiri dan merangkul pundak Jackob "Jack ! Kenapa tidak bilang papa dan mama kalau kamu di luar sana sudah memiliki kekasih dan sudah memberi kami cucu." Clarrise Persley menimpali seraya menuntun Jackob untuk duduk di tengah-tengah mereka. Mendengar kedua ucapan papa dan mamanya wajah Jackob seketika berubah, sepasang mata tajamnya menatap Maggie penuh tanda tanya dan kemarahan, tatapannya itu membuat bulu kuduk Maggie merinding. "Sebentar ma, pa ! Jackob ingin bicara pribadi deng
lain yang lebih baik dari Jackob maka dia tidak terlalu keberatan melepaskan laki-laki itu walau dia nanti akan memilih kembali pada Shanara. Maggie teringat kejadian di The Heaven Bar minggu lalu, "Gillian" bisiknya, senyum merekah dibibir merahnya. Jika dia bisa mendapatkan pria itu maka dia tidak akan berfikir dua kali untuk mencampakan Jackob." Dan jika dia kembali pada Shanara maka perempuan sial itu akan mendapat bekas nya. Senyum di bibir Maggie semakin melebar. Dia menyusun rencana untuk tinggal beberapa saat di kota Adelite dan akan lebih baik jika dia bisa membuat sedikit masalah dengan Jackob, dia bisa menjadikan itu sebuah alasan untuk meminta waktu sendiri pikirnya. Maggie mengambil ponsel dari dalam tasnya dan segera menelpon sahabatnya Nancy. "Nan." Aku mau berlibur di kota Adelite untuk beberapa minggu." Uca
Shanara memandang sambungan telepon yang telah terputus itu sambil geleng-geleng kepala, Begitulah hubungannya dengan Clara mereka tidak akan memperdulikan waktu jika ada hal yang cukup mendesak. Shanara meletakkan ponsel itu di meja samping ranjangnyanya, kemudian mematikan lampu, Beberapa saat kemudian dia pun terlelap dan bermimpi. Dalam mimpinya itu Shanara melihat seorang bocah laki-laki yang di dorong seseorang dari atas jembatan, bocah itu tercebur ke dalam sungai, Shanara mencoba mengenali kedua pria yang mendorong anak itu tapi pandangannya itu kabur dan kedua orang itu menghilang dengan cepat. Shanara berlari ketepi sungai untuk melihat bocah laki-laki tadi, entah kenapa saat ini tubuhnya tiba-tiba mengecil. Dia kembali ke saat usianya masih lima tahun. Melihat bocah laki-laki itu menggapai-gapai dan hampir tenggelam Shanara menjadi panik, tanpa berfikir panjang dia terjun kesungai u